Jumat, 09 Oktober 2015

Ghost Castle part 2

Sebelumnya


SATU
Pagi itu dirasa sangat indah bagi anak-anak. Mentari pagi menghangatkan tubuh dan suara riuh ayam jantan berkokok, memberi semangat. Seakan-akan menyuruh anak-anak bangun lebih awal dikarenakan perjalanan menuju rumah hantu itu sangatlah jauh serta jalannya berliku penuh terjal. Oleh karena itu, paman George menyuruh agar berangkat di pagi hari, sehingga sampai di sana masih keadaan terang.

Paman George khawatir terjadi masalah sebelum sampai ke istana itu, oleh karenanya Paman George menyuruh anak-anak berangkat lebih awal. 

Rose terlebih dulu bangun dari paraduannya. Boneka Barbie kesayangan, di raih lalu dirapikan rambut Boneka Barbie itu penuh dengan kehati-hatian. Sambil mencium bonekanya Rose berkata pada Barbienya; "Em...aku rapikan dulu rambut kamu, dan ku ganti bajumu yah cantik..!"


Tok tok tok

Briant mencoba untuk membangunkan chesy dan Rose.

"Masukkk..gak di kunci!" kata Rose dari dalam kamar.

Briant segera masuk. ""Selamat pagi Rose, selamat pagi chesy," sapa Brian. "Pasti tidur kalian sangat lelap?. Oh..yah Jose sudah menunggu di depan. Segeralah bersiap-siap untuk perjalanan kita!"

Rose dan Chesy segera beranjak. "Yuhuuu...sapa pagi dengan ceria.." kata Chesy semangat. Rose pun segera bangkit, sebelumnya ia merapikan boneka Barbie kedalam tas khusus. "Oke Briant..." kata Rose tersenyum. Briant pun menyambut dengan senyuman hangat.

Peralatan dan persiapan telah lengkap. Mereka bergegas menuju mobil elf. "Hai..! Mana Paman George," seru Jose. Chesy menoleh kekanan dan kekiri untuk mencari keberadaan Paman George. 

"Barusan sedang duduk santai di ruang belakang," kata Briant. "Ches...coba kamu lihat diruang belakang," kata Briant kembali.

Chesy segera berlari ke ruang belakang. Namun tidak terlihat paman George duduk di bangku ruang belakang itu apa yang dikatakan Briant. Lalu chesy mencari ke sisi timur siapa tahu Paman George sedang berada di samping rumah memberi makan hewan ternaknya. Ternyata tidak ada juga. Akhirnya Chesy kembali bersama anak-anak.

"Ada gak Chesyy..! Paman Geors?" Jose bertanya lebih dulu. "Iya ada gak?!" sambung Briant. Chesy menggelengkan kepala. "Kemana Paman George!?" gumam Jose kembali. "Sudah, kita cari ramai-ramai. Cari Paman George di di ruang bawah tanah, mungkin Paman George di sana!"

Mereka pun terpencar untuk mencari keberadaan Paman George. Chesy dan Briant mencari ke sisi rumah dan ladang gandum. Sedangkan Jose dan Rose mencari kedalam ruangan dalam. Jose tahu kalau di ruang dapur terdapat ruang bawah tanah. "Rose kita cari Paman George kedalam ruang bawah tanah itu," seru Jose sambil menunjuk kearah bawah di lantai dapur, terdapat seperti penutup lubang di lantai itu, yang terbuat dari kayu balok yang sangat tebal. "Coba kita lihat!" Rose berseru.

Di angkat penutup lubang itu, namun tidak terbuka seakan-akan terkunci dari dalam lubang itu. "Ah!.. Berat sekali penutup lubang ini!" Kata Jose. "Apakah kita panggil Chesy dan Briant," kata Rose. 

"Emm..Jose berdehem lalu diam sejenak. Ia berpikir keras cara membuka penutup lubang itu. Ada sela untuk di congkel, tapi masih saja keras tidak bergerak sedikit pun. Lalu Rose mencoba ikut membantu mendongkel menggunakan alat seperti besi panjang. Sial, masih saja tidak bergerak. Rasa penasaran terus dirasakan oleh Jose dan Rose.

Tak lama kemudian, lamat-lamat terdengar suara Chesy dan Briant dari pintu luar.

"Josee.. Rose.. Kamu dimana?" yang memanggil adalah Chesy.

"Kami disini! Didapur," Jose menjawab lantang.

Briant dan Rose menghampiri. "Lihat kawan, sepertinya ada lorong rahasia di bawah sini," ujar Jose. "Coba kita lihat. Tapi sayang! Penutupnya susah sekali di buka!" seru Jose kembali.

Briant menoleh kekanan, kekiri melihat benda apa saja yang bisa dijadikan alat untuk membuka pintu ruang bawah tanah itu. Ruang yang masih rahasia, apakah benar itu ruang bawah tanah atau bukan. Di hati Briant bertanya, buat apa Paman George membuat ruang dibawah tanah. Pasti ada rahasia yang tersimpan. Tapi kemanakah Paman George pergi. Padahal Paman George tahu kalau pagi ini anak-anak akan berangkat ke rumah berhantu itu. "Sungguh aneh!" gumam Briant didalam hatinya.

"Briant lihat!" kata Jose. Sambil menunjuk kearah jendela. "Itu ada seikat anak kunci. Coba ambilkan, siapa tahu ada kunci buat membuka pintu rahasia ini."

Briant segera mengambil ikatan anak kunci yang ditunjukan Jose. 

"Sepertinya salah satu anak kunci ini bisa membuka pintu ruang rahasia itu." kata Briant sambil memberikan anak kunci kepada Jose. 

Jose memilah-milah anak kunci itu dengan teliti, namun kunci itu tidak sama dengan rongga rumah kunci penutup lubang ruangan bawah tanah. Lalu Jose melihat sebuah lubang pahatan berbentuk segi lima, ukuran setelapak tangan. "Pasti ada pasangannya," seru Jose membatin. "Tapi mana! Kunci-kunci ini tidak ada yang sama." Jose berpikir keras.

Tiba-tiba terdengar suara Paman George dari arah belakang mereka, mereka pun terkejut! "Sedang apa kalian disini?" 

"Pa.. Paman! Paman dari mana saja kami cariin, tapi paman tidak ada," ucap Briant. 

"Iya Paman! Padahal kami menunggu paman, bahwa kami mau berangkat kerumah hantu itu," Chesy menimpal. "Kemana aja sih Paman ini" sambung Chesy bertanya.

Paman George menyeringai lalu berkata. "Paman baru saja keluar rumah!" jawab Paman George. "Oh yah..maaf kan Paman! Kalau kalian mencari-cari Paman, uh..sudah siang, sudah kalian berangkatlah." ujar Paman George lalu berbalik badan untuk pergi keluar.

"Tunggu Paman!" kata Briant. Paman George menoleh kembali.

"Boleh tanya Paman, ini sepertinya ada ruang bawah tanah, kalau boleh tahu, ruang apa Paman!?" Briant bertanya dengan mimik wajah serius.

Paman George menarik nafas dan sempat terdiam beberapa saat. 

"Oh.. Itu. Bukan apa-apa hanya ruang tempat penyimpanan barang-barang bekas!" jawab Paman George. 

Briant terdiam. Masih tanda-tanya dihatinya mengenai ruang bawah tanah itu. Rupanya Paman George menyimpan rahasia dari anak-anak. Namun Briant tidak gegabah dulu untuk menanyakan lebih detail lagi. Takut paman George tersinggung. 

Perasaan yang sama juga dirasaka  oleh Jose, Chesy dan Rose. Mereka saling pandang. Lalu Jose berdiri dari tempat itu. "Sudahlah, ayo kita berangkat ke rumah hantu itu," kata Jose. Mereka pun keluar menuju mobil yang sudah terparkir sedari tadi.

Sementara anak-anak sedang membereskan barang-barang yang akan dibawa, Paman George memandang anak-anak penuh sesuatu yang tersimpan dihatinya. Perihal Ruang bawah tanah.

"Paman kami berangkat," kata Chesy sambil melambaikan tangannya. Paman George pun membalas lambaian tangan, namun Paman terlihat melemparkan senyum kecut. "Daah..Pamaan..." sambung Rose juga melambaikan tangan kepada Paman George.

DUA

Bukit-bukit tampak terlihat indah di pandang mata. Serumpun  pepohonan vinus menari-nari seolah-olah menyambut mereka di tengah perjalanan. Daunnya rindang, batangnya kekar lurus menjulang tinggi menambah sejuk, tidak panas. Keempat remaja ini berdiam masing-masing menikmati alam disekitar bukit itu. Rose, sesekali membelai rambut boneka Barbie, terkadang ia cium begitu sayang seperti kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Melihat tingkah laku rose kepada boneka Barbienya, Jose yang melihat itu tertawa menggelitik di dalam hatinya. "Wanita aneh kamu rose," batin Jose. "Ngomong sendiri sama boneka hi hi hi" 

Melihat Jose tersenyum simpul sendiri, Chesy menjadi bingung melihat Jose. Terpintas dihati untuk membuat Jose kaget.

"Dooor."

"Hayooo..lamunin apa tersenyum sendir!" sentak Chesy mengejutkan Jose.
Jose pun terkejut sambil mengusap-ngusap dada karena kaget. "Bangun, bangun,, makan nasi pakai lalap petay," kata Jose. "Uh..kamu itu Chesy..ngagetin aku aja." Chesy hanya tertawa kecil, "Hi hi hi iya iya maaf..abisan kamu senyam-senyum sendiri kaya orang gila diperapatan jalan." tukas Chesy manja sambil mencubit hidung Jose. "Ah.. Kamu ini!

Lalu mereka bersandar pundak. Dirasakan sangat hangat tubuh Chesy dirasakan oleh Jose. Seraya membelai rambut Chesy yang terurai dan awut-awutan akibat dikibas angin dari jendela mobil yang sengaja dibuka agar angin masuk. Maklum mobil itu tampa pendingin AC.

Chesy membelai telapak tangan Jose dengan jari-jemarinya. Ada rasa geli menggelitik dirasakan Jose. "Em...em...Chesy..geli sayaang.." kata Jose. Bukan hanya jari-jemari yang menggelitik, tapi telapak kaki Jose serta merta di gelitik oleh kaki Chesy. "Hi..hi..hi..nakal kamu Chesy," ucap Jose sambil mencubit hidung Chesy. Lalu Chesy pun tersenyum manja.

Sementara itu, Briant dan Rose duduk dibangku belakang. Mereka hanya berdiam membesi. Tatapan mereka hanya memandang keluar. Sedangkan Rose terkadang berkali-kali mengangguk akibat kantuk. Angin yang masuk melalui kaca jendela mobil mengusap-usap mata Rose. 

Sedangkan Jose dan Chesy masih bercanda kecil, bercumbu rayu, saling menghangatkan tubuh masing-masing. Tangan Chesy yang nakal membuat Jose tak karuan di buatnya. "Sudah ah, jangan menggelitik!" kata Jose. Namun Chesy masih saja menggoda Jose dengan jari-jemarinya penuh syahwat.  "Chesy... Sudah dong.. Aku geli. Kamu suka banget sih gelitikin orang," bisik Jose pelan. 

"Jos..aku mau tanya!" kata Chesy.

"Tanya apa sayang?" jawab Jose. Kata-kata sayang yang di lontarkan Jose membuat hati Chesy berbunga. Ia pun memerah wajahnya.

"Em... Aku mau tanya.. Menurut kamu aku seksi gak sih!?"

"Em...seksi kok, seperti artis-artis di tv gitu," jawab Jose.

"Oh yah..acara apa tuh...?" Chesy balik bertanya.

"Artis Blue Film ha ha ha ha" 

"Enak aja.. Gak lucu," Chesy memukul pundak Jose. "Emangnya aku wanita apa!"

"Iya.. Maaf becanda..!" balas Jose. Lalu membelai rambut Chesy yang terurai masay.

Jose melihat bibir Chesy merah merona. Di pandangnya dalam-dalam. Chesy melihat Jose jadi bingung dan salah tingkah. Ia hanya menunduk malu, tidak berani menatap wajah Jose. Sedangkan  Jose masih saja memandang bibir Chesy merah meranum. Dengusan nafasnya sangat terasa menghangatkan wajah Chesy. Tak lama kemudian Jose mengulurkan bibirnya perlahan. Dirasakan ada sesuatu ketika Jose mengulurkan bibirnya. Chesy mengerti, Jose ingin mencium bibirnya. Ia pun menyambut seperti magnet dengan membalas mengulurkan bibir.

Nafasnya sangat dekat dan hangat. Dirasakan oleh Chesy indah ketika bibir Jose menyentuh tipis bibirnya. "Jose...em..." Chesy bergumam desah. "Jose....ahhh...em...em...em..." erangan hangat Chesy menikmati bibir Jose
"Sayang jangan berisik dong!..gak enak sama tetangga belakang!" kata Jose, yang dimaksud adalah Briant dan Rose..

Tampa dirasa oleh Chesy, rok yang dikenakannya tersingkap keatas, sehingga tampak jelas paha Chesy mulus merangsang. Jose sempat melirik, namun ciuman Chesy yang menghujam bibirnya membuat tak sempat melirik. Tapi Jose tidak kehilangan akal, tangannya bermain. Di usapnya paha Chesy dengan lemah lembut. "Hayoo.. Mulai nakal!" bisik Chesy di telinga Jose. Jose melepaskan bibirnya dari bibir Chesy.

"Spontan sayaang.." kata Jose beralasan.

"Em...gitu yah.. Masa siih.." 

"Iya benar. Suer dah,"

"Mie apa,?!" cecar Chesy becanda.

"Mie ayam pakai baso," jawab Jose menyeringai.

"He.. He.. He.. "

Chesy tertawa kecil. "Em.. Sebenarnya kamu itu cinta gak sih ama aku?" tanya Chesy.

"Cinta sayaang.." jawab Jose. "Emang belum cukupnyah pengorbananku.

"Kurang!" ucap Chesy.

"Kurang apanya?" Sambung Jose bingung.

"Kurang, kurang, kurang, kurang ciumannya sayaang...hihihi." 

Chesy kembali mencium Jose. Sedangkan yang dicium terperanjat kaget. "Sompret,, bisa ja kamu Chess..!" batin Jose.

Bukan hanya mencium bibir, Chesy lebih nakal dari yang dikira Jose. Tangannya sudah berani merabah-rabah dada Jise dan memaksa agar Jose membuka bajunya. Dengan ciuman lembut, tentu membuat Jose merasa tertantang. Darahnya mengalir deras. Jantungnya berdegub kencang tak karuan, ketika Tangan Jose di tuntun oleh Chesy untuk mengusap pahanya. 

Jose tidak menyia-nyiakan itu. Dirabahnya paha Chesy merasakan kelembutannya. Terasa hangat dirasakan telapak tangan Jose ketika merabah penuh membuncah. Sedangkan Chesy menikmati dada Jose perlahan tapi pasti. "Geli sayang.." Ucap Jose.

Sebelum menemui setan namun setan sudah menggoda kereka lewat aliran darah. Aliran darah yang sudah disusupi dengan nafsu syahwat. Jose mengangkat Rok mini yang di kenakan Chesy. Dengan sentuhan jari-jemarinya Jose memberanikan diri untuk merabah selangkangan Chesy. Dirasa celana dalam Chesy terasab tipis, sehingga terasa belahan vaginanya sangat kentara dirasakan Jose. 

Chesy bergeli jang geli. Karena setan sudah menguasainya, justru Chesy mengangkat dan melebarkan pahanya, tentu menambah bebas bagi Jose untuk meng-kail liang vagina Chesy dengan jari tengahnya. 

"Jose..oh..kamu nakal.!" bisik chesy lembut ditelinga Jose. 

Jose tidak perduli. Ia terus menikmati hangatnya belahan selangkangan Chesy di jari-jemarinya. "Ia sayang...oh.." Jose mendesah nikmat. "Egh....essst..." Kobelan Jose membuat Chesy semakin menggelepar enak. "Terus Jose....oh...terus...ah...kobel memek aku Jose...aaah.." Chesy meracau didalam hati. Nikmatnya kepalang setan, ketika Jose mengocok-ngocok Vaginanya dengan naik-turun. "Jose...oh...enak...enak josee...oh.." ujar Chesy menyeringai dengan mata merem-melek, naik turun tubuh bergelinjang nikmat tiada tara.

"Oh...sayang.. Oh...indah...indah...indah aku rasakan memek kamu sayang..oh..." Jose meracau.

"Iya... Tangan kamu...oh ..memek aku.. Enak nih...essst terus sayang yang lebih dalam sayang...oh..."

"Em...aku buka yah celana dalam kamu," kata Jose.

"Eh. Eh. " jawab Chesy sambil mengangguk.

Jose mulai menarik kebawah celana dalam yang dikenakan Chesy. Agar lebih mudah, Chesy mengangkat pantatnya sedikit. Melorotlah celan dalam Chesy. Jose melirik gumpalan daging yang terbelah ditengahnya. Serta disisi liang vagina itu serumpun jembut tipis menghiasi dengan indahnya. 

"Ay.. Inikah yang namanya memek?" batin Jose.

Kembali Jose mengusap-usap Vagina Chesy. Di elus-elus batok vaginanya dengan telapak tangan. Chesy bergelinjang. Di luar kesadarannya, Chesy membuka pahanya dengan mengangkang lebar-lebar. Sehingga belahan vaginanya meletek luas, tampaklah kelentit menjura keluar dari liangnya. Warna kelentitnya merah dan sedikit licin seperti tanduk keong racun. 

Jose sangat beruntung. Di rabah-rabah sisi belahannya seraya berucap; "Chesy...oh...memek...Chesy..oh..memek kamu...oh...memek...uuh.." 

Tubuh Chesy bergidik nikmat. Ototnya terasa ditarik-tarik. Nikmat yang sangat luar bias dirasakan Chesy. Nikmat pertama kali di rasakan. Nikmat dan enak petala setan. Karena Jose tahu, kalau Chesy berteriak karena keenakan, maka Briant dan Rose yang duduk di belakang akan mendengarnya. Dengan sigap Jose menyumpal bibir Chesy dengan bibirnya. Sehingga hanya suara "eh..eh..ehh" yang sangat kecil.

~~

Sementara itu dibangku belakang Brian dan Jose masih saja asik dengan lamunannya masing-masing. Tampa ada kata-kata yang keluar hanya sekedar berdialog. Namun melihat gelagat Jose dan Chesy yang berada di bangku depan sangat riskan dilihag oleh Rose dan Briant. Akhirnya merekapun membuka pembicaraan dengan berbisik "Sstt...lihat apa sih yang dilakukan Jose dan Chesy?" tanya Rose kepada Briant. 

Briant pun menoleh kedepan apa yang dikatakan Rose. Briant melihat kelakuan Jose dan Chesy sangat aneh. Sayang pandangan terhalang oleh senderan bangku depan, sehingga hanya kepala jose dan Chesy yang sedang bersandar pundak.

Briant tersenyum kepada Rose lalu berkata; "Tau ah.. Biarin aja!"

Akhirnya mereka pun kembali kelamunan masing-masing.

TIGA

Kita kembali ke cerita Jose dan Rose yang sedang asik memainkan selangkangan maeing-masing. Chesy tidak ambil diam. Ia segera menarik ikat pinggang yang di kenakan Jose, lalu dengan cekatnya segera menurunkan celan dan selempak yang dikenakan Jose. Mencuatlah penis Jose besar dan memanjang, akibat tertahan sedari tadi.

Chesy merasakan sensasi yang sangat luar bias. Sensasi nikmat selangkangannya di bilas habis oleh Jose. Kini ia harua merasakan sensasi yang ada ditelapak tangannya. Penis lelaki yang hanya ia hayalkan selama ini, kini jadi kenyataan didepan mata. Penis yang sangat cantik menurut Chesy. Kepala ujungnya putih lancip dan terbuat dari daging yang sangat lunak. Sedangkan batangnya sangat kekar lagi berurat kecil. Sungguh asik apabila dimainkan. Pikir Chesy.

"Jose...kontol kamu cantik. Aku suka megangnya!" bisik Chesy ditelinga Jose." "Em...ia nikmatin sayang.. Uh...pegang yang erat rasakan secara mendetail apa yang ada padanya." sambut Jose menyeringai. 
"Sakit ya sayang," ujar Chesy sambil mengocok penis Jose. "Gak..cuma linu aja aku rasakan.." kata Jose menjawab. "Enak banget kocokan tangan kamu sayang."

"Uh.. Uh.. Uh.. " desah Chesy.

"Ah.. Ah.. Ah.. " racau Jose.

Mereka terbuai dalam alunan permainan tangan mereka masing-masing. "Uhhhh...uhhhh...uhhh..." Gelinjang nikmat yang mereka rasakan seperti membuncah sampai ke ubun-ubun. Darah mereka berdesir hebat. Tibalah klimaks dirasakan mereka berdua. Jose merasa ada yang mau muntah di penisnya, sama halnya dengan Chesy, vaginanya berdenyut hebat kepalang. Chesy pun merasakan ada yang ingin menyembur dari rongga vaginanya. Seperti kau pipis tapi tertahan. Akhirnya secara berbarengan..

Crot.. Croot.. Crot..

Ser.. Ser.. Ser...

Ahhhh......oh....

TIBA-TIBA

Ciiiit.....Braaak.

Adaw..

Mobil elf yang ditumpangi mereka megerem mendadak. Sang supir terkesiap ketika melihat sosok putih menyebrang jalan tiba-tiba.
"Sialan..!" Hardik sang supir kepada penyebrang itu.

"Ada apa pak?!" Tanya Jose sambil memasukan penis, dan merapikan celananya. "Iya kenapa pak?" Sambung Briant.

"Tidak tau! Barusan ada yang menyebrang, seperti wanita memakai pakaian serba putih dan rambut menjurai panjang sampai kepinggang." jawab sang supir. "tapi kemana wanita itu, kok tiba-tiba menghilang?"

"Coba lihat itu!" Ucap Briant, sambil menunjuk kearah dimana wanita menyebrang tadi. "apakah itu rumah yang kita tuju!"

"Ya benar..itu rumahnya!" Kata Chesy meyakini. "ah..rupanya kita sudah sampai!" 

Jose mencoba melongok keluar dari jendela mobil untuk memperjelas penglihatannya. "Sepertinya ya!" kata Jose. "bagaimana kawan.. Apakah kita turun disini!"

Briant, Rose dan  Chesy mengangguk petanda meng-iyakan.

"Oke.. Kita turun kawan!" Lanjut Jose sambil membuka pintu mobil. "Bapak boleh pulang!," Jose berujar kepada sang supir sewa itu. Mereka memang menyewa mobil elf itu serta merta supirnya. Sang supir pun mengangguk, sebelumnya menerima uang bayaran sewa mobil dari Jose.

EMPAT

Jalan setapak menuju istana angker atau bisa dikatakan rumah berhantu itu sangat aral dilewati. Semak belukar, tanaman berduri dan ilalang menghalangi perjalanan mereka. Serumpu  pohon bambu juga mengiring langkah mereka dengan irama syahdu tertiup angin. Beberapa meter lagi rumah itu terlihat. 

"Lihat pagar rumah itu sangat tinggi dan usang. Banyak sarang laba-laba mencengkram pagar rumah itu. Benar-benar sangat angker dirasakan!" Ujar Chesy. Yang lain ikut menoleh kerumah itu. Sangat seram dilihatnya. Kaca jendela berdebu sangat tebal, sampah dedaunan berserakan dihalaman tak pernah disapu. Rumah yang cukup besar dengan dua lantai.

Briant berlari kecil untuk segera masuki pintu gerbang rumah itu. "Cepat kawan-kawan. Selamat datang di rumah hantu!" kata Briant semangat sambil menunjukan dengan mengayun lengan kearah rumah itu.

"Hahaha. Pertama doang loe berani, sampai di dalam mah paling loe kecepirit." hardik Jose kepada Briant. "Hahahaha.. " sambut tertawa gelak-gelak Rose dan Chesy.

"Uss... Jangan takabur. Itu pesan Paman George!" Kata Chesy. "Juga jangan berbuat mesum."

"Em.."

Briant, Jose, Chesy dan Rose segera menuju rumah itu dengan jalan perlahan sambil memandang awas di sekelilingnya. Selang berapa lama sampai didepan pintu gerbang. Jose mencoba melongok kedalamnya. Lalu di buka pengaik pintu gerbang itu. Suara derik pintu gerbang terdengar mengilu karena besi yang sudah berkarat. Tapi aneh! Setelah pengait gerbang terbuka, tampa ada yang mendorong, pintu gerbang itu terbuka sendiri seperti ada yang menarik dari sebelah dalam.

Mereka saling berpandangan. Sementara Rose tampak keluar keringat dingin. Ia ingin sekali menjerit menangis dan minta pulang. Namun rasa itu dipendam. Sedangkan Briant sedikit rasa takut, ia beringsut mundur. Melihat Rose dan Briant merasa takut. Chesy mencoba meyakini bersama Jose. "Ayo sayang kita masuk." kata Chesy kepada Jose. Jose tersenyum, lalu menggandeng Chesy "Ayo sayang."

Mau tidak mau sudah telanjur sampai di situ, Briant dan Rose akhirnya mengekori juga. Karena rasa takut yang sangat amat dirasakan Rose. Ia berpegang tangan Briant spontan. Chesy melihat Rose dan Briant seperti itu, ia pun menggoda. "Cie.. Cie.. Asik nih yee.. Gandengan tangan.." Tentu Briant dan Rose menjadi merah wajahnya. Namun mereka tak perduli. Akhirnya mereka berpasang-pasangan.

Pintu rumah itu terbuat dari kayu jati. Hingga terlihat masih kuat dan kokoh, walaupun cat purniturnya sudah mulai pudar. Dan tidak sedikit catnya mengelupas. Mereka berharpa pintu itu tidak dikunci.

Ternyata benar, pintu itu tidak terkunci, mereka pun masuk dengan leluasa.
Tertegunlah mereka melihat ruang tamu yang begitu besar. Ditengah ruang itu, ada anak tangga melingkar menuju lantai atas.

"Lihat itu ada piano,!" Kata Chesy sambil menunjuk kearah dimana piano itu berada disamping tangga. "Aha...asik dong bisa nyanyi kita!" Kata Jose menyeringai. "Sudah ah! Kita disini jangan lama-lama!" Sambung Rose dengan wajah pucat pasi. "Ia , jangan lama-lama kita disini," pungkas Briant.

Baru saja mulut mereka berkatup, tiba-tiba bayangan hitam melesat dari bawah anak tangga menuju ke lantai atas lalu menghilang begitu cepat. "Tadi apa yah! Apakah kalian melihat!" Seru Jose. "Aaaa...udah dong..jangan nakutin dulu," keluh Rose, seraya memgang erat lengan Briant.

"Mamah..aku takut.." gumam Rose memanggil Mamahnya.

"Sudah tenang aja!" Hibur Briant.

Sedangkan Jose dan Chesy yang memang sudah terbiasa dengan pertualangan yang menyeramkan, mereka hanya tenang-tenang saja. Tidak ada tasa takut. "Jose, bagaimana kita naik kelantai dua!" Seru Chesy. Jose mengangguk, lalu ia lebih dulu menaiki anak tangga untuk kelantai atas, disusul Briant dan Rose.

Sungguh sangat kotor tempat ini. Maklun sudah lama tidak ada yang menghuni. Dibiarkan begitu saja kepada pemiliknya maupun tetangga yang berdekatan. Dilantai dua itu, ada lukisan sangat indah walau warnanya sudah memudar kusam. Lukisan itu bergambar seorang wanita muda memakai mahkota di kepalanya dan bergaun putih seperti gaun pengantin.

Chesy tertegun memandangnya. Dengan mata melekat tajam kearah lukisan itu. Ada keanehan pada lukisan itu, jika dilihat secara mendetail. Tampak guratan tipis di leher lukisan wanita itu. Walaupun wanita itu dalam keadaan tersenyum, tapi kalau di perhatikan secara jelas, tampak wajahnya menahan rasa sakit. "Apakah lukisan ini mengandung pesan bagi wanita yang di lukis ini?" batin chesy didalam hatinya.

Sementar itu Brian dan Rose melihat-lihat ornamen-ornamen yang ada diruang kamar. Sunguh sangat menkjubkan dengan hiasan dinding dan bunga-bunga yang mehghiasi ruang kamar itu. Entah ruang apa itu, sepertinya ruang tempat keluarga untuk bercengkrama. 

"Rose..kita duduk dulu disini!" Kata Briant. 

Briant dan Rose pun duduk di kursy itu. Mereka berdiam untuk beristirahat sambil memandang tajam lingkup ruangan itu. Rose menguarkan Boneka Barbienya. Wajah Berbie itu tampak kusam. Rose membersihkan dengan lengan lalu dirapikan rambutnya yang sedikit awut-awutan. "Sayang.. Ganti bajunya yah." kata Rose kepada Barbie.

Dikuarkan koleksi baju Barbie itu. Rose memilih gaun boneka Barbie berwarna putih. Lalu dipakaikan kepada boneka Barbie. Setelah terpasang baju Barbie itu, alangkah terkejutnya Rose, ia baru tersada kalau telapak tangan Barbienya hilang. Tangannya kuntung sebatas urat nadi. "Aaggr...." Rose berteriak keras membuat Briant terkejut. "Ada apa Rose?" tanya Briant tertegun. 

Rose segera melemparkan Boneka Barbie itu. "Ada apa dengan bonekamu Rose?" tanya Briant kembali. Rose tidak menjawab, ia masih saja menutup wajahnya karena ketakutan apa yang dilihatnya. "Lihat..lihat.. Boneka itu.. Boneka iti lengannya yang buntung keluar darah.!" ujar Rose sambil menunjuk kearah Boneka Barbie yang di buangnya kelantai.

Briant mengambil boneka itu. "Mana ada darahnya Rose..!?" Rose melekatkan pandangannya. Benar tidak ada darah yang keluar dari tangan Barbie yang kuntung itu. Rose terberiak, aneh apa yang dilihatnya. Perasaan tangan Barbie yang kuntung itu keluar darah yangel menyembur deras.

"Ini kemana telapak tangannya Rose?" tanya Briant. 

Rose menggelengkan kepapa. "Tidak tahu aku baru sadar kalah Boneka Barbie ku itu kedua leengannya hilang." jawab Rose, seraya membongkar tas khusus tempat menyimpan Boneka Barbienya. Dicari sambil mengacak-ngacak isi tas itu. Siapa tahu telapak tangannya ada didalam tasnya. Namun tidak ada.

Yang membuat Rose ketakutan dan bingung, bukan telapak tangan Barbienya yang hilang. Namun darah yang keluar dari lengan yang kuntung itu. Tapi aneh, setelah Briant mengambilnya tiba-tiba darah itu menghilang. "Ah.. Mungkin halusinasiku!" membatin Rose.

"Lalu kemana lengannya," Rose membantin. "Briant tolong carikan telapak tangan boneka ku!" Suruh Rose kepada Briant.

Briant menundukan kepala untuk mencari telapak tangan Boneka Barbie Rose yang hilang. Dicari dikolong kursi tua itu tidak ada. Sedangkan Rose mencari didalam tas nya. Siapa tahu copot ketika Rose mengambil dari dalam tas. Tidak ada juga. "Ah...aneh kemana telapak tangannya," kembali Rose membatin.

Briant yang disibukan mencari telapak tangan Barbie, tiba-tiba dari balik jendela luar tampak bayanga hitam berkelebat. Seperti sosok wanita. Sosok itu cepat sekali menuju kekanan sebelah jendelah. Briant berdiri bulu tengkuknya. Tapi karena didepan Rose, Briant jaga image kepada Rose. Dia harus berani dan tampil untuk melindungi Rose , gadis pujaannya yang lugu. Walau pernyataan cinta belum Ia sampaikan. Mungkin menunggu waktu yang tepat.

"Sudahlah, nanti sepulang dari sini kita beli lagi!" bujug Briant. "Nanti akan aku belikan yang lebih mahal dan cantik sepertimu." kata Briant merayu.

Rose tersenyum. Ternyata Briant cukup perhatian kepadanya. "Benar nih..!" kata Rose manja. "Ia..nanti aku belikan yang lebih bagus dari punyamu!" jawab Briant meyakinkan. "Sudah buang saja yang itu jangan di lihat lagi!" lanjut Briant pula. "Jangan ah..sayang tauuu..." tukas Rose. "Boneka ini hadiah dari ayahku waktu taik-taikan kelas dulu!" Ungkap Rose, seraya memasukan kembali boneka itu yang kuntung kedalam tas khusus Barbie.

Briat masih penasaran dengan bayangan sesosok wanita melewati kaca jendela itu. Ia tidak mau Rose mengetahuinga. Ia tak ingin Rose takut. Sementar itu ruangan lantai dua yang cukup luas, tampak di ujung ruang itu ada pintu kecil. Briant sempat melihat Jise dan Chesy membuka pintu itu, lalu mereka masuk dan belum keluar lagi.

"Rose, tadi aku lihat Chesy dan Jose masuk kepintj itu," Briant menunjuk kearah pintu. "Bagaimana kalau kita masuk!" 

"Boleh...dari pada berpisah kita, aku takut walaupun ada kamu," kata Rose.

Dibukanya pintu itu besarnya berukuran sebadan orang dewasa. Dilihat di balik pintu itu tampak anak tangga yang melingkar keatas. Rupanya tangga itu menuju kemenara. Menara rumah yang cukup tinggi. Entah buat apa pemilik rumah itu membuat menara. Briant berteriak memanggil Jose dan Rose. "Jose.. Chesy.. Apakah kalian ada di atas.?" 

Tak ada jawaban, Briant sekali lagi berteriak memanggil. Namun tak ada suara Jose dan Chesy menjawab. "Aneh..padahal ruangan menara itu terlihat sempit, masa Jose tidak mendengar suaraku?" Membatin Briant sejenak.

"Lah.. Itu Jos dan Rose!" Rose berseru sambil menunjuk kearah Jose dan Chesy yang tiba-tiba datang dari arah belakang. "Hai Rose.. Sedang apa kalian?" tanya Chesy. "Rupanya kalian mau naik katas menara itu!" sambung Jose. 

Briant hanya diam, hatinya tanda tanya, siapakah yang ia lihat belum lama naik keatas menara. Briant tidak salah lihat, baru saja Jose dan Chesy naik keatas menara itu. "Ah.. Aku sudah gila." batin Briant bingung.

Lalu Chesy bertanya pada Rose yang tampak pucat. "Rose.. Wajah kamu pucat ada apa?". Rose menggeleng kepala, rupanya Rose tak mau bercerita dulu kepada Chesy tentang kejadian aneh, terutama tentang Boneka Barbienya yang kuntung di persendian tangan tampa sebab. 

"Kamu sendiri dari mana?" Rose balik bertanya. "kata Briant kalian naik keatas menara." 

"Jadi kalian tidak naik keatas!" sambung Briant bertanya. "Tidak! Kami tadi sedang melihat ruang belakang dan halaman belakang." jawab Jose. "Lalu siapa yang naik keatas mirip sekali seperti kalian!" cecar Briant. 

"Entahlah.. Memang itu tujuan kita kerumah ini!" Kata Chesy. Jose pun lemparkan senyum kepada Briant dan Rose. "Yah... Tujuan kita adalah menguak misteri dirumah ini!"

Karena waktu sudah hampir gelap. Mereka sepakat untuk bersama-sama. Sedangkan makanan malam sudah disiapkan. Berbekal makanan matang dari rumah, membuat mereka ingin sekali menyantapnya. Senja pun hampir redup, petanda malam akan tiba.

"Di luar sudah gelap, berarti semakin mencekam kita berada di rumah ini," Ujar Chesy. 

"Kakak Chesy.. Jangan nakut-nakutin dulu apa," kata Rose.

"Tenang Rose.. Kan ada Briant," Chesy menggoda Rose, membuat Rose tersenyum. "Bisa aja ah Kakak Ches..."

Belum saja mereka berhenti berguyon, tiba-tiba terdengar suara irama piano sedang di mainkan. Liriknya terdengar sangat memilukan. Lirik yang berakhir kematian. Yah lirik irama piano itu terdengar sangat menyayat-nyayat hati.

Mereka saling berpandangan, tak ada berani yang berbicara. Rose merasa ketakutan, ia mendekat kepada Briant. "Kita lihat kebawah Jose!" kata Chesy memberanikan diri. Jose mengangguk, lalu berdiri bersama Chesy untuk melihat suara piano itu barasal dari lantai bawah. "Namun ketika Jose dan Chesy sampai di anak tangga, suara piano itu tiba-tiba terhenti.

"Siapa itu!" sentak Jose dengan lantang. "Aku tahu tempat ini angker, tapi kami tidak takut," lanjut Joss berkata. 

Tak lama kemudian bau amis darah tercium menusuk rongga hidung. Baunya amisnya sangat amat. Seakan-akan tempat pembantaian. Bau amis darah itu semakin lama semakin melekat kehidung. Karena Jose tidak tahan dengan baunya, Ia segera menutup hidung, sama hal nya dengan Chesy, ia hampir muntah dan mual. 

Tapi anehnya Briant dan Rose tidak merasakan bau amis itu. Mereka sendiri bingung melihat Jose dan Chesy uwek-uwekan, Briant pun bertanya. "Ada apa sih dengan kalian?!" 

"Ah..kamu gak mencium bau amis!" Ujar Jose. "Iya..kalian emang gak mencium bau amis darah," sambung Chesy dengan suara cadel, karena rongga hidungnya ditutup.

Aaargghh.......

Tiba-tiba Rose berteriak lantang, membuat yang lainnya terperanjat kaget. "Ada apa sayang?" tanya Briant.

"Lihat.. Lihat itu," Rose menunjuk kearah tas boneka Barbie yang di lempar ke lantai. Tas Boneka Barbie itu, tampak merah seperti menyimpan darah yang merembas keluar. Sontak semua terkejut. Memang benar, tas boneka Barbie itu berdarah. Darah itu berasal dari dalam tas itu.

"Rose coba kamu buka tas itu," ujar Chesy. Rose menggeleng kepala petanda takut. Jose menjentikan mata. "Kamu saja yang buka!" 

Karena Jose yang menyuruh Chesy akhirnya memberanikan diri. Ia menjulurkan tangannya perlahan-lahan ragu. Tengkuknya bergidik ketika jarinya menyentuh tas Barbie itu. Dibuka dengan hati berdebar, ia tekejut ketika tas itu terbuka Boneka Barbie mencelat keluar dengan wajah menyeramkan. Matanya menyolot dengan lidah yang menjulur seolah-olah menahan rasa sakit tercekik. Aneh, padahal Boneka Barbie itu tidak mempunyai lidah.

Sontak Jose, Brian dan Rose yang menyaksikan ikut beringsut mundur. Sedangkan Chesy jatuh duduk. "Boneka setaan.." hardik Chesy spontan. Rose menutup wajahnya dengan telapak tangan. Pemandangan sangat menakutkan dilihat.

Namun  yang paling menakutkan, tangan Barbie yang kuntung itu kembali berdarah. Chesy yang menyaksikan lebih dekat terasa ingin muntah. Apalagi bau amis darah sangat menyengat.

"Jose, apa yang akan kita lakukan!" kata Briant. "Ah sungguh gila pengalamanku kali ini." ujar Jose.

Dengan nekat Jose memberanikan diri untuk meraih boneka kutung itu. Ia keluarkan dari dalam tas. Lalu di bantingnya sehingga Boneka itu mencelat.
Tampak Boneka itu seperti bernafas, lalu tak lama kemudian boneka itu diam.

LIMA

Mereka berdiam sejenak untuk mengatur pernafasan. "Sepertinya dalam peristiwa ini ada pesan yang tersirat," kata Chesy membuka pembicaraan.
"Bisa ada benarnya. Mungkin ada pesan dari arwah yang merasuki boneka Barbie itu!?" sambung Jose.

Briant dan Rose hanya terdiam. Briant menoleh kearah Rose yang sedang menunduk dan masih menutup wajah dengan telapak tangannya. "Rose.. Sudah Rose..jangan takut!" Ucap Briant menghibur. Namun Rose masih saja menutup wajahnya. Briant mendekati Rose sambil perlahan-lahan memegang tangan Rose dengan maksud untuk menurunkan tangannya.
Sedikit keras dirasakan Briant ketika menurunkan tangan Rose. Tapi ia tetap memaksanya.

"Emmm....."

Terdengar suara menggembor dari rahang Rose. Mendengar itu Briant bergidik. Seraya kembali memanggil "Rose.. Rose.. " kata Briant maksudnya agar Rose membuka matanya. Namun Rose masih saja menunduk sambil memejamkan mata dan terus menguarkan suara menggembor. "Emmm.. Emmm..." 

Chesy dan Jose yang menyaksikan kelakuan aneh Rose ikut tercengang. Lalu Chesy mendekati Rose. "Rose.. Eh.. Rose.. Bangun.. Kamu jangan nakut-nakutin kami." ujar Chesy sambil menyentuh pundak Rose.

Rose mengangakat wajah, dan membuka matanya. Alangkah terkejutnya Briant, Jose dan Chesy. Rose menjadi wajah yang sangat menakutkan. Matanya menyolot merah, mukanya pucat pasi dan tampak lingkaran hitam di sisi rongga matanya. Juga masih saja menguarkan suara menggembor. "Emm..emmm..emmm"

Jose, Briant dan Chesy saling berpandangan. Tercekatlah hati mereka, bahwa Rose yang dilihatnya adalah bukan Rose, tapi ruh halus yang merasuki jiwanya.

Jose sedikit punya tentang hal Ghaib. Ia mendekati Rose lalu berjongkok didepannya seraya berkata. "Hai makhluk yang merasuki tubuh ini. Siapa kamu?" Jose menyentak. "Jawab!" 

Suara menggeram yang keluar dari mulut Rose menambah cekam suasana. Apalagi matanya menyolot tajam tapi kosong. "Ayo jawab! Siapa kamu?" kata Jose kembali. 

Rose sempat berdiam sejenak. Lalu perlahan mulai membuka mulutnya, dan ruh yang merasuki Rose pun berkata: "Aku.. Aku.. Hikz.. Hikz.. Hikz.." tiba-tiba Rose manangis terisak-isak seperti merasakan kesakitan yang sangat amat.

Sangat memilukan di dengarnya. Melihat Rose seperti itu membuat Briant iba, seolah-olah Rose yang merasakan penderitaan itu. Jose mencoba bertanya kembali: "Apa yang membuat mu sedih!?"

Rose mengangkat tangannya. Lalu di putar-putar pegelangan tangannya. Disusul kepalanya mendongak keatas sambil mata mendelik lalu miring kesamping sambil menyeletkan lidah. 

Terbukalah kematian ruh yang merasuki tubuh Rose. Ia dibunuh dengan cara digantung lalu di kutungkan telapak tangannya sebatas urat nadi. Lalu Jose kembali bertanya: "Apa maumu kepada kami, agar kami bisa membantumu!" seru Jose.

"Emmm...." 

Ruh itu kembali menguarkan suara menggembor. Lalu memandang ke arah Brian, Chesy dan Jose. Tampak bibirnya bergetar seperti ingin berbicara. "Emm...carikan telapak tanganku..cari..satukan kembali." Terperanjatlah Jose dan lainnya mendengat pernyataan ruh itu.

"Harus dicari kemana telapak tangan kamu!" kata Jose. 

Ketika itu juga Rose yang sudah di rasuki ruh itu menunjuk kearah Chesy. Tentu Chesy menjadi ketakutan dan beringsut mundur. "Ada apa dengan Chesy." ujar Jose.

Kembali Rose mengerung. "Emm.."

Lalu tangannya menunjuk ke arah barat. Arah barat adalah jalan menuju pulang kerumah Paman George. Jose menjadi tanda tanya!l? Apakah ada hubungannya dengan ruang rahasia di dapur Paman George.

 Briant pun berpikiran sama. Apakah ini ada hubungannya dengan Paman George. Semenjak perjalanan menuju Paman George, lalu di rumah Paman George yang tiba-tiba menghilang ketika kami mau berangkat ke rumah hantu ini.

Juga di rasa oleh Chesy. Banyak ke anehan dari rumah. Tentang mimpinya yang sangat menyeramkan (Baca kisah pertama), hingga ada sesorang bertopeng hantu yang ingin memperkosanya di rumah Paman George. Walau hanya bermimpi. Mungkin mimpi itu sebagai firasat.

***



Tidak ada komentar:

Posting Komentar