Selasa, 27 Mei 2014

My Virgin Girl

Kang ... kamu datang gak malam ini?

Sms dari Yeni perlahan tapi pasti dengan sinyalnya. Senyum terukir di bibir tipis Yudi kala dia membaca isi sms tersebut. 

Siiap sayang aku akan datang, tapi aku minta berikan yang lebih cintamu untuk ku Balas Yudi cepat, dengan wajah penuh pesona. Sambil mengantongi hpnya, Yudi segera menyalahkan motornya. Suara raungan motorpun melaju dengan kencang.

"Mmm... Baju apa yang pantas aku kenakan malam ini..Aku harus bisa tampil cantik dan seksi di depan kang Yudi." Batin Yeni menatap isi lemari pakaiannya dengan bingung. Setiap kali berhadapan dengan Yudi, dirinya selalu merasa gugup bukan main, padahal bukan pertama kali dia berhadapan dengan pria memesona itu.

Surti memasuki kamar Yeni, senyum tercetak di wajah wanita itu. "Non ... kamu sudah makan malam?" tawar Surti.


Sebagai pembantu rumah tangga, dia harus memperhatikan pola makan gadis itu. Surti seorang janda Muda berusia tiga puluh lima tahun, mempunyai body yang demplon dan payudara bisa di bilang seukuran pepaya gandul. Selama bekerja dengan Yeni sebagai pembantu rumah tangga, Membuat Surti bebas apa maunya, tidurnya dan makannya yang memang sudah di beri kebebasan oleh Yeni. Yeni tidak pernah mau mengekang pembantunya. Bagi Yeni, Surti sudah dianggapnya sebagai keluarga.


"Mbo surti, nanti kang Yudi mau datang kesini, tolong bereskan ruangan ini." Yeni memberi perintah yang diangguki oleh Surti. 

Setelah itu, dia menunggu Yudi di ruang duduk yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kamarnya. Rumah yang dihuninya termasuk besar, orangtuanya jarang pulang kalau bukan karena cuti. Maklum, mereka bekerja di Makassar. Hanya satu bulan sekali mereka pulang ke rumah yang lokasinya di Bekasi itu. Kadang, Yeni tidak mengerti kenapa selalu gugup jika berhadapan dengan Yudi. Pertemuan mereka pun tergolong memalukan sekali baginya. Kadang, kalau diingat, dia ingin sekali mengubur kepalanya di dalam tanah. Bagaimana tidak, berawal dari telepon nyasar dari Yudi dan berakhir dengan phone sex. Astaga! betapa rendahnya dirinya. Phone sex? ya, Phone sex! itu adalah hal pertama kali yang Yeni lakukan dan hasilnya cukup mengagetkan; Yeni sangat puas! Bagaimana bisa pria itu memuaskannya hanya dengan desahan dan imajinasi liar? Tidak ada yang tahu bagaimana caranya selain Yudi tentunya.

Tiiinn ....

Bunyi klakson terdengar, mempunyai khas dan tidak asing lagi di dengar oleh Yeni. Yeni pun segera keluar untuk menghampiri lelaki pujaannya. Yudi tersenyum dari balik helm yang di pakainya. Senyum yang membuat Yeni berdebar. "Hai sayang, lama yah menunggu ku?" Ujar yudi, Yeni menjawab dengan menggelengkan kepala dan merona. Astaga! kenapa mesti merona seperti ini? Sudah seperti ABG saja dia ini.

"Masuk dulu ... aku akan siapkan minuman," ucap Yeni terdengar seperti bisikan di telinga Yudi. Membuat Yudi tersenyum karena melihat kelucuan di wajah manis kekasihnya itu. Yudi selalu menganggap Yeni itu manis. Menurutnya, wanita manis itu tahan lama jika di pandang, namun kalau wanita cantik itu semakin lama di pandang, semakin luntur pesonanya.

Yudi mengekori Yeni masuk ke dalam rumah. Mata Yudi menelusuri punggung Yeni. Rambut ikal bergelombang sebatas pinggang yang nampak memesona di mata Yudi. Secara tiba-tiba, Yeni berputar pada tumitnya menghadap Yudi. Susah payah Yudi menelan ludah ketika menyadari kaus oblong putih yang dipakai Yeni menampakkan bra hitam yang dipakainya. 

"Tunggu sebentar ya, Kang. Aku panggilin Mbo Surti dulu. Mau minum apa, kang?" mendengar tawaran dari Yeni, Yudi hanya mengangkat bahu seraya menghenyakkan bokongnya ke sofa. 

"Terserah kamu saja, sayang. Susu juga boleh." Kekehnya menggoda Yeni yang berakhir rona diwajah Yeni semakin kentara jelas.

Yeni meminta Surti untuk membuatkan dua gelas jus jeruk. Saat tengah membantu Surti, air ke yang di pegang oleh Yeni tumpak mengenai kaus yang dipakainya hingga basah yang membuatnya mau tidak mau untuk berganti baju lagi. 

Yeni meminta Surti untuk melanjutkan pekerjaannya membuat minuman sementara ia mengganti baju. Setelah beberapa lama Surti datang menghampiri dengan 2 gelas jus jeruk "Silakan di minum den,"

Yudi mengangguk pada ucapan Surti tanpa memperhatikan Surti lebih lanjut. Bahkan Yudi tidak peduli dengan pakaian yang di pakai oleh Surti. "Makasih bi,"

Tidak beberapa lama kemudian Yeni pun keluar. "Silakan di minum, Kang." Tawar Yeni dengan senyum menghiasi wajah manisnya.

Yudi mengangkat wajahnya dari ponsel yang sejak tadi dia mainkan. Dipandangnya Yeni tanpa kedip. Dilihatnya Yeni lekat karena wanita itu sudah berganti pakaian. Terlihat anggun di mata Yudi. Dengan pakaian bawahan rok panjang dan tanktop cokelat ketat, sehingga terlihat payudara yang menonjol serta puting yang kecil tak mau kalah. 

"Begitu seksi kamu, Yen...!!" Bathin Yudi sambil meneguk minumannya tanpa mengalihkan pandangannya dari dewi manis di samping kanannya itu.

Obrolan pun berlangsung. Tanpa ada aktivitas sebagaimana layak nya orang-orang yang berpacaran. Kata-kata pun sunyi senyap. Yudi pun gak bisa berbuat apa-apa. Hanya memandang pipi Yeni dengan ekspresi muka memerah dan menunduk. Yeni pun mencoba memberanikan diri untuk bersandar di pundak Yudi. Kalau boleh Yudi mengakui, ini adalah hal pertama yang dia rasakan. Rasa aneh ketika berhadapan dengan Yeni. Debaran itu selalu memenuhi rongga dadanya. Yudi sangat menyukai Yeni yang tergolong pemalu. Semua yang Yeni lakukan pasti berujung dengan kata 'saya malu, Kang. Jangan diketawain yah.'  Dan Yudi hanya menanggapi ucapan Yeni dengan tawanya. Betapa menggemaskan wanitanya itu. Di penghujung usia tiga puluh tahunnya itu, Yudi sudah seperti ABG lagi jika berhadapan dengan Yeni. 

Perlahan tangan Yudi bergerak menyentuh punggung tangan kiri Yeni. Diremasnya pelan tangan mungil itu. Yudi mengecup lembut puncak kepala Yeni. Rasa cintanya pada wanitanya sudah mencapai batas limit yang ditentukan. Rasanya membuncah-buncah hingga tumpah ruah. 

"Kang," 

Panggilan lembut dari Yeni membuat Yudi mengalihkan pandangannya menatap mata gadis itu. "Kenapa, sayang?"

"Aku siap."

Bisikan lembut nan menggoda itu membuat Yudi tidak bisa lagi menahan gairah yang sejak tadi dia simpan rapat-rapat. Ditubruknya bibir Yeni dengan lahap. Yudi menghisap bibir bawah Yeni kemudian menggigitnya lembut membuat wanita itu mengerang tertahan. Bibir Yudi yang menghisap dalam kedua bibirnya membuat Yeni tersulut gairah. Hanya dengan ciuman saja sudah membuat Yeni pusing bukan kepalang. Rasanya dia bagaikan terbang di awang. 

Yudi tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Tangan kanannya bergerak mengusap pelan payudara Yeni yang masih tertutup tanktop. Yudi mendesis saat merasakan puncak payudara Yeni yang mengeras. Wanitanya sudah terbakar gairah. Tanpa melepas ciumannya, tangan Yudi menelusup masuk ke dalam tanktop Yeni.

Yeni merasakan lidah Yudi mencoba untuk membuka mulutnya. Dirasakannya lidah Yudi mengusap-usap bibir Yeni dengan tidak sabar. Mencoba mengerti apa yang Yudi inginkan, Yeni membuka mulut. Langsung saja lidah Yudi menelusup masuk. 

"Julurkan lidahmu, baby," bisik Yudi serak.

Mengikuti instruksi Yudi, Yeni menjulurkan lidahnya. Lidah mereka berdua berperang dalam gairah. Baru kali ini Yeni merasakan getaran aneh di bawah perutnya. Hingga dia tidak sadar kalau Yudi telah merebahkan tubuh seksi Yeni di sofa. Tangan pria itu menjalari punggung Yeni tanpa wanita itu sadari. Dia begitu terhipnotis dengan ciuman Yudi. Ciuman Yudi lalu berpindah ke leher jenjang Yeni. Dijilat dan diciumnya leher jenjang Yeni hingga membuat merah leher wanita itu. Semua yang ada di diri Yeni adalah candu bagi Yudi.

Yeni merintih saat merasakan bibir pria itu yang sudah berpindah menuruni dadanya yang masih tertutup tanktop. "Kang," rintihnya menjambak pelan rambut Yudi.

Yudi mendongak. Dicengkeramnya ujung-ujung tanktop Yeni dengan tangan gemetar. "Buang saja ya, tanktopnya. Ganggu. Aku kan mau lihat yang ada di dalam sini." 

Yeni hanya bisa mengangguk menahan gairah. Dia sudah masa bodoh dengan tanktop tesebut. Satu yang Yeni inginkan adalah merasakan Yudi berada didalamnya sekarang juga. "Aku mau kamu di dalamku." Bisik Yeni bergetar.

Yudi tersenyum penuh gairah mendengar pengakuan terang-terangan Yeni. "Belum, sayang. Tapi bakalan secepatnya." Bisiknya ditelinga Yeni kemudian menggigit pelan telinga tersebut membuat Yeni mengerang.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Yudi melucuti tanktop Yeni kemudian di susul rok panjangnya. Mata Yudi melebar saat Yeni tidak memakai apapun di dalam roknya. Mata Yudi mendadak diliputi gairah saat melihat vagina Yeni tertutupi bulu-bulu pubis yang sedikit lebat. Yudi selalu terobsesi dengan vagina yang berbulu lebat. Itu memberikan kesan tersendiri baginya.

"Arrrggghhh ... kamu seksi sekali, sayang!" Yudi mengerang seraya meremas payudara Yeni. Payudara Yeni tampak pas di dalam genggamannya. Tidak berlebihan maupun tidak kekurangan.

Yeni yang merasa terekspos sendirian tidak mau kalah. Ditariknya kemeja Yudi dengan paksa hingga semua kancing-kancingnya terlepas. Dada bidang Yudi menyapa mata Yeni hingga secara tidak sadar tangannya sudah menelusuri dadanya itu. Melihat apa yang Yeni lakukan membuat Yudi bergairah akibat sentuhan tangan mungil wanitanya. Diserangnya payudara kiri Yeni dengan lahap sementara tangan Yudi yang lain meremas kuat payudara kanan Yeni. Yudi menghisap payudara Yeni dengan kuat hingga membuat Yeni menggelinjang.

"Aaahhhh ...." Desahan yang keluar dari bibir Yeni membuat Yudi semakin bersemangat menyusu. Tangan Yeni meremas kasar rambut halus Yudi. "Kang, aku nggak kuat. Aku mau kamu, Kang." Rintih Yeni lagi.

Menggeram pelan, Yudi beranjak mengecup perut Yeni hingga sampai ke vaginanya. Diangkatnya kedua kaki Yeni ke atas bahunya. Tangannya terulur menyingkap belahan vagina wanitanya itu. Lagi dia mengerang keras saat melihat betapa merahnya vagina Yeni. Kejantanannya semakin tegak dari balik celana jeans yang masih melekat di tubuhnya. 

"Merah," gumam Yudi menusuk pelan vagina Yeni dengan jari telunjuknya.

Erangan keluar dari bibir Yeni saat merasakan jari Yudi mengisi rongga intinya. Kemudian Yeni merasakan jari Yudi yang lainnya mengusap klitorisnya. Daging kecil yang ada di vaginanya itu adalah suatu kelemahannya. Erangan kembali menyergap Yeni saat jari-jari itu memijit klitoris serta menusuk liang vaginanya.

"Aaahhhhh, Kang, aaaahhhhh ... Aku nggak tahan." Sesuatu terbangun dari dalam intinya. Rasa yang tidak pernah bisa Yeni deskripsikan. Ada sesuatu yang meledak dari dalam dirinya. Sesuatu yang mendesak ingin keluar.

Yudi menyeringai melihat kekasihnya itu sudah diambang orgasme. "Keluarkan, sayang. Keluarkan."

"Aaaaahhhhhhhhh ...."

Teriakan kuat seiring dengan cairan hangat orgasme keluar dari vagina Yeni. Tidak mau disia-siakan, Yudi menenguk habis cairan tersebut. Lidah hangat Yudi menginfasi liang vagina Yeni hingga membuatnya mengerang. Betapa hangat lidah itu menjilati tiap sudut vaginanya hingga dia mengerang tidak tahan. 

"Ah, Kang ...." Gumaman pelan Yeni membuat Yudi mendongak dari sela-sela paha Yeni.

"Ada apa?" tanya Yudi pura-pura tidak tahu.

"Aku mau kamu," bisikan Yeni itu membuat kejantanan Yudi semakin menegang. Sial! dia butuh kejantananya di dalam diri Yeni sekarang juga!

Tanpa membuang-buang waktu lagi, dilucuti celananya dengan tidak sabaran berikut boxer yang dia kenakan. Mata Yeni membulat ketika melihat kejantanan Yudi yang mengacung sempurna. Urat-uratnya terlihat menyembul disekeliling kejantanannya itu. Kejantanan Yudi terlihat berkedut berulang kali. Yeni membayangkan betapa penuh dirinya jika sampai kejantanan itu memasukinya.

"Enjoy the view, huh?" 

Ucapan Yudi membuat Yeni merona. "You're big." Gumam Yeni pelan.

Yudi menyeringai. "Apakah akan lebih besar lagi jika aku memasukimu, sayang?"

Bertumpu pada sisi sofa, Yudi menatap Yeni yang ada di bawahnya. "Siap kumasuki sayang?"

Yeni mengangguk menatap Yudi ragu. Ini adalah yang pertama baginya. Apakah akan sakit seperti yang dikatakan sebagian teman-temannya? "Ya. Pelan-pelan, Kang. Aku masih ... virgin."

Kabut gairah melingkupi Yudi. Betapa bahagia dirinya menjadi yang pertama bagi Yeni. Dia seakan di beri penghargaan. Yudi mengangguk mantap. "Aku akan sangat lembut untukmu."

Yudi memposisikan kejantanannya di lubang vagina Yeni. Digesek-gesekkan pelan kejantannya tersebut agar mempermudahkan dirinya memasuki lubang sempit itu. Digigit bibir bawahnya seraya memasuki liang vagina Yeni. Erangan keluar dari bibir Yudi saat merasakan betapa sempitnya liang kewanitaan Yeni. Kejantanannya seakan di remas-remas kuat oleh kewanitaan Yeni.

Hal yang sama pun Yeni rasakan. Hal aneh ketika dia merasakan kejantanan Yudi memasukinya. Perlahan Yudi menggerakkan pinggulnya maju mundur kemudian maju dan maju hingga Yeni merasakan sesuatu yang tajam merobek selaput daranya. Yudi mengerang saat melihat kejantanannya berlumuran darah. Janjinya untuk bermain lembut sirna seketika. Ditekankan kuat-kuat kejantanannya itu pada liang kewanitaan Yeni. Yudi mengusap pelan airmata yang menetes di kedua mata Yeni dengan lembut.

"Maaf sayang, aku nggak tahan lagi. Kamu menjepitku terlalu keras! aarrrrrgggghhh ...." 

"Aaahhh, Kang! sakit!" Yeni berteriak sekuatnya yang hanya ditanggapi Yudi dengan kalimat sederhana; 'nanti tak akan sakit lagi.'

Lenguhan terdengar selanjutnya saat Yeni merasakan nikmat setelah sakit yang tidak tertahan. Benar yang dikatakan Yudi. Kini yang tersisa hanyalah rasa nikmat ketika penis itu keluar masuk kedalam vaginanya. 

Tanpa mereka berdua sadari, ada sepasang mata yang menatap mereka berdua penuh gairah yang tidak tertahankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar