Sabtu, 13 Juni 2015

Diktetif Jhon 009 Eps Lelaki Bertopeng

Badai gurun siang itu membuat tubuh terasa penuh tertutupi dengan debu-debu yang bercampur dengan keringat. Di balik tenda penampungan para tentara beberapa lelaki dengan wajah mimik serius memandang ke sebuah kertas di hadapannya. Semua berbadan tegap. Seragam loreng dan bermuka sangar. Salah satu dari lelaki itu dengan suara bernada wibawa berkata, "Katak bangkong, harus di posisi selatan!" ujar lelaki itu, "Setelah kalian dapat mesuk ke gudang mesiu target, kalian harus segera memasang dinamit. Mengerti!!" Lelaki itu memasang wajah serius sambil menatap semua yang hadir di lingkaran meja perundingan.





"Siap Pak!" jawab komandan Pasukan kodok bangkong.

"Selanjutnya untuk tugas Pasukan meyelinap saya serahkan kepada kepercayaan President. Ini tugas rahasia negara," seru pemimpin rapat itu. "Kalian hanya di izinkan menyerang dan membunuh jika di perintahkan," Lalu Pemimpin rapat itu segera mamakai kembali topi kebesarannya, lalu melangkah keluar tenda. Di ikuti komandan lainnya yang berada di bawah kepemimpinannya.

* * *

Matahari menyengat membakar dan memanggang gurun pasir penuh dengan debu yang berhamburan tertiup angin. Suaranya berdesir memapas wajah-wajah penuh harap mendapatkan uranium untuk di jual kembali. Lelaki dengan menggunakan penutup kepala dan berjenggot lebat awut-awutan dengan muka beringas menatap tajam ke arah jongosnya yang sedang mengais pasir. "Ente.." kata lelaki itu. "Ente kalau kerja yang serius, jangan cengar-cengir." Lelaki berujar dengan lugot Arab kampung.

Yang di sentak menundukan wajahnya tampa berani memandang. Mukanya pucat, kulitnya hitam legam serta tubuh yang kurus hanya kulit yang membungkus tulangnya. Dengan kaki gemetar lelaki ini terus mengais pasir untuk mencari uranium. Tiba-tiba "Buuk.." Pundaknya sakit. Ia meringis kesakitan. Tampak merah memar di pundaknya. Satu tendangan yang membuatnya meringis.

"Ampun pak...! Jangan tendang saya," pinta lelaki itu memohon.

"Ente bahlul wal majnun. Kerja gak serius. Pemalas ! Uh...Buuk..." Satu tendangan lagi mendarat ke arah pinggang lelaki kurus hitam legam itu. Sambil menahan rasa sakit seraya memohon ampun kepada ketua yang mempunyai Jenggot awut-awutan dan bersorban menjurai. 

"Di sini kerja untuk tuhan. Jihad membela agama tuhan. Kalian hanyalah budak. Cepat kerja yang keras lagi." Dengan nada garang dan mata menyolot tajam membentak orang kurus dan hitam itu.

"Buuk..."

Sekali lagi tendangan mendarat. Kini tendangan itu, tepat mengenai tulang rusuknya. Tampa ampun lagi. Orang itu tersungkur ketanah, lalu menggelepar tak lama kemudian tubuhnya tidak bergerak lagi alias tewas.

"Hai...Ente..! Urus mayat ini. " Mendengar perintah dari ketua itu. Salah satu anak buahnya bernama salim, segera mengurus tubuh yang sudah tidak bernyawa itu.

Seluruh budak terus bekerja. Tampa ada prikemanusian orang ini semena-mena dalam memperlakukan anak buahnya. Sungguh ironis memang. Kalau di zaman modern ini masih ada perbudakan. Seperti terjadi di negara kita. Di daerah tanggerang yang memperkerjakan manusia tampa di gaji dan seperti binatang. Sebaiknya orang yang kaya gini hukumannya adalah. Di jemur di jalan tol. Setelah puas dengan di jemur. Tangannya di ikat lalu di seret sampai habis tubuhnya di makan aspal Tol.

* * *

Lelaki tampan tubuhnya kekar dan banyak wanita yang tergila-gila padanya. Bukan hanya tampan tapi lelaki ini sangat mahir dalam menggunakan senjata api. Bahkan ilmu bela dirinya seperti Karate dan silat cimande yang sangat mumpuni.
Gerakanya sangat cekat dalam menjalankan tugas negara. Lelaki ini adalah:

Diktetif Jhon 009


Lelaki ini tampa memakai baju. Hanya sempak merk Codorai, yang Ia pakai untuk menutupi selangkangannya. Mungkin Jhon 009 kerasa gerah hidup di Timur tengah. Cuaca ekstrim sangat panas menyengat membuat bulu kuduk merinding merasakan betapa panasnya. Namun Diktetif Jhon tak ambil pusing. Sudah tugas negara yang harus Ia jalankan.

Terdengar suara Ringtone hapenya berdeting

"Halo..di sini Diktetif dengan kode 009," seru Jhon menjawab panggilan itu.

"Jhon...Tugas buat buat kamu," Suara itu tidak asing bagi Diktetif Jhon 009. Jendral besar Intelejen Negara Amerika. Lelaki yang sudah paruh baya ini adalah bernama Mr Smith. Sebagai jendral besar di bawah perintah rahasia dari president langsung, tampa melalui departement pertahanan. Bukan hanya di segani oleh President. Tapi beliau di beri jaminan hidup tampa ada batas baik gaji maupun finansial. Semua di jamin oleh Negara.

"Saya sudah di Irak Pak," kata Jhon. "Siap menjalankan Tugas dari Negara." Sambung Jhon sambil menyalahkan sebatang rokok. 

"Apa tugas saya."

"Panglima pasukan tempur darat bernama Deadbriant. Akan menyerang para penambang uranium di kawasan perbatasan. Pasukan tempur di beri nama Kodok Bangkong ini sangat canggih dan lihat dalam menyerang di darat. Persenjataan yang mendukung seperti senjata laras panjang dengan sekali klik bisa memuntahkan seratus peluru per detik. Bukan hanya dari senjata. Pengamanan diri pun di utamakan, seperti rompi anti peluru dan helm anti pecah kecuali kelindes truck." ujar Mr Smith menerangkan.

"Lalu apa tugas saya pak!" jawab Diktetif Jhon 009.

"Tugas kamu adalah!? Menyelidiki Mr Jose, dia adalah intelejen yang di tugaskan President untuk menyelidiki para pencari tambang Uranium itu. Terutama pemimpinnya untuk segera di tangkap." seru Mr Smith

"Lalu?" 

"Kamu aku tugaskan untuk menyelusup dan menyamar di antara, Panglima tempur Deadbrian, Mr jose dan pemimpim  penambang uranium. Nanti saya kirimkan wajah dari pemimpin penambang Uranium itu," Tak lama telepon itu mati. Tuuut...

"Sialan, baru istirahat sudah ada tugas aja," batin Jhon. "Malah gak ada perempuan lagi. Sial!"

Baru berkata begitu tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Jhon segera menuju pintu. Di bukanya pintu itu. Jhon hanya melongok dengan bersembunyi badan. Maklum hanya memakai sempak doang. 

"Siapa?" kata Jhon.

"Aku Salamah tuan!" Terdengar suara wanita yang menjawab. Betapa senangnya hati Jhon ketika Ia sedang membutuhkan wanita ternyata yang datang adalah seorang wanita. Namun Jhon menyeringai. Namanya Salamah, pasti wanita ini adalah wanita pribumi yaitu timur tengah.

Pintu di buka, terdengar suara derik pintu. Benar ternyata yang datang adalah wanita bercadar. Terlihat bodynya yang ramping. Walau belum terlihat paras wajahnya karena tertutup cadar. Namun Jhon sudah mengira kalau wanita ini pasti sangatlah cantik. Jhon memang pengalaman dalam menilai tubuh wanita.

Sejenak Jhon terdiam memandang. Diamnya bukan hanya terpana, tapi untuk mengamati, apakah ada yang tersembunyi yang akan membahayakan keselamatannya. "Kamu siapa dan ada apa?" tanya Jhon. Ketika berhadapan dengan wanita itu. Tiba-tiba wanita itu menunduk sambil menutup kedua matanya dengan telapak tangan. "Aw....!" "ada apa hai.?." tanya Jhon bingung.

Lalu wanita bercadar itu menunjuk ke arah selangkangan Jhon dengan telunjuk jarinya. Jhon terperanjat kaget, ketika ia melihat ke bawah selangkangannya, ternyata Ia hanya mengenakan sempak. Dengan sigap menutup dengan telapak tangannya sambil cengar-cengir malu. "Sialan malu aku hehehe" batin Jhon. Di susul cekikikan manja wanita bercadar itu.

Setelah Jhon berpakaian, wanita bernama Salamah itu pun masuk. Lalu Ia duduk di sisi tempat tidur Jhon. Sambil memandang lekat-lekat seluruh ruangan. Banyak ornamen ala Arabian. Walau tampak kusam dan banyak yang rusak akibat peperangan antar saudara dan sekte di Negara Irak kini.

Jhon membawakan segelas minuman dingin lalu di sodorkan ke wanita itu. Minuman dingin bersoda dengan alkohol ringan. Lalu Jhon bertanya:

"Siapa kamu ini?" tanya Jhon. Ia duduk di sampingnya.

Yang di tanya membuka cadarnya. Tercekatlah hati Jhon melihat paras yang begitu anggun nan cantik laksana bidadari gurun pasir. Matanya lentik berwarna biru, hidung mancung dengan lesung pipit di pipi kiri. Wajah tirus menguarkan aroma mewangi dengusan nafasnya. Membuat Jhon meleletkan lidah.

"Aku Intelejen Suriya. Di tugaskan untuk menemani kamu selama bertugas." ujar Salamah. Ia tersenyum. "Sekaligus aku akan menemani kamu selama menginap di hotel ini!"

Jhon mengangguk. Ia sudah tahu. Setiap di tugaskan oleh pemerintah pasti di sediakannya wanita yang akan menemaninya dalam mengemban tugas negara. "Apa yang kamu tahu tentang tugasku kali ini."Jhon bertanya. 

"Aku mendapat tugas yang sangat berat," jawab salimah. "bukan hanya menemani kamu. Tapi aku juga harus terlibat dalam penyelidikan ini."

Lalu Jhon kembali bertanya: "Kamu sudah menikah?"

Salimah menggeleng pertanda belum menikah. 

"Sudah pernah melakukan hubungan seks?" Pertanyaan Jhon membuat Salimah menyolotkan mata. Ia merasa di pelecehkan. Karena menurut keyakinan Salamah melakukan hubungan seks tampa menikah adalah dosa besar. Melihat Salamah menyolotkan mata, Jhon tertegun. "Kenapa sayang. Kok kamu menatapku seperti itu. Ada yang salah yah, dalam perkataan ku tadi," ujar Jhon menyeringai.

"Ya...adab bangsaku beda dengan adab bangsamu," jawab Salimah. "Bangsamu semua bebas termasuk melakukan hubungan seks di luar nikah. Sedangkan bangsa dan keyakinanku. Itu adalah perbuatan zinah."

Jhon mengangguk. Hatinya merasa malu. Rupanya gadis di depannya bukan gadis-gadis di negeri pamam syam. Semua gadis sudah tidak perawan. Tidak yang muda maupun yang tua, di negaranya doyan yang namanya seks. Walaupun  ada ikatan resmi seperti menikah, namun terasa kurang kalau belum melakukan hubungan seks dengan yang lain. Sungguh beda budaya barat dan budaya timur.

Bahkan saking gilanya budaya barat. Sampai-sampai melakukan hubungan seks sama binatang. Bahkan seperti binatang. Yang wanita gemar membuka auratnya. Bukan hanya gemar tapi sangat bangga kalau mempunyai tubuh yang seksi dan terbuka. Kalau bisa kepasar telanjang bulat. 

"Ya sudah!. Aku akan melakukan persiapan nanti malam untuk menyelidiki ke markas angkatan darat yang di pimpin oleh Deadbriant." Entah apa dengan angkatan darat itu sehingga Jhon harus menyelidikinya. Mungkin panglima tempur itu melakukan korupsi atau pungli sehingga meminta pajak kepada penambang Uranium. Nanti malam Jhon akan menyelidikinya.

DUA

Malam di timur tengah sangat indah. Bintang-bintang bergemelap dengan gugus sangat teratur nan indah. Jhon menatap kelangit dengan mendongakan wajah seraya bergumam di dalam hati, "Salimah sangat cantik. Cuma sayang Ia tidak bisa aku tiduri. 1001 Wanita pernah aku tiduri. Hanya Salimah saja yang membuat hatiku beku untuk merayu mengajaknya tidur. Sungguh kuat kepercayaannya. Tapi apa gerangan Mr Smith mengirimnya untuk menemani ku."

Pikirannya penuh tanda tanya. Menebak-nebak kenapa Mr Smith memilih gadis pribumi dari timur tengah untuk menemaninya. Tak lama kemudian Jhon di kejutkan dengan tangan yang lembut menyentuh pundaknya. Tangan itu sangat putih dan lembut serta bau harum farfum aroma khas dari timur tengah. Baunya seperti minyak nyo-nyong tapi bukan minyak nyo-nyong. Mungkin tepatnya bau aroma farfum non alkohol.

"Tuan..kenapa tuan bermuram durja," Suara itu suara dari Salimah. "Bukankah tuan dua jam lagi akan ke markas Jendral Deadbriant," kata Salimah. Lalu Ia berdiri di sampinng Jhon yang sedang asik memandang bintang-bintang di langit. "Benar dua jam lagi aku akan kesana." Jhon menjawab sambil menoleh memandang paras Salimah dengan mata nanar.

"Mau kah kita bercinta lebih dulu!" Salimah berkata dengan senyum manis dan manja.

Bagaikan kejatuhan bintang Jhon tercekat. Rupanya gadis itu sama saja dengan gadis-gadis yang lain. Sungguh beruntung Jhon mempunyai wajah yang tampan sehingga setiap wanita di buat klepek-klepek.

"Katanya kamu gak boleh melakukan hubungan seks di luar nikah," tukas Jhon. "Emang kamu enggak takut di bilang wanita penzinah. Apakah kamu mau di bilang gadis Jablay seperti di indonesia," ungkap Jhon.

"Budayaku memang tidak boleh. Tapi ada sekte yang membolehkan kawin kontrak," jawab Salimah. "Kita kawin kontrak, kamu mau?" kata Salimah lalu ia menyenderkan kepala ke bahu Jhon.

"Caranya?!" Jhon terlihat bingung

"Hehehe tanya aja ama penulis. Toh yang mengarang cerita adalah penulis," jawab Salimah menyeringai sambil tersenyum, sehingga tampak giginya yang putih. Tentu membuat Jhon rongga hidungnya menjadi kembang-kempis menahan tawa sekaligus kesal dengan jawaban Salimah. 

"Baiklah kita serahkan semua pada penulis. Toh dosa yang nangung dia sendiri Wk.. Wk.. Wk.. " Jhon tertawa girang. Kini rasa sangenya akan terbalaskan karena dapat persetujuan dari penulisnya. Sama halnya Salimah, Ia tertawa gelak-gelak melihat wajah Jhon yang tampan menjadi culun seperti Mr Bean.

Akhirnya mereka masuk kamar siap pemanasan dalam berperang. Pemanasan di barengi dengan syahwat bergejolak. Di dalam kamar penginapan itu, Jhon dan Salimah mengambil kuda-kuda.

"Tuan saya malu," kata Salimah.

"Malu kenapa?"

"Malu sama tuhanku, yang selalu mengawasi perbuatan setiap hambanya."

"Ehm.." Jhon berdehem lalu diam sejenak. Di hatinya Ia berkata. "Sialan nih cewek. Udah tanggunging malah berhenti. Bukin gue sewot aja." Batin Jhon. Namun apa daya. Mungkin memang benar apa yang di katakan wanita gadis ini. Dia malu, malu terhadap tuhan yang menciptakan keindahan seluruh alam ini.

"Baik lah kalau begitu," kata Jhon sambil bangkit dari rebahannya. Dan kembali memakai baju yang sempat ia buka. Kini Jhon galau. Sangenya kembali turun. "Maafkan aku Tuan," kata Salimah, seraya memeluk pinggang Jhon dan bersandar kepala di pundak Jhon dari belakang. "Iya ga papa!" jawab Jhon.

* * *

Pukul 21.00 Jhon bersiap berangkat ke barak tentara angkatan darat. Angkatan yang di beri nama Kesatuan Kodok Bangkong. Di pimpin oleh Jendral panglima Deadbriant itu.  Tugas Jhon adalah mengawasi gerak-gerik panglima itu. Walau Jhon sendiri bersasal dari kesatuan tersebut. Sedangkan tugas kali ini untuk menyelidiki kesatuan di mana Jhon pernah bertugas di kesatuan ini. Entah apa dengan kesatuan itu sehingga Jhon harus menyelidiki Kesatuan Kodok Bangkong itu. Kolusilah penyebanya.

Sementara itu di barak Tentara pasukan Kodok Bangkong yang di pimpin Deadbriant, mempersiapkan penyerangan yang akan di lakukan pada tengah malam. Penyerangan itu di rencanakan sangat matang. Pasukan di bagi dua. Pasukan pertama akan menyerang secara menyusup kedalam markas penyimpanan serta gudang Urannium yang di pimpim Hamed Syiman, lelaki bermuka beringas bersorban dengan jenggot awut-awutan. Sedangkan pasukan kedua akan menyerang apabila terjadi Chos antara pasukan pertama dan anak buah Hamed Syaman. Pasukan ini akan di terjunkan apabila keadaan sudah sangat genting.

Sementara Jenderal panglima Deadbriant sedang berbicara dengan rekannya bernama Mr Jose. Orang suruhan Departemen pertahanan Amerika Serikat. Intelejen itu di tugasi untuk mengamati gerak-gerik Hamed Syiman dan anak buahnya. 

"Pak! Dua ratus ton uranium sudah di kumpulkan oleh Hamed!. Sekarang tiba saatnya untuk membunuh Hamed dan mengambil semua Uraniumnya!." Yang berkata itu adalah Mr Jose. "Ini rahasia bersama. Hanya kamu dan aku yang tahu. Jadi jangan sampai bocor rahasia kita."

"Baik Pak," tukas Jendral Deadbriant. Lalu Ia keluar dari barak untuk mengecek kembali persiapan para tentara. Dengan penuh wibawa Deadbriant memberi aba-aba. "Pasukan siap!" Lalu lelaki terdepan pemimpin pasukan, mengangkat tangannya ke kening pertanda memberi hormat. "Siap pak!" kata lelaki itu penuh sigap. "Pasukan siap di terjunkan menuju target!" "Berapa batalyon siap menyusup ke arah musuh!" ujar Deadbriant. "Sepuluh orang pak!" jawab lelaki itu. Seraya kembali memberi hormat. "Kalau begitu laksanakan!" "Siap laksanakan!"

Lalu lelaki itu memerintahkan prajurit untuk segera berangkat menuju target. Dengan senjata kompelit dan tercanggih siap bergerak. Derap langkah mereka menggetarkan tanah. Suaranya serentak keluar dari sepatu Boat tentara mereka. Mereka seperti mesin bergugus-gugus menjalankan perintah tampa ada yang membantah. Semua patuh terhadap perintah panglima. Dosa besar bagi tentara lari dari tugas. Itulah karakter dari seorang tentara.

Jhon baru saja datang dengan menggunakan mobil anti peluru. Ia keluar dari mobil itu. Di susul dengan seoarang wanita bercadar. Melihat kedatangan Jhon dan wanita bercadar, membuat panglima Deadbriant dan Mr Jose terkejut. Segera Ia mendatangi Jhon.

Sebelum Deadbriant menyapa. Jhon terlebih dahulu menguarkan tanda berupa kartu tanda pengenal khusus. Lambang Intelejen rahasia itu sangat di segani di kalangan tentara. Karena siapa yang memiliki kartu itu, berarti orang itu kepercayaan President. Deadbriant mengangkat tangan menaruh telapak tangan di kening pertanda memberi hormat. 

Mr.Jhose melirik kepada Wanita bercadar itu. Ia tahu pasti wanita itu juga suruhan Departement pertahanan Amerika. Karena Jhose tahu sifat Diktetif Jhon yang mata keranjang dan bermuka sempak. Otaknya selalu mesum. Ia akan hebat kalau di dampingi dengan seorang wanita jika menjalankan tugas negara.

Deadbriant pun menatap tajam kearah wanita bercadar itu. Lalu Ia berbisik kepada Mr Jhose: "Siapa dia pak?!" Jhose menjawab. "Ia teman pendamping Diktetif Jhon." Deadbriant mengangguk. Ada rasa was-was kedatangan dua orang itu. Berarti rahasia antar Dia dan Mr Jhose harus benar-benar tertutup rapi. Karena rahasia ini rahasia yang sangat fatal, jika ketahuan kedua orang itu. Maka terbesit di hati Deadbriant untuk nermain belakang. Namun bagaimana caranya agar jejak untuk menyingkirkan Diktetif Jhon dari misi itu.

Sesasaat lamanya Deadbriant berpikir. Akhirnya Ia mendapatkan caranya. Di berilah tugas Diktetif Jhon untuk berangkat menggunakan pesawat, jadi Jhon tidak ikut iring-iringan pasukan darat untuk menyerang penambang Uranium yang di kuasai pemerintah Irak yang korup. Dengan alasan lewat darat lebih bahaya untuk keselamatan Jhon. Karena banyak milisi islam bergerilya di gurun pasir. Terutama Milisi ISIS.

Awalnya Jhon menolak namun dengan paksaan dan bujukan dari rekannya sesama Diktetif yaitu Mr Jose, akhirnya Jhon menurut untuk melalui udara dengan menggunakan Halicopter Puma.

Ada keanehan di rasakan Jhon melihat tindak-tanduk gelagat Deadbriant. Kenapa Jhon di suruh melewati udara, sedangkan Ia sendiri melewati darat sungguh perintah yang tidak masuk akal. Namun Jhon  mengerti sekarang. Kenapa Ia ditugaskan di Timur-Tengah. Mr Smith memberi tugas padanya untuk menyelidik dan membongkar tentara yang korup, termasuk temannya sendiri yaitu Mr Jose, sesama Diktetif.

Pasukan komando Kodok Bangkong sudah sampai di markas tepatnya gudang penyimpanan uranium yang di pimpin Hamed Syaman. Banyak tentara Hamed Syaman yang berjaga di gudang itu. Mereka di bekali senjata ringan, namun terlatih dalam menggunakan senjata. Tampak lelaki dengan jenggot meranggas keseluruh wajahnya. Memakai ikat kepala sorban. Matanya tajam melihat kesetiap penjuru. Senjata bergantung di lengannya dengan posisi jari telunjuk siap menarik pelatik senjata. Seraya mondar-mandir dengan penuh awas.

Sementara itu Tiga Prajurit Deadbriant mengarahkan bidikan senjatanya kearah lelaki itu. Teropong sudah tepat dengan tanda peluru akan bersarang di kepala lelaki itu. "Siap menembak Pak." Seru Prajurit yang di tugaskan membidik itu. Sementara Prajurit sebelahnya siap memberi aba-aba dengan kekeran berukuran kecil. Target siap di lumpuhkan. "Tembak sekarang Pak!" Perintah lelaki itu. 

Tar..

Satu peluru meluncur dari rongga laras panjang itu tepat melabrak tubuh lelaki jenggot meranggas itu. Tak ayal tubuhnya terpelanting kebelakang lalu bersandar di tembok belakangnya, lalu tak lama melosoh ke tanah dan tidak bergerak lagi.

"Formasi layang-layang. Sayap kanan masuk. Sayap kanan masuk," ujar pemimpin terdepan memberi perintah bagi tentara bagian barat untuk merangsek masuk. "Sayap kiri masuk. Sayap kiri masuk!" Lalu prajurit bagian kiri menyusul masuk dengan sigap dan cekat.

Melihat dua orang penjaga. Salah satu prajurit melempar belati tepat mengenai leher salah satu penjaga itu. "Argkk..." Mendengar kawan sebelahnya berteriak penjaga yang lain terkejut. Segera ia menarik pelatuk senjata. Namun naas, peluru lebih dulu bersarang di kepala. "Argk.." Darah menyembur dari batok kepala. Ia tewas. Tapi orang ini masih sempat menembak sebelum nyawa terlepas, walau tembakannya tak tentu arah.

Sementara itu prajurit terdepan tidak ambil waktu lagi. Segera membongkar kotak berukuran peti mayat yang terantai rapi itu berisi Uranium. Gembok pengikat di tembak. Setelah putus, terbukalah rantai pengikatnya. Bahu membahu prajurit pimpinan deadbriant membawa peti itu untuk keluar gudang. Sedangkan pasukan sayap kiri menyambut dari luar gudang dengan kendaraan tak jauh dari pintu gerbang. 

Sepuluh peti terbawa. Di barengi keluarnya pasukan sayap kanan untuk men-estafet peti Uranium itu untuk di berikan ke pasukan sayap kiri. Deadbriant memberi komando kepada pasukan sayap tengah untuk masuk meyebar untuk memasang dinamit TNT berkekuatan tinggi. Setelah di lihat pasukan sayap kanan dan sayap kiri berhasil keluar gudang, kini giliran pesukan sayap tengah untuk menjalankan tugas. Mereka membawa dinamit untuk di ikatkan ke tiang-tiang penyangga dan siap untuk di ledakan.

Tapi setengah pekerjaan. Tiba-tiba suara rentetan tembakan terdengar di mana-mana. Prajurit Hamed Syiam mengetahui dan segera memberi perlawanan dengan memuntahkan peluru ke arah pasukan sayap kanan dan sayap kiri. Sehingga membuat hati para tentara itu kebat-kebit. Lalu menembak balik untuk mempertahankan diri. 

"Bangsat misi ketahuan," ujar komandan tempur. Segera Ia mengambil alat komuniksi semacam HT. "Kodok satu terkepung. Kodok satu terkepung!" seru Komandan itu memberitahu kepada panglima yaitu deadbriant. Deadbriant segera memberi aba-aba kepada Kodok Bangkong melompat. Yaitu pasukan terakhir apabila misi mendapat serangan. Tak lama kemudian Sepuluh orang pasukan khusus penyelamat di terjunkan. Pasukan elite Kodok Bangkong melompat. Dengan berani dan bersenjatakan lengkap, meyerang balik dengan menembak membabi buta kearah tentara Hamed Syimam.

Karena persenjataan Tentara Hamed Syimam kurang canggih, menciutlah hati prajuritnya. Sehingga pasukan itu di buat kucar-kacir. Semua kalang kabut menerima serangan balasan tentara Deadbriant. Sesekali Rudal scot menghantam benteng sehingga menambah tengkuk bergidik bagi yang merasakan ledakannya. 

Sementara itu, mendengar gudang Uranium di serang. Gemetarlah tubuhnya akibat menahan marah. Saat itu Hamed Syaman sedang berada di kota Bagdad. Dengan nada keras Ia menyentak ajudannya. "Kafir iblis barat." Hardik Hamed Syaman, membuat ajudannya terperanjat kaget sambil memegang janggutnya.

 "Ada apa ya syeh!?" tanya ajudannya berseru.

"Gudang kita telah di bumi hanguskan oleh si kafir," Kata Jhon sambil menyolotkan matanya. "Cepat kirim pasukan untuk kita serang balik!" 

Bergegas sang ajudan berlari untuk memberitahukan pada yang lain, untuk bersiap melakukan peperangan. Dengan suara lantang Ia berteriak keras. "Pasukaaaan....!" Mendengar suara dari pemimpinya sontak prajurit lainnya berlari untuk mempersiapkan senjatanya masing-masing. Lima tank, mobil pick up lengkap dengan senjatanya berupa senapan berat yang dapat memuntahkan seratus peluru dalam satu menit. Serta prajurit khusus Rudal Scot. "Kita akan berperang. Demi Irak dan Agama kita mari," ujar ajudan itu.
Pasukan itu pun berangkat.

Sementara itu di gudang uraminium sangat genting. Pasukan tentara America yang di pimpin deadbriant terus membantai pasukan tentara Hamed Syamin dengan senjata-senjata berat. Tentara Hamed Syaman banyak yang tewas. Hujan peluru dari pihak musuh membuat formasi pasukan Hamed Syaman kocar-kacir. Banyak mayat bergelimpangan dengan banjir darah. Ada juga mayat yang sudah tidak berbentuk akibat terkena ledakan dasyat dari rudal pihak musuh. Maka saat itu juga pasukan Hamed Syaman mengatakan menyerah. Mereka kehilangan kontrol karena tidak ada komando dari jendral besarnya yaitu Hamed Syaman.

Karena misi berhasil. Deadbriant tertawa menyeringai puas. Dengan bangganya Ia berkata: "Abadilah America. Kayalah Deadbriant." Setelah berkata begitu, Ia teringat Diktetif Jhon 009. "Orang ini harus di singkirkan. Karena dapat merusak rencanaku!" gumam Deadbriant.

Ketika itu Diktetif Jhon masih di perjalanan menuju gudang Uramunium yang di maksud. Jhon berada di belakang bangku heli puma itu. Saat Ia sedang asik mengamati gurun pasir yang luas di malam hari, tiba-tiba suara handphonnya berbunyi, lalu di angkatnya. "Jhon..keadaan darurat. Kamu harus melompat dari heli itu." Kata penelpon itu. Suaranya asing bagi Jhon. Namun suara itu seperti pernah di dengarnya. "Ada ap...." Belum saja selesai menjawab telepon itu telah mati. Jhon jadi bingung apa yang harus Ia perbuat dengan disuruh melompat dari Helicopter. Apalagi di mala hari ditengah gurun pasir. Mana mungkin Ia melakukannya.

Di balik kebimbangan Jhon tiba-tiba Salamah berkata, "Jhon...Aku di suruh terjun oleh atasanku, bagaimana ini?!" tutur salamah dengan wajah pusat. Mendengar perkataan Salamah, Jhon jadi tertegun, ada apa gerangan?

Tampa pikir panjang Jhon segera mengambil tas terjun payung yang sudah tersedia di samping pintu heli. Degan cepat Ia memakaikan tas terjun payung itu ke tubuh Salamah terlebih dahulu. Setelah itu baru Ia memakainya. "Kita harus siap untuk terjun bebas sayang!" seru Jhon sambil tersenyum getir. Salamah mengangguk dengan mata nanar dan mimik pucat.

Tampa sepengetahuan sang Pilot, Jhon menarik tangan Salamah dengan erat dan bersiap untuk terjun. Setelah satu langkah ingin melompat, Salamah menarik kembali tangannya. "Aku tidak bisa menggunakan parasit ini Jhon," kata Salamah. "Bagaimana kalau aku tidak bisa membukanya. Walaupun bisa, aku tidak bisa mengendalikannya Jhon. Aku takut!"

"Baiklah. Kita terjun satu payung saja. Biar aku ikat tubuh kamu ketubuhku.," terang Jhon. Lalu segera Salamah di peluknya dengan erat sambil mengikatkan tali melilit ketubuhnya dan tubuh Jhon. "Kamu pintar Jhon," Salamah memuji. Jhon hanya tersenyum. "Malam ini kamu cantik sayang," canda Jhon. "Boleh aku buka cadarmu," pinta Jhon sambil membuka cadar yang menutupi wajah Salamah.

Tampaklah wajah Salamah yang cantik jelita di balik cadarnya. Wajahnya membuat Jhon menjadi gemas ingin menciumnya. Tak ayal menahan nafsu. Jhon dengan cepar melumat bibir Salamah. Wanita itu terenyak merasakan bibir Jhon yang terhempas begitu cepat ke bibir yang merah meranum itu. Dengan rakusnya Jhon tak memberi kesempatan untuk memberi nafas kepada Salamah.

"Jhoon...oh....Jhoon.." racau Salamah menahan nafas.

Hangat di rasakan menjalar keseluruh tubuh. Baru kali ini Salamah merasakan ciuman dari seorang lelaki. Tubuhnya bergetar tak karuan. Nafasnya megap-megap membuncah. Matanya menjadi sayu. Rupanya Salamah sangat menikmati ciuman dari bibir lelaki itu. Lelaki yang menjadi pathnernya.

Sekian detik mereka asik berciuman. Jhon mendorong tubuh salamah di ikuti tubuhnya yang terikat pada tubuh Salamah. Tampa aba-aba lagi membuat Salamah terkejut dan melepaskan bibirnya. Betapa ngerinya saat itu di rasakan Salamah. Tubuhnya sudah melayang di udara yang gelap gulita. Entah ide gila apa, yang membuat Ia dan Jhon harus terjun di kegelapan malam sati payung dua tubuh.

"Jhon.. aku takut jhoon.." Salamah berteriak kencang. 

"Tenang sayang!" ucap Jhon dengan nada dingin. "Kita akan mendarat di padang pasir itu." Sambil menunjuk ke arah utara. Angin sangat kencang di atas sana. Kira-kira dua ratus kaki, Jhon melepaskan payungnya. Tubuhnya dan tubuh Salamah berayun-ayun. Salamah hanya berani manatap wajah Jhon. Ia tidak berani memandang kebawah. 

Merasa di perhatikan, Jhon menjadi risih. Di tatapnya wajah Salamah, Ia memandang kelopak mata yang indah di hempas semilir angin. Salamah pun begitu. Mereka saling memandang di atas udara yang dingin. Dengan tatapan nanar, Jhon mengecup bibir yang halus dan penuh kelenbutan itu. Dirasakan hangat. Salamah pun menyambut ciuman Jhon. Ia sudah tidak perduli lagi dengan rasa takutnya. Sambil meringis nikmat, "Jhon... Oh...Jhon..Kamu hebat Jhon..ssst eeegh...kamu nakal Jhon." 

Jhon menjawabnya: "Maafkan aku sayang..oh...terpaksa aku menciummu..ea say...egh...ma..ma..maafkan aku say...ooh.."

Kira-kira seratus kaki dari permukaan tanah. Tubuh kereka mulai terhempas kencang. Hempasannya sangat terasa melabrak angin. Jhon punu melepaskan ciumannya. Sedangkan salamah ketika Ia sadar dari kenikmatan sesaat, betapa terkejutnya Ia. Ternyata Dia masih belum lolos dari kematian kalau Jhon gagal mendarat dengan Parasitnya.

"Jhoon...aku takut.! Seru Salamah menutup mata.

"Peluk aku yang erat sayang." kata Jhon. Seraya mau membuka parasut dari tasnya. "Hitungan ketiga, kamu harus lebih kencang memeluk aku. Karena hentakan akan kita rasakan ketika payung terbuka." seru Jhon.

"Oke...1..2..3..." Jhon menghitung maju lalu ketika hitungan ke 3 Jhon segera melepaskan pengait kunci parasit itu. "Bleees...." Payung parasit terbuka. Betapa terkejutnya Salamah ketika payung parasut terbuka, tubuhnya terasa terhentak ke atas. Namun tak berapa lama, di rasa seperti melayang. Tidak seperti orang terjun. Tapi seperti sedang terbang melayang mengantung-gantung.

"Tahap pertama kita selamat sayang!" kata Jhon. "Kita bersiap-siap untuk tahap kedua.!"

"Apa itu tahap kedua Jhon," tanya Salamah dengan hati ngeri. 

"Kita akan bersiap-siap terhempas ke tanah!" jawab Jhon. "kalau bisa kamu harus bisa mengimbangi tubuh kamu, ketika kaki kamu berpijak pada tanah. Kalau gagal kamu akan terjatuh tersungkur. Maka tubuh kamu akan sakit.

Mendengar penuturan Jhon. Salamah kembali kebat-kebit hatinya. Rupanya masih ada lagi jalan maut di depannya. Melihat wajah salamah terlihat ketakutan, Jhon berkata, "Tenang sayang. Kamu peluk aku saja yang kencang. Salamah mengikuti apa yang di perintahkan Jhon, Ia pun segera memeluk Jhon dengan eratnya. Membuat Jhon tersenyum.

Tinggal 50 meter lagi kaki sampai ke permukaan tanah. Dengan cekat Jhon mengendalikan laju parasut. Terlihat hanya hamparan pasir yang luas. "Celaka," gumam Jhon. Hatinya menjadi  ciut, ketika hamparan pasir sangat luas dan tidak bertepi. "Bisa hidup sendiri di gurun pasir aku!" batin Jhon. "Gak ada persiapan makan dan air lagi." Bingunglah Jhon.

"Setan alas," hardik Jhon Kesal sendiri. "Sial mulu aku kalau di kasih tugas."

"Jhon...sudah sampai belum," Salamah berkata sambil terus memejamkan matanya. "Iya sayang sebentar lagi!" jawab Jhon. 

Antara tanah dan kaki Jhon sekira sepuluh meter, Jhon bersiap untuk mendarat dengan menggunakan kakinya. Ditariknya tali parasut kebawah. Ketika itu juga, parasut menjadi balik keatas. Disitulah Jhon mulai memainkan kakinya ke tanah agar ketika terjatuh, Ia dapat menahannya. Tapi sayang. Karena satu parasut untuk dua orang, jadi keseimbangan menjadi kacau. Apalagi Jhon jarang melakukan terjun payung walau mantan prajurit. Maklum Jhon mengambil angkatan darat. Bukan Udara. 

Benar, ketika kaki kanan Jhon sudah sampai menginjak tanah. Tiba-tiba kaki kiri terpelintir, sehingga tubuhnya terhempas ke kiri. Di tambah Jhon menahan tubuh Salamah agar Ia terjatuh tidak menindih tubuhnya. "Ugh...Jhon" Salamah berteriak.

Dan sialnya lagi. Ternyata kedua kaki Jhon amblas, karena di luar perkiraan, termasuk penulis cerita ini. Ia kecele. Di kira  jatuh ke tanah yang keras. Tak tahunya bukan tanah tapi gundukan pasir. Namanya juga padang pasir, sudah jelas akan amblas jika kita injak.

Buuk...

Ngeek...

Aw....

Jhon meringis kesakitan ketika terjatuh dengan posisi kesamping. Ditambah tubuh Salamah menindihnya. "Sompret..sompret..sompret..." cecar Jhon pada nasibnya sendiri.

* * *

Flash back setelah Jhon dan Salamah melompat dari Helicopter puma sekira setengah jam. Helicopter itu meledak dengan sendirinya. Sehingga pilot dan co pilot tewas berkeping-keping bersama helinya. Dan berita meledaknya helicopter puma yang membawa Diktetif Jhon dan Salamah, tersiar telah di tembak oleh Milisi Islam ISIS. Departement pertahanan America mempercayainya berita tersebut.

Termasuk Jendral panglima deadbriant. Dia merasa puas telah membuat laporan bohong. Dan yang terpenting rasa puas telah membunuh Diktetif Jhon 009, yang akan menjadi penghalang untuk berbuat korup. Lalu siapakah yang memberi tahu kepada Jhon, sehingga Ia menyuruh Jhon segera terjun melompat dari Helicopter puma naas tersebut.

Lelaki misterius itu sangat pintar. Sehingga Ia pun berhasil menolong kembali Diktetif Jhon kedua kalinya dari kematian. pertolongan pertama yang di lakukan ketika Jhon tertangkap oleh Bandar Narkoba Black Blood (baca kisah pertama) dan kini Ia berhasil menolong Diktetif Jhon dari tipu muslihat Jenderal Deadbriant yang korup.

Jhon sendiri belum tahu siapa gerangan lelaki ini. Ketika Ia menelpon untuk segera Jhon melompat, terasa kenal suaranya. Yaitu seperti suara seorang lelaki bertopeng ketika Diktetif Jhon tertangkap oleh Bandar Narkoba.

Mari kita tinggalkan cerita Diktetif Jhon 09 sejenak. Kita menuju ke Gudang Uranium milik Hemed Syaman yang di serang oleh Prajurit yang di pimpin oleh deadbriant. Gudang itu kini rata dengan tanah. Banyak puing-puing berserakan, dan bau misiu menyengat rongga hidung. Pasukan Hamed Sayaman kocar-kacir seperti anak ayam kehilangan induknya. Bahkan ada yang berlari kalang kabut sampai kecepirit di celana dan terkencing-kencing berlari untuk meninggalkan medan perang.

Sementara itu Deadbriang melihat kemenangannya. Ia langsung menghubungi Diktetif Jose, "Kita telah berhasil mengambil Uranium itu Pak!" ujar Deadbriant. "Secepat ini kita harus segera menjualnya pak!" 

Mr Jose menyetujuinya. Lalu Deadbriant berkata lagi. "Ini rahasia kita berdua pak. Jangan sampai ada yang tahu. Kalau ada yang tahu bahaya lah kita pak." Tukas deadbriant.

"Pada siapa kita menjualnya pak?" Mr Jose bertanya.

Ketua ISIS dari suria pak!" 

"Siapa yang jadi pelantara sehingga kita bisa jual."

"Hamed Syaman"

"Apa!"

Mr Jose terkejut.

"Ya pak pemilik Uranium itu sendiri," Ujar deadbriant.

"Bagaimana bisa!? Tukas Mr Jose.

"Bisa pak. Nanti hasilnya kita bagi sama. Semua hasilnya akan masuk kantong pribadi pak!" 

"Berarti Hamed Syaman berkhianat sendiri pada negaranya." seru Mr Jose.

"Ya pak! Dia juga prajurit paling korup di pemerintahan saddam husein dulu ketika irak masih kekuasaannya."

Tampa di sadari deadbriant, pembicaraan itu di rekam oleh Mr Jose. Rekamannya langsung tersambung ke istana president. Sementar iti, President mendengarkan pembicaraan iti menjadi geram. Ternyata masih banyak tentara yang korup. Dengan segera President menghubungi gedung Pentagon. Pejabat setempat langsung menanggapinya. Lalu di kirimkannya sinyal ke angkatan laut yang berada di laut lepas di kapal induk milik angkatan laut Amerika serikat. Maka perintah President untuk menangkap tangan deadbriant jika terjadi transaksi.

Di ceritakan di atas, mendengar Uranium di curi dan gudangnya di serang Hamed Syaman murka dan marah, Ia pu  mengerahkan pasukannya secara besar-besaran untuk menyerang balik ke gudang penyimpanan Uranium itu. Namun karena jaraknya agak jauh, pasukan Hamed Syaman terlambat. Pasukan Kodok Bangkong sudah pergi setelah menghancurkan seluruh bangunan dan gudang sehingga rata dengan tanah. 

Terkejutlah President Irak mendengar laporan itu. Sedangkan Hamed Syaman menanggapi dengan santai. 

Perlu di ketahui. Kenapa Hamed Syaman tidak ada di tempat ketika penyerangan itu terjadi?. Kerena memang ada unsur kesengajaan agar Ia selamat dan berpura-pura menyerang ketika serangan sudah selesai dan Uranium sudah di bawa kabur oleh pasukan Kodok Bangkong yang di pimpin oleh Deadbriant. Karena mereka sudah sekongkol untuk melakukan korupsi.

Orang-orang yang terlibat adalah.

Deadbriant 
Mr Jose
Dan Hemed Syaman

* * *

Senja hari itu terasa menyilaukan mata. Warnanya merah orange, membuat warna lagit menguning. Lembayung senja sangat indah. Apalagi ketika matahari senja itu hampir tenggelam di ufuk barat. Warnanya sangat indah memerah dan bulat besar, namun perlahan-lahan mengecil dan redup lalu hilang tenggelam dan hari pun berganti malam. 

Gema azan magrib terdengar jelas. Di balik sorbannya Hamed Syaman menyimpan senapan kecil yang selalu di bawa kemana Ia pergi. Dengan khusuk Hamed Syaman menjalankan ibadah. Ketika Ia selesai menjalankan solat magrib. Ia pun segera keluar untuk mengontrol, pasukannya. Sepuluh langkah berjalan keluar dari gerbang pintu masjid. Tiba-tiba dari arah selatan sebuah mobil pick up dengan dua orang penumpang menghampirinya. Salah satu orang itu dengan cekat membius dari belakang menggunakan sapu tangan yang sudah di semprotkan dengan zat beracun. Tampa sepengetahuam Hamed Syaman, ia pun saat itu juga jatuh terkulai. Lalu orang itu segera membawanya ke dalam mobil.

Tak lama kemudian Hamed pun sadarkan diri. Setelah Ia siuman, Ia bingung entah di mana. Tubuhnya terikat di kursi dengan menggunakan rantai melilit tubuhnya. Tampak seseorang menghampirinya, lalu orang itu berkata, "Kamu panglima yang menguasai pertambangan Uranium." Hamed Syaman di tanya tidak langsung menjawab. Sehinga membuat orang yang bertanya menjadi kesal. Di tamparlah Hamed Syaman begitu kencang sehingga begitu panas di pipinya. "Cepat katakan, apa benar nama kamu Hamed Syaman?!" Karena di hatinya bertanya buat apa berbohong, akhirnya Hamed Syaman mengangguk pertanda iya. "Lalu mau di jual kemana itu Uranium," "Ku serahkan ke negara," katanya bohong. "Terus! Kenapa waktu penyerangan kamu tidak ada di lokasi," Pertanyaan kali ini membuat Hamed Syaman bergetar hatinya. "Saat itu aku sedang mengadakan pertemuan dengan pejabat-pejabat negara. "Kamu bohong!"Orang itu menyentak.

"Kamu telah menghianati negara kamu sendiri." Orang ini berujar dengan tatapan dingin. "Kamu telah bersengkongkol dengan tentara kami ya kan!" Katanya dengan neda sedikit tinggi. "Jawab! Kalau kamu bersandiwara dengan pemimpin Pasukan Kodok Bangkong. Hamed Syaman terkejut lalu menundukan wajah. "Sekarang kamu harus jaga rahasia ini. Kamu saya lepaskan. Syaratnya Transaksi dengan Deadbrian tetap berjalan. Buat transaksi sama panglima Deadbriant. Kami intelejen negara akan menangkap tangan atas perbuatan korupsi ini." Kata orang itu. Seraya berbisik pada orang sebelahnya. "Kirim pasukan segera untuk menangkap Deadbriant jika transaksi berlangsung," orang yang di bisik mengangguk.

Keesokan harinya di mana akan di adakan transaksi antara Deadbriant, Hamed Syaman dan kelompok Islam radikal yaitu ISIS, sebagai pembeli untuk senjatanya. Juga Mr Jose, sebagai saksi atas transaksi itu. Ketika mereka mengadakan  pertemuan di tempat yang sangat rahasia untuk membahas masalah pembayaran. Namun Mr Jose tau tempat itu. Ia segera memberitahukan kepada pusat. 

Serta merta Pasukan pusat mempersiapkan untuk melakukan penggerebekan atas transaksi itu. Serta menangkap Jenderal Deadbriant. 

Setelah transaksi berlangsung, Mr Jose segera meninggalkan orang-orang itu. Melihat gelagat Mr Jose ada yang tak lazim, membuat Deadbriant menegurnya; "Mau kemana Mr Jose." Mr Jose menjawab. Aku ada keperluan sebentar. Ada yang harus aku hubungi." ujar Mr Jose.

Baru saja Mr membalikan badan untuk melangkah. Terdengar suara orang menendang pintu. Laku terdengar suara derap sepatu sangat riuh. Deadbrian hatinya tercekat. Benar saja, tak lama beberapa orang masuk keruang pertemuan.

"Angkat tangan, jangan bergerak."

Deadbrian terkejut bukan alang kepalang. Yang datang bukan dari pihak musub, tapi dari pihaknya sendiri. Yaitu tentara khusus atau Polisi Militer. Dengan cepat Pasukan ini membekuk deadbrian. Sedangkan Mr Jose tampak tak terlihat. "Kemana Mr Jose?!" batin Deadbriant. Di cari-cari tak terlihat. Polisi Militer itu hanya menangkap dirinya. Sedangkan Mr Nose dan Hamed Syaman tidak di tangkap. 

Setelah di giring ke mobil khusus lapis baja. Deadbrian sempat melirik ke arah kanan. Betap terkejutnya Deadbriant, ternyata Mr Jose bersama Diktetif Jhon 009. Ia menyangka kalau Diktetif Jhon sudah tewas dalam Helicopter Puma yang Ia tembak. Sedangkan laporan mengatakan Helicopter Puma yang di tumpangi Diktetif Jhon telah di tembak jatuh oleh pasukan militan islam garis keras. ISIS.

"Sial aku telah di jebak." kembali Deadbriant membatin. Dia merasa di kelabui, merasa di khianati. Terutama Mr Jose.

Perlu di ketahui. Setelah Diktetif Jhon telontar dari Helicopter puma. Dan mendarat di gurun pasir bersama Salamah. Dua jam kemudian pertolongan datang. Jhon di jemput kembali. Dan Ia selamat kembali yang kedua kalinya dari misi yang di rasa sangat sial kali ini. Sial tidak bisa tidur sama wanita, sial di jebak, dan sial misi tampa target. Sedang kan lelaki bertopeng seperti Judul di atas, lelaki itu adalah:

Mr jose Diktetf 008

Sekian


2 komentar: