Jumat, 04 Maret 2016

Rachel Nadelson #3

Tinggal menghitung bulan pemilihan orang nomer satu di negeri Paman Sam itu di gadang-gadangkan hanya terpilih dua kandidat yang akan bersaing di bursa pemilihan president Amerika Serikat. Dua kandidat itu adalah ANDREW JACKSON dan JHON QUIN ADAMS. Mereka akan bersaing dan mencari simpatisan untuk memenangkan dalam pesta besar itu.
Cerita yang lalu
Partai yang mendukungnya pun berkoar-koar agar segenap kadernya memilih president unggulannya. Jhon Quin Adams berkelakar, ia akan memenangkan hanya satu putaran. Dia yakin itu karena banyaknya partai pendukung dan simpatisan dari lapisan kalangan masyarakat atas, menengah maupun bawah. 

Sedangkan Andrew Jackson sebagai calon president independent tak gentar. Dengan jurus blusukannya ia yakin akan mengambil hati rakyat terutama dari kalangan menegah kebawah atau biasa disebut Wong Cilik alias orang susah. Tampa dan sebab moniey politic, ia yakin itu.

Tetapi sungguh disayangkan keluarga besar wanita yang ia cintai mendukung Jhon Quin Adams. Namun itu tidak mengapa, yang terpenting adalah bisa memikat hati wanita itu ialah Rachel Nadelson yang kini sudah menjadi istri Willis Robart pengusaha tanah dari Kuntacky.

Sementara itu hari demi hari kehidupan rumah tangga Rachel Nadelson dengan Willis Robart kurang harmonis dikarenakan, kurang berfungsinya alat kelamin Wills Robart di atas Rachel Nadelson. Berfungsi jika dikasih obat kuat. Tapi jika tidak dikasih, penis Willis Robart mengkerut total, sehingga membuat Rachel Nadelson tidak terpuaskan.

Padahal apa dikata semua sudah menjadi bubur. Hubungan sakral sudah terikat. Semua jadi mengerti sifat masing-masing, kelebihan maupun kekurangannya. Begitupun dengan seks, kini Rachel Nadelson tahu kalau Willis Robart mempunyai penyakit Impotensi staduim 2.

Pernah suatu ketika di saat Rachel Nadelson sedang kepengen-kepengennya berhubungan badan. Baru mulai Rachel Membuka baju, sontak penis Willis Robart mengacung keras karena efek obat kuat. Tapi ketika kepala penis itu menyentuh bibir vagina, sekonyong-konyong merungkuk seperti ayam sayur ketelen karet gelang kena minyak tanah. Tentu membuat Rachel Nadelson kecewa yang sangat amat berat.

Lalu berinisiatif untuk mengkonsumsi obat-obatan herbal maupun pengobatan alternatif seperti berobat ke Mak Errot, tetapi sayang Mak Errotnya keburu meninggal, ada anaknya. Bukan hanya itu, makanan herbal pun di konsumsinya, seperti biji buah pace dengan cara diambil bijinya, lalu ditumbuk dijadikan kopi. Memang sih agak pahit dan berbau, tapi itu sangat manfaat buat kejantanan pria agar tahan lama dan mempunyai sperma kental seperti oli Top One.

Sedangkan makanan sehari-hari yang mendukung seperti: Lalap Kemangi, lalap Lenca dan lalap-lalapan yang mengandung protein tinggi seperti tempe. Sedangkan makanan lautnya seperti kerang bulu. Ditambah minuman seperti telur setengah matang di campur lada.

Ada juga yang mengajarkan pakai sperma gajah. Jadi ketika gajah sedang kawin, lalu ketika mau keluar sperma dari pejantan, segera ditadangkan untuk diambil spermanya. Ah ada-ada aja, kalau mau cepat besar dan kuat mah, dicelupin aja ke lobang semut api.

Begitulah yang membuat Rachel Nadelson selalu marah-marah kepada Willis Robard tampa sebab, karena Willis Robart tidak mau terbuka apa penyabab Rachel Nadelsion selalu bermuka masam. Sehingga rumah tangganya harus berakhir. Tetapi Willis Robart masih cinta sehingga ia harus bertahan untuk keutuhan rumah tangganya.

Rachel Nedelson pun demikian, dia tidak mahu terangan-terangan kalau dia kurang puas. Untuk memuaskan birahinya terpaksa harus melakukan onani sendiri di kamar mandi dengan cara di kobel-kobel.

Pernah terlintas di pikirannya untuk berselingkuh dengan pria lain, tetapi ia berpikir kembali, "Jika ketahuan tentu akan membuat malu keluarga besarnya sebagai wanita bangsawan." Ah tidak mungkin...

Sedangkan di dalam pikiran Willis Robard pernah juga ingin istrinya itu bermain dengan lelaki lain, dengan cara disetubuhi di depannya. Namun pikiran itu ditepisnya yang tentu akan menurunkan derajatnya sebagai seorang suami.

Paling banter melakukan dengan cara memakai penis karet yang di ikat di pinggang. Yang penting bisa memuaskan sang istri.

"Sayang!" kata Willis Robard. "Aku tahu, kamu selalu bermuka masam dan selalu cemberut, karena kamu tidak puas dalam hubungan seks kita. Aku masih cinta sama kamu. Aku berjanji akan mempertahankan keutuhan rumahtangga kita. Oleh karena itu, aku rela memuaskanmu, dengan cara menggunakan penis karet, toh lebih enak, anggap saja itu penisku." ujar Willis Robard merasa bersalah. 

Rachel Nadelson mengangguk. Sebenarnya ia pun masih sayang kepada Willis. Akhirnya mereka mencoba untuk bermain dengan menggunakan penis karet.

"Sayang...kamu ngangkang yah!" ucap Willis kepada Rachel. Rachel Nadelson pun mengangkat pahanya tinggi-tinggi sambil membuka kedua pahanya sehingga tampaklah vagina meletek luas dan menjura kelentitnya dengan buncah memerah lembut. Willis melongo-longo melihat itu walaupun penisnya tidak bisa mengencang. Biar di apakan itu vagina Rachel Nedelson, tetap saja merungkuk takut tak berdaya.

Willis mulai menempelkan penis karet itu di bibir vagina. Perlahan di oles-oleskan dengan lembut naik-turun dengan kepala penis karet itu. Rachel bergelinjang geli tak karuan ketika kepala penis itu secara perlahan masuk sedikit demi sedikit. Bertambah dalam tusukan penis karet itu, bertambah buncah Rachel rasakan...."ah...uuhh..ssssttt...oooh....yeeaa....uuuugghhh....."

"Enak ya sayang?" killah Willis sembari menusuk lebih dalam lagi sampai hulu penis karet itu. Rachel Nadelson merem-melek. Vaginanya terasa nikmat tiada tara. Terkadang seperti tersumpal dengan benda yang sangat padat lagi keras. Wajahnya mendongak keatas petanda enak tertahan. "Lebih dalam lagi sayaaang...!" pekik Rachel Nadelson bergidik enak. Ototnya merenggang merasakan gurih masnyes.

Willis hanya menikmati permainan itu. Biarpun hanya menggunakan tangan, seraya sangat menikmatinya. Karena kepuasan istri juga kepuasannya. Nikmatnya ketika itu menjadi sangat terkesan karena ide briliant yang di cetuskan Willis kepada istrinya.

"Sayang...a, a, a, aku mau keluar...!" desah Rachel Nadelson. Rupanya ia hampir klimaks. "Oh... Seandainya ini kontol kamu sayang...ooh...!" 

"Iya, seandainya!" gumam Willis Robard.

Rachel pun tak sadar telah klimaks beberapa kali. Bahkan setiap penis itu dicabut, keluarlah air klimaksnya. Lalu dimasukan lagi oleh Willis, beberapa detik kemudian Rachel minta dicabut, setelah penis karet itu dicabut, muncratlah air kenikmatan itu. Dan seterusnya beberapa kali.

Setelah dirasa sudah habis air kenikmatannya, barulah Rachel meminta untuk beristirahat sejenak, tapi terkadang ia langsung tertidur karena kelelahan. Tidak halnya dengan Willis, setelah lelah memainkan penis karet itu di selangkangan Rachel Nadelson, dia hanya bisa membayangkan jika penis itu adalah penisnya. Maka penuh penyesalan akan dirinya mengidap penyakit impotensi permanen.

Namun entah mau dikata. Semuanya sudah garis tangan yang harus dirasakan Willis Robard. Berwibawa di mata orang, tapi lemah di mata istri. 

Setiap hari Rachel Nadelson selalu uring-uringan, bahkan tampa sebab tahu-tahu memasamkan wajah. Membuat suasana rumah tangganya kurang harmonis. Sehingga mencapai puncaknya, yaitu permintaan cerai dari Rachel Nadelson.

Willis Robard bermuram durja. Setiap harinya penuh kemuraman. Tidak ada gairah dalam hidup. Di hatinya yang paling dalam ingin selalu bersama Rachel Nedelson sampai nafas terakhir dan mau memisahkan mereka. Tapi itu hanyalah hayalan belaka, kini sang istri menggugat cerai secepat mungkin.

Ketidak harmonisan ternyata terdengar oleh keluarga besar Rachel Nadelson. Hasutan untuk berpisah semakin membesar. Karena pihak keluarga tidak ingin Rachel menderita seumur hidupnya. Menderita karena tidak mendapatkan kepuasan batin sebagai seorang istri.

"Pokoknya aku minta cerai mas!" pinta Rachel dengan mimik wajah sedih. "Aku tak ingin selamanya begini. Hanya terpuaskan oleh penis keret setiap hari."

Willis Robard dengan nada berat menjawab, "Tapi aku masih cinta sayang. Aku mohon, urungkan niatmu untuk menggugat cerai!"

"Tidak!" jawab Rachel sengit. "Semua kelargaku sudah mengetahui. Bahkan setuju kalau kita berpisah. Bahkan mereka akan mengusirmu dari sini."

Willis hanya menunduk, lalu membuang tatapannya kearah lain, tak lama ia berdiri lalu menuju jendela dan menatap kosong keluar jendela, seraya barkata. "Kalau itu maumu, aku akan berkemas dan pulang kerumah orangtuaku. Tapi ingat aku tak akan menceraikanmu dengan tertulis. Biarkan masa idhah yang menceraikan kita. Aku malas ngurus surat-suratnya. Jika masa idhah sudah selesai, silahkan kamu menikah lagi."

Setelah berkata begitu, Willis segera menuju lemari pakaiannya. Lalu membenahi semuanya. Dan barang-barang yang patut dibawa. Rachel Danelson menitikkan air mata, ia menundukkan wajah lalu menangis terseguk pelan. "Maafkan aku cintaku. Seharusnya kita berpisah. Aku sudah tidak tahan dengan semua ini!" 

***

Hari itu juga Willis Robard melangkah pergi dari kediaman Rachel Nadelson dengan hati hancur berkeping-keping laksana pesawat sukhoi komersil menabrak gunung salak di bogor. Hatinya ingin menjerit namun tertahan. Lehernya terasa tersendat ketika ia menengok kebelakang rumah Rachel Nadelson. Di lihat dari kejauhan sang istri tercinta memandang dengan tatapan sedih. Namun semua sudah keputusan akhir yang harus dihadapi.

Rachel memandang Willis dari lantai dua, ia bergumam di dalam hati. "Selamat jalan suamiku. Selamat berpisah dan selamat menjalankan kehidupan masing-masing." Tidak terasa air matanya kembali mengalir membasahi pipi. Ia terus memandang sampai Willis hilang di perapatan jalan. 

Resmilah mereka berpisah atau istilah pisah ranjang. Tapi ini lebih tinggi lagi yaitu pisah rumah. Jodoh memang tidak ada yang tahu. Setiap manusia sudah di takdirkan jodohnya. Semua itu suratan takdir dari yang maha kuasa sebagai sutradara alam terbesar ini.

Desas-desus perpisahan Rachel Nadelson dengan Willis robard sampailah ketelinga Andrew Jackson sang calon President Amerika yang masih berharap cinta dari Rachel Nadelson. Berarti ini suatu kesempatan untuk mendekati jandanya. Biarpun sudah janda, yang terpenting cintanya yang sudah berkalang sayang dan berkalang suka. Bahkan Andrew Jackson akan berusaha sampai akhir hayatnya untuk mendapatkan cinta wanita pujaannya yaitu Rachel Nadelson.

Dalam kampanye sebagai kandidat calon president, tentu sangat mendukung cinta Rachel apabila terjadi dia akan menjadi Ibu Negara yang sangat disegani. Seorang wanita dari kalangan bangsawan yang kini menjadi istri serang President negara adi kuasa itu. Tapi itu baru di dalam hayalan Andrew Jackson.

"Pak, sudah siang!" Ajudan menegur dalam lamunannya.

"Oh, oke!" sontaknya. Lalu segera beranjak untuk safari kampanye kepedalaman dan tempat-tempat yang belum terjangkau oleh kedua kandidat itu. Namun ketika diperjalanan Andrew Jacson teringat kembali akan kaset rekaman mengenai hubungan badan sebelum nikah antara Rachel Nadelson dan Willis Robard. Terpikir olehnya untuk membeli kaset rekaman itu dari Rokayah, untuk disimpan dan tidak jatuh ketangan lawan politiknya Jhon Quin Adams.

"Sebentar, aku akan hubungi temanku!" kata Andrew Jackson beralasan kepada ajudan. Ia mengambil celluler dan menghubungi Rokayah sang sahaya Rachel Nadelson. 

Sementara itu Rokayah sedang berada di belakang rumah, mendengar handphonnya berdering dari Andrew Jacson ia terkejut, apa yang harus ia jawab, karena berpikir tak mungkin menjual aib sang majikan yang baik hati selama ini hanya menukar materi yang tidak seberapa dan resiko tinggi.

"Halo..tu, tu, tuan Andrew!" jawab Rokayah gugup.

"Oke... bagaimana, aku sudah siapkan uang yang kamu mau." berujar Andrew Jackson.

"Ma, maaf Tuan, sebaiknya, sebaiknya..."

"Sebaiknya apa?" sentak Andrew Jacson.

"Sebaiknya dibatalkan saja Tuan!" Rokaya menjawab tegas. "Aku menyesal telah merekamnya. Aku berpikir kembali, alangkah tercelanya diriku membuka aib majikanku yang selama ini telah menyayangiku dan baik hati. Aku minta maaf Tuan. Tidak jadi mengenai kaset rekaman itu cukup aku saja yang tahu. Dan aku akan hancurkan kaset itu."

"He...He... He..." Andrew Jackson tertawa. "Bagus kalau begitu. Tapi biar bagaimanpun, kaset itu harus aku miliki demi kebaikan majikanmu juga. Justeru aku yang takut kalau keset itu berada di tanganmu. Lebih baik aku ambil kaset itu, tentu aku bayar dengan uang yang kamu minta!" ujar Andrew Jakcson panjang.

"Bukannya keluarga besar Rachel mendukung kandidat Jhon Quin Adams?!" bertanya Rokayah.

"Ya, tapi aku mencintai Nyonya Rachel, pasti aku akan mengambil hatinya. Oh yah aku dengar Willis sudah di usir dari rumah?" Andrew Jackson balik bertanya. 

"Tuan tahu dari mana?"

"Tau saja. Ajudanku yang memberitahu kalau Rachel Nadelson dan Willis Robard akan berpisah dan berujung cerai." terang Andrew Jackson, Rokayah terkejut, rupanya Andrew Jackson telah mengetahui. Tapi yang membuat Rokayah lebih terkejut lagi, kalau lelaki yang selama ini ia pikir sebagai lawan politik majikannya, ternyata menyimpan rasa suka.

"Jadi tuan sebenarnya suka sama Bunda Rachel!" seru Rokayah bertanya.

"Iya, aku mencintainya!" jawabnya. "Salamkan cintaku padanya. Aku akan meminangnya kalau dia sudah resmi menjadi janda. Oh yah, bagaimana? Sekarang juga aku ambil rekaman itu, dan kamu kamu akan mendapatkan uang!"

"Baiklah, aku akan akan taruh di bawah pot di taman seperti aku menaruh surat yang lalu." pungkas Rokayah. Lalu pembicaraan pun terputus. Rokayah segera mengambil kaset rekaman itu untuk dibawa ke taman dan diserahkan kepada Andrew Jackson.

***

Berita tersiar perceraian Rachel Nadelson begitu cepat terdengar sampai ketelinga rakyat Amerika. Tentu menjadi gosip hangat untuk keluarga besar Rachel Nadelson yang akan menjadi isu dalam rangka pemilihan president nanti. Terutama dari pihak Jhon Quins Adams mengira-ngira akan bersebelahan dengan mendukungnya. Karena Wills Robard pendukung berat dari partainya. 

Sedangkan Rachel Nadelson di pihak independent yang berarti mendukung Andrew Jackson sebagai saingannya. Kalau ini terjadi berarti Jhon Quins Adams harus berjuang keras untuk mengambil hati rakyat dan berjuang bersama partai pendukungnya.

