Minggu, 29 Maret 2015

Mamah Ku Seoarng Germo (Cerita akhir)

Masih teringang-ingang di telingaku mendengar desahan dan racauan yang membuat darahku berdesir cepat, desahan orang-orang dewasa yang belum aku mengerti arti sebuah desahan kenikmatan. (Baca cerita sebelumnya), setelah aku menyaksikan erangan yang sangat memilukan telingaku. Erangan dan racauan yang keluar dari Mamahku sendiri saat Ia di senggama oleh lelaki yang bukan Ayah tiriku. Entah apa yang ada dipikiran mereka.

***

"Eh!..Bengong aja," Rian mengejutkan aku.

Rabu, 11 Maret 2015

Pendekar Kipas Sakti berotak Mesum

SATU

Pagi terasa indah. Surya menampakan diri dengan malu-malu. Hembusan angin mengantarkan awan-awan tebal memapas puncak Gunung Merapi. Di puncak Gunung bergulung-gulung dengan kabut awan beriak putih. Serumpun Pohon dengan ranting yang sudah sangat rapuk masih tetap bertengger di kaki gunung sampai di tengahnya.

Di kaki gunung, terlihat deru debu berterbangan dari kaki kuda yang menghentak tanah dengan keras. Jalannya sangat cepat, seolah-olah ingin ada yang di tuju dengan segera. Menaiki dan melompat dengan menarik kekang tali kuda, orang ini sangat liahy dalam mengendarai binatang yang gagah dengan bulu berwarna putih.