Minggu, 12 April 2015

Ghost Castle

Satu

Chesy, Rose, Jose
dan Brian adalah 4 sekawan di dalam suatu tempat yang terpencil di kota Hauston di Negara bagian texas. Mereka mempunyai hobi yang sama yaitu berpetualang. Chesy gadis remaja yang sangat imut, genit sedikit agresif dan dingin dalam perihal percintaan. Wajahnya yang bulat dan mempunyai lesung pipit di pipi sebelah kanan bawah, menambah manis jika ia tersenyum. Bodynya yang gempal sedikit pendek namun mempunyai bokong yang lumayan besar dan pinggul ramping serasi kalau berjalan membuat mata pria seusianya banyak yang terpesona dengannya.

Tak kecuali dengan Jose, teman lelaki yang mempunyai hobi yang sama yaitu berpetualang. Karena mempunyai hobi yang sama dan saling berdekatan sehingga menimbulkan rasa cinta dan sayang di hati Chesy untuk mencintai Jose. Mereka pun akhirnya menyatakan untuk saling mencinta.

Sedangkan Rose wanita yang mempunyai hobi mengoleksi boneka Berbie. Banyak koleksi boneka Berbie yang terpampang di lemari kaca yang di lapisi dengan ukiran-ukiran bunga di sekitar lemari kaca yang hanya di peruntukan barang-barang koleksi boneka Berbie. Rose mempunyai sifat dan karakter wanita yang selalu dirumah dan kurang bergaul membuat Rose lebih suka untuk menyendiri sambil memainkan Berbie yang menjadi teman Imajinasi untuk mengungkapkan apa yang ada di hatinya.

Sedangkan lelaki yang mempunyai body cukup gemuk dan terlihat lemak di sekitar rahangnya sangat menonjol apabila sedang menunduk. Aroma tubuh yang berlemak terkadang meguarkan bau aroma yang kurang sedap di cium seperti bau bawag bombay, sehingga banyak orang-orang yang ada di sekitarnya sering menjauh hanya karena tidak suka mencium bau badan yang seperti bawang bombay itu. Lelaki itu bernama Briant. Dia masih sepupuh dari Chesy yang tidak lain kekasih dari Jose temannya sendiri.

Malam itu di iringi suara angin yang memapas dedaunan sehingga terdengar sangat merdu gemericikan nada-nada yang di timbulkan oleh suara daun-daun itu. Tampak langit agak hitam kelam seperti mau hujan, padahal saat itu adalah musim semi. Rose mencoba untuk merapikan Boneka kesayangannya dengan penuh perhatian dan kehati-hatian agar boneka Berbienya tidak rusak. "Hai ... kamu harus tetap cantik, agar banyak cowok yang suka sama kamu hihihi," Rose berbicara dengan berbienya. 

"Karena sudah malam kamu harus tidur yah ...! Nanti kamu kesiangan bangunnya. Ingat..aku gak suka orang yang suka banyak tidur di pagi hari. nanti rejekinya di patok ayam." 

Rose lalu menuju ke tempat lemari di mana berbie-berbienya di simpan. Di letakannya sejajar dengan boneka Berbie yang lain. Banyak jenis Berbie, dari yang putih cantik sampai yang hitam manis. Semua boneka-boneka Berbie itu di belikan oleh ayahnya sebagai hadiah ulang tahun saat Rose beranjak remaja di usianya yang ke 17 tahun.

Dering Hape berbunyi di susul dengan getaran yang mengejutkan ketika Rose mau beranjak tidur. 

"Halo.." Rose menjawab tampa melihat lagi siapa yang menelponnya.

"Rose..apakah kamu sudah tidur?" Suara itu tidak asing lagi bagi Rose, yaitu suara Chesy. "Belum Ches!..Um..kamu sendiri kenapa belum tidur," Rose balik bertanya.

"Aku belum bisa terpejam rose! Oh yah aku baru saja dapat berita. Dua hari lagi pamanku akan kemari, dan dia mengajakku untuk berlibur kesana, ketempat pamanku," kata Chesy dengan penuh semangat. "Di sana sangat indah, dan konon ada monumen sejarah berupa musium Istana yang cukup meyeramkan, tentu akan mengasikkan apabila kita berpetualangan kesana, siapa tahu ada ilmu yang di ambil." Chesy berujar banyak tentang di mana rumah di tempat pamannya, yang konon banyak di huni oleh mekhluk-makhluk astral.

"Ih ... kamu mah, ngajak aku masa ke tempat seperti itu!" seru Rose dengan nada kesal. "Kamu aja, aku gak mau ikut! mendingan di rumah bermain dengan berbie ku, hihihihi," Rose menyeringai tertawa.

"Rose!...ayo dong...aku tahu kamu gak suka dengan pertualangan," ujar Chesy penuh harap. "Gak bosan apa, di rumah melulu,"

"Gak lah! Kan ada berbie-berbie ku yang menjadi teman curhatku he ... he ... he," balas Rose tertawa.

"Ah dasar, kuper kamu!," sentak Chesy dengan nada kesal. "Pliees ... Kita tidak sendiri kok?! Jose dan Briant sepupuku juga ikut. Emang kamu gak mau ketemu sama Brian sepupuku?" ledek Chesy, membuat Rose tersenyum di dalam hati. Rose sebenarnya suka sama Briant, namun dia malu, sebagai wanita apalagi jarang sekali Rose bertatap muka atau sekedar mengobrol dengan seorang lelaki, tak kecuali Briant, walaupun sudah lama saling kenal, namun Rose sangat dingin dan pemalu apabila berhadapan dengan seorang lelaki.

"Emm..Gimana yah." kata Rose berpikir. "Nanti aku bicara dulu sama ayahku," sambung Rose. "Aku tidak berani tampa persetujuan dari ayahku."

"Oke dah ... Pliees yah kamu harus ikut, pasti kamu akan suka dengan pertualangan ini," kata Chesy kembali berharap penuh.

"Iya iya!" balas Rose. Lalu menutup teleponnya. Ia segera menutup tubuhnya yang ramping dengan sehelai selimut.

Pukul menunjukan jam 03.00, Di dalam tidur lelapnya, tiba-tiba Rose tersentak kaget. Rupanya ia mengalami mimpi buruk. Wajahnya menguarkan guratan ketakutan dengan nanar. Seraya memeluk bantal guling lalu berdiam sejenak. "Ih...seram sekali aku mimpi," ujarnya di dalam hati. "Wanita yang ada di mimpiku mirip sekali dengan boneka Berbieku. Yang membuat aku takut ! Wanita itu tergantung dengan sangat mengenaskan. Tangannya terpotong sebatas urat nadi, dalam keadaan darah segar mengucur ke bawah."

Rose mengingat-ingat kembali apa yang ada di dalam mimpinya. "Wanita itu tergantung di langit-langit palang kayu, lidahnya menjulur keluar sangat mengerikan serta mata yang melotot penuh luka di sekujur tubuhnya. 

Tampak sebatas telapak tangan tidak ada. Yah!.. Kedua telapak tangannya kutung tidak terlihat. Lalu apa maksud dari mimpi itu. Dan kemana kedua telapak tangan itu, sedangkan aku ingat-ingat tidak ada di lantai, yang ada hanya bercak-bercak darah yang keluar dari pegelangan tangan yang sudah tidak ber- telapak itu." Rose mengusap tengkuknya. Dingin udara di luar sana menambah malam di rasakan Rose sangat mencekam. Di lihatnya Berbie yang mirip Wanita yang hadir di mimpinya itu. "Ah...Mudah-mudahan hanya bunga tidur semata."


Dua


"Mamah!..." Teriak Chesy ia terbangun dalam tidurnya. Seraya mengusap-ngusap kedua matanya. Rupanya pagi sungguh sangat indah. Tapi Chesy terasa menggigil di sekujur tubuhnya. Sambil mencengkram selimut yang masih membalut tubuhnya Chesy menatap sayu ke arah jendela. 

"Syukurlah hanya mimpi," bergumam Chesy lalu beranjak dari tempat tidur. Di lepaskan selimut yang membalut tubuhnya. Tampak Ia tidak mengenakan pakaian tidur. Hanya Celana dalam yang tipis, sangat tipis sehingga terlihat bokong yang menari ke kanan dan ke kiri jika dia berjalan lenggak-lenggok Batas tali celana dalamnya hanya sekedar menutupi lobang vaginanya saja. Sedangkan bahan yang harusnya lebar untuk menutupi bokongnya kini hanya terselip di antara gumpalan pantat bahkan nyaris tidak menutupi lubang anus. Serta BH yang tipis lagi transparan menambah seksi di pandang. Buah dada yang besar lagi dengan puting susu yang mentil genit berwarna coklat matang meranum sangat indah.

"Persetan dengan mimpi yang aku alami!" batin Chesy.

'triliing..triling..'

Terdengar suara bel. Chesy yang akan beranjak ke kamar mandi, kini ia harus melongok keluar. Rupanya sepagi ini ada yang bertamu. Tampak seorang lelaki berbadan cukup bidang walau kecil. Lelaki itu adalah Jose. Chesy sangat gembira hatinya. Jose kekasihnya datang di saat ia dalam keadaan takut yang di alami di dalam mimpi. Sekaligus Chesy akan bercerita tentang mimpinya itu kepada Jose.

"Hai Jose!" sambut Chesy di depan pintu.

"Hai Ches.." balas Jose. Ia memandang tubuh Chesy yang hanya mengenakan handuk berbentuk pakaian tidur. "Kamu cantik sayang. Aku kemari mau mengatakan apakah kamu sudah siap untuk ke rumah pamanmu?" tanya Jose berseru.

"Em...jadilah! Bahkan pamanku sudah menyiapkan segala kebutuhan kita di sana." kata Chesy sambil berbalik badan sebelumnya mempersilahkan masuk. "Semua sudah di atur oleh pamanku sedemikian rupa, sehingga kita tidak akan kesusahan di sana."

"Oh yah..Kenapa paman kamu serius sekali mengajak kamu untuk bermain kesana," seru Jose kembali.

"Ia...Dia suka kalau kita berlibur kesana," jawab Chesy. "Dan aku berniat ingin menginap di sebuah bangunan tua yang konon banyak hantunya di sana. Jose apakah kamu mau dan berani untuk pertualangan kita kali ini?" Chesy bertanya dengan wajah serius dan sedikit mimik agar Jose mau mengikuti untuk menginap di Bangunan yang sudah tua itu.

"Oke sayang..apa sih yang tidak aku turuti permintaan kamu," Rayu Jose, membuat wajah Chesy memerah. "Um ...Ches...pagi ini kamu terlihat sangat cantik, aku makin cinta sama kamu Ches!."

"Mulai dah rayuan gombal," tukas Chesy.

Jose duduk di sofa, sedangkan Chesy menuju ke dapur untuk menyiapkan minuman untuk Jhose. Tampa di sadari Chesy, Jhose memandang keindahan tubuhnya dengan tatapan nanar penuh nafsu. Di lihat bokong Chesy begitu sensual dengan goyangan pinggul yang membuat hati Jhose meleleh dan tak berkedip memandangnya. 

Apalagi ketika Chesy memberikan minuman ke meja, Ia menunduk sehingga payudaranya terlihat jelas tampa menggunakan Bra. Jhose bernafsu, darahnya berdesir cepat menuju penisnya. Terasa ada yang beda dengan tubuh Chesy yang terlihat vulgar. Walaupun Jhose sendiri selama ini belum pernah menyentuh tubuh Chesy.

"Ah petala setan!.. Pagi-pagi pikiran sudah horny," batin Jhose sambil berusaha menundukan pandangannya.

Chesy segera duduk di samping Jhose. Belum ada kata-kata yang keluar dari kedua remaja itu yang sedang di landa asmara pertama. Mereka hanya hanyut dalam pikiran masing-masing. Entah apa yang ada di otak Jhose. Sehingga Chesy mengkernyitkan kening untuk menunggu Jose buka pembicaraan.

"Eh, kok diam aja!" Chesy berkata keras membuat Jhose menoleh kepadanya dengan senyuman khas. 

"Sayang..aku baru kali ini melihat keindahan tubuh kamu, makanya aku hanya berdiam, aku terpesona dengan lekak-lekuk tubuh mu sayang! ... he ... he ..." Jose menayeringai.

Tiba-tiba suara handphone Jhose berdering. Di angkat, sebelumnya di lihat di layar Handphone tertera yang menghubunginya adalah Briant sahabatnya dan juga sepupu dari Chesy.

"Hai Brian! ..." kata Jhose menyambutnya.

"Hai Jose! Kamu ada di mana, jadi gak kamu ikut ke rumah paman Chesy," kata Brian dengan nada semangat.

"Jadilah!. Nih sekarang aku lagi berada di rumah Chesy," jawab Jose. "Ya sudah kamu sekalian aja kemari kita kumpul-kumpul sambil membicarakan persiapan untuk kita pergi kesana." tukas Jhose. Membuat Chesy melirik ke wajah Jose, ia tahu kalau yang menelpon Jhose adalah sepupunya yaitu Brian.

"Oke! Aku kesana," ujar Brian. "Oh yah! Bagaimana dengan Rose, apakah ia mau ikut?."

"Jhose menatap Chesy untuk meminta jawaban, apakah Rose mau di ajak atau tidak. " Ches!.." seru Jhose. "Rose mau ikut kita?," tanya Jhose serius.

"Ya!. Tadi aku Call dia, sebelumnya sih gak mau, tapi karna aku memohon padanya, akhirnya dia luluh juga untuk aku ajak, dan dia mau!" Jhose tersenyum puas. Rupanya rencana untuk berpetualang ke Bangunan yang cukup tua dan berpenghuni makhluk astral itu bisa terlaksana dengan ramai. Jhose tidak perlu khawatir, karena banguna itu dekat dengan rumah paman Chesy, jadi tak perlu ada yang di khawatirkan akan tempat dan persedian makanan.

***

Brian segera membawa kendaraan dua rodanya. Dengan kecepatan cepat, sehingga setiap kilometernya tak terhitung saking melesat cepat di atas aspal yang hitam dan sedikit licin. Briant tak perduli dengan kendaraan yang menghalang laju roda duanya. Dengan lincah dan gesit, Brian meliak-liuk, salib sana dan salib sini. Namun setiap jarak dengan kendaraan di depannya dapat di perhitungkan dengan cekat, agar tidak terjadi benturan akibat jarak terlalu dekat. Walaupun banyak kendaraan-kendaraan besar seperti Truck di belakang tertera aksara

JAGA JARAK AMAN.

Mungkin itu satu-satunya peringatan bagi orang yang suka mendahului dengan sembarang dan tidak mengukur waktu dan jarak.


Akhirnya Brian sampai juga kerumah sepupunya di mana Jose sudah berada di sana. Pintu gerbang di buka, segera ia melangkah ke daun pintu untuk mengetuk. Namun ketika ia mau mengetuk pintu terdengar suara yang sangat aneh, sehingga Brian menarik kembali tangannya. Dan ia mencoba mendengar dengan menempelkan daun telinganya lebih dekat ke daun pintu.

"Jose...Oh...Jose...udaah..udah sayang...udah...aku gak kuat, oh..aku geli sayang...oh..." suara itu tidak asing terdengar. Suara itu adalah suara Chesy sepupuhnya. Namun terbesit di hati Brian ada apa dengan Chesy. Apakah mereka berdua sedang???" tanda tanya di pikiran Brian. Walaupun mereka masih remaja, tapi mereka sudah mengerti apa-apa yang di lakukan oleh orang-orang dewasa. Suara itu seperti suara erangan orang-orang dewasa yang melakukan hubungan badan yang sering ia tonton di hape dengan mendownload di salah satu situs berkonten dewasa.

"Ah mana mungkin Chesy melakukan seperti itu," gumam Brian di dalam hati. Penasaran ingin melihat atau ia langsung saja mengetuk pintu. Akhirnya Brian memutuskan untuk mengetuk pintu.

Tok.. tok.. tok..

"Chesy!..Jose!.." panggil Brian sambil mengetuk daun pintu.

Mendengar ketukan dan panggilan yang terdengar dari luar, yang bukan lain suara itu adalah suara Brian, membuat Chesy dan Jose menghentikan aktifitasnya. "Uh..naggungin banget nih," ucap Jose kepada Chesy. Membuat Chesy juga merasa tanggung, tapi ia beruntung baru kena jilatan belum kena tusukan sate. Sehingga ia selamat dari raibnya seorang perawan.

"Ah...untung Brian cepat datang.."Gumam di dalam hati Chesy. Seraya melangkah ke daun pintu untuk membukakan pintu. Sebelumnya ia membereskan terlebih dahulu pakaiannya yang telah lecek akibat perbuatan nakal Jose kekasihnya.

"Hai Brian.." kata Chesy setelah membuka pintu.

"Hai Chesy.." jawab Brian.

Chesy pun menuruh Brian untuk masuk. Ia mengekor dari belakang membututi Chesi yang masih memakai handuk dan terlihat jelas paha putih merona dari anak gadis remaja itu. Namun Brian tak mungkin bernafsu dengan sepupunya sendiri. Terlintas dugaan Brian pasti benar, kalau Chesy pasti sudah melakukan hubungan badan dengan Jose. Jhose berdiri menyambut Brian, ia mempersilahkan duduk kepada Brian.

Brian mengangguk dengan tertawa renyah, tertawa melihat Jhose dengan rambut yang masih awut-awutan. Rupanya Jhose lupa belum merapikan rambutnya. Rambut Jhose yang sempat di acak-acak oleh Chesy akibat bergelinjang nikmat dan geli ketika liang kesuciannya di usap-usap dengan lidah yang harusnya buat mengecap rasa makanan, ini malah untuk mengecap selangkangan Chesy yang masih di segel oleh keperawanannya. Ah dasar anak pergaulan zaman sekarang kurang menganut peradatan.

Tiga

"Baik lah, jadi kapan kita berangkat!," Briant membuka pembicaraan. Jhose dan Chesy saling berpandangan untuk menentukan kapan mereka harus berangkat. 

"Eh...malah bengong, kapan kita akan berangkat?!" brian menyentak keras melihat mereka saling berpandangan kaya orang dongo. 

"Eh..! Kapan sayang?" tanya Jhose kepada Chesy. " Bagaimana malam ini juga kita berangkat ke rumah paman, besok pagi kita beristirahat sebentar di rumah paman lalu sorenya kita mulai menginap di istana tua itu!" terang Chesy kepada mereka. Jhose mengangguk juga Brian menyetujui pendapat Chesy sepupunya itu.

"Oke kalau begitu, trus bagaimana dengan Rose, apakah kita harus bilang pada dia untuk berangkat malam ini!" kata Jhose dengan ragu. " Aku ingin Rose ikut untuk menemani Brian di sana agar ada teman untuk mengobrol." Mendengar ucapan dari Jhose, membuat wajah Brian memerah malu. Tapi benar, Rose harus ikut jadi tidak ganjil dalam berangkat kerumah atau istana yang sudah tua dan tidak berpenghuni itu.

"Tapi apakah Rose mau di ajak kita ketempat seperti itu?" ucap Brian dengan wajah serius memandang Jhose dan Chesy. "Bagaimana kalau dia tidak mau?! Sedangkan dia wanita rumahan." tukas Brian dengan ragu.

"Nanti aku Call lagi, aku yakin Rose pasti mau kita ajak!" Chesy menyahuti dengan yakin. Jhose mengangguk.

***

Senja hampir merangkak naik. Diruang kamar yang cukup besar dengan penuh hiasan boneka Barbie di lemari kaca, gadis remaja itu hampir tertidur pulas. Rupanya gadis remaja itu lelah seharian memainkan boeka Barbienya. Wanita remaja itu adalah Rose. Dia terkejut, rupanya hari sudah mau gelap. Dengan segera ia harus membersihkan tubuh dan mempersiapkan alat-alat dan perlengkapan untuk pergi bersama Chesy, Jhose dan Brian kerumah paman Chesy. 

Walaupun agak ragu akan keberanian untuk menginap di sebuah bangunan yang sudah tua dan rapuk itu. Tapi Rose punya alasan untuk tidak ikut, paling banter ia tinggal bersama pamannya Chesy dan tidak ikut menginap di istana itu.

Boneka Berbie di simpannya. Dia tidak mau tertinggal Berbie kesayangannya. Walaupun dia dalam keadaan pergi kemana saja, Berbie itu pasti di bawa bersamanya. Itulah karakter Rose, gadis lugu dan manja serta jarang bergaul walaupun dengan teman di sekitar lingkungannya. "Hai...sobat! Malam ini kita pergi! Kamu harus ikut untuk menemaniku," Rose berucap kepada boneka barbienya.

Dering SMS berbunyi. Rose membukanya lalu membacanya. Ternyata SMS itu dari Chesy, ia mengirim SMS begini: "Hai Rose! sudah siap."

Rose membalas: "Sudah, kapan kamu jemput aku?"

Chesy kembali membalas: "Nanti Jhose akan menjemput kamu, lalu menjemput Brian, trus kita berangkat dari rumahku."

"Oke.." balas akhir sms Rose, dan segera ia mengambil handuk, lalu menuju ruang kamar mandi untuk membersihkan tubuh.


***

Mereka sudah berkumpul dengan suka ria, saling bercanda dan penuh kehangatan di dalam persahabatan yang sangat erat dan selalu berbagi. 

Di rumah Chesy terparkir mobil traveling ELF. Siap meluncur menghitung dengan kecepatan standar. Detroit Michigan adalah kota yang akan di tuju. Rumah paman Chesy di sana, terbayang liburan kali ini sangat mengasikan dengan mengunjungi rumah yang konon banyak peristiwa Misterius terutama rumah tua yang berbentuk sebuah Istana, rumah yang sudah tidak di tempati oleh orang yang memiliki rumah tersebut. Banyak kejadian di sana dari peristiwa yang aneh-aneh sampai banyaknya peristiwa pembunuhan secara sadis di Istana tersebut.

Di dalam kendaraan roda empat yang mereka tumpangi terdengar suara gelak tawa mereka, kecuali Rose, wanita remaja ini hanya berdiam diri sambil memandangi Boneka Barbie. "Hai rose!..Kok diam aja sih," Jose mencoba bertanya agar Rose tidak selalu berdiam diri.

"Entahlah? sudah di tengah-tengah perjalanan kenapa aku kangen sama ayah dan ibuku?!" jawab Rose. "Terasa ingin balik lagi, seandainya aku tidak malu sama kalian pasti aku minta pulang. Tapi.."

"Sudah lah Rose! Ayo dong semangat! Uh...lagian perjalanan kita sudah jauh tau.." seru Chesy.

"Benar! Tenang aja sayang, gak usah takut kan ada aku di sisi mu," Brian membuka mulut membuat yang lainnya tersenyum termasuk Rose, wajah memerah seraya menundukan kepala ketika Brian tersenyum kepadanya.

"Cie, cie, ada yang pede kata nih," Chesy menceletuk sambil melirik ke arah Rose yang tersipu malu.

Rose sendiri sebenarnya punya rasa cinta dengan Brian, dan Rose sendiri sebenarnya malas berpergian jauh. Tapi karena ada Brian, dengan diam-diam Rose menyimpan hati padanya sehingga rasa takut untuk berlibur jauh dari rumah. Karena ada Brian lah membuat Rose menjadi berubah pikiran untuk bertamasya dengan berpetualang ke rumah paman Chesy di Detroit Michigan.

"Sudah, sudah jangan di ledekin dong...nanti Rose nangis tau!" Jose membuka suara. Namun membuat Rose nanar karena perkataan Jose menyindirnya. Dia memang tidak suka kalau di Bully atau di cengin. Rose akan cepat menangis kalau sering di ledek sampai kedalam hatinya sehingga rasa kesalnya menjadikan air mata untuk menghilangkan rasa kesal.

Chesy mencubit Jose dengan maksud jangan keterlaluan. "Us..Nanti malah nangis beneran tau," Chesy berbisik di telinga Jose. Sedangkan Brian hanya tersenyum, lalu ia mencoba untuk duduk sejajar dengan Rose dengan mengingsut kesamping Rose yang sedang berdiam sambil memandang keluar jendela.

"Rose!" bisik perlahan memanggil Rose. Rose menoleh dengan mata sayu menunduk. " Apaan!.." jawab Rose

"Em..Kamu sudah minta izin sama ortu untuk berlibur," Brian mencoba untuk bertanya agar ada bahan obrolan.

"Sudahlah," jawab Rose. "Mana berani aku pergi tampa izin Orang tua". Brian mengangguk. "Eh lihat ada Bulan itu sangat indah!" Brian menunjuk keluar jendela. Rose ikut menoleh kearah yang ditunjuk Brian. Benar malam itu sangat indah pas di bulan purnama mereka berjalan malam, sehingga terlihat pemandangan malam yang sangat indah walaupun pemandangan di luar sana kurang jelas terlihat.

Jose berbisik kepada Chesy, "Brian sedang PedeKata." Chesy mengacungkan jari telunjuknya ke depan bibir, agar Jose tidak bersuara keras. Jose mengedipkan mata sambil tersenyum.

Jarak hampir saja tiba di rumah paman. Sekira beberapa kilometer lagi terlihat sebuah bangunan di mana halaman depan tampak pagar terbuat dari kayu melingkari rumah kecil itu. Rumah yang hanya di tempati dua lansia. Paman George dan Bibi Mely. Chesy senang sekali sudah sampai di rumah paman George. Lampu obor untuk penerang dari halaman depan berkedap-kedip tertiup angin tapi tidak mati. Rumah paman George sangat natural dan minimalis. Kecil di halaman yang luas.

Deru menggerung terdengar dari kejauhan. Paman George segera keluar. Dia tahu kalau suara gerungan mobil itu adalah Chesy. Alangkah bangganya paman george bisa bertemu lagi dengan keponakan kesayangannya itu. Sudah dua tahun Chesy tidak menyambanginya. 

Paman George tahu kalau keponakannya itu suka dengan pertualangan, maka dia mencoba untuk memberitahu kepada Chesy bahwa di daerah itu ada sebuah bangunan tua yang penuh misteri. Paman George ingin keponakannya itu menyelidiki misteri yang ada di bangunan tua itu.

Senyum sumringah terpancar dari wajah Chesy ketika melihat Paman dan Bibinya menyambut di depan pintu. Ia segera turun terlebih dahulu lalu berlari kecil sambil memanggil Paman George. "Paman..." Lelaki paruh baya itu segera menyambutnya dengan senyuman dan pelukkan. Di belainya rambut Chesy lalu segera menuntun untuk masuk ke dalam rumah beserta ketiga kawannya itu.

"Paman! Kenalkan ini teman-temanku!' ujar Chesy. Paman George tersenyum kepada tiga kawan Chesy. Jose, Brian dan Rose. "Silahkan pada masuk dan santap makanan yang sudah aku siapkan untuk menyambut kalian," kata Paman George.

Di dalam ruang makan cukup lumayan bersih walaupun kamar berukuran kecil sehingga ruang itu terasa sesak. Apalagi ketika mereka saling bercanda dan tertawa terbahak-bahak menambah gaduh ruangan itu. Sedangkan jarak antara Rumah Paman George dengan tetangga lainnya sangat jauh, sehingga apa yang mereka suarakan dengan keras tidak akan terdengar oleh orang lain.

"Paman sebaiknya kami akan segera istirahat untuk meyambut esok hari untuk menyelidiki apa yang ada mitos selama ini apa yang di dengar dari orang-orang di sekitar istana tua itu" ujar Chesy.

"Baiklah kalian yang lelaki istirahat di ruang belakang, sedangkan Chesy dan Rose di kamar tengah, walaupun kecil tapi cukup untuk menghangatkan tubuh kalian, karena malam ini terasa dingin." kata Paman George sambil melangkah ke dua kamar tersebut. 

"Chesy! Paman mau bincang-bincang sebentar sama kamu saja. Ada yang mau paman katakan!" Chesy mengangguk. Lalu Paman George dan Chesy menuju ruang tamu. Mereka hanya ingin berbicara empat mata.

"Chesy!" kata Paman George. "Besok kamu dan kawan-kawan kamu akan menuju istana tua itu. Paman hanya mau menasehati kamu, jangan suka berbicara membesarkan diri ketika berada di sana, apalagi berbicara kotor juga tidak boleh. Karena istana tua itu sudah banyak mengambil korban dengan mati secara mengenaskan. Kamu Paman suruh kesana hanya untuk mencari jawaban dari semua ini. semua yang terjadi di istana tua itu. Tapi ingat jangan bicarakan masalah ini pada teman-temanmu. Bilang pada mereka bahwa istana tua itu hanyalah bangunan tua yang penuh sejarah. Jadi pertualangan kamu berbicara mereka hanya untuk melihat-lihat saja apa yang menjadi sejarah dari istana tua itu. Jangan kamu ceritakan tentang peristiwa-peristiwa yang membuat bulu tengkuk merinding.

"Baik paman," ucap Chesy mengerti apa yang di maksud Paman George.

Paman George membelai rambut keponakannya itu dengan belaian kasih sayang. Chesy tersenyum manja. Lalu ia pun segera pamit untuk beristirahat tidur.

***

Dengan menggunakan pakaian daster tidur yang sangat tipis, sehingga lekukan body Chesy sangat terlihat seksi. Sepasang mata sedang mengawasinya di saat tertidur pulas. Mata itu menyorot tajam penuh dengan sinar membuncah. Matanya tidak berkesip memandang tubuh wanita itu. 

"Ah...indah sekali tubuh wanita itu," seseorang yang memiliki mata itu membatin. Tangannya di ulurkan untuk meraih slot kunci. setelah slot kunci terbuka. Orang itu memberanikan diri untuk masuk ke kamar wanita yang sedang tertidur pulas itu. Wanita itu adalah Chesy.

Dengan posisi tidur menyamping. Tampak tersingkap daster rajutan tipis itu, sehingga paha putih dan mulus terlihat oleh sepasang mata orang itu. Dengan mata menatap tajam, orang itu merapikan topeng yang di kenakannya. Kini jelas lelaki itu ingin bermaksud kurang baik kepada Chesy. Topeng yang menutupi wajahnya seperti topeng tengkorak. Topeng itu terbuat dari plastik yang hampir meyerupai wajah tengkorak. Serta orang itu memakai baju jubah berwarna hitam. Tentu bertambah seram di lihatnya.

Empat


Orang bertopeng itu mengulurkan tangannya merabah dan mencermati paha Chesy. Rasa geli di rasakan oleh Chesy. Segera Ia menyapunya, lalu terlelap kembali. Orang bertopeng itu menarik kembali tangannya lalu tak lama kemudian di ulurkannya kembali. Tidak puas dengan hanya memandang paha Chesy, Orang itu mencoba untuk mengisutkan keatas pakaian daster tipis itu, ehingga bertambah jelaslah lah bokong menyamping. Dan yang lebih orang bertopeng itu lebih bernafsu lagi, ketika melihat dengan jelas bokong Chesy terpampang tampa aling-aling alias tidak menggunakan celana dalam. Chesy memang mempunyai kebiasaan buruk, yaitu sering tidak mengenakan celana dalam di saat sedang tidur.

"Uh!..." desis orang bertopeng itu dengan menatap nanar. "Em...ssst...ah..." orang itu terus berdesis sambil memandang lekat-lekat bokong Chesy yang masih tidur menyamping. Di usapnya gundukan bokong secara perlahan dan orang itu sangat menikmatnya setiap guratan-guratan yang terlintas di paha Chesy yang tersusun sangat indah dari kulit paha sampai ke bokong yang menyembul.

Tiba-tiba Chesy mengangkat kedua tangannya untuk merenggangkan otot-ototnya. "Egggt..." Kini Chesy posisi telentang. Tampak daster putih transparan di atas pahanya terbuka sedikit sebatas gundukan vagina, sehingga sangat jelas terlihat bulu-bulu tipis meranum di sekitar liang vagina walaupun masih tertutup daster tipis itu.

Orang bertopeng itu leletkan lidah. Rahangnya tampak naik turun petanda menahan nafsu membuncah. Matanya meyorot tajam. "Ssst...ahh...uh..." Oarang itu berdesis. Kedua tangannya secara perlahan menyingkap daster itu. Kini tampak terlihat gundukan vagina Chesy. Sungguh sangat indah belahan itu walau terlihat di luarnya saja. Tak lama kemudian, tangannya mengusap perlahan gundukan vagina. Dirsakan sangat indah dan hangat rongga belahan gadis remaja ini yang bukan lain keponakan Paman George.

Rupanya Chesy terasa geli berdesir di sekitar vaginanya. Tapi hanya di rasa lalu ia memejamkan mata kembali dan tidak sempat untuk memecikkan kedua matanya kerena kantuk yang amat sangat. Tak sadar Chesy melebarkan kedua kakinya. Pahanya semula rapat, kini terbelalak lebar. Tak lama lagi kedua lututnya terangkat, lalu kedua lutut itu terjatuh kesamping, tentu posisi Chesy dalam keadaan bekangkang lebar.

Tampak rongga vagina Chesy mencuar terpeletek melebar sehingga terlihat kelentit yang sangat indah dengan polesan air membesit ke merah-merahan warnanya. Orang bertopeng itu beberapa kali menelan ludah. Matanyanya membuncah. Tampa bertindak, kini vagina gadis remaja itu terbuka sendiri. "ah...Sungguh beruntung aku, tampa susah-sush harus membukanya." orang bertopeng itu bergumam di dalam hati.

Orang bertopeng tengkorak itu berdiam sejenak. Rupanya ia sedang berpikir. 'apakah harus memperkosanya langsung' Karena memang sudah telanjur horny?! Orang bertopeng itu terbesit di hatinya untuk segera memperkosa gadis itu. Tampa tunggu waktu orang itu menguarkan batang penisnya yang sudah sedari tadi menegang panjang. Tampa membuka seluruh pakaian dan masih mengenakan topengnya. Orang bertopeng itu segera menindih tubuh Chesy. Tentu membuat Chesy terkejut bukan alang kepalang. Mencoba berteriak namun kasip, orang bertopeng itu lebih dulu menutup mulutnya. Lalu tak lama kemudian segera menguarkan sebuah alat berbentuk bulat seperti bola. Dan bola itu mempunyai tali. Dengan cepat Orang bertopeng itu menyumpal dengan segera rongga mulut Chesy menggunakan alat bola bertali itu. Membuat Chesy ketakutan yang amat sangat dengan nafas tersengal-sengal.

"Argh...argh..." suara itu keluar parau dari rongga chesy. "Argh..argh.." Ia berusaha berteriak, namun sangat sulit, karena suaranya tertahan dengan bola bertali itu yang sengaja di ikatkan melingkar di kepala Chesy. Orang bertopeng tengkorak itu menyeringai. menghentak dan menahan tubuh Chesy agar tidak meronta. Di tekan pegelangan tangan. Paha Chesy yang memang berkangkang terpeletek sedari tadi, membuat orang bertopeng tengkorak itu lebih mudah menindih kedua paha Chesy dengan kakinya, sehingga Chesy tidak bisa meronta dengan cara menendang. Semuanya begitu cepat, tahu-tahu ada yang sakit di vaginanya.

"Ug..ug...ug..." racau orang bertopeng itu sambil menaik turunkan bokongnya. Penisnya terasa di apit sangat hangat dan nikmat. Terdengar suara erangan dari mulut gadis remaja itu. Perutnya tampak megap-megap tak teratur. Nafas yang pendek-pendek membuncah. Chesy geleng-gelengkan muka menahan rasa entah enak, entah sakit di liang vaginanya. Semakin lama, semakin eneh di rasakan oleh Chesy di liang vaginannya. Rasa aneh pertama kali di rasakan. Vagina berdenyut dengan kencang menahan benda yang menyumpal rongga vaginanya.

"Ah...ah..ah.." racauan yang hanya terbesit di hati Chesy. Menahan rasa eneh itu, rasa enak di iringi rasa hangat yang menjalar sampai ke atas kepala. Sayang dia dalam keadaan di himpit sangat keras dan mulut yang tersumpal bola bertali itu, membuat erangan nikmat hanya terbesit di hatinya.

Lalu semakin cepat orang bertopeng itu menggoyangkan bokongnya. Semakin nikmat di rasa oleh Chesy. Di dalam alam bawah sadarnya Chesy mencoba menikmati goyangan dan kocokan berulang-ulang itu dengan penuh rasa takzim dan mempesona, seakan-akan ia terbang sampai keatas langit.

Di biarkan saja orang ini mempermainkan dengan goyangan bokong yang sangat fantatis. Sungguh tidak bisa di pungkiri nikmat yang sangat luar biasa mengobok-ngobok lubang yang hanya berukuran satu jari itu. Kepalang setan Chesy sangat menikmati peristiwa itu.

Crot..crot...seer...

Terasa hangat menyemprot kedalam vaginanya. Chesy tertahan dengan nafas putus-putus. "Ught..." terdengar suara terdengus dari mulut Chesy yang tersumpal bola di rongga mulutnya. Matanya mendelik ke atas langit. Tatapannya kosong Ketika Orang bertopeng itu menarik penisnya tertinggal hanya desiran hangat di sela-sela selangkangan Chesy.

Tampak orang bertopeng itu mengambil seutas tali tambang. Dia segera mengikat tangan Rose yang sempat memukul dadanya. Sebilah pisau terselib di pinggangnya. Chesy sangat ketakutan melihat orang bertopeng tengkorak itu, kini ia memegang sebilah pisau bertambah rasa takut yang di rasakan Chesy.

Orang bertopeng itu membuka sumpalan bola. Saat itu juga Chesy berteriak lantang. "Tolong...! Pergi kamu!" sontak Chesy memukul dengan cepat ke dada orang bertopeng itu. Pukulannya cukup membuat orang bertopeng itu terhentak mundur. Lantas ia segera merapikan celananya. Suara menjerit Chesy terdengar seantero ruangan memecah keheningan malam. Gaduh dalam malam membuat isi rumah terbangun termasuk Paman George, ia terkejut ketika mendengar teriakan yang berasal dari kamar keponakannya Chesy. Dengan segera Paman George bangkit dari tempat tidurnya dan segera menuju kamar Chesy dan Rose.

Mendengar teriakan teman karibnya Rose pun terperanjat kaget. Ia tertegun sejenak melihat Chesy meronta-ronta sambil meminta tolong. Seraya segera membangunkan Chesy yang sedang terbuai gelagapan dalam mimpi buruknya. "Ches...! Chesy...! Bangun, bangun uh..ayo bangun." Rose mencoba membangunkan Chessy sambil menggoyang-goyangkan tubuh Chesy.

Brak..

"Chesy ada apa?!" Paman George segera masuk. "Ada apa dengan Chesy!"

"Rupanya Chesy habis mimpi buruk paman!" kata Rose menerangkan. "Chesy, ayo bangun! Kamu jangan membuat takut kami apa!" Rose sekali lagi membangunkan Chesy dengan mengusap-ngusap wajah Chesy. Tak lama kemudian bangunlah Chesy. Ia segera memeluk sahabatnya itu dengan badan bergemetaran. "Mimpi buruk yah?" tanya Rose. Chesy mengangguk.

"Ada apa dengan Chesy paman?" tanya Jose dan Brian segera.

'Ah..Rupanya hanya mimpi buruk," ujar Paman George, sambil menuangkan air minum untuk di berikan kepada Chesy. "Sudah tidak apa-apa. Waktu masih malam, sana kalian tidur kembali." kata Paman George.

Seterlah di beri minum, Chesy memecikan mata dan memandang kearah Paman George dan ketiga kawannya. .

"Ah..Syukurlah hanya mimpi buruk," gumam Chesy. Semua berkumpul mengelilingi tempat tidur Chesy. Gadis remaja ini masih takut untuk segera tidur kembali. Mereka sepakat untuk menemani Chesy di kamarnya hingga sampai matahari terbit dari ufuk timur.


Menuju Part 2=






Tidak ada komentar:

Posting Komentar