Jumat, 13 Februari 2015

Diktetif Jhon 009

Apartement Casablanka menjulang tinggi dengan congkaknya. Seakan-akan ingin mencakar langit. Di lantai dua sembilan dengan nomer 303, seorang lelaki berbadan bidang menatap tajam-tajam ke arah gedung di seberangnya. Matanya awas di setiap penjuru. Dengan alat pengintai berukuran teropong kecil. Rupanya ada sesuatu yang akan di selidiki dari sebuah gedung dengan lantai yang sama, sehingga dapat jelas di lihat dari balik jendela Apartement Casablanka

Lelaki itu bernama Jhon 009

Diktetif dengan kelihayannya menyelidiki segala macam kejahatan di dunia hitam yang semakin hebat dengan alat canggihnya.
Sama halnya dengan Jhon. Bukan hanya di bekali oleh Negara menggunakan senjata yang paling canggih juga Muktakhir. Tetapi karena kecekatan dan keterampilan Jhon dalam menumpas kejahata di dunia ini




Di Ruang yang berukuran cukup besar. Dengan dinding penuh Peta buta, di peruntukan petunjuk untuk Jhon sendiri yang bertugas untuk menumpas Biang kerok Dunia hitam yang dapat merusak tatanan kehidupan di muka bumi ini.Khususnya Bandar-bandar Narkoba, yang semakin meraja rela menunjukan taring-taringnya.

"Jhon.."

Suara itu datang dari seorang wanita, baru saja keluar dari ruang kamar mandi. Matanya biru elang, berambut pirang ikal, bibirnya yang sensual membuat meleleh hati para lelaki yang memandangnya.

"Hai Rose.." sambut Jhon dengan senyuman dingin, sambil terus menatap tajam-tajam ke arah Apartement yang ia intai. "Helo sayang, cantik sekali kamu." Jhon menyungging seyum sekali lagi, lalu mencium kening Rose.

Rose hanya sambangi dengan senyuman manisnya: "Makasih Jhon, kamu lelaki hebat," rayu Rose. "Sungguh kamu lelaki perkasa. Terima kasih ya Jhon, kamu telah memuaskan aku." Sambung Rose. Matanyanya di pejamkan ketika Jhon mencium bibirnya yang seksi. Jhon merasakan hangatnya bibir Rose. Dilumatnya dengan penuh nafsu. "Ssst..uum..sayang..kamu juga wanita terhebat yang aku temui, sungguh aku semalam kewalahan sayang..uh..kamu sungguh gila sayang." jhon bergumam menyerenai.

"Yah..aku sungguh berada di awang-awang ketika memek ku kamu hisap sedemikian rupa, aku bergelinjang sayang, sehingga aku terus pipis yang tiada henti-hentinya," ujar Rose. Yang di maksud pipis adalah menguarkan cairan kenikmatan yang sangat luar biasa dan berulang-ulang, karena Jhon bertahan sangat lama dalam permainan lidahnya, sehingga membuat Rose Orgasme berkali-kali di liang mulut Jhon.

"Kamu juga hebat Rose! Kamu telah membuat penisku tak terhingga nikmatnya. Lidah kamu yang tak kenal jijik menghisap dan menjilati penisku, sangatlah luar biasa uuh..malam yang sangat mengesankan juga permainan yang sangat liar!" tukas Jhon terus melumat abis bibir Rose, di tambah bisikan yang mendayu-dayu romantis di telinga Rose.

Rose menyeringai manja. Di sambutnya ciuman jhon dengan penuh rakus melumat sampai lidahnya. "Kamu lelaki perkasa Jhon. "Tidak menyesal aku berjalan bersamamu! untuk menjadi Patner sebagai Intelejen membasmi segala macam kejahatan yang bertengger di dunia ini." Batin Rose.

Tiba -tiba

"Buum ..!"

Ledakan yang sangat dasyat menghantam tembok Apartement. Kaca-kaca pecah lalu jatuh berhamburan. Seluruh ruangan terasa bergetar. Jhon dan Rose tersentak. Dengan cekat mereka tiarap.

"dor dor dor"

"Praaang.."

Kaca berjatuhan sekali lagi lalu pecah berkeping-keping. Terkesiap jhon dan rose, segera menunduk berlindung di balik dinding mereka berpelukan. Sekali lagi terdengar rentetetan senjata memuntahkan peluru panas dengan sebat. Kebat-kebit hati Jhon dengan serangan yang tak terduga itu. Dengan merangkul Rose, Jhon berbisik ke telinga Rose;

"Sialan!..kita ternyata di serang!. Pasti ada yang membocorkan pengintaian kita," seru Jhon. Ia segera dengan cepat mengambil senjatanya dari balik sakunya. 'Kreek..' Pelatuk di tarik, siap untuk memuntahkan peluru balasan. Dengan terus menunduk berlindung, mencoba untuk mengalihkan perhatian dengan cara menembaki tak tentu arah. Peluru berdesing dengan suara yang menggetarkan seluruh ringkup ruangan. Asap mesiu yang keluar dari rongga senapan jhon sangat menghamburkan pemandangan.

"Hati-hati jhon!.." ujar Rose dengan berlindung di balik ketiak Jhon terasa hangat dan nyaman di rasakan.

"Ketiak mu sedap jhon..Muuaach.." Rose membangkitkan gairah jhon dengan mencium ketiak. sungguh Rose memang suka sekali sama Aroma ketiak laki-laki yang konon dapat membangkitkan gairah Seks da Libido.

'Bangsat .. main curang loe yee.." hardik Jhon sambil menembaki para penyerang itu. Matanya seperti elang. Memburu dengan cekat kesetiap gerakan yang terlihat. "Dor, dor, dor." Satu orang terpelanting kebelakang. satu peluru mengenai dada pihak musuh yang belum di ketahui Jhon.Orang itu menggelapar di lantai dengan bermandikan darah, seketuka itu juga ia pun tak bergerak alias maut menjemputnya

Jhon di tugaskan oleh Departement Pertahanan untuk tugas mengintai para bandar Narkoba yang akan mengadakan transaksi di apartement Casablanka. Di sebelah gedung ruang Melati di sana lah Jhon mengadakan pengintaian. Sedangkan pihak musuh di gedung yang lain dengan nama yang sama. Gedung yang bersebelahan dengan gedung yang di jadikan tempat pengintaian Jhon.

Suara desingan peluru bergugus-gugus. Tak bisa menarik panjang pernafasan karena bau mesiu yang sangat menusuk rongga hidung. Dengan nafas tersengal-sengal Jhon berusaha mempertahankan diri. Sekelebat sosok tubuh sedang mengarahkan senjata ke arah Jhon. Namun dengan cekat dan sebat jhon lebih dulu membidik tepat mengenai keningnya lalu "Tarr.." Tubuh itu bergelimpangan lalu kelojotan tak bernyawa. "Hebat kamu Jhon," puji rose bangga. 'Mampusin semua orang-orang jadah itu Jhon," Rose mencoba membangkitkan gairah Jhon. 'Sungguh .. aku semakin sayang sama kamu jhon.."

Melihat ada kesempatan untuk membalas serangan. Jhon segera mengambil senjata beratnya, senjata andalan jhon jika terjadi serangan yang membabi buta. Senjata canggih yang dapat memuntahkan seribu peluru dalam satu menit. "Bangkeee... sialan loe. Pada mau cari mampus loe yee..!" Sentak jhon dengan membabi buta menembaki ke arah penyerang.

Tiba-tiba tampa sepengetahuan Jhon. Rudal scot dengan asap di ekor, menuju ke arah Jhon dengan cepat. Jhon terkesiap.

"Awas .. rose .. " Jhon segera menubrukan tubuhnya dengan tubuh Rose lalu terjatuh di bawah meja. Tampa mengulur waktu Jhon dengan sebat menarik Rose ke bawah meja "Braak.." Tembok Apartemen rubuh. Sebelumnya suara menggelegar memecahkan gendang telinga dan menambah jetak jantung berdegup kencang. Jhon menindih tubuh Rose. Detik demi detik sangat menegangkan. Jhon tak punya akal lagi untuk membalas serangan. Tubuhnya limbung tak berdaya dan kepalanya pusing. Rupanya pada saat menubruk tubuh Rose dan berlindung di bawah meja. Sebatang paku menancap di kepala Jhon. Darah menyembur keluar dengan deras. Mata semakin berkunang-kunang, lalu tak berapa lama Jhon pun pingsan terkulai dengan posisi menindih tubuh Rose.

Rose merasakan Jhon jatuh pingsan, hanya bisa memanggil lirih untuk membangunkan.

"Jhon .. bangun jhon .. perang belum selesai. Bangun Jhon.. aku takut jhon.."

Tampa daya, Rose hanya pasrah berlindung di balik tubuh Jhon yang terkulai pingsan. Sebenarnya rose sendiri ingin ikut mengangkat senjata, namun apa daya dia hanyalah seorang perempuan yang hanya di tugaskan oleh negara untuk di jadikan wanita penghibur bagi pahlawan-pahlawan negara seperti Diktetif Jhon 009. Tak lama kemudian suara desingan senjata dan gelegar ledakan sunyi. Rose masih berlindung di bawah tubuh Jhon. menunggu selesai suara senapan yang memekakan telinga itu berhenti.

Waktu yang sangat menegangkan bagi Rose. Di selimuti rasa takut yang amat sangat, Rose kembali mencoba untuk membangunkan Jhon yang menindih tubuhnya. Ia mau bangun tapi tubuh Jhon sangat besar dan berat, apalagi posisi berada di kolong meja sangat sempit sehingga badan Rose tak bisa leluasa untuk melepaskan tubuh Jhon yang menindih tubuhnya.

Suara dentuman dan desingan senjata telah sunyi. Tak ada lagi rentetan peluru yang mengidikan punduk dan mengkecutkan hati. Nafas Rose mulai megap-megap, rahangnya naik turun mencoba untuk mendengus mengambil nafas panjang lalu membuangnya.

Terdengar lamat-lamat derap sepatu, suaranya riuh seperti derap kaki tentara yang sedang latihan berlari. Tak lama kemudian terdengar suara seperti orang menendang daun pintu.

Braak..

Suara itu memang benar suara pintu yang di tendang oleh seorang berbadan tegap dengan kepala botak klimis. "Mana cecunguk itu.." Suaranya menggelegar seantero ruangan Apartement.

Rose yang mendengar suara lelaki dengan suara garang dan menyeramkan membuat ia sangat kecut hatinya. "Bagaimana kalau Jhon dan aku tertangkap," batin Rose. "Jhon .. ayo Jhon bangun .. aku takut Jhon," bisik Rose di telinga Jhon yang masih tak sadarkan diri.

Tiba-tiba suara gelak tawa sangat terdengar mengejek.

"Ha .. ha .. ha ..Rupanya bangsat Jhon ada di kolong meja bos," kata orang berbadan tegap berkepala botak klimis. "Mau kita apakan orang ini Bos."

"Kita bawa ke markas kita," Jawab lelaki berbadan kurus tinggi dan mempunyai bawuk yang sangat lebat di sekitar pipinya. Lelaki ini adalah yang di cari oleh Intelejen Negara karena sebagai Gembong Narkoba Internasional yang sangat licin. Lelaki itu bernama Black Blood. Muka tirus dan mempunyai mata cekung dan sedikit codet di keningnya, menambah angker terlihat Gembong Narkoba ini. Ia paling di segani di kalangan para bandar-bandar Narkoba lainnya. Bukan hanya di segani, tapi juga paling di takuti oleh musuh-musuhnya dan anak buahnya. Manusia yang paling kejam dan beringas.

Meja di mana Jhon dan Rose berada di bawahnya telah di angkat. Jelas sekali ketakutan terpancar di mata Rose.

"Ayo..bangun, jangan coba-coba melawan," bentak lelaki botak klimis itu. "Pengintai ini harus di apakan Bos?" Orang berkepala botak klimis ini menarik Jhon dan Rose dari bawah meja.

"Bawa dia kedalam mobil!" ujar Gembong Narkoba bernama Black Blood. "Sekalian sama wanita ini!" Sambil menunjuk ke arah Rose dengan menggunakan ujung pistol yang berwarna putih. "Baik Bos!," sahut ajudannya yang berkepala botak klimis.

Rose hanya pasrah di gelandang orang-orang tengik ini. Jhon yang masih tak sadarkan diri, di paksa dengan cara di seret dari ruangan lantai Apartement sampai kedalam mobil. Darah berjejak di lantai Apartement. Semua orang yang melihat kejadian itu tidak berani untuk melihatnya. Bahkan dari orang-orang biasa yang tidak tahu apa-apa turut menjadi korban kebrutalan serangan itu. Di laporkan empat puluh orang tewas merenggang nyawa. Baik dari Gank Narkoba maupun orang sipil yang kebetulan naas tertembak. Sungguh sangat kasihan melihat Jhon seperti anak kambing di seret-seret tak ber prikebinatangan.

***

Di dalam ruangan yang gelap entah ada di mana, Rose dan Jhon dalam keadaan terikat salib. Ruangan yang hanya berukuran empat kali lima meter, tentulah sangat pengap di rasa, apalagi tampa ada penerangan setitik pun. Jhon tiba-tiba merintih mengerang kesakitan. "Aduuh...Rose kamu dimana!" Jhon bertanya. Mendengar ringisan Jhon yang petanda Jhon telah siuman, sangat senang hati Rose. "Aku .. aku di hadapanmu Jhon! aku terikat Jhon.." Suara Rose bergema memantul di ringkup ruangan yang gelap dan penuh sesak.

""Syukulah Rose .. kamu selamat. Tapi kita ada di mana Rose!?"

"Entahlah Jhon, aku juga gak tahu," jawab Rose. "Waktu kita di bawa kemari, aku dalam keadaan mata tertutup."

Jhon berdiam sejenak.

"Rose maafkan aku telah melibatkan kamu dalam kasus yang aku alami."

"Tidak Jhon..aku malah bangga berada di sampingmu. Sudah tugas aku melayani para pejuang pembasmi kejahatan di muka bumi ini." tukas Rose.

Mereka berdiam sejenak. Lima menit kemudian, tiba-tba ruangan yang gelap menjadi terang. Dengan tersentak kaget, Jhon dan Rose membuka matanya masing-masing. Betapa terkejutnya bukan alang kepalang. Ternyata mereka terikat dalam keadaan tampa sehelai benang pun yang menutup tubuhnya. Mereka di ikat secara salib saling berhadapan, sehingga sangat jelas posisi dan lekak-lekuk tubuh mereka. Jhon tak ayal kejutnya, melihat Rose dalam keadaan terikat salib secara tidak berkeprimanusiaan. Sungguh sangat biadab para mafia Narkoba itu memperlakukan seorang wanita seperti Rose. Kakinya terikat dalam keadaan mengangkang yang sangat lebar, lalu diikat di satukan dengan tangannya, maka terlihat jelaslah belahan vagina Rose yang terpeletek lebar. Sungguh Jhon tidak tega melihat Rose di perlakukan seperti itu. "Biadab .. akan aku balas nanti," maki Jhon dengan wajah memerah murka.

Sama halnya dengan Rose, terperanjat ayal melihat siksaan yang sangat menyakitkan bagi Jhon. Dengan keadaan terikat salib, Penis Jhon di ikat dengan rantai yang terhubung dengan alat katrol, sehingga kalau nanti katrol di jalankan berputarlah Katrol itu dan menarik secara perlahan-lahan  penis Jhon yang memerah kesakitan. Sungguh sangat kasihan Rose tidak tega melihatnya, Ia menundukan wajah dan menutup matanya rapat-rapat.

Kreek..

Suara derik pintu terdengar. Dua orang lelaki berbadan cebol dan yang satunya lagi berbadan bidang, berkulit putih. Mereka masuk ke ruang penyiksaan di mana Jhon dan Rose terikat.

"Huuaa .. ha ha ha." Mereka tertawa gelak-gelak dengan suara yang sangat mengejek. "Gilaa..sadis banget nih penulis membuat cerita begitu rupa," kata lelaki yang berbadan cebol wal kuntet.

"Iay .. sadiis .. gak ada pekerjaan nih penulis mengarang cerita yang tak pantas di negara yang menganut tata krama dan adat istiadat," ucap lelaki berbadan tinggi dengan warna kulit putih dan bermata tajam.

"Bos.. sebelum nih cewek kita apa-apain, bagaiman kita ngopi dulu!" lelaki berbadan cebol menyeringai. " Boleh! .. kebetulan aku juga pusing banget nih." jawaban lelaki berbadan bidang tegap. L:alu mereka duduk di depan ruangan tersebut, di mana Jhon dan Rose di sekap secara terikat di sisi dinding yang penuh coret-coretan.

"Mau kopi apa Lay..Kopi hitam apa kopi luwak," tawar lelaki berbadan cebol.

"Kopi hitam kapal api yah.. aku suka kopi kapal api, jangan yang gopean kaga enak!" ujar lelaki berbadan bidang, berkulit putih dan berambut rapi masay.

"Ok Lay.. kopi segera datang," Lalu lelaki berbadan cebol itu, segera menuju dapur untuk membuatkan kopi.

Sementara itu di dalam ruangan di mana Jhon dan Rose di sekap dalam keadaan terikat. Jhon melirik Rose yang tak berdaya. Kemudian dengan nada rendah dan suara parau Jhon memanggil Rose:

"Rose .. Rose . bangun Rose ..!"

Mendengar suara yang begitu rendah, Rose menyahut dalam keadan lemah dan tidak mempalingkan muka, hanya menunduk, tak sanggu lagi hanya untuk mengangkat kepalanya. Sangat iba melihatnya dalam keadaan tampa sehelai benangpun dalam keadaan terikat salib. Jhon melirih di hati. "Rose .. Maafkan aku Rose!" Bulir-bulir peluh mengalir deras dari pori-pori Jhon. Badannya sungguh lemah walau masih terlihat gagah. "Aku berjanji akan melepaskan kamu dari penyiksaan ini Rose!" batin Jhon. Lalu berusaha berontak menggoyangkan ikatannya. Ditarik dengan sekuat tenaga agar rantai yang membelenggunya terlepas. Sangat terlalu kuat ikatannya Jhon tak mampu, lalu Ia kembali mendengus pasrah dan lunglai tak berdaya.

Tiba-tiba terdengar suara air mengucur. Jhon berdangak kearah Rose. "Oh Rose .. " di lihatnya vagina Rose menguarkan cairan seni. Sangat deras air kencing yang keluar dari vagina Rose. Mungkin karena kaki Rose yang di kangkangkan lalu di ikat di satukan dengan tangannya sehingga lobang vaginanya terbelah lebar. Sungguh sangat biadab perbuatan bragadul-baragadul Mafia itu.

Tak lama kemudian terdengar suara gelak tawa terkekeh-kekeh. Dari balik pintu dua orang lelaki itu sedang asik menertawakan Jhon dan Rose di dalam ruang penyiksaan. Mereka adalah kaki tangan Bos Bandar Narkoba 'Black blood'. Dua orang itu sangat seram dan beringas. Rupanya ingin merencanakan sesuatu terhadap Rose dalam keadaan telanjang bulat.

Benar, dua orang itu masuk. Lelaki berbadan bidang tegap menghampiri Rose. "Uh .. gila coy! Coba lihat memeknya tembem banget coy .. " kata lelaki itu. Lalu lelaki cebol dan hitam menyeringai. "lay! aku dulu lah, aku kan yang buatkan kopi untuk loe," kata lelaki cebol dan hitam. "Us .. enak aja aku dulu yang pantas untuknya," Lelaki itu tersenyum nafsu, dengan mata menolot tajam kearah vagina Rose yang terbua lebar dan mengangkang sangat mengilukan.

"Ehm ..  pasti luas banget dalamnya cuy .. " Tangannya segera mengusap-ngusap vagina Rose. Dengan belaian lembut dan penuh perasaan, Lelaki berbadan bidang dan tegap ini berdesis "Ssst .. gila .. lembut memek .. oh .. lembut .. indah .. ..memek yang indah .. "

Merasa ada yang menggerayangi vaginanya, Rose terbangun. Betapa terkejutnya Rose. Lelaki itu memainkan Vaginanya seenak udelnya sendiri. "Lelaki hina dina! mau apakan aku!'" maki Rose. Lelaki berbadan bidang dan tegap hanya tersenyum menyeringai nyengir.
Jari-jemarinya di masukan ke dalam rongga vagina Rose. Karena dalam keadaan bekangkang sangat lebar, begitu mudah jari-jari lelaki itu menusuk-nusuk vagina Rose.

"Kutu bunting. Jangan coba-coba kamu," Rose berusaha berontak. Dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya, sambil menarik kuat-kuat rantai yang membelenggu tangan dan kakinya. Tapi Rose hanyalah seorang wanita, tida mungkin dapat di lakukannya. Sedangkan Jhon pun tak sanggup.

"Tenang sayang .. tidak sakit kok .. bahkan nanti berubah jadi enak sayang .. " rayu Lelaki itu. Tangan kanan mulai merabah Buah dada Rose, sedangkan tangan kiri dengan jari-jarinya menusuk-nusuk dengan kocokan yang sangat lembut, sehingga dapat di rasakan sensasinya. Rose mengerang geli. Walaupun secara perlahan-lahan rasa sakit dan takut menjadi menggidikan vaginanya. Berdenyut di permainkan secara ekstrim dan kasar. Baru pertama kali Rose merasakan dalam keadaan terikat serta bugil pula, di lecehkan begitu rupa.

'Setan ... hentikan kebrutalan kalian," sentak Rose. Mendengar teriakan yang begitu kerasa seakan-akan memecahkan gendang telinga. Jhon terbangun. Betapa terkejutnya Jhon melihat Rose di pelecehkan seperti itu. Dengan muka marah memerah menahan emosi jhon membentak dengan lantang; "Woe .. bangke busuk loe ye .. lepasin cewek gue ..!" Mendengar gertakan yang begitu keras. Dua leleki ini terperanjat. Wajahya di tolehkan ke arah Jhon. Dengan pandangan mata berkilat-kilat, lelaki ini memandangi tubuh Jhon dari rambut sampai ke kaki. Tetapi ketika melihat penis Jhon dalam keadaan terikat dengan Katrol yang di sambungkan, membuat dua bragadul ini tertawa gelak-gelak.

"Ha .. ha .. ha .. gila banget lay Bos kita, Pahlawan kesiangan ini di buat begini rupa," kata lelaki berbadan bidang dan tegap. Lalu di susul celetuk lelaki cebol hitam dengan senyuman mengejek: "Biar mampus tuh orang dengan cara yang sangat menyakitkan, he .. he .. he," Lalu dengan bangga mereka bertolak pinggang di depan Jhon. Wajah Jhon memerah dengan nafas yang megap-megap menahan rasa amarah yang membuncah kepada bangsat-bangsat kaki tangan 'Black Blood'.

"Tunggu balasan ku!" ancam Jhon. Karena tubuhnya yang lunglai dan tak berdaya, akhirnya Jhon hanya berpasrah diri. Di biarkannya Rose teraniaya dengan begitu keji. Kemudian kedua orang itu berbalik ke arah Rose untuk meneruskan yang baru saja tertunda akibat sentakan Jhon yang menggelegar seantero ruangan yang sangat sempit.

