Kamis, 04 Februari 2016

Rachel Nadelson sang Wanita Bangsawan #2

Mentari pagi bersinar cerah, secerah raut wajah Rachel Nadelson. Lelaki yang telah mematri hatinya itu akan menjalankan lamaran untuk meminang. Semua para pejabat negara berkumpul dalam satu tempat bersejarah dimana pihak kepresidenant akan melakukan resepsi pernikahan seorang wanita dari kalangan bangsawan. 

Racehel Nadelson sangat bahagia. Kini ia akan melepas masa kesendiriannya dan akan bersanding di pelaminan bersama lelaki dari Kuntucky, Lewis Robart seorang juragan tanah. Rachel Nadelson merasa beruntung, hubungan badan di luar nikah tidak menyebabkan hamil, sehingga tidak menabur aib di kalangan pejabat negara, lebih-lebih keluarga besarnya. (Kisah sebelumnya)


Banyak dizaman sekarang ini, sepasang insan menikah muda hanya karena terpaksa sudah hamil lebihdulu Padahal hubungan seks kurang enak apabila di lakukan di tempat gelap atau dikamar kost, dan kalau sudah merasakan seks di luar nikah atau hubungan resmi, maka ketika melakukan pernikahan lalu ketika dimalam pengantin tentu tidak akan enak, karena sudah merasakan lebih dulu. Ibarat lampu senter, siang dinyalakan terus, lalu katika malam tiba, baterainya habis hingga hilang powernya, lalu apa yang terjadi, lampu senter itu akan remang-remang tidak jelas.

Itu tidak terjadi pada Rachel Danelson, walaupun sudah melakukan hubungan tetapi tidak terjadi kehamilan sehingga ia masih terlihat seperti biasa saja, bisa jadi karena Wilis Robard tidak terlalu mahir dalam memainkan sebagai aktifis karena takut ketahuan oleh orang istana jadi membuat Wilis Robard ejakulasi dini.

Para undangan pun berdatangan untuk menghadiri persepsi pernikahannya. Baik dari pejabat maupun dari bangsawan dan hartawan, juga ada juga rakyat jelata pendukung dan simpatisannya. Kedua mempelai itu sangat serasi duduk dikursi pelaminan bersanding menerima undangan. Wilis berbisik kepada sang istri, "Sayang, tanganku pegel nyalamin para tamu.!" 

"Sama aku juga pegel tau...." jawab Rachel Nadelson. "Nih liat tanganku pada merah!" Rachel menunjukan telapak tangannya.

"Wah... benar tangan kamu jadi merah gini!" Wilis Robard berseru sambil melihat telapak tangan Rachel Nadelson dengan lembut dan manja. "Kamu istirahat saja, biar aku yang menyalami para undangan." 

Rachel Nedelson geleng kepala pertanda tidak mau, ia harus berdiri di samping Wilis Robard menyambut tamu undangan suka dan duka harus dirasakan bersama. Pikirnya.

"Hai lihat,!" pekik Rachel Nadelson tiba-tiba sambil menunjuk kearah panggung organ tunggal. "Coba lihat artis itu. Pakaian seksi bangeeet...wah...goyanganya pun membuat lelaki pada melotot hiihihi!" ujar Rachel Nadelson menyeringai. Wilis melihat sang istri begitu sumringah, ia pun turut gembira lalu tertawa, "Hahahaha.... Uh.. Emang dasar, kalau dangdut memang harus goyang seperti itukah?

"Eh tau gak kamu?" Rachel bertanya seraya berbisik manja kepada Wilis Robard, "artis yang berjuluk Goyang Itik?" 

Wilis Robard diam sejenak untuk memikirkan pertanyaan sang istri. "Gak tau,!" sontaknya sambil mengangkat bahu. "Itu loh artis dari Indonesia, dia kan orang Bekasi deket sama rumahnya penulis cerita ini."

"Oh yah!" sentak Wilis Robard

"Iyah ... aku suka sama lagu dia yang judulnya BANG JONO. Hehehehe!"

Baru bercerita begitu. Tiba-tiba terdengar suara gaduh di bawah panggung. Tampak seorang pemuda sedang mengamuk hanya karena kena senggol. Pemuda itu terlihat mabok berat. Tak lama kemudian pihak keamanan pun datang untuk mengamankan pemuda bengal itu. "Jangan membuat keonaran di istana!" bentak seorang polisi istana sambil membawa pemuda mabok itu ke pos pengamanan. Penjagaan ketat dilakukan demi keamanan dan keselamatn keluarga Negara. Mata-mata maupun Sniper di kerahkan untuk mengamankan resepsi pernikahan yang penuh dengan kemewahan.

"Sayang, kapan acara ini selesai, aku sudah sangat lelah sekali." Wilis Robard berkata demikian. "Lagi juga aku ingin buru-buru main ambul-ambulan sama kamu, aku sudah tidak tahan sayang!" 

"Sabar atuh a'a, bentar lagi juga selesai." jawab Rachel Nadelson, "Emangnya a'a sudah gak sabar yah?!"

"Eh-eh." mengangguk Wilis dengan senyuman manja. 

***

Dari sudut arah barat dibangku dekat prasmanan, tampak seorang lelaki mengarahkan kameranya kearah kedua pengantin itu. Dia seperti petugas photo Wredding tetapi bukan, dia hanya seorang utusan dari salah satu Bakal Calon President Amerika yang menyukai sosok seorang wanita yang sedang bersanding itu yaitu Rachel Nadelson. Lelaki yang mencintainya itu bernama Andrew Jackson.

Andrew Jackson bakal Calon President, sebenarnya sudah lama menyukai Rachel Nadelson, hanya saja ia selalu urung mendekati wanita pujaannya itu di karenakan kesibukan dalam mengkampanyekan diri untuk menjadi orang nomer satu di nengeri Paman Sam itu.

Nasi sudah menjadi bubur. Kini wanita pujaannya sudah bersanding dengan orang lain duduk di atas pelaiminan. Walaupun hatinya hancur, tetapi direlung hati yang paling dalam mengatakan, 

"KUTUNGGU JANDAMU."

Cinta memang buta, begitupun dengan Andrew Jackson, telah di butakan oleh cintanya sebelah tangan. Walaupun demikian dia terus berusaha untuk memikat hati Rachel Nadelson sampai nafas terakhir. Hanya memandang dari jauhlah Andrew Jackson memandang wajah Rachel Nadelson. Jika dia datang ke acara perkawinan itu, tentu akan akan menambah sakit hatinya.

Lewat kamera pesuruhnya itulah, ia bisa mengamati wajah Rachel Nadelson dari jepretan kamera lelaki pesuruh itu. Dia pernah membuat sebait puisi yang romantis, puisi curahan hatinya yang ia torehkan melalui puisi.

"Rembulan memerah di tengah malam, malu melekat raut wajah sang dara. Begitupun malam kelam berbalut harapan akan cinta dari sang rembulan."

Begiulah bait puisi yang ia buat ketika hatinya sedang menggalau. 

"Tuan, besok kita ada acara blusukan ke tempat terpencil," berkata ajudan Andrew Jackson, membuat ia terperanjat dari lamunannya. "sebaiknya tuan untuk segera tidur agar besok pagi tubuh Tuan terasa fit."

"Oke baiklah." menjawab Andrew, ia segera merapikan buku yang berserakan di atas meja. Lantas Andrew Jackson beranjak menuju peraduannya. Terasa sakit dan lelah ketika ia memandang wajah Rachel Nadelson mengenakan pakaian pengantin berwarna putih. "Seharusnya akulah yang bersanding di pelaminan itu, bukan Wilis Robard!" batin Andrew Jacson.

Acara resepsi perkawinan pun selesai. Rachel Danelson dan Willis Robard masuk kedalam kamar pengantin yang indah bersulam sutera dengan tembok di lapisi kain bermotif bunga rose. Rachel sangat senang melihat kamar itu. "Sungguh kreatif tim yang menangani ruang pengantin ini!" batinnya.

Wilis Robard menoleh kearah Rachel ketika ia coba duduk di sisi tempat tidur nan empuk itu, seraya berkata. "Sayang apakah kita tidur dulu, apa langsung mau main?!" tanyanya. 

Rachel Nadelson menjawab. "Seterah kamu, aku siap kok kalau a'a mau!, kan aku sudah jadi istrimu, sebagai kewajiban seorang istri yah harus melayani suami." 

Wilis terseyum mendengar keikhlasan wanita di depannya yang kini sudah resmi menjadi istrinya. "Tapi aku lihat kamu ini lelah sekali, lebih bak besok pagi aja kita main-mainnya, toh kata pengamat bagusan main di pagi hari, biar kental dan berbobot!" ujar Wilis panjang.

"Apanya?" bertanya Rachel sambil melepaskan pakaian pengantinnya.

"Sperma, kata ahli sex katanya bagus kualitas sperma ketika bermain di pagi hari!" 

"Ah...kapan aja bagus tau, yang penting, kekuatannya a'a...."

Tampak bokong yang indah terlihat ketika pakian pengantin Rachel Nadelson di tanggalkan. Tapi yang membuat Willis bukannya terangsang malah terkejut dan ketawa pelan mengikik adalah, ternyata Rachel Nadelson tidak pakai dalaman sedari tadi menjadi pengantin. Willis tertahan untuk ketawa seraya menutup mulutnya xixixixi."

Tentu membuat Rachel Nadelson bingung kenapa ia menertawakannya. "A'a kenapa ketawa, emangnya ada yang lucu ya sama eneng?!"

"Gak...gak ada yang lucu...xixixixi," kilah Willis mencoba menutupi kegelitikannya.

"Aaaahhh.... A'a mah, ayo dong... Bikin eneng penasaran dah...!" kata Rachel cecar.

"Hahahaha....!" tiba-tiba Willis tertawa gelak-gelak, rupanya ia tak tahan menahan tawa. Rachel pun bertambah bingung lalu pencongkan mulutnya. "Ihh.... A'a mah bikin eneng efiel dah!" kata Rachel.

"Coba tebak, apa yang membuat aku tertawa sayang?!" Willis balik bertanya..

"Ih....kok malah main tebak-tebakkan!" ucap Rachel kembali pencongkan bibir. Tampak seksi ketika ia memencongkan mulutnya, hingga lesung pipit terlihat menambah cantik di pandang Willis.

"Mau tau, apa kau mau banget...!" kata Willis mengngejek.

"Mau tau banget!" kata Rachel..

"Coba tebak, apakah ada yang kurang dalam gaun pengantinmu?" Willis memberikan pertanyaan, "apa yang kamu rasa dengan pakaian kamu ketika kita duduk di pelaminan!" 

Rachel diam sejenak untuk berpikir lalu menggelengkan kepala. "Aku tidak merasa apa-apa. Tidak ada yang ganjil denga gaun pengantinku."

"Hahahaha... Sangklek gue punya istri dah!" 

"Buset dah, gue bilang sangklek," Rachel memerah wajahnya. "Lagi mana sih, belum melakukan malam pertama udah buat ribut!" berkata Rachel dengan nada tinggi.

"Hehehe..." Willis menyeringai, "bukan begitu sayaang...hihihi...kamu itu tidak sadar yah. Atau sengaja kalau kamu itu pakai gaun pengantin tapi tidak pakai dalaman hahaha...!

Rachel Danelson kembali wajahnya memerah, hanya merahnya kali ini karena malu. Dengan tersenyum sambil menunduk Rachel berkata. "Iya...gak pakai apa-apa!"

Sontak Willis kembali tertawa gelak-gelak "Hahahaha.... Sambrun...sambrun....nambah lagi dah orang gila di daerah gue!"

Plok...

Tamparan mendarat di pipi Willis membuat ia terperanjat kaget lalu diam dan menyorotkan mata ke arah Rachel yang menamparnya. "Apaan sih...!" kata Willis.

"Iihh....a'a mah masa istrimu sendiri di bilang sambrun, itu kan nama orang gila di sini...!" tampak sedikit berkaca pelopak mata Rachel Nadelson di kata seperti sambrun, salah satu nama orang gila, bukan hanya sambrun tapi ada juga yang namanya Ombi yang suka ngomong sendiri, kalau lagi lapar suka nimpuk-nimpuk. Ada juga yang namanya lahman, tukang pengamen keliling yang menendangkan lagu tak jelas dan semau, dan sekata-katanya. Cuma orang gila bernama Lahman ini aneh, kalau di kasih duit seribu tidak mau, tapi kalau gopean di ambil sama dia.

Benar saja, tak lama kemudian Rachel Nadelson pun nangis. Merasa kesal dengan kelakuan Willis Robard yang menikahinya. Kini sifat buruknya terlihat, kurang romantis, tapi yang membuat Rachel Sakit hati adalah dikata orang gila.