Berita miring pun terjadi dari pendukung Andrew Jackson agar permasalahan cerai antara Rachel Nadelson dan Willis Robard adalah batu loncatan politik keluarga Rachel jika Andrew Jackson terpilih nanti menjadi orang nomer satu, sudah pasti keluarga Rachel akan mendapatkan kursi menteri dan duduk di kabinet.

Tapi Andrew Jackson menepis perasaan buruk itu. Ia yakin keluarga Rachel Nadelson akan berbalik mendukungnya dengan tampa pamrih. Lebih-lebih jika Rachel Nadelson bisa menerima cintanya. Tentu ia akan sangat bahagia.

Dan itu akan di buktikan setelah berkampanye pada hari ini. Malam nanti ia akan berkunjung ketempat kediaman Rachel Nadelson, tentu dengan lobi-lobi agar mendukungnya.

***

Malam tampak pekat pertanda akan turun hujan. Dari balik daun jendela kamar ruang atas, wajah penuh muram dan kesedihan menatap tajam kedepan turunnya rinai sedang deras. Ia berpangku dagu. Ada rasa kerinduan dirasakan ketika hujan itu berangsur sedikit menyisakan gerimis. Rachel Nadelson, masih jelas terbayang wajah sang suami. Meskipun ia sudah mengetahui kelemahan Willis Robard namun rasa cinta dan kasih sayangnya masih bergelora di dalam hati. 

Tetapi ia akan berusaha melupakan kenangan itu semua. Tidak mungkin hidup berumah tangga hanya merasakan cinta tapi tidak bisa merasakan seks sebagai bumbu pokok hidup berumah tangga. Karena tampa seks mana mungkin akan mempunyai keturunan. Bukan hanya itu, tapi kenikmatan yang ia rindukan.

Tok, tok, tok,

Terdengar suara pintu terketuk. 

"Masuk...!" ucap Rachel, ia sudah paham pasti sang sahaya Rokayah. Derik pintu terdengar. "Maaf, bunda aku, Rokayah!" Benar yang mengetuk pintu adalah Rokayah. Rachel pun beranjak dari jendela dan duduk di kursi sebelah kanan paling pojok tempat tidur. Rokayah menghampiri lalu duduk mendeprok takzim. 

"Bunda..." berkata Rokayah.

"Ada apa sahaya?" 

"Aku dapat kabar, jika Tuan Andrew Jackson akan menyambangi bunda malam ini."

Rachel Nadelson sempat terkejut mendengarnya, tapi ia sembunyikan dengan senyuman. "Em... mau apa Tuan Andrew menyambangiku. Dia padahal tahu kalau keluargaku berpihak pada Jhon Quins Adams." gumamnya pelan.

Karena Rokayah sudah tahu apa tujuan Andrew Jackson berkunjung, Rokayah pun menjawab, "Mungkin bersifat pribadi Bunda!"

"Oke, di sini sangat terbuka oleh siapa saja, termasuk Tuan Andrew Jackson." Ujar Rachel Nadelson mengkeryitkan kening. Setelah menyampaikan kabar itu, Rokayah pun bangkit lalu pamit untuk keluar mempersiapkan jamuan untuk tamu special sang calon President. Sedangkan Rachel Nadelson bergegas memakai gaun sebagai wanita bangsawan. 

Sejam kemudian, rombongan sang kandidat benar-benar datang. Andrew Jackson dan beberapa ajudan sudah berada di halaman istana. Segera Rachel Nadelson keluar dqri kamarnya untuk menemui Andrew Jackson.

Setiba di ruangan tamu. Andrew Jackson terpanah melihat ke-anggunan dan kecantikan Rachel Nadelson. Hidup setelah menjadi janda, semakin mengoda di mata Andrew Jackson. Bertambah sukalah ia. 

"Plok...plok...plok...! Pak kok bengong!"

Andrew Jackson gelagapan terkejut ketika sang Ajudan menegurnya. Sontak wajahnya memerah menahan malu. "Eh... kaga, em..." Andrew Jackson berkillah.

"Hai Tuan Andrew... sang calon President..." tegur Rachel dengan senyuman khasnya. Andrew turut balas senyumnya. Rachel mengulurkan tangan untuk menjabat. Andrew menjemputnya, lalu mencium telapak tangan Rachel Nadelson sebagai penghormatan wanita bangsawan.

"Nyonya Rachel...kamu cantik sekali!"

"Ah, terima kasih Tuan, jangan lebay begitu." kata Rachel tersipu malu, "Ada apa Tuan Andrew Jackson datang secara mendadak seperti ini. Malam pula. Apakah tuan tidak takut begal di jalan yang semakin berani."

"He...he...he..." Andrew tertawa. "Lucu kamu. Masa aku di begal. Bisa modar tuh begal ditembak sama ajudan saya."

"Silahkan duduk Tuan!"

Andre Jackson bergumam dihati. "Emang itu yang aku mau. Dari siang aku berjalan mulu!"

"Coba Tuan ceritakan, apa tujuan Tuan menyambangi saya?" bertanya Rachel Nadelson. 

"Aku kemari hanya ingin menyambung siratuh rahmi saja sama kamu. Tidak ada muatan politik. Semua murni karena keinginan pribadi. Jadi.. anggap saja aku sedang berkencan dengan kamu he...he...he..." ujar Andrew Jackson cengingis.

"Oh ... gitu..." kata Rachel Nadelson. "Oh, tapi Tuan tidak takut dilihat orang jika menyambangi janda he...he..he..." balas Rachel Nadelson tampak genit.

Perlu diketahui, Andrew Jackson sangat tampan dan berwibawa. Ia adalah calon President termuda dari saingannya. Andrew Jackson bukan hanya ganteng, tapi juga pintar berpidato. Penampilan elegant dan berkarakter romantis. Oleh karenanya Rachel Nadelson langsung terpikat ketika melihat Andrew Jackson datang kerumahnya. Ditambah bau farmun yang membuat Rachel Klepek-klepek. Tapi penulis tidak tahu, apakah Andrew Jackson memakai minyak nyo-nyong pelet atau tidak, yang jelas membuat Rachel Nadelson tiba-tiba punya rasa simpatik padanya.

"Sekali lagi, aku kemari hanya untuk bertemu dengan Nyonya Rachel Nadelson secara pribadi!" terang Andrew Jackson. "Secara jujur, sebenarnya aku jatuh hati padamu Nyonya! Dan ini kesempatan aku untuk menyambangi, karena aku pikir kau sudah menjadi janda, yah janda kembang"

Rachel tersenyum mendengar penuturan Andrew Jackson yang sangat berani sebagai pemuja cinta. Itulah yang di dambakan seorang wanita dari kejantanan seorang pria yang mengatakan cintanya. Walaupun resikonya sangat besar. Apalagi dia seorang calon pemimpin besar bangsa Amerika Serikat.

"Ah Tuan, bikin aku geli mendengarnya." berkata Rachel Nadelson.

"Apanya yang geli!" sahut Andrew spontan.

"Anuku hihihihi...eh...hatiku hehehe!" 

Sontak Andrew Jackson tertawa terbahak-bahak. "Ternyata Nyonya Rachel punya humor tinggi juga." 

Rachel menunduk malu, sebelumnya ia menutup mulutnya karena menahan tawa yang sangat geli melihat Andrew Jackson yang berwibawa seperti seorang pelawak. "Sudah Tuan, jangan membuatku terkencing di celana!"

"Pesing dong...!" kata Andrew lagi. "Ha...ha...ha...ha....bisa aja kamu!"

"Singkat aja Tuan!" 

"Iya singkat aja, kasihan penulisnya capek, mengabadikan kisah kita." ujar Andrew menyeringai. 

++++

Bunga cinta bersemi kembali di hati Rachel Nadelson. Kini ia dapat melupakan Willis Robatd yang impoten karena kehadiran sang lelaki nomer satu di negeri Paman Sam itu. Sang calon President negara adi kuasa.

Begitupun dengan Andrew Jackson. Hatinya kini sangat senang, akhirnya terbalas juga cintanya. Meskipun jejakanya harus berakhir dengan seorang janda. Ia berpikir, status tidak meski menghalangi suatu cinta dan kasih sayang. Banyak kisah bujangan yang menikahi seorang janda. Begtupun sebalinya. Cinta memang buta. Tak pandang usia, hanya saja cinta masih memandang materi. Karena kata orang bijak, "Cinta itu harus pakai duit. Kalau tidak,, makan tuh cinta!"

Bersambung....






Tidak ada komentar:

Posting Komentar