Kamis, 26 November 2015

Ghost Castle bag 3

Kisah yang lalu

Suasana mencekam menyelimuti mereka. Misteri terus hadir membuat mereka selalu tanda tanya. Jose dan Chesy menjadi menciut hatinya. Karena baru pertama kali mereka selama berpetualang hanya di rumah hantu ini yang penuh misteri.

Sementara itu Rose kembali siuman dari kerasukannya. Hantu wanita yang merasukinya seolah-olah ingin menunjuki siapa pembunuhnya kepada mereka. Dan boneka Barbie dengan tangan kuntung serta menguarkan darah itu, seolah-olah ingin mencari telapak tangannya yang hilang. 




"Ya sudah kita istirahat dulu di ruang tengah. " ujar Jose. "Sekalian kita makan, kebetulan aku sudah lapar."

"Ya benar," sambung Chesy. "Aku juga sudah lapar.

Mendengar kata lapar, Briant dan Rose pun tiba-tiba perutnya terasa lapar. "Oke ... Kita makan dulu, bekal kita juga sepertinya sudah hampir basi!" kata Briant.

Lalu merekapun menuju ruang tengah. Di sana ada sebuah meja besar dan sebelahnya ada kamar makan khusus buat keluarga. Karena mereka ingin makan bersama, akhirnya mereka makan di meja makan yang berada di ruang makan. Chesy mengeluarkan beberapa lilin yang sudah disiapkan sebelum berangkat. Lilin itu dinyalahkan empat buah ditengah meja. Jelaslah isi ruangan itu. Terlihat sangat kotor dan berdebu. Rose duduk bersama Briant sebelah kiri, sedangkan Jose dan Chesy didepannya mereka saling berhadapan. 

"Lauknya apa?" tanya Briant. "Aku suka lalap-lalapan!" sambungnya.

"Ada nih, petay cina muda," jawab Chesy. "Aku metik dari kebun Paman George sebelum berangkat. Aku tahu kalau Briant suka sama lalap-lalapan, makanya aku bawa lalap petey cina muda ini untuk kamu Biant!" 

"Briant tersenyum. "Makasih Chesy ..." katanya.

Rose yang masih letih sehabis kerasukan tampak wajahnya tidak mempunyai gairah melihat makanan didepannya. Ia hanya memandang dengan tatapan kosong seolah-olah ada sesuatu dihadapannya. Jose yang melihat itu bertanya. "Rose, hayo dimakan  jangan dilihatin aja!" 

Mendengar Jose berkata begitu Briant pun menyahut. "Benar apa yang dikatakan Jose, makan dulu semenjak di perjalanan kamu belum makan!" Rose masih saja diam membesi. "Sudahlah kita makan duluan aja!" kata Chesy. "Perutku sudah lapar nih!" 

"Aku tidak mau kalau Rose belum makan!" sahut Briant, seraya membelai rambut Rose. "Ayolah Rose kita makan. Aku suapin yah!" Briant mengambil nasi dan lauknya, lalu mengarahkan ke mulut Rose. "Makan Rose, sedikit aja!" 

Rose pun membuka mulutnya perlahan, lalu Briant mulai masukan makanan itu penuh perhatian dan kasih sayang. Jose dan Chesy yang melihat hanya tersenyum saling melirik. "Em ... romantisnya," Chesy menggoda. Jose pun tertawa kecil melihat itu.

Jose dan Chesy lalu menyantap hidangan yang tersedia di meja. Dengan lahapnya Jose menikmati makanan dengan lauk tempe goreng di totol dengan sambal yang di bungkus dengan daun pisang. 

"Oh iya aku lupa!" kata Chesy membuat Jose terkejut. "Ada apa sayang? apa yang membuatmu lupa?" jawab Jose menyeringai. 

"Ini, aku lupa membawa ikan asin. Aku mebuat ikan asin bakar semalam bersama Paman George. Ia kangen sekali sama ikan asin bakar, sudah lama Paman George tidak makan ikan asin bakar." Chesy menguarkan bungkusan kantung kresek berwarna hitam. "Lihat ini! Nyem, nyem, nyem," seru Chesy sambil menunjukan ikan asin yang sudah dibakar.

"Waah ... mantap!" ujar Jose

"Yoi ..."

"Bagilah!" Tiba-tiba Briant berkata meminta. "Aku juga kepengen, apalagi di tambah pakai lalap petay cina, uuhh ... pasti nambah selera makan!" 

"Nih!" Chesy mengulurkan tangannya untuk memberikan ikan asin itu kepada Briant. Namun belum sampai ke tangan Briant, tiba-tiba Rose yang berada disamping Briant mencengkal tangannya dengan wajah kaku dan mata menyorot tajam seolah-olah ia marah kepada Briant. 

"Ada apa Rose!" seru Briant terkejut. Rose masih saja memegang erat tangan Briant. Karena terlalu kuat genggaman telapak tangan Rose akhirnya Briant menarik kembali tangannya tidak jadi menerima ikan asin yang diberikan kepada Chesy. Sama halnya dengan Chesy ia pun kembali pulang tangannya. 

"Jose, apakah Rose masih kerasukan," tanya Chesy berbisik kepada Jose. "Aku takut melihat wajahnya yang seram, itu seperti bukan wajah Rose."

"Sepertinya hantu itu masuk lagi ketubuh Rose," terang Jose.

Sedangkan Briant menatap wajah Rose sangat dalam, ia mencoba mempelajari ekspresi Rose yang sebenarnya. 

"Sayang! Kamu jangan seperti itu apa ... Jangan nakut-nakutin kami!" ujar Briant. Namun wajah Rose masih saja menyorot dingin beku.

Tak lama kemudian, Rose memandang ke arah Chesy yang sedang menyicipi ikan asin. Rose lalu berdiri lalu membukukkan tubuhnya, lalu secepat kilat, ia menyambar ikan asin itu yang di pegang Chesy 'Sreet.." Tentu membuat Chesy terperanjat. Chesy sedikit beringsut duduknya kebelakang dengan mendorongnya dengan hentakan kaki dan bokong.

Sejenak Rose melihat tajam ikan asin itu sambil di putar-putar memandang detail bentuk ikan asin itu. "Ada apa ikan asin itu Rose?" sentak Briant bertanya. Saat itu juga ikan asin itu di lempar jauh. Setelah ikan asin itu dibuang, rose kembali menghadap Chesy dengan pandangan yang masih menyeramkan. Chesy menjadi takut lalu mengenggam tangan Jose. 

Tak berapa lama seperti marah Rose menatap kantong kresek hitam yang masih ada ikan asinnya. Secepat kilat pula kantong plastik hitam itu dirampasnya lalu kembali dibuang jauh. 

Briant, Jose dan Chesy bingung apa yang harus diperbuat. "Jose coba kamu tenangin Rose!" ucap Briant. Jose lalu menghampiri mendekati dari samping. 

"Hai Rose, coba kamu lihat siapakah aku?!" kata Jose sambil menatap kewajah dan mata Rose dengan menunjukan badannya. "Kalau kamu kenal aku, berarti kamu sadar tapi kalau kamu tidak mengenal aku, berarti yang berada di dalam tubuh ini adalah hantu. Maka keluarlah jangan kamu sakiti tubuh ini! (Maksudnya tubuh Rose).

Tetapi Rose masih saja diam membisu dengan mata tetap menyorot tajam. Jose memegang kepala Rose sambil berkata. 

"Aku hitung sampai tiga, kalau kamu tidak mau keluar dari tubuh ini jangan salahkan aku!" sentak Jose. Rupanya Jose sudah mengetahui kalau Rose masih keadaan kerasukan. 

"Aku hitung dari sekarang!" kembali Jose mengancam. "1, 2, tii ..." Belum saja selesai mengucapakan nomer tiga, tiba-tiba Rosa menampar lengan Jose. Dengan menguarkan suara mengerang, Rose menyerang Jose sehingga Jose terperanjat lalu ia mundur kebelakang untuk mengimbangi tubuhnya dari amukan Rose yang semakin ganas dengan wajah penuh murka.

Briant mencoba menolong Jose dengan memegang tubuh Rose. Chesy pun menghampiri untuk membantu. Dengan suara menggerung dan tubuh yang sangat kuat, membuat Briant kewalahan memegangnya. Chesy menarik tangan Rose agar tidak menyerang Jose. Tapi yang ditarik malah membalikan tubuh ke arah Chesy. "Awaas ... Chees..!" Jose berteriak. Tentu membuat Chesy terkesiap.

Karena keadaan semakin kebat-kebit terpaksa Briant menendang tubuh Rose agar tidak membahayakan Chesy. Rose pun yang sedang kerasukan itu terpelanting dengan posisi telungkup karen Briant menendang tubuhnya dari belakang. "Kamu jangan dekat-dekat Chees ..." ujar Briant. Melihat itu Jose segera menegrap dari belakang tubuh Rose. Dengan kaki di piting lalu kedua tangannya disilangkan kebelakang Jose berhasil membuat Rose tidak meronta-ronta. Jose mengapit kaki Rose dengan kedua kakinya.  Chesy pun tak tinggal diam, ia membantu dengan memegang rambutnya agar tidak bergerak. Briant pun demikian, walaupun ia tidak tega melihat Rose diperlakukan seperti itu, namun ia tidak punya daya dan upaya.

Jose menyuruh Chesy dan Briant untuk menekan sendi-sendinya seperti telapak kaki, paha dan jari-jari tangan agar ruh yang merasuki tubuh Rose dapat keluar. Terasa tubuh Rose kerasnya seperti batu, otot-ototnya merenggang kaku, jari-jemarinya mengepal kaku. Tampak juga warna pucat disisi rongga matanya. Sungguh Rose yang sangat menakutkan.

Jose berteriak lantang tepat di telinga Rose. "Hai yang didalam sana! Cepat keluar!" kata Jose dengan nada keras. "Atau kamu akan saya bakar." 

Mendengar Jose berkata begitu Briant dan Chesy jadi tersenyum geli. Ia ingat acara Bukan Dunia Lain acara yang paling ditunggu bagi pecinta horor. Hanya bedanya kalau Bukan Dunia Lain setannya di cari untuk uji nyali. Tapi ini bukan acara tivi, tapi cerita horor bersambung di situs yenyerrow.blogspot.com.

*Penulis cerita ini awalnya di tulis oleh dua orang yang satu lelaki yang satunya lagi perempuan. Tadinya situs ini hanya menceritakan masalah sekz, namun semenjak berpisah antara penulis akhirnya menulis solo. Dan menjadi pindah haluan yang tadinya tentang sekz tapi sekarang menjadi cerita fantasi.*

Dengan tubuh meronta-ronta dan mata menyorot tajam Rose mencoba melawan apa yang merasuki dirinya. Terkadang dia diam lalu tak lama kembali mengamuk. Namun Jose yang sedikit punya pengalaman dalam soal ghaib tidak menyerah begitu saja, dengan nada keras ia berkata. "Kalau kamu tidak mau keluar dari tubuh ini akan aku kasih tahi ayam mau!" sentak Jose. Tetapi ruh yang merasuki tubuh Rose malah semakin buas. Jose pun berujar pada Briant dan Chesy untuk mencarikan tahi ayam, namun Briant menjawab. "Mana ada ayam di sini?" seru Briant. "Ada juga tahi cicak banyak di atas lemari." "Ga papa ambil cepat siapa tahu manjur. Asalkan jangan tahi loe aja kasian Rose kebauan!" tukas Jose, membuat Chesy sedikit tertawa di dalam hati."

Dengan cepat Chesy dan Briant mencari tahi cicak yang memenuhi diatas lemari. Dengan benda tipis untuk meraihnya, namun sebelumnya disapukan dulu agar terkumpul. "Sudah Briant," kata Chesy. "Ya cukup!" jawab Briant, ia segera membawa serbuk tahi cicak kepada Jose. "Ini Jose," kata Briant berseru sambil memberikan tahi cicak itu. Oh maaf maksudnya bukan tahi cicak tapi telur cicak.

Jose dengan sangat kesal segera menaburi serbuk tahi cicak itu di depan rongga hidung Rose. Tahi cicak itupun sedikit masuk kerongga hidung Rose sehingga membuat Rosa mengejang ingin bersin. Benar tak berapa lama Rose mengangkat wajahnya sambil menga-ngap untuk bangkis bersin. Jose membiarkannya. "Aaaciiih... Aaaciiih... "Rose pun bangkis bersin lalu tak lama kemudian ia jatuh lemas. Jose segera memangku tubuh Rose agar tidak jatuh kelantai.

"Rose... Rose... Bangun Rose!" kata Jose membangunkan Rose yang masih terkulai lemas. Terlihat wajah Rose kembali normal tidak seperti ketika ia kerasukan. Kini wajah itu kembali seperti wajab Rose semula.

"Syukurlah akhirnya kamu siuman juga!" seru Briant. Rose melirik kekanan dan kekiri untu melihat sekitarnya. Tatapannya masih kosong tapi wajahnya sedikit cerah tidak tidak seperti tadi ketika kerasukan. Dengan tergopoh-gopoh Jose dan Briant merangkul tubuh Rose untuk kembali ke meja makan. 

"Rose, sekarang kamu makan dulu yah biar perut kamu terisi." rayu Briant. Rose pun mengangguk, lalu perlahan makan dengan disuapin Briant. Sedangkan Jose dan Chesy meneruskan makanan yang tadi sempat tertunda.

***

Susana hening ditengah malam. Saat itu jam menunjukan pukul 00.30, tidak ada teror yang menyeramkan sesudah makan. Akhirnya mereka tertidur karena kelelahan.

Disaat mereka tidur pulas. Sesosok tubuh manusia seorang laki-laki dengan badan gemuk sedikit pendek dan berpakaian serba hitam menghampiri mereka. Saat itu Jose tidur disisi Chesy dan Briant sama Rose tidur di bangku panjang, Rose berada di atas bangku sedangkan Briant dibawahnya.

Lelaki itu menghampiri Rose, dengan tatapan tajam. Ia mengambil sebilah pisau dari saku bajunya. Lalu memegang pegelangan tangan Rose yang sedang tertidur pulas. Pisau itu diarahkan ke pegelangan tangan tepatnya di urat nadi. Sekira beberapa centi meter untuk membeset pegelangan tangan Rose, ia terkejut dibelakang bahu menempel sebuah boneka Barbie yang bisa berbicara. Barbie itu menempel di bahu sebelah kiri tepat di samping telinga, Barbie itu berbicara. "Kembalikan telapak tanganku!" 

Sontak membuat lelaki misterius itu terkejut ketakutan. Ia mencoba menepak boneka itu dengan keras, tapi boneka Barbie itu sagat kuat mencengkram bahunya bahkan mencekik lehernya, tentu membuat lelaki itu gelagapan. Tapi untuk tidak bersuara agar tidak terdengar anak-anak yang sedang tidur pulas, akhirnya pelaki itu menjauh dari anak-anak dan menuju ruang dapur. 

"Setan! Lekas lepaskan bahuku!" sentak lelaki itu sambil mencekal kepala boneka Barbie itu. Namun boneka itu masih saja mencekik lehernya sambil terus berucap. "Kembalikan telapak tanganku..." Lelaki itu tak perduli dengan permintaan Boneka itu. Lantas ia mengambil pisaunya dan mengarahkan ke leher boneka itu dengan cekat dan keras. 'Sleeek...'

Boneka Barbie itupun kuntung lalu kepalanya mencelat sambil menguarkan suara mengerang. Tapi aneh Boneka itu bisa menguarkan darah seperti manusia dari lehernya yang terpapas pisau lelaki itu. Tentu menambah aneh dirasakan oleh lelaki misterius itu. Ia pun segera mengambil badan Boneka itu yang sudah tampa kepala dan menguarkan darah, lalu membantingnya ke lantai. 'Ngeek...'

Karena merasakan keanehan dan ia tidak mau ketahuan oleh anak-anak ia segera berlari kesebuah pintu yang berada di bawah lantai di kolong meja tempat masak yang terbuat dari tanah liat. Pintu itu seperti menuju kelorong rahasia yang sangat dalam seperti terowongan. Lelaki itu segera membuka pintunya dan masuk dengan cara bertiarap kerena lubang itu hanya berukuran tubuhnya. Namun ketika ia menoleh kebelakang, boneka itu masih saja mengikutinya walau tampa kepalanya. Boneka itu pun jalan merangkak dan jalannya sangat cepat.

"Sialan boneka setan!," gumamnya. Ia pun terus bertiarap, dan merayap dengan cepat. Hatinya kebat-kebit ketika ia menoleh kebelakang, boneka itu masih saja membututinya. Beberapa menit kemudian, nafasnya mulai tersengal kelelahan, namun ia masih terus berusaha untuk segera keluar dari lorong rahasianya itu.

Di lorong yang gelap dan sempit itu, lelaki dengan tubuh tubuh gemuk pendek itu tercekat hatinya ketika ia merasakan ada sesuatu di telapak tangannya. Sebesar kepalan telapak tangannya. Lalu ia membukanya. Terkejutlah ia apa yang di telapak tangannya ternyata kepala boneka Barbie yang kuntung itu. Dan yang membuat lelaki itu segera melempar kepala boneka itu, karena boneka itu bisa bersuara seperti tadi. "Kembalikan telapak tangan sayaa!" Tetapi lelaki itu tidak memperdulikan, ia bergegas kembali merayap dengan nafas tersengal-sengal.

Sementara itu Jose, Chesy, Rose dan Briant masih tertidur pulas. Mereka kelelahan. Tiba-tiba terdengar suara yang sangat keras dari dapur. "Arrghhh ..." Sontak merekapun terbangun. Jose terlebih dulu bangun sambil menatap Briant yang masih menjentikan matanya karena kantuk yang masih dirasa.. 

"Briant... Bangun ada suara orang berteriak!" kata Jose. Chesy pun beranjak dari tidurnya. "Jose ... Coba kamu lihat suara itu dari arah dapur." sambut Chesy. Jose pun segera berdiri lalu menuju ruang dapur.

Chesy membututi dari belakang dengan hati sedikit takut. Jose melihat dilantai ada lubang seukuran tubuh orang dewasa, ia pun melongok kebawahnya. "Sepertinya ada lorong," ujar Jose.

Jose sejenak memandang Chesy dengan wajah nanar. Di hatinya penuh keraguan untuk masuk kedalam lorong itu. Jose menyuruh Chesy untuk membangunkan Briant dan Rose. Chesy segera menuju Briant yang masih tertidur. Tak lama kemudian Briant pun datang dengan wajah lunglai akibat kantuk yang menyelimuti matanya.

"Ada apa Jose?" tanya Briant. "Uh! Mataku tak mau terbuka."

"Lihat!?" Jose menunjuk kelorong itu. "Sekiranya pakah kita harus masuk untuk menyelidiki lorong apa ini?" seru Jose. "Ya sebaiknya kita selidiki," ujar Briant. "Tunggu!" lanjutnya. "Bawa ini!" Briant menguarkan senter kecil dari sakunya, lalu memberikan kepada Jose.

"Baiklah, aku dan Briant akan masuk kedalam lorong ini." terang Jose. "Sedangkan kalian tunggu disini sambil berjaga!" Sambil menoleh kepada Chesy dan Rose. Kedua wanita remaja itu mengangguk.

Jose lebih dulu masuk kedalam lorong itu disusul oleh Briant. Tapi sial tubuh Brian terlalu gemuk untuk masuk kerongga lorong itu. "Jose, tubuhku tidak muat!" seru Briant datar. Briant mencoba untuk memaksakan masuk, tapi tubuhnya yang gemuk membuat membuat Briant sesak nafas. "Jose, sepertinya aku tidak bisa masuk!" kata Briant.

"Ya sudah suruh chesy saja yang masuk!" Jose berucap. 

Briant segera keluarkan tubuhnya dari lorong yang sempit, lalu menyuruh Chesy masuk mengikuti Jose. Sempat ragu di hati Chesy untuk masuk, tapi kasihan juga Jose sendiri didalam sana, chesy pun masuk kedalam lorong itu.

Ia mengekori bokong Jose dengan berjalan diatas lututnya. Sambil merangkak Chesy yang berada di belakang Jose berkata. "Jangan kentut ya sayang! Soalnya pantat kamu tepat di hidungku!" Mendengar itu Jose jadi tertawa kecil. "Hi... Hi... Hi... Paling keluar angin doang!" jawab Jose, berbarengan dengan tamparan Chesy di bokongnya. Plook..  "Awas... Kentut gak gue kasih memek!" Chesy tersenyum sambil berkata begitu.

"Lagi genting gini jangan mesum dulu," ujar Jose sambil terus menuju ketengah lorong itu dimana terdengar suara lelaki itu terdengar.

Sekira 2 meter Jose Jose samar-samar melihat sesosok tubuh sedang telungkup. Karena gelap akhirnya Jose berteriak. "Haloo... Orang bukan itu?!" 

Karena tidak ada jawaban Jose terus maju mendekati tubuh itu. "Khuuf... " Jose meraih tubuh itu, ia berhasil menggenggam tubuhnya. Dirasa masih hangat tubuh itu lalu Jose merasakan detak di dadanya, ternyata orang ini sudah tak bernyawa. Tecekatlah Jose. "O, o, o, orang matiii..." teriak Jose gelagapan. "Keluar Chesy..cepat... Mundur kamu!" Jose menyuruh Chesy untuk kembali mundur untuk keluar dari lorong itu. Chesy pun dengan susah payah berusaha untuk kembali merayap kebelakang.

"Tolong... Tarik aku!" Teriak Chesy ketika kakinya sudah keluar dari rongga lorong. Briant dan Rose melihat itu segera menarik kaki Chesy dengan cepat. 

"Cepet Rose, bantu aku!" kata Briant kepada Rose. Rose pun membantu Briant dengan menarik sebelah kaki Chesy sebelah kanan sedangkan Briant menarik kaki kiri secara bebarengan. 

Chesy berhasil dikuarkan. Tak lama kemudian terlihat kaki Jose menyembul dari lobang, dengan cepat Briant dan Rose menarik kaki Jose. 
"Khuuf..." Jose berhasil dikeluarkan. "Arghhh... " Jose berteriak melepas nafasnya. Dadanya kembang-kempis. Nafasnya sengal-sengal. Lalu Briant berkata. 

"Ada apa Jose? tanya Briant. Yang ditanya terdiam sambil mengatur nafas. Chesy memberikan minum. Setelah nafasnya telah teratur Jose pun berkata.

"Ada mayat didalam?" sambil menunjuk kearah liang rolong. "Sepertinya baru terjadi pembunuhan!" 

"Lalu siapa orang itu Jose?" 

Jose menggeleng kepala petanda tidak tahu.

Jose menceritakan bahwa tubuhnya sedikit gemuk dan masih hangat petanda mayat itu baru saja tewas. Setelah itu mereka saling berpandangan satu sama lain. Ada rasa kengerian pada hati mereka. "Lantas apa yang harus kita lakukan sekarang?!" ucap Chesy. "Yah, apa yang harus kita lakukan dengan mayat lelaki itu?!" sambung Briant pula. Jose berdiam sejenak untuk berpikir. Sedangkan Rose tampak pucat ketakutan.

Tiba-tiba Rose teringat akan boneka Barbienya. "Barbieku!" kata Rose dengan suara menyentak, lalu ia berlari keruang tengah untuk mengambil bonekanya disana. 

"Rose.. Tunggu!" Chesy memanggil lalu mengikuti Rose.

"Bagaimana kalau kita menunggu pagi untuk mengeluarkan mayat itu dari lorong ini!" seru Briant. "Tapi mana mungkin menunggu besok, bisa bau mayatnya!"

"Apa kita menelpon Paman George untuk meminta pendapatnya." kata Jose. "Mana hapeku,!" Jose merogoh kantong celananya, segera ia menyalahkan hape untuk menghubungi Paman Geoerge, tapi naas batu hapenya lowbet. "Sial!" hardik Jose pada dirinya sendiri.

"Arrghh...."

Terdengar suara Chesy dan Rose berteriak keras. Sontak membuat Jose dan Briant terkejut lalu segera menuju keruang tengah dimana Chesy dan Rose berada.

"Ada apa kalian?!" tanya Jose. Tampak Chesy menutup wajah dengan tangannya. "Aku takut Jose...!" 
"Ada apa sayang?" kembali Jose bertanya. "Mana Rose?" Rose tidak terlihat. "Chesy dimana Rose!" Jose bertanya tegas dengan wajah nanar. 

Lalu Briant menghampiri. "Ada apa Jose?" tanyanya.

"Mana Rose?" kali ini yang bertanya adalah Briant. "Jose, Rose kemana?"

Jose memandang Chesy yang masih menutup wajahnya dengan telapak tangan. Lalu Jose memeluk erat. 

"Sayang, ada apa, sudah jangan takut, ada aku!" seru Jose. "Coba lihat wajah aku!" Jose perlahan membuka lengan Chesy perlahan sambil terus memeluk erat tubuhnya. "Coba cerita apa yang kamu lihat. Dan dimana Rose?" Chesy pun membuka matanya.

"Rose ... rose ... rose," Chesy mencoba untuk berbicara dengan terbata-bata, apa yang ia lihat. Namun bibirnya keluh. "Rose .., rose ... rose." 

"Ada apa dengan Rose. Kemana dia?" Yang berkata adalah Briant, ia sangat panik. "Cepat Chees, ada apa sebenarnya yang terjadi?" 

Lalu Chesy mengangkat tangannya perlahan sambil menunjuk keatas langit-langit rumah itu. Alangkah terkejutnya Jose dan Briant apa yang dilihatnya. Rose tergantung dengan seutas tali di lehernya. Matanya mendelik seolah-olah ingin keluar dari rongganya. Lidahnya menjulur panjang, Rose tewas dalam keadaan tergantung.

Tampak kuntung telapak tangannya dan darah pun menetes kelantai. Tapi aneh telapak tangannya tidak terlihat.

Bersambung ke Part 4

Bag :

Satu

Dua






2 komentar:

  1. blog horror. serem. ditunggu kunjungan baliknya ya http://dapuldes.blogspot.co.id/

    BalasHapus