"Maafkan aku sayang.." kata Willis Robard sambil membelai tambut Rachel Nadelson, "aku cuma becanda ko...masa gitu aja tersinggung!" 

"Bagaimana gak tersinggung," bentak Rachel, "masa istrinya sendiri di samain sama Sambrun, Ombi dan Lahman. Hikz...hikz...hikz... Mau memeknya doang uh!" 

"Iya, iya maaf....masa becanda aja sampai begitu marahnya.!" Willis mencoba untuk menurunkan kekesalan istrinya dengan cara membelai rambut Rachel Nadelson yang panjang lurus sebahu serta berwarna hitam. Namanya wanita, yang lebih mengutamakan perasaan akhirnya hati luluh juga dirayu dan dibelai seperti itu. Rachel pun mengusap air matanya.

"Iya tapi jangan sekali-kali lagi bilang aku orang gila!" ancam Rachel. "Sudah aku mau tidur aja, aku ngantuk!"

"Iya sama, aku juga sayang, besok aja kita mainnya!" jawab Willis, ia pun merebahkan tubuhnya.

***

Dua orang dengan mengenakan topeng seperti ninja masuk kedalam rumah dua tingkat. Rumah itu adalah dari calon President Amerika Serikat yang ke 7 yaitulah Andrew Jackson. Perataran rumah tak biasanya begitu sepi, padahal beberapa pasukan pengamanan berjaga di depan pintu gerbang, namun malam itu seperti tidak ada aktifitas para penjaga itu. Seperti sedang terlelap tidur.

Dua orang bertopeng dengan cekat melompat pagar dan tahu-tahu sudah berada di dalam rumah itu. Seorang dari mereka memandang penuh kehati-hati kearah gardu dimana para penjaga keamanan seharusnya berada di situ. Memang malam itu sehabis hujan turun. Dinginnya tidak terkira. Bahkan minuman beralkohol pun tak semua menghangatkan tubuh. Mungkin itulah penyebab para penjaga rumah Andrew Jackson pada terlelap tidur.

Atau memang ilmu hitung-hitungan penyusup sangat tepat. Didalam ilmu mitologi kuno, ada namanya hari baik dan bari buruk. Bahkan sampai ada istilah jam baik dan jam buruk. Mungkin saja kedua peyusup itu menggunakan ilmu kepercayaan itu. Sehingga mereka masuk kedalam rumah Andrew Jackson dengan waktu yang sangat tepat dan beruntung bagi mereka berdua.

"Pak, sekarang kita masuk dari pintu mana?!" berkata seorang dari mereka.

"Mungkin kita lewat belakang, lebih aman!" berujar lelaki yang satu.

Mereka segera berlari kecil dengan mengendap menuju halaman belakang yang hanya sebuah kebun dan kolam renang. Kebun itu tempat bersantai keluarga besar Andrew Jackson dan juga untuk tempat bersanda gurau bagi tamu yang menyambanginya, terutama tamu-tamu pendukung Andrew Jackson sebagai calon kandidat nomer satu di negeri berjuluk Negeri Satu kali dayung, dua pulau terlampaui.

Ketika itu Andrew Jackson belum terlelap, ia masih kantuk ayam. Menopang kepala bersandar dengan kedua lengannya. Pandangannya menatap kosong ke langit-langit atap rumah. Entah apa yang membuat Andrew Jackson tak lekas menutup matanya untuk terlelap. Sesuatu sedang mengganggu pikirannya. Di dalam hatinya ia membatin sendiri. "Sedang apa kamu Rachel Nadelson, mungkin saja kamu malam ini sedang menikmati keindahan malam pengantin bersama Willis Robard yang telah memikat hatimu, Aku benar-benar cemburu!"

Dua lelaki bertopeng itu jalan mengendap kearah kamarnya. Langkah mereka sangat lembut tampa suara. Daun pintu kamar Andrew Jackson terletak antara dua pintu dari sebelah kanan. Tak ada pengaman khusus di depan kamarnya. Dua lelaki bertopeng tentu sangat mudah leluasa mengintai. 

Sesampai didepan pintu ruang kamar Andrew Jackson, dua lelaki bertopeng itu memasukan selembar kertas berisi sebuah tulisan, bisa dikatakan sebagai surat keleng. Setelah memasukan kertas itu kedua lelaki itu segera menuju ruang tamu. Terlihat di atas meja ruang itu benda kotak semacam kaleng. Berwarna merah dan bergambar sekeluarga sedang kenikmati kopi serta biscuitnya.

Kaleng itu memang kelang biscuit. Salah satu dari mereka berkaa, "Wah... kebetulan ada biscuit, aku sangat lapar, sebelum kemari aku belum makan!"

"Sama aku juga!" berkata lelaki satunya lagi.

Mereka dengan lahapnya menikmati biscuit khongguan, makanan clasic. "Eggggg...!" Lelaki satunya menguarkan angin karena kekenyangann, "Oke kita kabur!" serunya pula lalu pergi.

***

Mentari bersinar dari ufuk timur menyinari bumi menghangatkan jiwa dan membangunkan Andrew Jacson, ia merenggangkan urat-uratnya dan menguap sebentar karena malas untuk beranjak bangun. Terasa ingin buang air kecil terbukti dengan berdiri penisnya. Baru saja mau beranjak bangun, suara ketukan pintu mendahuluinya. Tok, Tok, Tok.

"Bangun Tuan! Sudah siang, jadwal Tuan hari ini adalah belusukan ke pasar-pasar Tuan!" yang mengetuk pintu dan berucap adalah sang ajudan. Memang itulah protokol yang harus dijalankan Andrew Jackson sebagai calon nomer satu pemimpin di Benua Amerika yang berjuluk negeri paman sam itu.

Ketika melangkah terlihat selembar kertas di bawah daun pintu, ia pun membungkukkan badan untuk mengambil lembaran kertas itu. Tak biasanya ada kertas berserakan dilantai. Diamati kertas itu lalu di buka lipatannya ternyata tertera tulisan. 

"YANG TERHORMAT KANDIDAT CALON PRESIDENT AMERIKA SERIKAT, TUAN ANDREW JACKSON. SAYA YANG MENULIS SURAT INI ADALAH SAHAYA DARI NYONYA RACHEL NADELSON. 

LAYANGAN SURAT INI BERMAKSUD INGIN MENDUKUNG ANDA, TENTU SAYA AKAN MENJUAL DAN MEMOHON UNTUK MENGGANTIKANNYA BERUPA MATERI. 

SAYA MEMPUNYAI REKAMAN YANG AKAN MEMBUAT ANDA MENANG DALAM PEMILIHAN NANTI. PERLU DIKETAHUI NYONYA RACHEL NADELSON, SEBELUM MENIKAH DIA SUDAH MELAKUKAN HUBUNGAN BADAN TERLEBIH DAHULU OLEH WILLIS ROBART. TENTU REKAMAN INI AKAN MENJADI SENJATA BUAT ANDA UNTUK MENJATUHKAN LAWAN POLITIK ANDA, KELEUARGA RACHEL NADELSON SEBAGAI PENDUKUNG TERKUAT DARI LAWAN POLITIK ANDA, JHON QUINS ADAMS.

UNTUK ITU SAYA AKAN MENJUAL REKAMAN INI KEPADA ANDA DENGAN HARGA YANG PANTAS. ANDA MINAT, BALAS SURAT INI DAN TARUHLAH DI BAWAH TEMPAT SAMPAH YANG ADA DI TAMAN, JIKA DEAL, NANTI AKAN SAYA HUBUNGI KEMBALI DENGAN TRIK RAHASIA.

TTD, ROKAYAH, (sahaya Rachel Nadelson)

Andrew Jackson tergugu sejenak membaca surat itu. "Dari mana datangnya surat ini?!" batinnya . padahal pengamanan sangat ketat penjagaan malam itu. "Ah... Berarti sudah ada penyusup masuk kerumahku!" batinnya lagi.

"Tapi apa benar, Nyonya Rachel Nadelson yang terhormat, sudah berhubungan badan sebelum menikah, sungguh ini bisa menjadi aib baginya jika rekaman itu menyebar ke publik. Tentu juga akan menjadi insiden buruk buatku jika mencintainya. Biar bagaimanapun aku tetap mencintainya dan menunggu jandanya. Aku yakin dialah jodohku kelak, walau sekarang ini menjadi istri orang lain.

Andrew Jackson segera membuka pintu untuk keluar dari ruang kamarnya lalu menuju ruang kamar mandi untuk berbersih diri. Dari sudut ruang kamar mandi, terbesit dihatinya untuk melihat video itu. Apa benar video itu rekaman hubungan badan antara Rachel Nadelson dengan Willis Robard. Walaupun benar, ia tidak mempermasalahkan, bahkan bagus untuk merahasiakan rekaman video itu, sehingga wanita yang ia cintai terlepas dari fitnah.

Setelah selesai membersihkan diri, Andrew Jackson bersiap untuk perjalanan kampanyenya dengan cara blusukan ke pasar untuk mengambil simpati rakyat kecil agar mendukungnya dalam pemilihan President setahun mendatang. Namun lebih dulu ia menulis surat balasan untuk menyetujui tentang rakaman itu tentu dengan uang yang di inginkannya.

"Aku mau ketaman dulu!" kata Andrew Jackson kepada ajudannya. Dan berangkat Andrew Jackson menuju taman tidak jauh dari rumahnya. Ketika sampai di taman ia menuju tong sampah yang dimaksud oleh pengirim surat kaleng itu. Di selipkannya surat balasan itu, lalu bergegas meninggalkan.

***

Tampa diketahui Andrew Jackson sepasang mata sedang mengawasi. Bibir tersenyum miris ketika Andrew Jackson menyelipkan kertas balasan itu di bawah tong sampah. Rupanya orang ini senang mendapatkan surat balasan, terpikir di hatinya akan mendapatkan imbalan yang tidak kecil nilainya, karena mengenai intergritas sebagai seorang Balon President Amerika Serikat.

Orang itu adalah Rokayah, sahaya dari Rachel Nadelson pemilik rekaman hubungan badan antara Rachel Nadelson dengan Willis Robard. Dia berjanji didalam hati apabila, usahanya berhasil dalam menukarkan informasi dengan uang yang sangat besar, ia akan pulang kampung dan akan menikah dengan seorang lelaki di Desanya.
------
"Sahaya!" panggil Rachel kepada sahaya atau pembentu yang tidak lain adalah Rokayah. "Ya Bunda!" Rokayah menjawab penuh takzim kepada Rachel sebagai Nyonya besar.

"Sini duduk, aku mau cerita-cerita saja malam ini!" berkata Rachel sambil duduk di sofa dan mengizinkan Rokayah untuk duduk disampingnya, "Ya Bunda, ada apa Bunda ingin bercakap denganku!" Rokayah merunduk hormat kepada wanita yang di sebut "Bunda" karena memang seorang sahaya itu sudah umum menyebut wanita dari kalangan bangsawan sebagai atasannya menyebut Bunda meskipun masih single parent.

"Aku mau berbicara sama kamu dari hati kehati sebagai seorang wanita." Rachel Nadelson membuka pembicaraan.

"Tentang apa Bunda?" bertanya Rokayah kemudian.

"Tentang jodoh kamu!" jawab cepat Rachel, "Aku mengerti perasaan seorang yang belum memilikki pasangan hidup, karena aku sendiri merasakan itu, sebelum menikah dengan tuanmu, Willis Robard."

"Ya Bunda!" seru Rokayah mendengarkan, meskipun ia sendiri bingung kenapa Rachel Nadelson membicarakan masalah jodoh.

"Begini, wanita itu tidak baik kelamaan hidup sendiri, pertama menjadi fitnah, kedua kamu semakin lama semakin tua, lalu hilang keseksian kamu sudah tentu tidak ada lagi cowok yang suka sama kamu!" ujar Rachel Nadelson. Dia sangat sayang sekali dengan sang sahaya yang selama ini mengabdi kepadanya.

"Bagaimana kalau kamu aku jodohkan sama Lahman!"

Mendengar itu Rokayah terhenyak kejut, "Apa Bunda! Sama Lahman!"

Rachel Nadelson mengangguk sambil tersenyum menyeringai. "Kenapa? Lahman ganteng loh...suka ibadah lagi!"

Lahman adalah petugas kebun istana. Ia pria yang sangat sopan dan giat bekerja. Tubuhnya kecil tapi kekar itu masih saja sendiri di usianya yang sudah 37, belum juga menikah. Begitupun dengan Rokayah di usianya yang ke 31, belum juga mempunya kekasih untuk dijadikan suami. Entah apa yang membuat mereka enggan untuk menikah. Apakah memang kurang berhasrat dengan lain jenis, atau memang kurang percaya diri karena alasan ekonomi. Dengan itulah Rachel Nadelson berinisiatif untuk menjodohkan mereka.

Rokayah hanya tertunduk malu dengan mimik wajah memerah. Sebenarnya ia juga lagi cari perhatian kepada Lahman. Tapi malu dengan orang-orang istana, karena takut dikata Cilok alias cinta lokasi. Lalu mendengar Rachel Nadelson berkata demikian, ada rasa bahagia menguar dari dalam hatinya. Ia juga ingin sekali menikah dan kawin merasakan nikmatnya berhubungan intim. Tapi apa daya jodoh tak kunjung datang.

"Hai...kok bengong!" sapa Rachel membuat Rokaya terperanjat kaget. 

"Eh...hehehe, tidak Bunda!"

"Em....pasti lagi mikirin Lahman yah!" Rachel menggoda sang sahaya, baru pertama kali ia bisa bercanda dan bercengkrama dengan seorang sahaya. Begitupun dirasakan oleh Rokayah, seperti mimpi baru kali ini ia berbicara dengan Nyonya besarnya, tentang jodoh pula. "Alangkah senagnya hatiku." gumam Rokayah didalam hati.

"Dengar Rokayah." kata Rachel, "aku akan berbicara dengan Lahman untuk perjodohan ini. Mudah-mudahan ia mau menerimanya.!"

"Ja, ja, ja, jangan Bunda, a a aku malu!" berkata Rokayah dengan berat. 

"Hai...tenanng saja, kamu tinggal duduk saja yang manis, biar ini urusanku. Aku tidak mau, kamu dan Lahman hidup menjomblo seumur hidup!" ujar Rachel Nedelson. "Ya sudah, kamu terusin kerjaan kamu." pungkas Rachel lalu beranjak dari duduknya.

Sementara itu seorang lelaki dengan serius memandang bunga mawar yang tumbuh di halaman belakang rumah. Seraya mencoba merapikan dan menyirami bunga itu agar selalu bersih debu dan segar selalu sehingga tetap indah di pandang mata bagi yang melihatnya. Bunga mawar adalah bunga kesukaan Rachel Nadelson, oleh karenannya lelaki itu sangat teliti dalam merawatnya agar berkembang selalu. Lelaki di taman itu adalah Lahman.

"Kang Lahman," panggil Rachel Nadelson. Lelaki itu menghampiri, "kamu nanti sore bantu aku membereskan bunga-bunga ini untuk dirangkaikan!" 

Lelaki yang bernama Kang Lahman itu menjawab, "Baik Nyonya," Kang Lahman pun kembali menjalankan kerjaan seperti semula. Sedangkan Rachel Nadelson kembali masuk

Ternyata Rokayah mengintip dari balik jendela. Ternyata Rachel Nadelson benar-benar ingin menjodohkannya pada lelaki pengurus kebun itu, Kang Lahman.

Jika ini memang terjadi, tentu akan ada perubahan pada diri Rokayah yang ingin sekali dikawin. Ia pun bercermin di dalam kamar khusus pribadinya Ketika ia bercermin, alangkah terkejut ketika melihat tubuhnya sangat melar dan bahkan bisa dikata sangat gemuk. "Amboi... besar sekali tubuhku," gumamnya sambil berputar didepan cermin. "Aku rasa, aku harus diet!" batinnya lagi.

Body yang besar tentu membuat riskan untuk seorang wanita. Tetapi ada juga wanita yang bersifat biasa-biasa saja dengan bentuk tubuhnya. Karena dia yakin Tuhan menciptakan semua berpasang-pasangan. Gendut berarti berpasangan dengan yang kurus, dan itu ternyata benar, akhirnya wanita itu pun mendapatkan laki yang kurus, jadi kalau sedang berjalan berdua seperti angka sepuluh

Terdengar suara ketukan. Tok, Tok, Tok. Rokayah segera menyahut, "Siapa...?" "Aku Kay, Mbak Sari." Ternyata yang mengetuk pintu adalah Mbak Sari, teman satu desa Rokayah. 

Rokayah segera membuka pintu. "Eh-tumben Mbak Sari main ke kamarku," berkata Rokayah, "memang lagi gak ada pekerjaan?" Yang ditanya menggelengkan kepala pertanda tidak ada kerjaan oleh majikanya. "Ya sudah masuk!" kata Rokayah.

Mbak Sari dan Rokayah adalah dua sahabat yang memburu dolar di negeri orang. Bertekad untuk merubah nasib, mereka rela meninggalkan keluarga di tanah air hanya untuk merubah nasib. Hidup menjadi TKW di negeri orang ada suka dan dukanya. Apalagi kerja di negara Pamam Sam ini.

Beda dengan yang lainnya berkerja di luar negeri yaitu Arab, karena dekat juga karena satu agama apalagi mudah untuk melakukan ibadah disana. Tapi Mbak Sari dan Rokayah lebih memilih ke Amerika Serikat dan menjadi pembantu Nyonya Rachel Nadelson dan Tuan Willis Robard dari Kuntacky itu. Hanya saja Mbak Sari beda atasan, dia kerja sebagai ngasuh dari oma Rachel Nadelson. Sedangkan Rokayah sebagai pembantu atau sahaya dari Rachel Nadelson sendiri.

Mbak Sari lalu masuk dan duduk diatas tempat tidur Rokayah, walaupun sebagai seorang pembantu, namun Rachel Nadelson sangat memperhatikan kebutuhan dari sahayanya sendiri, ia tidak mau membuat Rokayah yang mengabdi selama lima tahun di telantarkan begitu saja. 

"Wah ....bagus sekali kamarmu!" berkata Mbak Sari sambil memandang kepenjuru ruang kamar. "Em...ya beginilah fasilitas seorang pembantu dari wanita bangsawan!" jawab Rokayah menyeringai, lalu duduk disamping Mbak Sari. 

"Ada apa sih, tumben, sepertinya ada yang mau disampaikan!" bertanya Rokayah membuka percakapan. 

"Benar, aku kemari mau memberi kamu!" jawab Mbak Sari, "sangat penting, karena ini dari calon kandidat Presiden kita yang ke tujuh!"

Mendengar kandidat President, Rokayah teringat bahwa dia membuat perjanjian terselubung dengan Andrew Jackson tentang rekaman video mesum atasannya sendiri. Ia baru ingat, dan ia pun sempat terhenyak, namun itu semua ditutupi agar Mbak Sari tidak mengetahui. Ia lalu bertanya.

"Ada pesan apa dari calon President?"

"Kamu disuruh menemui dia malam ini! Dia bilang deal... begitu!" ujar Mbak Sari. "emang tentang apa sih, hubungan kamu sama Tuan Andrew Jackson, aku boleh tahu?"

Rokayah jadi gelagapan ketika Mbak Sari meminta ingin tahu soal itu. Tidak mungkin ia memberitahukan, karena ini sangat rahasia. "Ah, hanya urusan biasa aja kok!" Rokayah menjawab alasannya. 

"Ya sudah kalau aku tidak boleh tahu!" sambung Mbak Sari. "Hebat kamu bisa berhubungan sama calon kandidat seperti Andrew Jacson!" 

"Eh aku mau curhat nih!" kata Rokayah untuk memalingkan percakapan masalah rahasia itu.

"Mau curhat apa sahabatku..." kata Mbak Sari sambil mencubit pipi Rokayah.

"Aku mau dijodohkan sama petugas kebun disini!"

"Maksudmu Kang Lahman!"

Rokayah mengangguk.

"Ciee...yang lagi berharap kejatuhan bulan..." kata Mbak Sari menggoda, membuat pipi Rokayah memerah dan hatinya bertambah berbunga-bunga.

"Ya sudah aku doakan supaya perjodohanmu sama Kang Lahman di mudahkan, lalu siapa yang menjodohkan kamu?" bertanya Mbak Sari pula.

"Bunda Rachel lah...!" jawab sengit Rokayah.

"Em.... Selamat yah, mudah-mudahan sampai kepelaminan!"

Mbak Sari pun bergegas pamit. Rokayah mengantarkannya sampai kepintu istana, lalu ia masuk kembali dengan wajah penuh beban. Beban tentang rekaman mesum sang majikan yang akan dijual oleh Andrew Jackson. Hatinya berkata, "Mana mungkin aku menghianati kasih sayang Bunda Rachel yang selama ini berbuat baik, lebih-lebih ia akan menjodohkanku dengan Kang Lahman, tentu akan pupus kepercayaannya padaku dan bisa jadi aku masuk penjara jika ketahuan aku yang merekam dan menyebarkannya."

Brak....

Rokayah menabrak daun pintu dan terlepas dari lamunannya. "Sue...!" ringisnya sambil mengelus kening karena sakit kepentuk daun pintu.



^^^^^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar