Selasa, 29 Desember 2015

Tanaka (no sex)





Aku coba untuk bersabar menunggunya. Tanaka aku ingin sekali malam ini kita bercinta. Aku ingin kau datang awal waktu agar kita mempunyai waktu yang panjang untuk bercinta..emm... Pikirku gila.


Namaku Chika aku suka dengan cowok keturunan jepang bernama Tanaka. Ya Tanaka. Aku memanggilnya 'Naka'. Aku suka padanya bukan karna dia orang jepang, tapi karena... karena... mirip aja orang jepang gitu. Tapi sih... Jepang miskin. Dia hanya memiliki sepeda motor, itupun sepertinya boleh kridit he... he... he...

Hanya saja dia baik hatinya, suka mentraktirku makan walaupun hanya baso di pinggir jalan. Em... sungguh unik wajahnya, jarang loh... Orang jepang, yang banyak orang cina. 

Ningtolingning... ningtolining...

Tiba-tiba saja hape ku berdering. "Ah.. ini dia!" batinku. Tapi aku lihat bukan dari Tanaka tapi dari teman wanitaku bernama Olivea "Haloo..." jawabku malas. 

"Hai Chik... lagi apa, jalan nyok gue lagi bete nih!" 

Olivea adalah teman sekolahku hanya saja beda kelas ia 2a sedangkan aku 2c. Dia memang teman yang aku seganin, dan aku hormatin karena dia selalu membelaku ketika aku di bully oleh teman-teman yang lain, walaupun hanya sekedar becanda.

"Live... sori yah... aku lagi nunggu temen special nih!" jawabku.

"Cie, cie, cie, yang lagi nunggu pujaan hati..!" 

"Iyaa... sori yah...!" jawabku mengiba agar ia tidak merasa lara karena tidak bisa mengajakku jalan. 

"Oke dah Olive... selamat nyes-nyes yah..." pungkasnya walaupun terdengar lara.

"Aku tahu kamu butuh teman malam ini. Tapi aku tak bisa maaf!" gumamku didalam hati.

Waktu menunjukan pukul 20.00, Tanaka belum juga terlihat memakirkan motornya di depan rumahku. Padahal ia sudah sms aku akan datang sebelum jam delapan malam, tapi ini sudah lewat Lima menit. "Mungkin dijalan macet, soalnya malam minggu!" batinku, berharap ia datang dan tidak ingkar.

Tak lama benar ia datang walah telat sepuluh menit. Tanaka, ia lelaki lebih tua dari ku. Namun aku tak perduli. Cinta tak memandang usia. Lagi juga hanya beda tiga tahun kok! 

"Hai...!" sapanya. Aku sunggingkan senyum. "Sudah siap kita jalan malam ini!" Aku mengangguk. "Kamu cantik sekali..." katanya. Aku tersipu malu.

Ia pun kembali menyalahkan motornya. Tampa di suruh lagi, aku lansung menaiki motor besarnya. Dengan menggerung keras suara yang keluar dari knalpot penuh bising. Dan aku paling tidak suka kalau di boncengin jok motornya turun, sehingga membuat posisiku menungging he... Tapi gak apalah yang penting malam ini aku bisa menikmati dengannya.

Roda dua pun melaju melesat dengan cepat tampa ukuran standar pengguna jalan yang baik. Aku sendiri merasa dag dig dug jika berboncengan dengan kecepatan tinggi. Perasaan ruhku melayang sebelum waktunya. Tapi janganlah aku minta sih selamat.

"Uh, dasar mentang-mentang motornya keren di bawa kebut." hardikku dalam hati. 

Tanaka memang lelaki yang romantis, ternyata aku di bawa ke suatu tempat yang tidak aku tahu sebelumnya. Ya, tempat asing bagiku, yaitu pintu air. Aku melihat pintu air dimana air itu digunakan untuk mengatur air agar tidak terjadi kebanjiran dan merata mengalirnya. "Emang ada-ada aja nih si jepang, ngapain ... coba masa pacaran di pintu air." pikirku.

"Eh-ngapain sih ngajakin gue kesini. Emang gak ada lagi apa tempat yang romantis!" kata ku dengan nada keras.

Bukannya mikir dia malah tersenyum.

"Yah... dia malah ketawa." ujarku, "tambah sipit dah tuh mata!"

"Ini adalah tempat yang paling romantis untuk kita berdua!" kata Tanaka, sambil menatap kedepan dimana air itu jatuh dari sela-sela palang pintu.

