Kamis, 07 Mei 2015

Dancing Juice The end


Sekitar pukul 03.30 Rojali segera bergegas menuju di mana kendaraan roda duanya terpakir di ruang bawah hotel itu. Hatinya sedikit senang karena dapat mengelabui Mamih. Baca kisah sebelumnya, sang Mamih masih terikat di dalam kamar tampa sehelai benang pun. Barang-barang berharganya berupa perhiasan dan kartu Atm tentu dengan nomer pin. Sudah di ketahui oleh Rojali. Lelaki itu membutuhkan uang sebesar Sepuluh Juta untuk melunasi hutang-hutangnya kepada Remon teman semeja judinya.



Deru kendaraan yang di milikinya melaju dengan cepat, menembus dinginnya malam. Warna lampu-lampu kota menyertai warna yang di rasakan di hati Rojali. Dengan harap Royani gadis pujaannya dapat terlepas dari tangan Remon. Barang yang di rampok dari Mamih, tidak mungkin dapat di cairkan malam ini juga, mana mungkin ada toko permata yang buka di subuh hari. Satu-satunya cara dengan mencari ATM terdekat untuk menguras isi rekening milik Mamih.

Tak lama kemudian terlihat beberapa meter lampu neon berlogo ATM, segera Rojali kesana.

Mencoba dan ternyata benar, pin yang di berikan cocok, lalu di cek saldo yang tertera sebanyak enam pulu jutaan, "Uh! Lumayan ada lebihnya. Tak perlu menjual perhiasannya," Rojali membatin dengan wajah sumringah. Dengan berhasilnya menguras isi yang ada di ATM, Rojali tinggal menunggu esok untuk berhadapan dengan Remon dan sekaligus membawa pulang Royani.

***

Sementara itu, dari dalam kamar yang di mana Royani di sekap. Tubuh wanita itu yang bukan lain Royani terkulai lemas. Hanya berselimut dengan tumpukan kardus-kardus minuman. Matanya sembab terlalu banyak air mata yang terkuras. Tak sanggup rasanya hidup dengan penderitaan yang di rasakan. Terbesit di hati wanita ini untuk mengakhiri hidupnya. Betapapun jika nanti keluar Ia tak akan sanggup menghadapinya.

Terdengar suara derik pintu. Lelaki dengan wajah garang yang bukan lain Remon. Lelaki itu berkata. "Besok kekasihmu akan melunasi semua hutangnya padaku." kata lelaki itu dengan mata mendelik-delik karena kantuk masih dirasa. "Aku suka dengan body mu sayang." Lelaki itu merayu. Royani tak memperdulikan, wajahnya melengos membuang tidak akan menatap lagi lelaki itu yang telah memperkosanya dengan cara di gilir. Sungguh biadab memang.

Suara dering terdengar dari saku lelaki itu. Seraya mengangkat.

"Halo!"

"Bos! Mamih sampai saat ini belum juga sampai kerumah. Bahkan di warung pun tidak ada!" Suara dari anak buah Remon yang menghubunginya. Rupanya Mamih sedang di cari oleh Remon, di warung tidak ada di hubungi juga tidak aktif hapenya. Rasa was-was menyelimuti hati Remon di mana sang Istri berada. Mamih pemilik warung remang-remang ternyata Istri dari Remon yang kita ketahui, Mamih pergi bersama Rojali.

Namun Remon tidak tahu kalau sang Mamih yang Ia kuras harta bendanya adalah seorang Istri dari orang yang bersengketa dengannya.

Waktu memerah dari ufuk timur petanda pagi hampir tiba. Sebelum meyelesaikan masalah dengan lelaki yang bersengketa dengannya. Rojali menyempatkan diri untuk beristirahat di rumah. Setelah melihat jam hampir menunjukan pukul 06.00, Rojali kembali bergegas, dengan membawa uang yang sudah disiapkan di amplop sebesar Sepuluh Juta. Sedangkan sisa dari uang yang di hasilkan, Lima puluh Juta di simpan. Namun tidak hanya amplop berisi uang, sebilah pisau yang sangat tajam di persiapkan. Untuk kali ini Rojali tidak main-main, Ia akan membabat habis orang-orang yang melecehkan Royani jika terlihat sangat memilukan.

Dia pun tak mau ambil resiko, di hubungi teman-teman seperjuangan dan sepeminuman. Tiga orang di ajaknya. Tentu dengan persiapan dan berpenampilan garang. Dengan mengenakan jaket kulit hitam dan topi pet, Rojali dan kawan-kawan siap menuju TKP.

Rumah di ujung jalan sana sudah terlihat. Yang bukan lain rumah kediaman Remon, lelaki yang bersengketa dengan Rojali urusan hutang piutang. Dengan penuh percaya diri dan keyakinan siap menanti apa yang akan terjadi apabila sesuatu yang tidak di inginkan terjadi. Secara bentrok fisik pun siap.

Klakson di bunyikan. Dua pengendara motor itu yang bukan lain Rojali dan kawan-kawan, berhenti di depan pagar yang cukup tinggi dan rapat. Tak lama kemudian salah satu anak buah dari Remon keluar. Wajahnya garang berkulit hitam seperti orang ambon, dengan mata meyolot cekung dan merah, Ia bertanya "Mau bertemu dengan siapa!" Orang yang di tanya menyerenai Rojali turun dari motornya lalu menjawab, "Gue ingin bertemu dengan bos loe!"

Orang itu segera memanggil orang yang di maksud Rojali dengan alat komunikasi HT yang ia genggam. "Bos ada yang bertemu dengan bos! katanya. Mungkin sudah tahu orang yang di hubungi ini segera memberi izin tampa bertanya lagi. "Suruh Ia masuk!"

Di buka pintu gerbang, tampak lelaki yang bertubuh besar gemuk yang bukan lain lelaki itu adalah Remon sudah menunggu di depan pintu. Melihat Rojali membawa rekan-rekannya, lelaki ini menjentikan jarinya memberi isyarat kepada anak buahnya agar memberikan pengamanan kepadanya."Em...Bangsat ini rupanya," batin Rojali memasang wajah seru.

Baru saja Rojali langkahkan kakinya ke arah Remon yang sedang berdiri. Dengan nada suara mengejek lelaki itu menyentak. "Anjing somplak! cukup di situ saja, dan segera lemparkan uang yang loe bawa," kata Remon mengujar. "Gue lagi ada urusan, jadi gak usah basa-basi lagi. Bayar semua hutang-hutang loe."

Rojali melempar amplop yang di genggamnya berisi uang. "Tuh setan ambil uang ini." balas Rojali. "Di mana sekarang wanita yang loe sekap?"

Lelaki yang di tanya malah tertawa. "Ada!..tenang aja." lelaki itu menjawab. "Burhan...Cepat lepaskan wanita itu, ha.. ha.. ha.." Mendengar tertawa gelak-gelak seperti mengejek, Rojali menyentak! "Bangsat..kalau nanti gue lihat terjadi apa-apa dengan wanita itu, apalagi terlihat terluka, akan aku pecahkan kepala loe!" Rojali mengancam. "Gue buat pecah kepala loe seperti pekedel!."

"Gak usah mengancam bung!. Loe berdiri aja yang manis ha..ha..ha.." Terdengar gelak tawa mengejek menambah mendidih darah Rojali. Dari samping lelaki yang menemaninya berkata: "Sudah bos kita hajar aja, buat apa nunggu lama-lama."

"Hus.. bisa mampus kita di sini, sama aja mengamuk di sarang macan!" seru Rojali. "Aku mau lihat dulu dia mambawa Royani dengan utuh atau memang??" Rojali mengepalkan jari-jemarinya, mengancam di hatinya apabila terjadi pada Royani Ia tidak sungkan-sungkan akan menggebuk Remon walaupun di sarangnya sendiri.

Sesaat kemudian. Datang salah satu anak buah remon yang berkulit hitam seperti orang ambon. Dengan menggandeng seorang wanita dengan wajah yang sangat rusuh dan baju tampak awut-awuta. Bahkan tamapak sedikit kurus dan pucat. Wanita itu yang bukan lain adalah Royani, wanita yang selama ini menjadi sandra oleh Remon. Melihat Royani dalam keadaan begitu rupa, geramlah Rojali. Dengan mengembungkan rahang bertanda marah apa yang di lihatnya. Ia segera menarik tangan Royani dengan rasa iba dengan keasaannya, Ia mencium keningnya. "Sayang..Kamu tidak apa-apa!?" Wanita itu hanya mengangguk.

Tetapi terlihat ada beban yang dirasa. Rojali kembali menoleh ke arah Remon yang tersenyum mengejek. "He.. he.. he..Sudah sana bawa cewek loe dari hadapan gue!" Remon berkata sambil menyalahkan sebatang rokok, lalu di hembuskannya ke udara.

"Oke..begitu yah," balas remon dengan memberi isyarat kedipan mata kepada kedua rekannya. Saat itu juga kedua rekan Rojali segera menghantam bibir Remon. Lelaki yang kena hantam itu terkejut bukan kepalang. Terasa pecah di bibir. Tangannya menggengam mulut. Alangkah marahnya Ia, ketika di lihat warna merah terbercak di telapak tangannya. "Bangsat!" maki lelaki itu. "Mampusin orang-orang ini!" dengan suara santar lelaki itu yang bukan lain Remon menjentikan tangannya ke arah anak buahnya. Sontak seluruh anak buah remon terdiri Lima orang segera menghambur mengelilingi tiga orang itu, yaitu Rojali.

Melihat keributan akan terjadi, Rojali berbisik "Bawa wanita ini segera." kepada temannya yang berbadan sedikit pendek. "Baik Bos! Tapi bagaimana dengan bos sendiri?!" khawatir akan rekan nya orang ini berdiam sejenak. " Aku akan hadapi sendiri ini urusanku, bawalah wanita ini pulang!" pesan Rojali dengan serius."Kamu ikut Bohal!" suruh Rojali kepada rekan satunya lagi sambil menunjuk ke arah lelaki yang membawa Royani ternyata bernama Bohal. Tampa ulur waktu kedua lelaki itu segera melarikan diri di mana motor terpakir di depan .

"Hai! mau kabur kemana!. Sentak Remon.

"Bangsat!.. kalau berani sekarang kita berduel. Suruh anak buahmu mundur." tantang Rojali dengan wajah garang. "Biarkan anak buah gue membawa wanita yang loe sandra. Sekarang kalau emang loe lelaki jantan mari kita berkelahi dengan cara jantan, tampa senjata dan tampa main keroyokan. Mendapat tantangan dari Rojali. Lelaki yang di tantang menyeringai. "Oke.. Kalau emang mau loe," Remon segera membuka jaketnya. Tubuhnya terlihat kekar walaupun tampak buncit di perut. Lalu ia memberi isyarat kepada anak buahnya untuk segera mundur. "Silahkan kalian mundur dan duduk yang manis untuk menyaksikan pertarungan ini hehehehe."

Dengan tawa yang mengejek. Rojali menjasi pencongkan mulut. Matanya tajam dengan tangan mengepal siap untuk meninju Remon yang terlihat tengil itu.

Ketika Remon mendekat, Rojali lebih dulu menjotos kedepan. Remon terkesiap Ia palingkan wajah ke kiri untuk mengelak. Melesetlah pukulan Rojali. Dengan tak terduga pukulan Remon menghantam dadanya, sehingga Rojali terhuyung-huyung ke belakang. Rojali kalah besar dengan badannya. Namun tidak menciutkan nyali Rojali yang sudah diselimuti hawa murka. Ia bangkit dari terjatuh. Tampa di duga lawan sengketanya, Rojali melompat ke atas dengan mengulurkan tendangan tepat ke arah wajah Remon. ' Buk..!' seraya mundur kebelakang. Dengan sigap dan cekat Rojali segera bangkit kembali untuk menghantam dengan pukulan ke arah dada. Tapi telambat Remon lebih dulu menyerang dan menendang dengan tendangan sangat keras ke arah pinggang Rojali. Dengan meringis rasa sakit pada pinggangnya, Rojali bertahan dari pukulan Remon yang telah membabi buta menyerangnya dengan pukulan tak karuan.

Rupanya Remon tidak memberi kesempatan kepada Rojali untuk membalas seranganya. Dengan pukulan bertub-itubi yang di hadiahkan oleh Remon, Rojali hanya berlindug dengan kedua tangannya. "Gawat..bisa babak belur gue," batin Rojali.

"Baik lah aku kalah!" seru Rojali dengan berteriak lantang. Saat itu juga Remon menghentikan pukulannya yang membabi buta. Seraya menyerengai dengan mempencongkan muka. "Ha.. ha.. ha..Rupanya menyerah juga loe.

"Ok..Loe menang, gue mengaku kalah. Sekarang gue mau pulang," Rojali segera balik badan. "Sana netek sama cewek kamu yang sudah abis sama anak buah gue ha..ha..ha." ujar Remon membuat membuat Rojali mendidih darahnya, tapi biarlah yang penting Ia dapat membayar semua hutang-hutangnya. Juga bisa meyelamatkan Wanita yang bari saja Rojali mengenalnya dan mencoba untuk mencintai.

***

Sekira beberapa meter Rojali menghilang dari pandangan Remon. Dua orang dengan pakaian seragam kepolisian masuk. Tampak tidak membuat kaget Rojali, takut-takut keributan yang baru saja di lakukannya oleh Rojali terdengar sampai ke telinga polisi, atau Rojali bermain curang melapor kepada pihak yang berwajib atas perbuatannya menculik seorang wanita, apalgi memperkosanya. Tentu akan bertambah panjang urusannya. Tapi di lihat dari dua orang yang berseragam itu masuk sangat santai dan tidak menunjukan suatu yang harus di tangkap segera, membuat Remon berusaha untuk bersifat wajar dan tidak panik.

"Apakah ini rumah dari Nyonya Maya?" tanya seorang lelaki berbadan tegap walau terlihat sudah tua.

"Benar pak! Ada pa?" tanya Remon. Wajahnya berubah tegang. Kabar dari seorang polisi tentang istrinya yang tidak terlihat sedari malam dan sampai pagi. Tidak biasanya sang Istri tidak berada di tempat Prosutusi ang ia kelola. Namun ada dua orang dari kepolisian menanyakan alamat dari Mamih Maya yang bukan lain istrinya.

"Tapi benar ini rumahnya?"

"Ya pak! Saya suaminya," sambut Remon.

"Sebelumnya saya minta maaf. Kami dari pihak kepolisian mengkabarkan bahwa istri anda yang berama Maya telah di temukan di kamar hotel sudah tidak bernyawa lagi!" seru lelaki itu dengan pakaian kepolisian.

"Apa!" Remon tersentak kejut. Wajahnya berubah merah. Bibirnya gemetar, hatinya terenyuh mendengar kabar baru saja  di dengarnya. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulut Remon.
"Baik lah, silahkan bapak ke kantor polisi untuk mengurus semuanya. Dan jenazah istri bapak sedang kami otopsi di rumah sakit terdekat. untuk meneruskan penyelidikan kami." ujar lelaki berpakaian seragam kepolisian.

"Baik pak! Saya akan kesana." seru Remon dengan wajah penuh cemas akan keadaan istrinya. Saat itu juga Remon memerintahkan beberapa anak buahnya untuk mengawalnya. Sebagai orang yang berpengaruh di tempat protutusi yang di kelola istrinya yaitu Tante maya, dengan mudah Remon mencari siapa orang terakhir yang memboking Tante maya. Tak berapa lama info itu di dapatkan dari anak buahnya melalui salah satu wanita penghibur bernama Awis. Diterangkannya ciri-ciri lelaki yang membawanya ke hotel Melati. Ciri-ciri yang di sebutkan sama seperti Rojali musuh sengketa hutangnya. Namun Remon belum punya bukti kuat untuk di jadikan laporan kepada pihak yang berwajib. 

Senjapun datang. Remon segera melihat jenazah sang istri di dalam ruang jenazah. Polisi akan melakukan otopsi untuk penyelidikan lebih lanjut. "Bapak siapanya wanita ini?" tanya salah satu petugas otopsi. "Saya suaminya pak," jawab Remon dengan suara datar. "Baiklah! Sehabis ini kamu ke kantor untuk di mintakan keterangan!" Petugas itu segera pergi. Remon segera membututinya, untuk memberikan keterangan perihal terakhir istrinya pergi.

***

Rojali mencium kening Royani dengan kasih sayang dan tidak tega melihat keadaanya yang masih lemas. Badannya terasa panas, mungkin shock berat apa yang sedang di alaminya. "Sayang..Apakah sudah terasa baikan?" tanya Rojali. Royani hanya mengangguk. "Ya sudah kamu istirahat, biar pulih kembali keadaan kamu seperti semula."

Selesai sudah berurusan dengan Remon. Hatinya sedikit senang, kembalinya wanita yang ia jadikan pertaruhan dengan Remon. Teringat bagaiman ia dengan mudah mencari uang sebesar 10, juta bahkan menghasilkan lebih. Tampak wajah Tante Maya terbayang dalam lamunannya, wanita yang ia sekap di dalam kamar hotel. Hatinya sedikit iba, terbesit untuk kembali ke Hotel di mana Rojali dan Tante Maya menyewa kamar. Tersentak akan janjinya apabila ia berhasil mengambil semua uang yang ada di kartu ATM ia akan kembali lagi untuk melepaskan Tante Maya dalam sekapannya.

Setelah berpikir panjang, Rojali segera menuju motornya untuk kembali menemui Tante Maya. Dengan kecepatan tinggi ia melaju melesat seperti kilat dengan roda duanya. Sampailah Rojali di Hotel Melati. Alangkah terkejutnya ia melihat baris Line berwana kuning membatasi ruang kamar hotel yang ia tempati semalam bersama Tante Maya. Banyak orang-orang pengunjung hotel dan pakaian berseragam kepolisian, berkumpul di depan pintu kamar itu. Bergetarlah hati Rojali, rupanya terjadi peristiwa pembunuhan. Ternyaya Tante Maya germo para wanita tuna susila itu tewas akibat perbuatannya semalam.

Kecutlah hatinya, apabila ketahuan ia yang membunuh maka Rojali bersiap untuk hidup di bui. Walaupun dia pernah mengalaminya waktu peristiwa penggerebekan perjudian akhirnya ia tertangkap dan dikurung selama satu tahun.

"Sial!" Rojali mengerutu di dalam hati. Tampa tunggu ia segera keluar dari hotel itu. Setelah sampai di luar, alangkah terkejutnya Rojali melihat Remon dan anak buahnya sudah sampai di hotel itu. Hatinya bertanya-tanya "Kenapa bajingan itu ada di sini!"

Mencoba untuk bersembunyi agar tidak bertatap muka. Rojali berlindung dari kerumunan orang-orang. Penasaran ingin melihat apa yang di lakukan Remon di hotel, akhirnya Rojali mengurungkan niatnya untuk keluar dari hotel segera mengintai apa yang di lakukan Remon saat itu. Sambil berusaha memalingkan muka, Rojali meliahat wajah Remon sangat sedih dan lemah. Lalu apa hubungannya dengan Tante Maya yang sudah menjadi jenazah itu. Apakah dia suaminya. Rojali terus bertanya-tanya di dalam hati. Tampak Remon sedang di wancarai salah satu seorang berseragam kepolisian itu. Lalu yak lama Remon pun meninggalkan tempat itu.

Rojali masih penasaran apa yang baru saja di lihatnya. Tak sabar ia mencoba bertanua pada seorang pakir di di hotel itu. Menurut keterangan tukang parkir itu, lelaki yang baru saja datang dan di wancarai oleh seorang petugas adalah suami korban. Terkejutlah Rojali mendengar penuturan tukang pasir itu. Rupanya wanita yang ia tiduri dan ia rampok seluruh harta perhiasannya adalah istri dari Remon lawan sengketanya. Kejadian yang tak terduga, gumam Rojali.

Pulang segera untuk menjernihkan pikiran apa selanjutnya yang harus dilakukan. Rojali tidak mau masuk penjara kembali. Dia dia pun tak mau berurusan dengan Remon lagi. Terbesit di dalam pikirannya untuk segera keluar dari pulau jawa bersama Royani. Selamanya dan tidak kembali ketempat di mana sekarang berada. Bersama Royani ia akan hidup bersama. Rojali berjanji akan menikahi dan menyayangi selalu wanita yang telah di renggut kehormatannya oleh Remon dan anak buahnya.

Keesokan harinya Rojali dan Royani segera meninggalkan pulau jawa untuk tinggal bersama di daerah entah daerah mana yang jelas ia harus keluar dari pulau jawa. Pergi membawa uang jutaan hasil merampok seorang germo kelas mujair. Dan peristiwa itu tetap di rahasiakan oleh Rojali walau dia menjadi buronan polisi

Selesai





Tidak ada komentar:

Posting Komentar