Rose hanya bisa mengerang dan bergelinjang, ketika manusia hina dina ini mempermainkan selangkangannya begitu rupa. Wajahnya penuh peluh yang keluar dari pori-pori tubuhnya. Nafasnya sangat dalam dengan dengusan nafas yang penuh petanda rangsangan dari kedua menusia durjana itu. Rose hanya bisa menimati permainan yang melecehkan kesuciannya itu.Sunggu peniksaan yang belum pernah di rasakan oleh Rose seumur hidupnya.

***

Suasana diluar Markas besar Mafia Narkoba yang di pimpin Black Blood terasa lengang. Hanya pengamanan yang seperti biasa di lakukan. Namun Black Blood memperintahkan untuk memperketat penjagaan di ruangan di mana Jhon dan Rose tersekap. Black Blood sedang duduk di kursi kebesaranya. Dengan dua wanita penghibur atau gundik dari Bos Mafia itu. Di dampingi dan selalu di manja dengan rayuan-rayuan menggoda. Serta dengan minuman yang memabukan membuat Black Blood terlihat sangat di takuti dan di hormati.

"Hai Kamu! .. " panggil Black Blood seraya menunjuk dengan jarinya ke arah wanita yang paling muda di antara wanita-wanita yang berada di sampingnya.

"Ya Tuan! .." sambut wanita itu. Dengan mata yang lentik, rambut lurus panjang dan bentuk muka yang seperti telur, sangat memikat bagi siapa saja yang memandangnya. Ia menjura kedepan Black Bood, lalu duduk di sampingnya. Wanita yang sedari tadi berada di samping Black Blood terpaksa harus mengalah, tentu dengan perintah Blac Blood. "Sayang .. Kamu hari ini sangat cantik dan membuat aku pesona," rayu Jhon sambil membelai-belai pahanya yang putih mulus. Wanita itu hanya tersenyum manja, dengan mengusap-ngusap dada Black Blood yang berbulu tebal. Wanita itu menyingkapkan Rok nya yang tipis dan sangat pendek sehingga kalau ia menungging atau merungkuk terlihatlah belahan bokongnya yang putih salju.

"Sayang .. hari ini aku ingin bercinta dengan kamu. Hanya kamu, yang lain aku sudah bosan dengan kelakuannya yang kurang menggairahkan," ujar Black Blood." Sedangkan kamu belum pernah aku tiduri. Apakah kamu mau." Wanita itu hanya mengangguk. Lalu bergegas berdiri di depan Blac Blood. Di lepaskannya semua pakaian yang melekat di tubuhnya. seketika itu juga, wanita itu bertelanjang bebas di depan Black Blood.

Melihat Bos besarnya ingin bercinta dengan wanita yang baru saja di jadikan anggota untuk di jadikan pelacurnya. Kedua wanita yang lebih dulu menemaninya mencoba untuk minta izin meninggalkan tempat itu. Namun Bos besar yang bukan lain adalah Black Blood tidak mengizinkannya. "Kalian di sisni aja, lihat aku bermain dengan anggota baru kalian. Di mana kedasyatan permainan anggota baru ini," kata Black Blood dengan nada dingin. "Aku ngi kalian juga telanjang dalam menonton adegan ini, agar kalian bisa onani juga dengan penuh nafsu membuncah." Black Blood memerintah keduanya dengan mata menatap tajam-tajam ke vagina wanita sebagai anggota barunya itu.

"Veris! .. Kamu harus bisa membuat Bos kita ini puas dengan permainanmu," cecar dengan wajah garang wanita yang berdiri sedari awal di sampin BlackBlood. Wanita itu paling tertua di antara wanita-wanita penghibur Blac Blood. Ia tugaskan untuk merekrut wanita-waniat yang akan di jadikan pemuas nafsu. Veris hanya membalas dengan senyuman sinis kepada wanita tertua itu.

Veris nama wanita anggota terbaru itu. Black Blood senang dengan servis Veris, yang bisa terbilang sangat muda untu mengikuti anggota wanita penghibur yang di khusukan untuk para anggota lelaki yang menjadi anak buah Black Blood. Namun terlebih dulu harus melewati percintaan dengan Black Blood, setelah itu baru anak buahnya untuk menikmati tubuh wanita itu.

Di ata sofa yang sangat empuk. Black Blood duduk merentangkan kedua kakinya. Dengan mata berkilat-kilat tajam memandangi keindahan tubuh Veris yang meliuk-liuk di depannya, juga di saksikan oleh kedua wanita pengawalnya. Sungguh sangat membuat rahang-rahang naik turun di buatnya. Veris mencoba untuk bergoyang ngebor . Bokongnya yang yang besar laksana bukit hijau yang ranum, dimana di sisi-sisinya sungai yang jernih memercikan suara yangsendu dan indah di rasa. Memutar kekanan lalu di balikan ke kiri sungguh sangat cantik dan bergairah di lihatnya. Sehingga Bos besar Mafia itu di buat menyeletkan lidah dan turun naik rahangnya. Dengan mata yang sangat bernafsu melotot seakan-akan mau keluat dari rongga matanya.

'Oh .. sungguh indah sayang .." puja Black Blood. "Tidak mengecewakan kamu Lusie mencari wanita seperti Veris ini," Black Blood berbicara kepada wanita tertua yang ternyata bernama Lusie. Wanita bernama Lusie terseyum manja sambil membelai penis Black Blood yang sudah berdiri.

Veries menari dengan lihaynya. Black blood sangat terpana melihat gaya Veries meliak-liuk seperti ular Cobra. Terkadang pinggulnya di putar-putar. Terkadang kepalanya yang memutar di barengi dengan kedua tangan di atas memutar bagaikan angin topan menderu menggusur bukit. Tarian yang sangat merangsang bagi siapa saja yang melihat, akan melelehlah hatinya. "Kamu hebat Varies," rayu Black blood," Wajah dengan mata menyolot, memandang Payu dara Veries yang menyembul-nyembul tidak karuan.

Veries merenggangkan kedua pahanya. Tangannya yang lentik mengusap-ngusap bukit yang menjulang tinggi dan di kelilingi rambut-rambut, siapa lagi kalau bukan vagina Veries. Dengan penuh kelembutan Veries mengelus vaginanya, tak kalah dengan tangan kanan sedemikian rupa ganasnya. Tangan kiri Veries tak tinggal diam, dengan penuh semangat ia meremas-remas payudaranya yang sudah mengencang itu. Sangat fantasi bagi siapa saja yang melihatnya.

Sementara itu Black Blood mencoba memasukan kaki kanannya ke celah paha Veries yang sedang terbuka lebar. Sekira-kira sejengkal, Black Blood menggosok-gosok vagina Veries dengan betisnya. Veries bergelinjang geli. Dirasakan berdenyut ketika bersentuhan vaginanya dengan betis lelaki itu yang penuh dengan bulu-bulu. "Bos .. uh uh uh nakal ah .. bos nakal .." goda Veries. "Bos .. oh .. bos .. terus bos .. uh .. enak .." Sang bos hanya menyengir nyi-nyir.

Sementara itu kedua wanita tertua bernama Lusie mencium pipi Black Blood dengan mesra. Tangannya merabah-rabah bulu dada lelaki itu sebagai Bos besarnya.

"Cecie .. kamu jilatin doong memek aku?" Lusie mengerang memerintah kepada Waniat tertua lainnya yang ternyata bernama Cecie. "Sst .. Cecie kamu jangan diam saja .. ooh .. aku sudah horny berat nih sst .." Cecie yang mendapat tawaran untuk menjilati selangangkangan Lusie tentu angat senang. Dengan rakusnya tampa ulur waktu Cecie memakan dan melahap lumat Vagina Lusie. Cecie adalah wanita Lesbi yang mahir dalam memainkan kelentit dan menyapu-nyapu vagina sesama jenisnya sendiri dengan lidahnya. "Aduuh .. ssst .. geli .. ah .. geli .." desah Lusie menikmati vaginannya yang berdenyut kencang, karena Cecie memainkan lidahnya dengan brutal.

Lusie menundukkan kepalanya tepat di depan penis seorang lelaki yang memiliki wajah yang sangat garang, bukan lain ialah Bosnya sendiri bernama Black Blood, Bos Mafia Bandar Narkona Internasioanal. Di hisap penis itu dengan lemah lembut. Di jilati dengan penuh perasaan "Ah .. .. um um um  nyam nyam nyam!" Blac Blood bergidik geli. Dia tersenyum datar melihat kebrutalan ketiga wanitanya yang bermain sebagaimana tugasnya sebagai wanita penghibur. Penis nya yang mengeras yang sangat amat, terasa beku seluruh otot-otot penisnya. Sedemikian kencang sehinggan terlihat jelas Urat-urat penis Black Blood seperti cacing tanah yang sedang bergumul. "Uh .. sungguh gila kalian," gumam lelaki itu menyerengai.


Sejelek-jeleknya binatang mesum lebih jelek apa yang di lakukan Si Bandar Narkotika ini bersama ketiga wanitanya, sungguh sangat menyesatkan lebih sesat dari setan berpetala. Bagaimana tidak dengan posisi Black Blood telentang di sofa yang empuk. Sedangkan Veries berada di depannya dalam keadaan berdiri mengangkang, kaki Black Blood di gesek-gesekan ke sela-sela paha Veries, sedangkan Lusie posisi menungging dari sebelah kiri laki-laki jadah itu, sambil menikmati batang penis Black Blood yang besar berurat pula, lalu wanita satunya lagi sebagai seorang Lesbian yang suka sesama jenis ini, sedang asik menikmati vagina Lusie yang sudah separuh hitam di bibir vaginanya. Orang akan tertawa sambil muntah kalau melihatnya.

***

Malam sudah temaram. Suara angin menderu dari ufuk barat. Di markas Yang di pimpim oleh lelaki yang punya tampang buruk dan berperilaku binatang ini bukan lain orang itu adalah Black Blood yang sedang asik berbuat mesum bersama ke tiga wanita peliharaannya.

Tiba-tiba terdengar suara seperti pecahan kaca. Sesosok tubuh kekar memasuki ruang bawah yang di jaga ketat oleh anak buah Black Blood. Namun penjagaan kurang rapat di karenakan penjagaan di perbanyak di ruang Khusus di mana Jhon dan Rose di sekap di ruang itu. Dengan mudahnya orang ini masuk menyelinap sedemikian rupa sehingga bisa lolos tampa di ketahui para penjaga keamanan istana sarang Narkoba itu.

Tubuhnya kekar berpakaian hitam dengan sepatu Boots ala tentara. Wajahnya tertutup kain hitam rajutan jarang. Dia juga bersenjatakan yang sangat canggih, senapan laras panjang dengan selonsong peluru yang sangat besar sehingga apabila di muntahkan peluru ke arah lawan, tampa ampun lagi tubuh lawan akan bolong berlubang besar mengnganga. Terkena anginnya pun terasa di hempaskan dengan dorongan angin sehingga tubuh akan terhuyung-huyung seperti terkena angin terpedo. Selain itu jauga Orang ini di beri peralatan yang mendukung seperti tali tambang dengan kailnya untuk menaiki tembok yang tinggi sehingga ia dapat masuk dengan cara tergantung di tali itu.

Orang ini mulai memasuki lantai dua. Dengan mengendap-endap, langkahnya pelahan-lahan, menaiki anak tangga dengan berjinjit agar tidak terdengar ketukan langkah sepatunya. Di lihatnya dua orang penjaga dengan bersenjatakan lengkap di tangan. Penjaga itu berbadan tegap bidang, dan yang satunya lagi berbadan pendek cebol hitam pula.

Di ambilnya sebilah pisau dari kantong besarnya, lalu di lemparkan ke salah satu penjaga itu dengan cekat.

"Cleep . ."

"Ugh .. .. "

Penjaga berbadan tegap meringis sambil memegang dadanya yang tertancap pisau orang misterius itu. Dengan darah bercucuran. Penjaga itu mendelik keatas terasa menahan sakit. Tak berapa lama bergelimpangan ke lantai lalu tak bernyawa alias tewas.

Melihat temannya mendadak mendapat serangan Lelaki berbadan cebol hitam terkejut dan kalang kabut. Hatinya kebat-kebit. Di ambilnya HT alat komunikasi untuk menghubungi rekan-rekannya yang lain, tapi kasip. Tubuhnya lebih dulu tertembak tepat di tengah keningnya sehingga Ia terhuyung mundur ke belakang lalu kelojotan dengan bersimbah darah. Demikian matilah kedua penjaga itu.

Satu rintangan telah di tumpas. Kini Ia harus mencari di mana Jhon dan Rose di sekap. Matanya melihat lekat-lekat keseruluh ruangan. Dengan tangan menggengam Pistol berukuran kecil. Di ujung selongsong Pistol itu di tutup oleh alat peredam suara, sehingga tidak dapat terdengar letusan jika peluru di muntahkan.
Orang bertopeng dan berpakaian hitam itu, menyeruak kedua jasad yang telah kaku membesi. Di injaknya dengan penuh tega. Di singkirkannya kedua mayat itu yang menghalagi jalannya.

Berdiri di depan satu ruangan. Sejenak lelaki misterius ini berpikir. "Mungkin ini kamar di mana Jhon di kurung," batin lelaki itu. "Sabar Jhon aku akan melepaskanmu."

Gagang pintu di tekannya. Rupanya pintu tidak terkunci. Mudahlah orang misterius ini memasuki kamar itu. Terdengar suara derik daun pintu 'Kreek ..' matanya menatap tajam dengan jantung berdebar, ada pakah di dalam ruangan yang gelap ini. Di rabah-rabah setiap sisi dinding. Lelaki itu mencari Stop Kontak listrik. Nihil tidak ada. Teringat ia membawa korek api yang ada senternya. Lelaki ini ingat kalau dia punya korek api dari hasil temannya waktu sedang merokok bersama lalu ia pulang meninggalkan korek api tersebut. Dengan senang hati orang ini mengantongi korek gratis dari temannya karena tertinggal lupa.

Di sorotnya senter ke seantero ruangan. Betapa terkejutnya orang misterius ini ketika melihat dua orang terikat berhadapan dalam keadaan bugil. Di tatapnya lekat-lekat dua orang itu, sambil mengucek-ngucek matamya bukan karena gatel tetapi untuk memastikan bahwa apa yang di lihatnya bukanlah mimpi di siang hari. Benar apa yang di lihatnya. Jhon dan seorang wanita yang tidak Ia kenal. Bukan lain wanita itu Rose teman kencannya Jhon di dalam tugas.

Stop Kontak terlihat di sisi sebelah daun pintu. Dengan cepat Orang ini menyentikannya. Terang lah seluruh ruangan.

"Busyet dah ..!!!"

Orang misterius itu mental kebelakang karena kaget bukan alang kepalang. Kini jelas apa yang di lihatnya. Namun yang membuat orang ini terkejut bukan alang kepalang. Melihat penderitaan Jhon yang sangat memilukan. Tubuh Jhon terikat salib. Cuma yang membuat terkejut orang ini adalah. Di ikatnya penis Jhon dengan rantai yang terhubung dengan Catrol bertombol merah. Apabila tombol tersebut di tekan maka Catrolnya akan berputar. Otomatis rantainya ketarik menggulung dengan catrol itu, dan sudah pasti penis Jhon akan tertarik perlahan-lahan lalu putus dengan sangat mengerikan.

Lelaki ini tertegun sejenak untuk mengatur nafasnya. Rahangnya naik turun. Matanya sayu nanar karena lelah. Setelah nafas sudah teratur. Ia bangkit dari keadaan merungkuk memegang lutut.

"Jhon .. Jhon ..ini aku Jhon ..bangun Jhon!," kata lelaki misterius ini. " Aku akan menolong mu Jhon."

Lamat-lamat terdengar suara memanggilnya. Jhon pun memercikan mata. Masih remang-remang di lihatnya. Sungguh Jhon sangat lemah dari rambut sampai ujung kaki, seakan-akan sudah mati rasa.

"Si .. si .. siapa kamu!," tanya Jhon. Mendongak menatap kearah orang misterius itu, lalu di jatuhkan kembali kepalanya, karena masih terasa berat dan pusing.

"Aku di utus oleh President untuk menolongmu Jhon," ucap lelaki bertopeng itu."Apakah kamu masih kuat untuk keluar dari ruangan ini."

"Lepaskan dulu ikatan rantai ini! saudara!"

Orang bertopeng itu segera mencari kunci untuk melepaskan ikatan rantai yang membelenggu sangat kuat ke tubuh Jhon yang sudah tak berdaya. Celingak-celinguk mencari anak Kunci namun tidak di ketemukan. Lalu orang misterius ini mencari kesebelah di mana Rose sedang terikat tampa dengus nafas. Rose ternyata pingsan karena rasa sakit sehabis di gilir oleh bragadul-bragadul anak buah Black Blood.

Terhenti pandangannya ketika lelaki bertopeng ini melihat tubuh Rose yang molek. Miris walaupun terangsang melihat wanita yang bugil di depannya. Namun rasa iba menyeruak di hatinya yang paling dalam. Sungguh kejam penjahat-penjahat ini menyiksanya.

"Hai .. saudara! .. cepet cari kuncinya," sentak Jhon kesal karena melihat orang ini mata keranjang juga. "Cari di saku penjaganya di depan pintu." terang Jhon.

Orang misterius ini jadi memerah mukanya, sayang wajahnya tertutup oleh topeng yang di kenakannya. Lalu Ia segera keluar dimana kedua orang yang Ia bunuh itu mengantongi kunci pengikat rantai yang membelenggu kuat ke tubuh Jhon dan tentu saja penisnya.

Di saat orang misterius itu keluar untuk mengambil kunci. Jhon melihat Rose belum sadarkan diri. Dengan suara parau dan lemah Jhon memanggil Rose:

"Rose .. bangun Rose .. kita akan keluar dari tempat neraka ini," ucap Jhon dengan lemah. "Sayang .. ayo lekas bangun sayang .. kuatkan diri kamu say." Tiba-tiba Rose melirik ke arah Jhon. Alangkah bahagianya Jhon, melihat Rose masih bernafas. "Rose .. bantuan sudah datang untuk melepaskan kita.

Rose tersenyum menyeringai dengan senyuman dingin. Wajah pusat pasi. Tubuhnya yang lemah tak berdaya hanya bisa menyunggingkan senyum.

Tak lama orang misterius itu masuk kembali dengan membawa serentet anak kunci. "Aku berhasil menemukan kuncinya Jhon," kata Orang bertopeng itu. "Tapi aku tak tahu yang mana kuncinya." Laki-laki bertopeng itu memilah-milah anak kunci yang di genggamnya. "Duh .. mana lagi." keluhnya.

"Coba yang warna Brand!" kata Jhon. "Aku melihat dengan samar lelaki yang kamu bunuh di depan sana pernah mencoba membuka rantai yang di ikatkan ke tubuh Rose!" terang Jhon.

"Baik lah! aka aku coba." lelaki misterius itu berusaha membuka gembok yang terhubung dengan kaitan rantai ke leher dan tubuh Jhon, juga rantai yang mengikat penis Jhon.

Keberuntungan di pihak Jhon. Lelaki misterius itu berhasil membuka gembok. Di lepasnya nya seluruh ikatan yang membelenggu Jhon. SEtelah berhasil melepaskan diri dari rantai yang mengikatnya. Jhon berterima kasih kepada orang misterius itu.

"Saudara terima kasih atas pertolonganmu," kata Jhon. "Bagaimana jadinya kalau saudara tidak menolong kami, mungkinkami akan mati secara perlahan-lahan di ruang ini." Lelaki misterius itu hanya mengangguk.

"Kalau boleh tahu siapa sebenarnya saudara?" Jhon bertanya.

"Kamu tak perlu siapa aku, Aku hanya menjalankan tugas dari President untuk menolong kamu diktetif!" jawab lelaki misterius itu. Dia mengambil barang dari tasnya. Sebuah senapan laras panjang AK 25jk. Senjata dengan selonsong yang sangat besar rongganya. Sudah tentu pelurunya pasti besar. Senjata itu di serahkan ke Jhon untuk menumpas para Mafia yang masih bercokol di luar marakas sana.

"Pegang ini Jhon." Lelaki itu menyerahkan senjata itu." Ingat kita harus selamat. Tembak mati siapa saja yang menghalagi kita. Ini perintah Jhon." Jhon menganguk mengerti.

Timbul lah semangat di hati Jhon ketika memegang senjata itu. Teringat akan nasib Rose yang masih terikat. Jhon pun segera melepaskan ikatan rantai kematian bagi Rose. "Rose .. bangun kita pulang!" ucap Jhon berbisik. Rose mengangguk. Lalu tubuhnya di panggul oleh Jhon.

Lelaki misterius itu berjalan berjinjit mengendap-ngendap penuh dengan kehati-hatian. Sedangkan Jhon berada di belakangnya sambil memanggul Tubuh Rose. Ruang atas yang dengan tangga menuju kebawah cukup mempersulitkan mereka untuk keluar. Tangga yang melingkar-lingkar tentu akan terasa lelah berjalan mengendap-ngendap. Apalagi Jhon yang memanggul tubuh Rose, tentu terasa berat.

Terdengar suara tertawa cekikikan dari lantai bawah. Suara yang menggoda dan menghanyutkan birahi bagi siapa saja yang mendengarnya. Di intainya dengan lekat-lekat ke arah bawah. Lelaki itu menyeringai berbisik kepada Jhon. "Rupanya Target yang kita cari sedang bercinta dengan wanita peliharaannya." Mendengar keterangan dari Lelaki misterius itu, Jhon penasaran ingin mengintip pula. Dengan kepala mendongak kebawah lantai. Benar! apa yang di katakan lelaki misterius itu. Dengan penuh dendam Jhon menurunkan Tubuh Rose. Tampa menunggu waktu panjang Jhon segera menarik pelatuk laras panjang yang di berikan oleh lelaki misterius itu. 'krek .. ' Jhon membidiknya dengan bidikan target di kening Kepala Penjahat itu yang telah menyiksa Rose sedemikian rupa.

"Tar"

"Tar"

"Tar"

Tiga peluru melesat dengan sasaran Kening, Perut, dan tidak kalah sadisnya. Peluru yang ketiga tepat mengenai Penis Bos Mafia itu yang bernama Black Blood. Dalam sedetik kemudian, lelaki itu kelojotan dan saat itu juga tewas lah lelaki itu dalam keadaan yang mengenaskan.

Wanita peliharaannya yang sedang berada di sampingnya berlari ketakutan dengan sangat amat. Mereka berteriak histeris. Berlari-lari tak tentu arah dalam keadaan bugil telanjang bulat tampa sehelai benang selembar pun.

Jhon selamat. Rose akhirnya siuman dari tak sadarkan diri. Dengan senangnya Rose mencium Jhon.

"Terima kasih Jhon!" kata Rose tersenyum manja.

"Um .. justru aku yang berterima kasih padamu," jawab Jhon. "Tampa kamu aku tak bisa sehangat ini." Jhon senyum menyeringai Nyi-nyir

"Jhon! .. kamu memang lelaki perkasa. Bukan hanya di medan perang, tapi di kamar tidur pula. Aku puas dengan mu Jhon, setiap bertemu denganmu vagina ku berdenyut kencang."

"Tau ah .. " Canda Jhon

***.

Lalu siapakah Lelaki misterius yang bertopeng itu. Tunggu kisah selanjutnya dalam episode "Lelaki bertopeng" di kisah Diktetif Jhon 009

Sambungannya













Tidak ada komentar:

Posting Komentar