"Mas sih romantis!" jawabku o'on. "Tapi iya juga sih, apalagi suara gemuruh air itu sangat indah. Ditambah bintang kelap-kelip di atas sana." Aku mendongakkan wajah kelangit. "Em.. Lihat ada bintang berjalan!" kataku pula sambil menunjuk keatas.

Tanaka tertawa, "Itu bukan bintang jalan sayaang... itu besi terbang alias kapal!" ujarnya sambil mengusap kepalaku dengan keras, membuat rambutku jadi terkoyak.

"Et dah, berantakan nih rambut!" ucapku sambil merapikan kembali rambutku yang acak-acakan. 

"Eh-malah ketawa bukannya mikir!" hardikku kesal. "Coba loe tuh kaya kurang kerjaan tau gak, masa ngajakin gue ketempat gelap begini di pintu air. Udah sepi lagi cuma kita berdua!" 

"Sekali-kali lah ketempat yang sepi, bosan ditempat yang ramai!" Tanaka menjawab demikian. Lalu aku menoleh kekanan, kekiri dan memang tampak sepi gak ada satu hidung manusia pun yang terlihat.

"Emm...maksudnya apa sih mengajak aku ketempat seperti ini?" Aku bertanya serius.

Tanaka menjawab yang membuatku kesal. "Ingin mencium kamu!"

"Yee... mau ciuman aja gak gini-gini amat kelees...!" sentakku.

"Aku curiga nih sama kamu?" Aku mencoba memancing. "jangan-jangan kamu ada niat buruk yah?"

"Buruk apa?!" jawabnya dengan keras.

"Itu mau minta yang enggak-enggak!" 

"Apa sih maksudnya!" tampak bingung di raut wajahnya.

"Mau minta yang lebih selain ciuman kaan!" cecarku menebak.

"Yee... negatif nih pikirannya?"

"Emm... Aku menunduk malu, rupanya Tanaka lelaki yang tahu etika juga." batinku.

"Eh lihat apa itu?" pekik Tanaka sambil menunjuk kebawah air, "apaan tuh ya?!"

"Apaan?",kataku bingung, kulihat tidak ada apa-apa. "Mana... apaan sih?"

"Itu loh.." serunya sambil menunjuk kembali, "tuuhh...ah mata loe juling sih, jadi gak bisa liihat dah!" 

Sue! Aku di bilang juling, "Mata loe tuh sipit, gak ketawa aja merem apalagi ketawa!" hardikku.

Ternyata dia hanya mengajaku becanda agar tidak terlalu serius. Orang Jepang itu ternyata suka humor juga yah.

Tiba-tiba hape ku berdering, Olivea menelponku.

"Helo..." jawabku.

"Cie, cie maaf ganggu yah...!" kata Olivea mengejek, "lagi di mana nih, lagi ngamar yah... Di upload dongg...!" 

"Sialan si Olive," batinku.

"Loe dimana?" balasku bertanya.

"Dikamar aja Chik... abis gak mau yang ngajak jalan, huk... huk... huk..!" Olive pura-pura menangis manja.

Aku diam, kasihan juga dia gak ada teman curhat. "Eh... besok aja kita jalan kepantai bagaimana mau?" Aku menghiburnya.

"Sama siapa?" tanya Olive.

"Emm.. sama yayangku he... he... he... " Balasku menyeringai.

"Janji yah...!" 

"Iya aku janji...!" tukas ku. Tak lama Olivea mengakhiri percakapannya.

Malam sudah sangat larut, kami hanya mengobrol kepribadian masing-masing di pintu air itu. "Pulang nyo!" ajaknya. Aku mengangguk. Kami pun beranjak pulang dari pintu air yang tidak aku tahu sebelumnya.

***

Esoknya aku segera menelpon Olivea untuk memenuhi janjiku. Lalu aku pun menelpon Tanaka agar ia mau ikut serta. Dia menjawab dengan senang hati. Aku pun bersiap mempersiapkan segalanya untuk refreshing kepantai.

Tanaka menjemputku tak lama kemudian. Lalu kami menuju ke rumah Olivea untuk menjemputnya. Ditengah perjalanan menuju rumah Olivea, sempat mampir ketempat warung tenda padagang See food. Kami membeli kerang bulu tiga porsi untuk makan bersama di rumah Olivea. Kebetulan perutku belum terisi dengan makanan. Apa salahnya membeli makanan untuk makan bersama di rumah Olivea sebelum berangkat kepantai.

Aku bertanya kepada Tanaka, "Kenapa membeli kerang bulu. Bukan ikan bakar atau udang caos tiram?" Tanaka menjawab, "Kerang bulu itu bagus buat sperma laki-laki."

Aku bingung lalu kembali bertanya, "Loh, apa hubungannya kerang bulu dengan laki-laki, sedangkan aku kan cewek?!" 

Tanaka sunggingkan senyum lalu menjawab kembali, "Rahasia doog...nanti kamu juga tahu!" Jawaban yang aneh, pikirku.

Lalu Tanaka mendekati pedagang see food itu lalu berucap, "Bang, banyakkin yah lalap daun kemanginya."

"Ahh... orang jepang suka sama lalap-lalapan!" Aku berteriak kecil didalam hati. "Jepang aspal nih. Baru ini gue nemuin orang jepang tahu yang namanya daun kemangi. Jepang parah nih. Jangan-jangan mukanya doang kaya orang jepang. Hatinya mah Indonesia habis, hihihihi.."

Selesai sudah sang pedagang see food membungkus pesanan kami. Tanaka melirikku, aku pun segera kembali naik ke jok motornya. 'Breem...' Motorpun mengacir cepat secepat kilat dengan membawa bungkusan See Food di setang motornya.

"A'a pelan-pelan napa, Chika takut niih...!" ujarku agar ia mau melambatkan kendaraanya. "Tenang sayang... pegangan aja yang kencang!" jawabnya kaya punya nyawa seribu aja. 'Berrem...breeem.....!" semakin di gerung semakin kencang. Di bilangin malah disengajain bikin aku kesal. Aku berpikir gimana biar Tanaka mau mengendurkan gas motornya. "Ah... Akal bulus pasti berhasil! Pikirku.

Aku peluk erat pinggangnya. Sambil berbisik ketelinganya. "Pelanin gak," lalu aku tekan keras-keras penisnya. "Uh...!" Dia teriak ADAW..." "Kena loe... Hayo pelanin gak!" sambil aku tekan terus penisnya.

Saking keselnya aku tekan sekuat-kuatnya. Akhirnya dia ngalah juga, kesakitan kali yaaah...aku tekan gantungan kuncinya..

"Hebat... Chika hebat..." batinku bangga bisa membuat sadar dalam mengendarai motornya.

Di depan ada lampu merah dan berwarna merah Tanaka menghentikan motornya. Disaat sedang menunggu lampu hijau, dia megang-megang penisnya, mungkin kesakitan ketika aku tekan dengan keras, lalu aku bertanya.

"A'a kenapa punya mu di pegang-pegang!" Dia jawab; "Akiiit...uh, kutu kupret. Punya cewek ngeselin banget" ujarnya sambil meringis. Aku ketawa hihihi... Emang enak, makan tuh.

Lampu hijau pun menyalah. Ia mulai melajukan motornya, tapi kali ini agak santai. Dan aku menikmati perjalanan itu. Sambil aku menoleh kekanan terus kekiri. Banyak rupa dan bentuk umat manusia. Dari yang yang biasa-biasa sampai yang luar biaza. Tampa aku sadari, tahu-tahu sudah sampai kerumah Olivea.

"Hai...!" sambut Olivea. 

"Hai juga...! Jawabku. "Kenalin cowok gue. Aku menyuruh Tanaka untuk mengulurkan tangannya. Olivea menyambut tangan Tanaka. 

***

Olivea temanku yang cantik. Dia anak manja kepada orang tuanya. Dengan ciri khas selalu memakai kaca mata min alias rabun dan memang matanya sudah kurang jelas alias min. Taulah gak ngerti bahas dokternya apa namanya.

Walaupun bicaranya sering blak-blakan tapi dia mempunyai sifat yang pemalu dan kurang bergaul. Sehari-harinya selalu memainkan dejetnya. Bisa jadi dia kurang gaul di dunia nyata tapi gaul di dunia maya.

Bahkan aku seringkali bertanya sama Olivea! Suka baget sih mainin gejet. Jawabnya; "Suka-suka gue... Gejet-gejet gue, pulsa-pulsa gue, seterah gue, masbulo..." 

"Gak gitu-gitu amat keleees..." kilah ku sedikit sensi.

Tapi dia anak yang baik. Juga pintar dan jenius. Saking jeniusnya terkadang dia ngomong sendirian hihihi... Lucu juga temanku ini.

"Eh-bengong hayo masuk!" sentaknya, membuatku terkejut. Kami pun masuk kedalam rumah Olivea. "Sebentar yah aku kekamar dulu nyiapin pakaian pantainya." ujar Olivea, lalu ia masuk kedalam kamarnya. 

Tanaka tengak-tengok mirip orang culun memperhatikan rumah Olivea. Aku pun menegurnya, "Ngapain sih...aneh yah, liat rumah temanku. Karena merasa rumah kamu paling bagus jadi aneh lihat rumah sederhana ini." 

Dia malah tersenyum kecil, sehingga terlihat lesung pipit jika tersenyum, sehingga menambah tampan dia dipandangnya. Lalu aku menggodanya. "Eh-tadi enak gak punya (penis) kamu di pencet."

"Tau ah...!" jawabnya pencongkan bibir.

"Uh dasar jepang abal-abal!" batinku.

Tak lama Olivea keluar dari kamarnya dengan mengenakan pakaian renang didalamnya. Maksudnya pakai celana panjang, hanya saja ia memakai pakaian renang langsung dipakai agar tidak ribet kali yah ... jadi simple tinggal menanggalkan pakaian luarnya saja ketika di pantai nanti.

"Nyok ... Kita cabut!" Olivea berkata, sambil membawa tas peralatan kebersihan tubuh dan pakaian pengganti. 

"Nanti dulu bagaimana kita makan dulu. Nih kebetulan gue bawa tiga bungkus kerang bulu dengan caos tiram." kataku sambil membuka bungkusan makanan itu.

"Ihh ...norak amat sih, segala bawa makanan bungkusan! kata Olivea. "Makan dijalan aja kelees...lebih seru.!" 

"Hemat ah!!" balasku menyeringai. "Dah makan dulu, udah di beliin juga, kasihan nih yang beliin kalau gak di makan!" kataku lagi sembari menepuk pundak Tanaka. 

Tanaka sunggingkan senyum tampa bersuara. Maklum ia pemalu kalau di kerumunin perempuan. "Eh-tadi apa manfaatnya kerang bulu?" Aku bertanya pada Tanaka, agar ia mau bicara.

Yang ditanya bukannya menjawab malah cengengesan. "Eh-bolot kali ya!" sentakku, "tadi nih kata kamu kerang bulu sama lalapan kemangi manfaatnya buat apa?" 

Tanaka masih saja tersenyum membuatku efiel. "Buset dah nih cowok ganteng-ganteng budek ye..!" saking sewotnya lihat Tanaka hanya cengangas-cengenges, aku jadi menyentaknya. Olivea melihat kelakuanku ikut tertawa pelan sambil menutup rongga mulutnya.

"Ya sudah!" Ucap Olivea, "kita makan ntar kesiangan berangkatnya."

Akhirnya kami pun makan bersama. Sangat indah aku rasakan menikmati kebersamaan. Bersama pacarku dan bersama sahabat karibku.

***

Di pantai terasa sejuk terhempas angin laut. Aku, Tanaka dan Olivea berjalan berjajar menikmati ombak yang melabrak kaki kami. Pasir pantai yang lembut membuatku teringat sewaktu kecil dulu ketika baru pertama kali kepantai bersama keluarga. 

Ketika itu aku suka membuat rumah-rumahan dari pasir. Atau membuat lubang lalu aku masuk kedalamnya kemudian badanku diuruk pasir, hanya kepala yang tampak. Orang tuaku sangat senang dan bahagia melihat anak-anaknya bergembira.

"Hai lihat... kita sewa perahu nyo!" Olivea melihat perahu mainan untuk disewakan kepada pengunjung pantai itu. "Wah, boleh tuh.. " jawabku. "Eh-kaya anak kecil aja segala pakai gituan!" sambung Tanaka.

"Sekali-kali lah, mengenang masa kecil!" ujar ku. "Em... kamu gak malu naiknya." kata Tanaka. "Gak, ngapain malu.!" jawabku keras. "Ya udah kita sewa!" jawab Tanaka.

Aku dan Olivea tersipu geli, liat orang jepang se o'on Tanaka. "Uh, dasar jepang-jepangan."

"Eh-ganti pakaian renang dulu, masa basah-basahan." kataku. "Gak usah, telanjang aja!" Olivea menyahut. 

"Uh... emangnya pantai di bali apa, bule pada bekangkang," sahut Tanaka.

Wiih... Benar-benar tau adab juga orang jepang. "Abal-abal!" batinku meneyrinai.

"Bukannya kamu suka kalau lihat cewek pada bekangkang!" Aku menggodanya. "Gak, geli gue liatnya!" sahutnya cepat.

Sontak Aku dan Olivea tertawa. "Ini baru cowok beradab!" batinku.

Tamat

2 komentar: