tag:blogger.com,1999:blog-73456206247644980872024-03-14T14:14:22.573+07:00CERBUNG X*(lets play imagination in our mind)* If you don't like this story, please go away. Only for 21++ or adult contentAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.comBlogger36125tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-1825019070046620322016-07-11T02:38:00.001+07:002016-07-14T02:58:39.429+07:00Pendekar Kipas Sakti #6<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfyPLa4bbGSRPpRLU-xy2iwwQ3fJZCvgUb7WrnXnl2UwlXzr1w-p6BpFVKE11zz60a0FO7UoetCDe4goHhEeKjxjYOV6H123BKF59hzmRlg6PExJYHFpH_LXbQ5eKlyKlzrQs25arfjII/s1600/Momochi%252520Zabuza%25255B3%25255D.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfyPLa4bbGSRPpRLU-xy2iwwQ3fJZCvgUb7WrnXnl2UwlXzr1w-p6BpFVKE11zz60a0FO7UoetCDe4goHhEeKjxjYOV6H123BKF59hzmRlg6PExJYHFpH_LXbQ5eKlyKlzrQs25arfjII/s640/Momochi%252520Zabuza%25255B3%25255D.jpg" /> </a> </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b>SATU</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Suara binatang malam menambah indah di tengah malam itu. Dari balik bilik kamar yang hanya berdinding anyaman bambu, Arya Welang tak juga memejamkan matanya. Pikiran terpatri pada raut wajah seorang wanita yang hanya bersebelahan kamar itu. Wanita baru mangkat gede anak tunggal dari Ki Jumpalit dan Nyi Errot bernama Asturi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Begitupun dengan Asturi, bayangan seorang pemuda yang baru dilihatnya sangatlah tampan juga berkeilmuan tinggi. Bayangan itu membuat hatinya berbunga-bunga. Rasanya ingin segera pagi menjemput untuk menatap kembali wajah pemuda itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
(Kisah <a href="http://yenyerrow.blogspot.com/2016/04/pendekar-kipas-sakti5.html#more" target="_blank">Sebelumnya</a>)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sementara itu, Jumpalit dan Nyi Errot belum juga terpulas. Mereka sedang membicarakan masa depan putri tunggalnya. Jumpalit berkata, "Nyi, sebaiknya kita harus berterus terang untuk menjodohkan pemuda itu dengan anak kita!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Nyi Errot menjawab, "Apakah Abah sudah yakin dengan pilihan kita. Bagaimana dengan Jaka Petir dia sangat cinta dengan putri kita, jika kita menjodohkan Asturi dengan Nak Arya Welang, mungkin akan melukai hati Jaka Petir."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jaka Petir adalah Murid juga ketua perguruan Gagak Hitam. Diakatakan Jaka Petir karena ia mempunyai Pukulan Petir yang menjadi ilmu andalannya. Dia juga tampan karena berkarakter seperti wanita dan paling beruntung karena banyak wanita yang melirik kepadanya. Tapi Jaka Petir hanya bisa mencintai Asturi anak gurunya tersebut. Meskipun ia sendiri belum menyatakan cinta. Tetapi Jumpalit dan Nyi Errot sudah mengetahui gelagat pemuda itu bahwa ia sedang cari perhatian kepada Sutari.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sebaiknya kita pura-pura tida tahu saja, Nyi!" berkata Jumpalit.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Maksud Abah?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sebaiknya besok kita katakan pada Nak Arya, jika memang ia menyukai anak kita, aku akan menentukan pernikahannya, dan mengabarkan pada semua warga kampung kita."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Jadi maksud Abah, tidak usah memperdulikan perasaan Nak Jaka Petir?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jumpalit mengangguk. Lalu berkata kembali, "Aku takut jika Jaka Petir mencintai Asturi dan menjadi menantu kita, ia akan berlaku sombong terhadap murid-muridku yang lainnya."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Nyi Errot terdiam, begitu pun Jumpalit.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sudah Nyai, sebaiknya kita pejamkan mata. Aku sudah lelah sekali hari ini!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tak lama mereka pun tertidur.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tak berapa lama , bayangan berupa asap putih merayap dari balik dinding. Gerakannya sangat halus sehingga tidak terdengar oleh Jumpalit dan Nyi Errot yang sudah terlelap tidur. Bayangan itu terus merangsek kedalam ruang di mana Asturi tertidur. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bayangan lelembut itu laksana asap menyeruak dari lubang kecil rumah bambu itu. Setelah beyangan asap putih itu masuk ke dalam kamar Asturi, tak lama bayangan itu sangat jelas lambat-laun asap itu berbentuk tubuh manusia, lalu berubah utuh menjadi manusia sosok laki-laki.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Asturi melindur membalikkan tubuhnya. Tersingkap kain penutup sehingga tampak pahanya terlihat mulus. Sosok bayangan putih itu yang sudah berubah menjadi manusia berpakaian hijau mendekati lalu memandang sejenak keindahan tubuh wanita remaja itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Gadis ini harus aku bawa secepatnya untuk kuserahkan Kanjeng Ratu Kidul" Gumam sosok misterius itu. "Sebelum bulan purnama, ritual itu harus dilakukan demi kedigjayaan balung besi yang akan aku miliki ha ... ha ... ha ...."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sosok misteri itu lantas mulutnya kemak-kemik membaca mantara, lalu telapak tangannya dilebarkan dan ditiup. Tampak seperti angin kecil berwarna putih. Angin itu mengitari tubuh Asturi, semakin rapat asap itu menggulung tubuh Asturi yang kian membungkus tubuhnya. Kemudian sosok misteri itu memeluk tubuh Asturi. Secara bersamaan, gulungan asap putih itu menyatu dengan tubuh sosok misteri itu. Tak lama mereka berubah menjadi asap kecil lalu menyusup kelobang kecil disela-sela dinding yang terbuat dari anyaman bambu itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Suara riuh ayam pejantan saling bersahutan pertanda malam berganti pagi. Udara terasa sangat sejuk dan matahari pun bersinar menghangatkan bumi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Nyai bangun!" ucap Jumpalit membangunkan sang istri. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Iya Abah," jawab Nyi Errot dia pun segera bangun dari peraduan. Begitupun dengan Jumpalit. Sedangkan Arya Welang sudah bangun lebih dulu. Ia sedang mandang sinar surya yang menghangatkan wajahnya di teras panggung rumah Jumpalit.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ah, rupanya Nak Arya sudah terbangun lebih dulu!" sapa Jumpalit mendatangi dari belakang. Arya Welang sunggingkan senyum sambil berkata, "Malam itu aku pulas sekali. Tak biasanya aku tertidur seperti itu?!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sama Nak, Abah juga begitu, mungkin karena kita terlalu lelah di siangnya mengejar wanita iblis itu!" berujar Jumpalit, seraya berdiri di sebelah Arya Welang. "Oh yah, lebih baik kita duduk sambil menunggu teh hangat buatan istriku."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jumpalit lantas duduk bersila diikuti Arya Welang. "Nyi ... Buatkan teh!" pekik Jumpalit. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Baru saja berkata begitu, Nyi Errot berteriak lantang, "Abah ... Asturi tidak ada di kamarnya."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Coba lihat di belakang rumah, Nyi!" tukas Jumpalit keras.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tak lama Nyi Errot berteriak kembali. "Tidak ada, Abah!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kemana itu anak!" Jumpalit segera berdiri untuk melihat. Ternyata benar, Asturi tidak berada di kamarnya. Di cari di belakang rumah, mungkin ia sedang berada di sana, tapi tidak ada juga. "Kemana itu, anak!" seru Jumpalit berkata kepada sang istri. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Arya Welang mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sebelum Arya Welang mendekati Jumpalit, Nyi Errot berteriak keras memanggil Asturi, "Nyi ... dimana kamu?" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tak ada jawaban. Jumpalit mencoba menenangkan diri. Ia berpikir tak mungkin ada yang membawa Asturi dengan cara diam-diam. Selama ini tidak terjadi apa-apa. Jangankan manusia untuk berbuat jahat, makhluk ghaib pun takan berani masuk ke rumah Jumpalit. Tapi memang aneh, kenapa dia semalam tidur sangat pulas sekali. Biasanya tidak seperti itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tak lama murid Jumpalit datang. "Ada apa guru?" tanya salah satu murid.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kalian melihat Asturi?" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kedua murid itu saling berpandangan lalu menggelengkan kepala. "Tidak guru, Asturi jarang sekali keluar rumah. Jika kami melihatnya tentu akan kami tegur," ujar salah satu murid itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Apakah sudah ada yang berani menyusup kerumahku." Jumpalit berkata di dalam hati. Tiba-tiba pikirannya tertuju pada Jaka Petir. Mungkin dia yang menculik Asturi karena cemburu dengan keberadaan Arya Welang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Panggil Jaka Petir!" berkata keras Jumpalit kepada kedua muridnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kedua murid itu segera berlari menuju pondok yang ditempati Jaka Petir. Sesampai di depan sang ketua mereka, Jaka Petir rupanya sudah mengetahui akan kedatangan keduanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Salam hormat ketua!" ucap salah satunya. "Guru mencari Asturi, apakah ketua tahu dimana keberadaan Asturi?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jaka Petir kernyitkan dahi lalu menggelengkan kepala dan berkata, "Saya tidak melihatnya."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sebaiknya ketua menemui guru!" berkata satunya lagi. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sebentar!" sergah Jaka Petir. "Bukannya pemuda yang bernama Arya Welang itu bermalam di rumah guru?!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Benar ketua!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Emm..." Jaka Petir berdehem. Wajahnya sedikit kecut ketika menyebut nama Arya Welang. "Aku punya firasat dengan pemuda itu." Sehabis berkata begitu, Jaka Petir beranjak dari rumahnya menuju sang guru di susul kedua lelaki tadi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Pagi itu tadinya cerah berubah awan hitam sedikit berkerumun. Mendung menghiasi langit. Arya Welang duduk bersila sambil menyilangkan tangan di atas dada. Matanya terpejam tetapi pikirannya tertuju pada sang Bunda di gunung merapi. Pembicaraan jarak jauh pun dilakukan:</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aku memanggilmu, Ibu!" Seruan angin panggilan melalui batin dan telepati sampai ketelinga Ning Warsih yang sedang berhias diri. Suara angin kecil, suara Arya Welang memanggilnya, Ning Warsih pun duduk bersila. Seraya menyatukan kedua telapak tangannya sambil dan memajamkan mata, membuka pendengaran ghaib yang datang dari putranya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ada apa anakku. Kamu memanggil ibu?!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ah tidak apa-apa Ibu. Aku hanya ingin menanyakan keadaan Ibu!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ibu baik-baik saja disini!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Arya Welang pun membuka mata kembali. Pembicaraan itu hanya untuk menyapa dari jarak jauh.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dari kejauhan tampak tiga orang lelaki berjalan tergopoh-gopoh ketiga lelaki itu adalah Jaka Petir dan dua orang murid jumpalit. Sesampai di depan rumah, Jumpali melihat itu langsung menjemputnya seraya berdiri menatap tajam Jaka Petir.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ada apa guru memanggil saya!" ucap Jaka Petir bungkukan badan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Asturi menghilang secara tak diketahui. Apakah kamu melihatnya?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Tidak guru!" jawab Jaka Petir. "Aku akan mencarinya guru!" Sambil berkata begitu, Jaka Petir melirik kearah Jaka Welang yang berdiri di samping Jumpalit.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sang guru mengangkat telapak tangannya lalu berkata, "Secepatnya cari Anakku. Siapa yang berani menculik tampa sepengetahuanku, berarti dia telah berusan denganku, meskipun itu muridku!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Guru, izinkan aku berbicara dua mata dengan guru." berkata Jaka Petir.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Emm ... baiklah silahkan masuk." Jumpalit mempersilahkan Jaka Tingkir untuk masuk kedalam. Murid tertinggi itu bergegas mengekorinya dari belakang menuju ruang kamar khusus untuk mengadakan ritual bagi Jumpalit. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Di ruang itu, Jumpalit dan Jaka Petir duduk berhadapan dengan bersila. Tak lama Jaka Petir membuka pembicaraan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Guru, baru kali ini kampung kita, terutama perguruan kita bahkan di rumah guru sendiri, telah terjadi yang mustahil. Namun sebelum kedatangan pemuda itu, kampung kita aman-aman saja. Apakah guru tidak curiga dengan pemuda itu?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Maksud kamu Arya Welang?!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jaka Petir anggukan kepala, "Siapa lagi guru. Aku curiga semenjak dia masuk ke kampung kita, tiba-tiba salah satu warga kita tewas dengan seorang wanita seperti orang gila yang mepunyai kesaktian tinggi. Lalu, sekarang Asturi menghilang secara aneh, padahal Pemuda itu, bermalam di rumah guru. Sedangkan guru selalu terjaga tapi kenapa malam itu, guru tak curiga sama sekali."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Emm..." Jumpalit kernyitkan dahi, sembari mengusap dagunya. "Memang yang kamu katakan benar. Semalam aku tidak biasanya tidur sangat lelap. Tapi bagaimana dengan pemuda itu, apakah ia juga terpulas tidur nya?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jumpalit bangkit dari duduknya lalu keluar ruangan. "Nak Arya, kemari!" panggilnya kepada Arya Welang yang masih duduk di teras rumah. Ia segera menghampiri Jumpalit. "Aku bertanya padamu. Apakah semalam tidak ada suara sedikit pun yang kamu dengar?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Saya tidak mengerti, kenapa saya tidur sangat pulas sekali." Arya Welang menjawab. Timbul perasaan kurang enak hati kepada Jumpalit dan Nyi Errot atas keberadaannya di rumah itu. "Ini benar-benar aneh, kita semua seperti di sirep sehingga kita tak sedikit pun suara terdengar!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kemana kita harus mencari putriku?" ucap Jumpalit.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Abah, cepat cari anak kita, hikz" timpal Nyi Errot menangis. "Anak kita mungkin sangat ketakutan."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Abah akan berusaha, Nyai!" jawab Jumpalit. Lalu kembai kedalam ruangan dimana Jaka Petir berada, lalu menyuruhnya untuk secepatnya dan mengerahkan para murid untuk mencari keberadaan Asturi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ketika Jaka Petir mendekat seraya berbisik, "Guru tidak curiga dengan pemuda itu?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jumpalit gelengkan kepala, "Biar dia urusanku. Urusanmu adalah mencari kepelosok kampung. Tanyakan pada setiap warga jika ada yang melihat orang yang mencurigakan."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b>DUA</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Pagi itu air laut selatan sangat tenang. Suara burung camar hanya sesekali terdengar. Hempasan gelombang kecil sesekali melabrak sosok lelaki berpakaian serba putih yang sedang membopong tubuh mungil, seorang wanita yang tak sadarkan diri. Wajahnya menatap tajam ujung laut yang masih tampak putih berembun. Singgaluh nama pemuda itu, berteriak lantang;</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kanjeng Ratu Roro. Aku datang untuk menepati janjiku untuk memberikan sesembahan padamu. Terimalah pemberianku." Setelah berkata begitu. Singgaluh maju selangkah demi selangkah ke arah laut. Semakin jauh semakin menenggelamkan kakinya hingga air laut sepinggang. Ia terus maju sembari membopong wanita yang tak berdaya itu, hingga akhirnya ia dan wanita itu karam kedalam lautan luas dan tak terlihat lagi laksana masuk ke dasar laut selatan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lorong yang luas dengan lantai seperti anak tangga menurun kedasar laut menuju istana Nyai Roro Kidul, penguasa pantai laut selatan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Berhenti!!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tiba-tiba terdengar suara menyentak yang keluar dari seorang wanita. Singgalang menoleh kearah suara itu. Tampak beberapa wanita berpakaian kebaya dan bermahkota emas dan perak sebagai tudung kepalanya. Wanita-wanita itu sangat cantik dan anggun. Namun terlihat garang ketika masing-masing mereka memegang tombak sula. Salah satu wanita yang terdepan itu kembali berkata,</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ada apa keperluan Anda masuk ke istana kami?" bertanya wanita itu yang berada di depan dengan wanita lainnya. "Kami prajurit istana tak mengizinkan tamu lelaki untuk menemui Ratu kami."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Saya punya perjanjian dengan ratu kalian!" seru Singgaluh menjawab.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Siapa yang kau bawa itu?" wanita terdepan itu kembali bertanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ini adalah sesembahan untuk Kanjeng Ratu!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Salah satu wanita berbisik pada wanita terdepan itu. Rupanya wanita terdepan itu adalah ketua mereka sebagai prajurit istana bawah laut Nyai Roro kidul. "Lebih baik kita lapor ke kanjeng Ratu. Apa benar, dia sudah menerima perjanjian dengan lelaki ini!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Wanita sebagai ketua itu mengangguk. Lalu berkata kembali kepada Singgalung, "Tunggu sesaat di sana sebelum kami dengar dan memberi izin dari Ratu kami."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Singgalung pun mengangguk. Ia tetap berdiri di anak tangga itu sambil terus membopong tubuh wanita yang tak sadarkan diri itu. Tak lama ketiga wanita prajurit istana laut itu pun keluar. Tirai terbuka dan anak tangga kembali muncul menghubungi pintu istana. Singgalung kembali melangkah setahap-setahap sehingga sampai ke lantai istana Nyi Roro kidul. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Obor menyalak terang yang di bawa beberapa penjaga pintu istana. Di dalam air api itu sangat terang seakan-akan bukan di dalam lautan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Penjaga pintu menarik pengait sehingga terbuka pintu itu. Tampak berkerumun dayang-dayang duduk bersimpuh di bawah kursi kebesaran ratu mengitari. Mereka sedang ritual dengan cara bersujud lalu bangun sambil mengangkat kedua tangannya keatas, meskipun sang ratu belum menampakan wujudnya. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kursi kebesaran ratu dihiasi dengan permata berlian dan di tengah senderan kursi itu seperti arca kepala ular yang terbuat dari emas. Tongkat pun demekian terlihat seperti tubuh ular dalam keadaan tegak lurus dan bersisik emas dengan mata berlian yang sangat indah. Tongkat itu bersandar di sisi kursi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dari pintu sebelah utara keluar beberapa wanita beriringan membawa tampah berisi bunga-bunga. Para wanita itu mengenakan kebaya berwarna hijau. Mereka tampak cantik dan kembar tak ada cacat sediki pun dari mereka. Kulit mereka putih mulus mata bersinar cerah.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Salah satu dari mereka menebar bunga ke kursi kebesaran ratu sehingga memenuhi dan mewangi. "Abadilah wahai ratu!" ucap wanita penabur bunga itu, lalu diikuti wanita penabur bunga yang lainnya. "Abadilah wahai ratu," Kini mereka berucap berbarengan. "Abadilah kecantikan ratu. Panjang umur untuk rartu, penguasa laut selatan."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Singgalung terperangah, terkesima melihat kecantikan para dayang-dayang itu. Dia masih saja berdiri terpaku sambil menopang wanita yang tidak sadarkan diri yang bukan lain adalah Asturi, putri Jumpalit. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lalu beberapa wanita yang sedang mengadakan pemujaan dengan cara ritual di depan kursi kebesaran Ratu Nyi Roro kidul itu berhenti, lalu mereka segera berdiri menyisi memanjang kesamping. Sedangkan beberapa wanita yang membawa bunga-bunga itu berdiri di samping dan di belakang kursi laksana pagar untuk keselamatan ratu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Salah satu wanita dengan mahkota di kepala beda dengan yang lainnya berkata, "Ratu, hadirlah, Ratu telah kedatangan tamu. Sudilah ratu menampakan diri!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tak lama asap putih mengepul keatas dari mulut tongkat ular itu. Semakin lama asap itu semakin tebal sehingga berbentuk sosok tubuh wanita. Lalu asap itu timbul warna kehijauan dan jelas sosok tubuh seorang wanita demgan mengenakan kain kebaya dan baju seperti penari sinden berwarna hijau. Sontak seluruh dayang-dayang bersujud ritual sambil terus mengucapkan "Abadilah ratu. Abadilah penjaga laut selatan, abadilah."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Wanita itu berwajah cantik. Para dayangnya cantik, tapi wanita itu lebih cantik. Bermahkota emas dan permata. Rambutnya terurai panjang sampai ke pinggang. Setiap liang tubuhnya dihiasi anting-anting yang gemerlap jika tertimpa sinar. Berlian dan Batu permata memperindah mahkota itu yang melingkar di kepalanya. "Kanjeng Ratu Roro!" gumam Singgalung.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kini tampaklah Penguasa pantai laut selatan itu. Seraya duduk di kursi kebesarannya. Di iringi para dayang yang mengitari kursi itu. Dua orang mengayun-ngayun kipas besar di kibaskan perlahan dari samping. Sedangkan para dayang lainnya yang berada di hadapan Ratu Roro terus memuja kebesaran dan kecantikannya. Mereka beringsut kesamping duduk berjajar menyamping sang ratu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ratu laut selatan yang tidak lain adalah Nyai Roro Kidul itu mengangkat tangan kepada para dayang agar menghentikan sejenak pujiannya. Lantas menatap Singgalung dengan tatapan tajam seraya berkata.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Lelaki yang berani masuk ke istanaku harus berani pula menanggung resikonya!" Sang Ratu menggenggam tongkat ular itu. "Apa tujuan kamu kemari?" bertanya Nyi Roro kepada Singgalung yang masih menopang tubuh Asturi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aku kemari untuk menempati janjiku untuk membawakan gadis suci sebagai sesembahan untukmu," menjawab Singgalung. Sang Ratu menatap tubuh wanita gadis itu. "Gadis ini adalah sebagai tumbal kesaktian yang akan kau berikan!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Taruh wanita itu di hadapanku," berkata Nyi Roro.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Singgalung maju kehadapannya lalu meletakan tubuh Asturi perlahan di lantai. Setelah itu ia kembali mundur ke tempat semula sambil membukukan tubuh dengan takzim. Ratu Roro berdiri dari kursinya lalu berjalan perlahan mendekati tubuh Asturi. Sinar biru mencelat dari bola matanya. Setelah itu, ia merentangkan telapak tangan tepat di atas tubuh Asturi lalu berkata, "Wahai sukma yang suci, bangunlah!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sinar biru keluar dari telapak tangan. Lalu sinar itu menyelimuti tubuh Asturi. Tak lama sinar itu pun lenyap, dibarengi bergeraknya tubuh gadis itu perlahan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mata Asturi mengejap lalu menoleh keliling. Setelah sadar dari pitamnya, ia berdesis pelan, "Dimana, aku?'</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sang Ratu menampakan wajah senyum. Asturi terperangah melihat wajah seorang wanita yang sangat cantik dan indah di hiasi dengan mahkota emas dan permata. Wajah yang aneh dan asing menurut Asturi, "Apakah ini sosok dewi!" Asturi berkata di dalam hati. "Di manakah aku?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kamu berada di negerimu. Negeri kaum wanita," ucap Sang Ratu. "Aku adalah penguasa laut selatan. Denganku, kamu akan hidup bahagia bersama kami. Bahagia bersama cinta kita, cinta dari negeri perempuan xixixix..." Sang ratu tertawa kecil.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lalu sang ratu berkata kembali, "Aku akan menjadikanmu wanita yang paling tercantik di khayangan ini. Akan kujadikan sebagai paku pantai laut selatan. Di pintu gerbang sanalah kamu berkuasa."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rupanya, Ratu Roro Kidul ingin menjadikan Asturi sebagai penguasa pintu gerbang terletak di tepian pantai selatan. Diluar kesadaran Asturi yang sudah terhipnotis, tak menyadari akan keberadaan dirinya sebenarnya. Setelah itu, Asturi dikenakan pakaian berwarna hijau dengan selendang dan mahkota sebagai penguasa pintu gerbang laut selatan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bermahkota dan berselendang kebesaran sebagai warga baru penghuni alam ghaib istana bawah laut, Asturi sudah tidak ingat apa-apa lagi. Semua bagaikan mimpi yang tak tertembus oleh dimensi waktu. Yang ingat hanyalah patuh terhadap perintah Ratunya sebagai makhluk mitologi dunia ghaib.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Singgalung bersimpul di hadapan Nyi Roro kidul, sambil berucap, "Berikan aku kekuatanmu, Nyai. Kekuatan yang tidak ada tandingannya. Ilmu balung besi."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ha ... ha ... ha ...." Nyi Roro kidul tertawa keras, "Dasar manusia bodoh juga serakah. Ilmu itu akan kuberikan padamu. Tetapi ada satu syarat lagi yang akan kaujalani!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Apa itu, Nyai?" sahut singgalung.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sang Ratu terdiam sejenak. Matanya menatap lekat tubuh Singgalung yang berwajah tampan dan mempesona. Kemudian Sang Ratu pun berkata kembali, "Jika itu maumu dan sanggup menjalankan syarat yang akan ku berikan."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Apa itu, Nyai?!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sang Ratu tidak menjawab, ia beranjak dari kursi kebesarannya menuju ruangan khusus. "Ikut aku hai manusia bodoh!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Singgalung mengikuti dari belakang. Para dayang yang menyaksikan tertawa kecil mesem-mesem karena mereka tahu apa yang akan dilakukan ratunya kepada lelaki yang meminta kesaktian kepadanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kamar indah dihiasi bunga-bunga dan berkordeng serba warna hijau itu meyilaukan mata Singgalung. Ruang tidur yang sangat aneh. Ditengah ruangan itu terkesan luas, tampak tempat tidur berkelambu hijau pula dengan motif bunga kamboja. Dan harumnya menyengat rongga hidung.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sekali jentik kelambu itu terbuka dengan sendirinya. Singgalung terpanah melihat kesaktian sang ratu. Setelah terbuka kelambu itu. Nyi Roro menanggalkan pakaiannya satu-satu. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Singgalung yang berada di belakangnya melongong bingung ketika melihat bokong Nyi Roro yang putih dan sempal menghiasi matanya. Tak ada kata yang keluar, hanya desisan kagum keindahan tubuh sang Ratu dilihat dari belakang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Lepas pakaianmu hai manusia bodoh!" berkata Nyi Roro.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Buat apa Nyai?" Singgalung menjawab lirih.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Dengan cara inilah kamu akan mendapatkan kesaktian ilmu Balung Besi!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Singgalung menuruti apa kata Nyi Roro, meskipun ia sendiri tidak mengerti apa yang dimaksud sang Ratu penguasa laut selatan itu. Kini Singgalung pun tampa sehelai benang. Sebagai lelaki tentu hasratnya membuncah ketika melihat wanita cantik dan putih bersih itu dalam keadaan tampa pakaian pula.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Zakarnya mengacung panjang. "Nyai, sudah Nyai!" ucap Singgalung.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Nyi Roro membalikan tubuhnya. Jelas pula tubuh sang Ratu terlihat sangat merangsang di rasakan singgalung. Buah dada yang padat, pinggul yang melekuk. Tak kalah indahnya ketika vagina sang ratu itu tampak di hiasi bulu-bulu tipis dan berwarna pirang mengelilingi bibir vaginanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Oh ... Nyai...." desis singgalung sambil menggenggam penisnya yang sudah menegang itu.. Tapi di sadari Singgalung, ia mengocok zakarnya sambil meleletkan lidah memandang keindahan tubuh sang Ratu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Nyi Roro tersenyum sambil melirik tingkah lelaki yang dihadapannya. Sedikit tertawa kecil sang Ratu ketika melihat lelaki itu mengocok-ngocok zakarnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sudah, jangan pakai tangan. Langsung aja masukin ke memekku." ucap Nyi Roro sambil merebahkan tubuhnya di tempat tidur yang bertabur kembang tujuh rupa. "Hayo manusia bodoh, masukan kontolmu ke memekku."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ya, Nyai!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Singgalung melangkah kedepan tepat di hadapan sang Ratu yang sudah bertelentang sambil mengankat kedua kakinya dan melebarkan vaginanya. Hingga tampak kelentit yang indah meranum mencuat keluar serta di iringi lendir pelicin.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Singgalung sempat tertegun sejenak melihat selangkangan sang ratu. Begitu indah putih dan bersih. Ketika di lebarkan selangkangannya tampak warna pink menyilau. Singgalung menelan ludah beberapa kali. Ia segera merangkak naik ke atas tubuh sang ratu. Bersiap menghunus zakar yang sudah mengencang sedari tadi. Tapi ketika kepala zakar itu menempel di bibir vagina sang ratu. Terasa panas dirasakan singgalung seperti uap air mendidih menjalar keseluruh batang zakarnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tampa di sadari singgalung, hawa panas itu berwarna hijau memilin dan membungkus zakarnya. Sehingga hawa panas itu menyelimuti, semakin lama semakin menaik ke atas perut.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sang Ratu mencekal zakar Singgalung lalu mengarahkan ke liang vaginanya. Namun sebelumnya di karamkan, sang ratu lebih dulu memainkan zakar Singgalung dengan cara dipoles-poles lembuat naik-turun di belahan vaginanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hujamkan!" bisik Sang Ratu lirih.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Singgalung pun mulai menurunkan bokongnya lalu dihunuskan zakar tepat di liang vagina sang ratu, yang bukan lain Nyi Roro kidul sang penguasa pantai laut selatan. Semakin membuncah, semakin cepat gerakannya. Naik-turun bokong Singgalung dengan gerakan cekat laksana burung perkutut mematuk pakan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Nyi Ratu merasakan penis Singgalung seperti menyumpal padat liang vaginannya. Rongganya terbuka menutup dan mengatup dengan suara yang unik, sleb bleb sleb bleb sleb bleb.... Plok plok plok...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tak mau kalah Nyi Ratu menaikan bokongnya agar zakar Singgalung karam dan kandas sampai ke hulu. Eg eg eg eg eg...ah....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sleb</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bleb</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sleb</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bleb</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sleb</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bleb</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Plak</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Plak</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Plak</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Oh ..."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Eessst....ah"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Singgalung merasakan kenikmatan yang sangat amat ketika karam dalam buaian lendir sang ratu. Begitupun sang Ratu, sudah banyak penis lelaki yang mengocok selangkangannya, masih saja terasa enak meskipun beda-beda bentuk dan besarnya. Tapi ketika selangkangannya terhunus zakar lelaki, membuat ia semakin nambah, nambah dan lagi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Nikmat yang luar biasa membuat sang ratu berdesisi hebat, "Oh ... enaak ... ssst ... ahh .... enaak ... "</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sama halnya dengan singgalung. Ia merasakan nikmat dan enak yang sangag amat. Zakar lnya terhimpit kencang dan gereget dirasakan menggesek kulit zakarnya, ia memekik hebat, "Oh ... Nyai ... oH ... Ya ... Iya ... Enak ... Oh ...."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Cepat ... Cepet ... lagi ...ah...." pinta Nyi Ratu berbisik.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Iya ... Uh ... Uh ... Uh ..." </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tap</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tap</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tap</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Wajah Singgalung mendongak ke langit-langit ruangan seraya merem-melek menahan ada yang mau keluar dari zakarnya. Seperti mau di semburkan ke dalam liang buncah Nyi Ratu.. Ia pun memekik, "Nyai Aku ... Aku ... Aku mau keluarrr.... Nyaiii.... Ahhhh...."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Keluarin ah .... Keluarin...." sambut Nyi Ratu Roro dengan mata disayukan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Mau dikuarin di mana, Nyai?" tanya Singgalung.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kuarkan di luar ..." jawab Sang Ratu berdesis. "Semprotkan ke mulutku ..."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rupanya Nyoli Roro ingin Singgalung membuang spermanya di rongga mulutnya. Ia ingin menelan spera lelaki yang ia tidurinya sebagai ritual dan syarat mentransfer ilmu yang dipinta setiap lelaki yang memohon ilmu kanuragan kepadanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Siap, Nyai," kata Singgalung bersiap menarik zakarnya sebelum menyembuar di rongga selangkangan Nyi Roro kidul itu. "Aku tarik, Nyai ...happ ..."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Slep ... Plukk ...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dirasa sudah berada di kepala zakar, Singgalung segera berdiri dengan lututnya dan cepat merangkak ke atas tubuh sang Ratu sambil mengarahkan penis itu tepat di mulut sang Ratu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sang ratu bersiap dengan melebarkan rongga mulutnya menganga.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hap ..."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Singgalung mengocok zakar meneruskan agar ia segera menyemprotkan dengan cekat tepat di mulut Sang Ratu, "Siap, Nyai ...." </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Crot</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Crot</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Crot</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tepat, sperma Singgalung menembak kencang di tengah rongga mulut sang Ratu. Ssst.... Sang Ratu berdesis. Tapi desisnya kali ini seperti desis ular. Ia pun menjulurkan lidah yang sudah di penuhi cairan putih Singgalung.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Singgalung terkejut!!!</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lidah sang Ratu seperti lidah seekor ular. Menjukur panjang dan bercagak laksana lidah ular cobra. Menjilat-jilat kepala penis Singgalung.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Saat itu juga!!!!</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Plok...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sang Ratu berubah menjadi ular besar seperti ular Phyton dengan mahkota di kepalanya. Tubuh Ratu Nyi Roro kidul yang sudah berubah menjadi ular itu, membuat Singgalung terperanjat kaget bukan kepalang. Segera ia menarik zakarnyanya dengan cepat. Tapi sayang, ular itu terus mengenyot melumat zakar Singgalung dengan keras. Tak bisa di lepaskan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Aaghhr....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rasa panas yang sangat amat dirasakan Singgalung keseluruh tubuhnya. Singgalung menggelepar kesakitan. Giginya mengancing kuat sampai terdengar suara bletekan. Kemudian Nyi ratu kidul alias ular itu melepaskan gigitannya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Plok...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aw!!" pekik Singggalung. Tubuhnya kini kaku tak bisa bergerak. Hanya matanya yang berputar melirik sekeliling. Mulut pun tak bisa berucap. Seperti patung bernyawa.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ular itu berubah wujud kembali menjadi sosok Sang Ratu. Nyi Roro kidul berbisik pelan di telinga Singgalung. Kesaktian balung besi telah menyerap ke tubuhmu. Dan kamu akan normal kembali ketika sudah di darat."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sehabis berkata demikian. Nyi Roro kidul meniup tubuh Singgalung yang kaku membesi. Sinar kuning emas menggulung perlahan menyelimuti tubuh Singgalung. Lalu, tubuh itu tiba-tiba sudah berada di tepi pantai.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b>TIGA</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ketar-ketir dirasakan Jumpalit dan Nyi Errot. Hari sudah hampir senja, Asturi belum juga ditemukan. Arya Welang dan Jaka Petir yang sempat curiga kepada Arya Welang, mencoba untuk meredam rasa curiganya. Mereka mencari berkeliling kampung, apakah ada yang melihat orang-orang yang mencurigakan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ini jelas aneh. Pasti ada orang yang berkeilmuan tinggi, sehingga tak satu jejak pun terlihat." yang berkata Jaka Petir.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tiba-tiba Arya Welang teringat seorang kakek sakti berjuluk si Mata Satu serba Tahu. Mungkin bisa dipinta pertolongan kepadanya. Tapi letak tempat tinggalnya sangat jauh di kaki gunung parakan salak.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sang Bunda pernah bercerita padanya. Jika Ia pernah diramal oleh kakek sakti itu, suatu saat Ning Warsih akan mempunyai anak yang akan mengusai dunia persilatan bukan karena kesaktiannya, tapi karena akhlaknya. Dan anak itu telah lahir dan sudah menjadi pendekar, anak itu adalah Arya Welang sendiri. Meskipun Arya Welang sendiri belum merasa menjadi pendekar yang paling di segani.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Bagaimana jika kita kesana!" Jaka Petir kembali berkata.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Em ... mungkin jarak tempuh memakan waktu dua hari dengan menggunakan kuda yang paling tangguh," jawab Arya Welang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kebetulan aku tahu orang yang mempunyai kuda tangguh. Mungkin kita bisa sewa darinya." </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Baiklah, kita coba kesana!" ucap Arya Welang. "Lebih cepat lebih baik."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Tunggu!!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jumpalit mensergah. "Jangan dulu kesana, aku punya firasat buruk akan desa kita, sebaiknya urungkan niat kalian. Untuk sementara, biarkan anakku Asturi lenyap. Perasaanku dia baik-baik saja. Hanya saja yang aku khawatirkan akan ada bencana dan keonaran di kampung kita."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Apa yang guru rasakan?" bertanya Jaka Petir.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aku mencium bau darah di kampung kita, yang berarti akan ada pertumpahan darah. Entah apa aku punya perasaan seperti itu."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jaka Petir dan Arya Welang berdiam. "Lalu, apa yang akan kita lakukan, guru?" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sebaiknya kalian di sini saja, menanti apa yang akan terjadi. Coba lihat?!" Jumpali menjawab sambil menunjuk ke langit, yang mana burung gagak sedang terbang mengitari mereka berada. Pertanda akan ada marabahaya. Mitos itu sudah di percayai oleh masyarakat setempat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sebaiknya, kumpulkan semua murid-muridku untuk siap siaga meenjemput apa pun yang terjadi!" seru Jumpalit. Setelah berkata begitu ia meninggalkan Jaka Tingkir dan Arya Welang yang masih termangu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sebenarnya aku curiga padamu, hai anak muda!" tiba-tiba Jaka Tingkir berkata demikian. Selama ini, Desa ini aman-aman saja. Tapi kehadiranmu di rumah guru,..."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
He ... he ... he...." Arya Welang tertawa menyeringai memungkas pembicaraan Jaka Tingkir. "Aku mengerti, aku sendiri bingung, kenapa ketika aku menyambang ke Desa ini, peristiwa ini terjadi." Arya Welang kernyitkan dahi sambil mengusap dagunya. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jaka Petir membelakangi Arya Welang lalu berkata kembali, "Satu hari kedatanganmu ke Desa ini, sehari itu warga kami mati dengan seorang wanita berhati iblis yang melahap penisnya. Lalu, kamu bermalam di rumah guru tiba-tiba Asturi menghilang. Jadi ... aku menaruh curiga padamu. Jangan-jangan kamu dan bersama temanmu, akan membuat keonaran di Desa kami!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ah, itu hanyalah kebetulan kisanak!" jawab Arya Welang cepat. Untuk menghilangkan kecurigaanmu padaku, biarkan aku saja yang akan mencari Asturi sampai kutemukan." Setelah berkata begitu, Arya Welang menepuk dada Jaka Petir lalu bergegas pergi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ha ... ha ... ha ...." Singgalung tertawa gelak-gelak ketika ia merasakan ada kekuatan di dalam tubuhnya. "Kini aku menjadi sakti, takan ada yang bisa mengalahkanku. Balung Besi, ha ... ha ... ha ...."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Segala macam senjata tajam dan segala kedigjayaan takan sanggup melepaskan nyawa Singgalung. Balung Besi yang di milikiya membuat ia kebal kecuali jantungnya tertusuk senjata terbuat dari emas.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tampak bola matanya mencelat sinar. Tatapannya dingin penuh aura haus darah. Singgalung mengenakan pakaian berwarna hijau dengan ikat kepala pun hijau. Tubuhnya yang kekar bertambah kekar. Urat-uratnya memilin kuat merambat di tubuhnya. Untuk mengetes kesaktian ilmu Balung Besi, di depannya sebongkah batu berukuran bola, di injaknya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bummm....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Batu itu pecah berantakan. Bukan hanya sebongkah batu, pasir pantai amblas meninggalkan lobang yang sangat dalam sehingga air laut menggenangnya. Balung Besi yang di miliki Singgalung membuat ia merasa tak terkalahkan oleh pendekar dari segala arah delapan mata angin. Dengan congkaknya, ia berteriak keras menghadapi laut, "Hai Singgalung. Kini dunia berada di genggamanmu. Kesaktian yang kau miliki akan membuat para pendekar dari golongan putih maupun hitam akan gentar menghadapimu. Kini dunia persilatan akan tunduk padamu. Ha ... ha ... ha ....."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Beru saja berteriak seperti itu, tampak dari tengah laut keluar sinar hijau berarak-arakan menujunya. Seperti pasukan berkuda dengan menggunakan delman kebesaran dengan mahkota di gerobaknya. Tampak pula wanita cantik, muda dan putih mengenakan kebaya hijau sedang duduk di gerobak kuda itu. Serta merta beberapa dayang-dayang sebagai penjaganya mengekor dari belakang dengan tunggangan kudanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Gadis itu!" gumam Singgalung pelan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rupanya yang datang muncul dari permukaan laut dengan menggunakan kuda bergerobak mahkota dan permata itu juga menguarkan sinar hijau yang gemerlap adalah Asturi, gadis yang ia bawa sebagai sesembahan kesaktiannya kepada Nyi Roro kidul.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mata wanita itu menatap Singgalung dengan bersinar-sinar.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Jangan sombong, hai manusia bodoh!" Wanita berkebaya hijau itu yang tidak lain adalah Asturi sebagai penjaga pintu laut selatan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Seraya turun dari gerobak kudanya. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dan ia berkata kepada Singgalung, "Kesaktianmu tidak akan abadi. Di dunia ini tidak ada yang kekal. Begitupun ilmu Balung Besi yang kau miliki, tidak kekal dan ada batasnya juga ada kelemahan dan pantangannya!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Singgalung tercenung sambil rangkapkan kedua tangan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sebutkan apa itu semua jika ada batasnya, kelemahan dan pantangannya?" bertanya Singgalung dingin.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Batasnya adalah, kesaktianmu harus bertumbal wanita perawan untuk di sembahkan ke ratu kami setiap bulan purnama tiba. Kelemahanmu ada di mata, jika bola matamu rusak, maka kekuatanmu akan hilang. Sedangkan pantang berhubungan badan di malam hari." ujar Asturi. "Aku datang menemuimu, hanya untuk menyampaikan itu dari Ratu kami."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Asturi alias penjaga pantai selatan itu naik kembali ke gerobak kudanya. Di susul oleh para dayang. Lalu kuda itu pun berbalik arah menuju laut kembali hingga hilang ke dasar lautan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b>EMPAT</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Malam itu, Arya Welang berdiri di teras rumah memandang jauh kedepan yang gampak gelap. Hanya sinar kelap-kelip sinar lampu obor rumah penduduk. Ia merasau risau atas raibnya Asturi. Juga ada rasa kurang enak hati kepada Jumpalit dan Nyi Errot akan kehdirannya. Meskipun, kedua manusia manula itu sebagai sesepuh juga sebagai ketua Perguruan Silat Gagak Hitam tidak merasakan kehadiran Arya Welang sebagai malapetaka di kampung itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Baru saja berpikir demikian, tampak dari kejauhan sinar kuning emas keluar dari kegelapan. Sinar itu berawal kecil tak lama sinarnya semakin membesar lalu melesat kearah utara. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Arya Welang melihat itu sempat tercenung, lalu dengan cekat ia melompat mengejar ainar kuning keemasan itu. Dengan ilmu meringankan tubuh, Arya Welang berhasil mendekati sinar itu. Rupanya sinar itu menuju ke goa batu karang yang menjuruk ke laut. Sinar itu amblas setelah masuk ke dalam goa itu. Arya Welang berhenti sejenak mengamati.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tak lama mucul sosok lelaki bertubuh besar keluar dari mulut goa. Sosok itu bertelanjag dada, hanya cawat terbuat dari dedaunan yang ia kenakan. Tampak pula giginya bercaling dan matanya yang menyorot berwarna merah, serta berbulu lebat di dadanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ggrrrr... Sosok itu menggereng seperti murka. Arya Welang beringsut sekira dua langkah. Ada udara dingin membuat bulu tengkuknya berdiri ketika melihat makhluk laksana raksasa. Dengan tatapan tajam, sosok besar itu terlihat marah padam dengan kehadiran Arya Welang di hadapannya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ggrrr....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kembali Makhluk besar itu menggereng, suara mengema memecah malam. Arya Welang terkesiap, ia segera mengambil kuda-kuda untuk antisipasi kejahatan makhluk raksasa itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Makhluk bertubuh besar, siapa kamu?" Arya Welang mencoba bertanya. Ia baru pertama kali melihat sosok manusia yang besar juga tinggi. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hua ... ha ... ha ..." Tiba-tiba Makhluk itu tertawa. Tampak rongga mulut terbuka lebar terlihat gigi caling sangat nyata. "Aku adalah Asura! Ha ... ha ... ha ...." </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Makhluk besar itu ternyata bernama Asura.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Manusia apa kamu ini?" berkata Arya Welang. "Apakah, kamu dari golongan siluman?!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Makhluk raksasa bernama Asura itu menghentak tanah dengan kakinya, membuat tanah itu amblas. Lalu tak lama kemudian, dari kepalanya keluar seperti tanduk. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Siluman apa ini!" batin Arya Welang. "Aku harus hati-hati menghadapinya!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mahkluk raksasa itu melangkah kearah Arya Welang sambil memukul dengan tangannya yang besar. Bermaksud ingin mencengkram tubuh Arya Welang. Tetapi dengan cekat pula Arya Welang menghindar dengan mundur kebelakang lalu menyentak bumi dan melompat sambil layangkan tendangan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bukk.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tepat mengenai dada mahkluk raksasa itu, tapi rakssa itu tidak beranjak sedikit pun, malah Arya Welang yang terjatuh kebelakang hampir tersuruk ke tanah membokong. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Gusti Agung!" gumam Arya Welang menyebut Tuhan. Tak lama ia berdiri kembali sambil merentangkan kedua tangan untuk mengolah tenaga dalam. Arya Welang maju selangkah sambil memukul dengan pukulan Pemecah Bukit. Sinar biru keluar dari telapak tangannya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Buum...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Plak ... Grrr ... Makhluk raksasa itu menggeram. Kali ini ia sempat beringsut mundur terkena pukulan Pemecah Bukit yang dilontarkan Arya Welang. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tak ambil waktu menunggu, kembali Arya Welang hujamkan tendangan yang di aliri tenaga dalam. "Heeaa...." </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bukk... Kali ini tampak meringis makhluk Raksasa itu kerena dua kali kena pukulan yang di hempaskan Arya Welang tepat di dadanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Makhluk besar itu mengangkat kedua tangannya sambil merapatkan jari-jarinya. Matanya mencelat sinar warna merah murka. Giginya mengancing sehingga terdengar suara bletekan. Kemudian sinar hitam pekat keluar dari sela-sela jarinya. Semakin lama sinar hitam itu menggumpal menjadi asap laksana awan mendung</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ketika asap hitam pekat itu menggumpal membumbung tinggi, Asura meniup asap itu kearah Arya Welang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Terkejut Arya Welang melihat asap hitam itu berhembus ke arahnya. Dengan cepat ia menguarkan kipas lipat sebagai senjata andalan yang dimilikinya. Saat itu juga, mantra ilmu Topan Menggusur Gunung yang keluar dari kibasan kipas sakti itu membentur asap hitam yang dihembuskan oleh Asura.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Buum...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sinar putih laksana kilat mencelat menyapu apa saja yang di dekatnya. Pohon kelapa itu hangus terbakar ketika terkena lidah kilat itu. 'Clat, clat' </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kipas yang dikibaskan Arya Welang dengan mantra Topan Menggusur Gunung, membuat asap pekat bergumpal berbalik arah ke Makhluk besar tinggi itu. Bruuurr....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sontak membuat Asura menjerit keras ketika asap hitam pekat sebagai senjatanya ternyata berbalik arah ke dirinya sendiri. Gumpalan asap itu menyelimuti tubuhnya sehingga membakar tubuh Asura yang memang sudah hitam.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Aagggrrr...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jeritan makhluk itu memecah keheningan malam. Memantul jelas sampai terdengar ke Desa. Jumpalit mendengar teriakan kesakitan itu, bulu tengkuknya berdiri. Suara jeritan yang aneh jarang terdengar. Saat itu pula Jumpalit keluar dari rumahnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Suara apa itu?" gumamnya pelan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tak lama warga desa pun berhambur keluar dengan mimik wajah kejut. Begitupun dengan Jaka Petir, ia segera berlari menuju rumah Jumpalit, ia takut terjadi sesuatu yang menakutkan desa itu. "Ada apa guru?" tanyanya ketika sampai ke rumah Jumpalit.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Suaranya dari arah bukit itu?" sambil menunjuk ke arah tanah gundukan tinggi. "Sebaiknya kita lihat kesana!" Jumpalit segera melompat lalu berlari menuju bukit itu, disusul oleh Jaka Petir dan beberapa murid.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sementara itu, Asura menggelepar sakit yang amat sangat terasa terbakar, tiba-tiba tubuhnya yang besar berangsur-angsur mengecil. Lalu berbentuk seperti manusia kate. Tapi tak lama kemudian berbentuk seperti seekor babi hutan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bergerak sebentar, kemudian makhluk itu seperti babi hutan menjelma wujud aslinya yaitu manusia yang sedang meringkuk tak bernyawa</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Nak Arya!" panggil Jumpalit dari kejauhan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bersambung</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-45202058405720820822016-05-15T23:30:00.001+07:002016-05-15T23:30:38.259+07:00The Black Forest #3<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_yCoyuLQ9Gn1dmiEcGen8DE4UdaciA_eenJtoXzg5y6ly4S5XCNZroOUiajKB8E4nIfxSbe3X-7jTysyIb9uQUqh2Mp9ShoSCgytgu4W4aZhOA8PmyIkqWvznoqyqxETvmbpcmLhHh3M/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_yCoyuLQ9Gn1dmiEcGen8DE4UdaciA_eenJtoXzg5y6ly4S5XCNZroOUiajKB8E4nIfxSbe3X-7jTysyIb9uQUqh2Mp9ShoSCgytgu4W4aZhOA8PmyIkqWvznoqyqxETvmbpcmLhHh3M/s640/images.jpg" /> </a> </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b><i><a href="http://yenyerrow.blogspot.com/2016/02/black-forest-2.html#more" target="_blank">Cerita Sebelumnya</a></i></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Suara kekresekan dedaunan tertepa angin sedikit kencang menambah riuh suara malam. Bukan hanya suara hewan-hewan yang berada di kaki hutan Black Forest, terkadang suara-suara aneh sering terdengar seperti suara riuh manusia pedalaman yang sedang mengadakan ritual. Namun suara itu hanya lamat-lamat terdengar lalu menghilang terbawa angin atau ditutupi oleh suara lainnya.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dalena mengenakan jaket berbulu rajutan yang sangat tebal sehingga hawa dingin di malam itu terasa hangat. Hegan pun demikian ia mengenakan kembali jaket rompinya. Kecuali dengan Welhem, ia tidak mengenakan baju hanya daun lebar yang hanya digunakan untuk menutup alat vitalnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Hegan sempat merasa takut melihat Wellhem, begitu pun dengan Dalena, ia memeluk Hegan dan bersembunyi di balik tubuh Hegan sambil memandang ke arah Wellhem yang masih saja tergugu dengan kejadian yang baru saja di alami.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kamu siapa?" tanya Hegan bersiap dengan pisau belati yang diselipkan di kantong saku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aku Wellhem, aku pemburu!" jawab Welhem dengan nafas tersengal-sengal.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Sambil menjawab demikian, Wellhem menoleh kearah kiri-kekanan, ia mencari sesuatu semacam daun yang lebar untuk menutupi tubuhnya yang separuh bugil.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Hegan melihat Welhem seperti itu bertanya, "Apa yang kamu cari?"</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Apa saja yang bisa menutupi tubuhku!" jawab Wellhem. </div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Hegan menoleh kebelakang ke arah Dalena. Dalena mengerti, ia buka mantel tebalnya dan diserahkan ke Hegan. </div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Ini pakai!" seru Hegan setelah meraih mentel Dalena dan diserahkan ke Wellhem, menerimanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Mantel tebal dengan kulit bulu itu memang panjang. Cukup buat menutupi tubuh Welhem, meskipun pahanya terlihat seperti paha wanita. Membuat Hegan tertawa pelan melihat Wellhem mengenakan mantel itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Bawahannya," kata Hegan lagi, "pakai apa ya?"</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Kamu kan, pakai celana pendek dalaman!" bisik Dalena pelan. "Berikan dia, Kamu pakai celana pendekmu saja. Nanti sampai tenda, kamu pakai celana yang lain. Bukannya kamu bawa celana banyak buat salinan."</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Oke!" kata Hegan, seraya membuka celana yang ia kenakan. Lalu diserahkan ke Welhem. "Ini pakai. Jelek sekali kamu jika tidak pakai celana!" ujar Hegan nyinyir.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Celana pun dikenakan Wellhem, sekarang ia terlihat gagah dengan pakaian mantel tebal dan celana panjang walaupun masih tampak culun, karena karakter sebagai pengamat tentang Flora dan Fauna.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Welhem tersenyum sambil memandangi pakaian yang ia pakai.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Hehehe...amboy, kerennya aku." Ia puji diri sendiri. "Terima kasih kawan. Dengan pakaian ini, aku tak tampak seperti makhluk mitologi lagi."</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Eh, kalian sedang apa di sini?" bertanya Welhem.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Kami pecinta alam," jawab Hegan. "Di sana tenda kami dan teman kami. Bagaimana gabung saja sama kami!!" </div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Ah, itu sudah pasti!" seru Welhem. "Mana mungkin aku sendiri di hutan yang angker ini."</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Ya sudah mari kita ke tenda. Eh, kamu hanya sendiri?" bertanya Hegan. </div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Tidak," jawab Wellhem lalu diam sejenak. "Aku kemari berdua dengan temanku bernama Jakob. Dia menghilang sehari yang lalu secara aneh."</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Ih... Jangan cerita serem ah..." sahut Dalena merasa takut lalu menggandeng lengan Hegan.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Hahaha.... Kamu jangan nakut-nakutin kami!" seru Hegan mendengar cerita Wellhem.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Oke nanti aku ceritakan setelah kita berkumpul di tenda," kata Wellhem sambil melangkah. Disusul Hegan dan Dalena, berjalan cepat.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Sisa api unggun masih menyalak walau sedikit terkikis habis baranya. Sedangkan malam masih terasa dingin dan berkabut sehingga susana sangat pekat. Tampak Keif, Josep dam Amelia asik duduk bersandar bahu sambil menyanyikan lagu kidung malam sambil memandang bara api.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Melihat Hegan dan Dalena datang membuat mereka menghentikan kidungnya. Dan menatap bingung sesorang yang berjalan bersama Hegan dan Dalena.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Siapa itu?" kata Keif, di susul pandangan Josep. </div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Hegan berkata kepada Wellhem setelah mendekat kepada mereka, "Kenalkan ini semua teman-temanku. Jose, Keif dan wanita itu bernama Amelia!" ujar Hegan sambil menunjuk kearah Jose, Keif dan Amelia.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Hai..." sapa Welhem sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kenalkan namaku, Welhem!" seru Welhem.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Keif, Jose dan Amelia tertawa kecil melihat Welhem dan Hegan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ada yang lucu?" tanya Welhem dengan wajah bingung. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ketiga orang itu tidak menjawab namun masih saja mengikik kecil menertawakan Welhem. Amelia menutup mulutnya karena merasa lucu, sedangkan Keif memegang perut menahan tawa, begitu pun dengan Josep dia tergugu sambil tersenyum.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hai... Apa yang lucu?!" bentak Welhem keras. "Apakah celana yang aku pakai!!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sudah lupakan saja!" kata Josep, sambil meraih tangan Hegan lalu berbisik. "Ketemu di mana orang ini?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Hegan menjawab, "Nanti saja aku ceritakan, sekarang kita punya teman baru." </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Setelah berkata begitu, Hegan mengambil botol minuman dan diserahkan ke Welhem yang sedari tadi sudah dahaga. Dengan ceguk-ceguk Welhem minum terasa dingin kerongkongannya, meskipun minuman itu beralkohol, tapi karena memang udara sangat dingin, rasa panas akibat minuman beralkohol, sirna.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tak lama mereka pun duduk melingkari api unggun. Josep kembali menambahkan kayu kering untuk membesarkan api unggun yang hampir padam. Di sela mereka melingkar di api unggun. Hegan membuka bicara.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Welhem, silahkan kamu memperkenalkan diri. Dan bagaimana kamu bisa berada di hutan ini. Lalu kamu katanya berdua dengan teman kamu bernama Jakob yang menghilang secara misterius."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Welhem berdiri, lalu berkata, "Kawan-kawan sekalian. Aku kemari bersama temanku bernama Jakob. Dia adalah seorang pemburu yang sudah mumpuni dan banyak pengalaman dalam menjajaki dari hutan ke hutan. Aku pun demikian, aku sebagai Mahasiswa mengenyam di bidang Flora dan Fauna, datang untuk membantu Jakob, sekaligus untuk mencari referensi untuk karya tulisku. Tapi ketika kami berada di sini tiba-tiba ada seorang wanita yang menggoda kami. Lalu melihat segerombolan manusia kate, dan ketika itu Jakob pun menghilang, bak ditelan bumi."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ketika itu, berada di mana?" bertaya Josep serius.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Di sebelah sana!" jawab Welhem menunjuk kearah gundukan tanah sekira dua bukit. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Itu arah yang akan kita lalui esok!" sahut Hegan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ya, itu adalah pintu menuju hutan Black Forest." sambung Josep.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Semua diam sejenak, lalu Keif angkat bicara, "Ya, sudah berarti pertualangan ini makin seru kita hadapi. Bukan hanya, menikmati kindahan alam, tapi sekalian mencari Jakob."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dalena wanita rumahan itu, tentu hatinya menjadi sangat takut. Tidak dengan Amelia wanita tomboy, ia sedikit tertantang untuk meneruskan perjalanannya kedalam Hutan Black Forest tampa ada rasa beban di hati.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Hegan melihat mimik wajah Dalena sangat pucat dan ketakutan, seraya membelai rambutnya. "Tenang saya, ada aku. Kamu tak perlu mengkhawatirkan, aku akan menjagamu."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hei, sepertinya sudah larut malam, bagaimana kita tidur bergantian." Yang berkata adalah Hegan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Memangnya kamu sudah ngantuk, Hegan?" bertanya Keif. "Biar aku saja yang pertama menjaga. Kalian tidur saja lebih awal."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Berbicara tentang tidur dan mengantuk, membuat menguap Welhem menjadi-jadi, mulutnya terbuka lebar. "Ahhh... sepertinya aku-lah yang mengantuk!" katanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Baiklah, aku dan Keif yang terjaga," sahut Josep, "sebaiknya kalian tidur saja, tapi ingat jangan telalu pulas.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Welhem, Hegan, Dalena dan Amelia beranjak kedalam tenda. Namun ketika sampai di dalam, Amelia merasa tidak enak sudah tidur semua. Alangkah baiknya ia turut terjaga bersama Josep dan Keif, jadinya adil, tiga orang tidur dan tiga orang berjaga. Amelia pun keluar kembali dari tenda dan menghampiri Jose dan Keif.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hai, Mel... Kok bangun lagi!" kata Josep bertanya. "Padahal kamu terlihat ngantuk loh..." Kemudian Josep mengambilkan segelas minuman dan diberikan kepada Amelia.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Izinkan aku menemani kalian!" jawab Amelia. Diambilnya gelas tadi. Dan diseruput. Rasa hangat pun menjalar keseluruh tubuh. Josep berkata, "Aku mau buang air dulu, kalian tunggu sini!" Sambil berjalan kebelakang arah Hegan dan Amelia dengan langkah cepat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Baru beberapa langkah, Amelia memanggilnya. "Tunggu Jose, aku ikut, pengen pipis juga." Amelia beranjak dari duduknya dan meninggalkan Hegan sendiri.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hai, jangan lama-lama aku sendiri di sini!" teriak Hegan. "Awas, lama aku susul, apa yang kalian perbuat!" batinnya lagi merasa cemburu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tak jauh dari tenda dan Hegan, ada batu berbentuk kuda sedang duduk mendeprok miring yang sudah berlumut akibat embun yang menyiraminya. Juga sebelahnya pohon cemara yang menjulang tinggi bertengger sangat gagahnya seperti mencakar langit.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kamu mau pipis dimana?" tanya Josep, sambil menghadap batu itu lalu segera membuka resleting celananya. "Jangan deket-deket nanti kamu kecepretan." serunya lagi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Amelia menjauh kesamping sangat dekat dengan pohon cemara itu. Ia pun membuka celananya lalu menongkrong menghadap pohon cemara itu, membelakangi Josep yang asik menguarkan seninya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Seerr....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Suara semprotan kencing Amelia keras sekali sehingga terdengar oleh Josep. "Wah ... dari jenis suaranya, punya kamu sudah tidak sempit lagi yah?" kata Jose nyinyir. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sok tahu!" bentak Amelia kesal.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Lah, coba kamu perhatikan suara kamu pipis bunyinya, 'Seeer....' yang berarti memek kamu sudah tidak sempit lagi. Sedangkan jika bunyinya 'ciiit...' nah itu baru masih sempit." ujar Josep panjang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Amelia tertawa geli, "Bisa aja kamu Jose."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jose penasaran, akhirnya ia menoleh kearah Amelia yang masih berjongkok dan tampak terlihat bokongnya yang putih. Merasakan pemandangan nan indah di pekatnya malam, Josep bergumam, "Lumayan ... gelap-gelap bisa buat cuci mata."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Suara berdesis Jose ternyata terdengar ketelinga Amelia. "Hayo, ngintip yah..." sambil mengangkat kembali celananya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hehehe..." Josep tertawa kecil. "Putih juga bokongmu, Mel!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Emang kamu, burikk...!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Wkwkwk...enak aja,, kamu tuh hihihi!" canda mereka.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Duh jadi berdiri nih!" ujar Josep.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Apanya?" celetuk Amelia.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Punyaku!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Normal!" berkata Amelia sambil memandang kearah Josep yang berusaha memasukan penisnya yang sudah tegang kedalam celananya. Amelia terperangah melihat penis Josep yang besar juga panjang. Ia sempat tergugu melihat itu, membayangkankan bagaimana rasanya jika selangkangannya dimasukan oleh penis Josep yang besar itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Eh, kok malah kamu yang ngeliatin punyaku!" kata Josep. "Pengen yah...."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Besar sekali punyamu, Jose!" berujar Amelia.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kamu inginkah?" tanya Jose sambil menunjukan penisnya tepat di hadapan Amelia yang terkesima melihat penis Josep.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Amelia mengangguk, "Aku pengen dientot sama kamu, Jose!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Josep mendekati Amelia dan membiarkan penisnya menggantung lalu ia membelai rambut Amelia. Ditariknya tubuh Amelia dan dengan cepat Josep mencium bibirnya penuh nafsu. Amelia menyambutnya sambil merasakan hangatnya bibir Josep, tangannya mencengkram penisnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Egghhhh...eess...eeehhh...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Racau Amelia berdesah sambil merasakan hangat penis Jose di telapak tangannya. Di belai dan merasakan alangkah besarnya penis itu, Amelia benar-benar menikmati. Bukan hanya bibir tapi sensasi tangannya mengocok penis Josep. Di pilin-pilin lobang penis, ada rasa lendir licin yang keluar dari liangnya. Di baluri sehingga bertambah licin kepala penis itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Josep sangat pintar, bukan hanya merasakan nikmatnya genggaman tangan Amelia, dia pun mencoba membuka celananya lalu dilorotkan sehingga leluasa merabah vaginannya. Gumpalan daging berbelah itu sangat tebal di rasakan Jose. Lalu dimasukan kedalam cawat yang dikenakan Amelia. Kini semakin terasa vagina itu hangat membelah. Ada cairan sedikit keluar dari liangnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Amelia bergidik geli ketika selangkangannya tersentuh. Rasa gelitik dirasakan hangatnya belaian dan ketika Josep mencolok liang kembelah itu, rasa berdenyut mulai terasa menjalar membuat tubuhnya bergidik hebat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ohhh....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kamu nakal, Jose.." desisnya pelan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kamu ..oh... Mell...oh ...kocokan tangan kamu...oh..enakk...." racau Josep bergelinjang hebat ketika Amelia mengocoknya maju mundur. Begitu pun dirasakan Amelia ketika jari tengah dimasukan ke dalam liang selangkangan. Darahnya berdesir hebat kencang merenggang urat. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aku, tidak tahan, Jose!" rintih Amelia bernafsu ingin sekali di buncah.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Josep lantas menanggalkan pakaiannya, juga pakaian yang dikenakannya, mereka pun keadaan telanjang bulat sehingga malam yang pekat tampak aneh dengan mereka berdua.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jose menarik tubuh Amelia lalu diputar agar membelakanginya. Amelia mengerti apa yang dimaksud Josep. Ia meraih batang pohon cemara yang menjulang tinggi itu. Dalam posisi membelakangi Josep, ia mengangkat bokongnya meninggi lalu melekukkan tubuhnya dan bersandar lengan di batang pohon itu. "Cepat Jose, mainkan, aku sudah tak tahan!" pinta Amelia.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Josep mengarahkan kepala penisnya tepat di liang vagina yang masih terkatup itu. "Angkat sedikit sayang, kaki mu," pinta Josep agar Amelia mengangkat kaki kanannya agar mudah Jose memasukan penis yang sudah mulai mengeras dan panjang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Iya, Jose," jawab Amelia lirih. Lalu diangkatnya paha dan kakinya menopang pada salah satu dahan kecil yang memalang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Perlahan tapi pasti ketika penis Josep menyusup kearah apit paha Amelia. Liang vagina sudah disentuhnya, kini Josep siap menusuk dengan perlahan agar tidak melengos ke samping. "Tahan ya, sayang," ujar Josep.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Huggk...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rintih Amelia ketika merasakan selangkangannya mulai rasa mengganjal. Padat dan tersumpal sangat kencang. Kelentitnya dirasa sangat getar. Denyutannya membakar darah. "Josep ..., oh..."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Mell... oh... sempit sekali memek kamu!" kata Josep, ia mendongakan wajah kelangit yang gelap. Penisnya terasa diapit. Gesekan penis itu terasa mengamplas kulitnya. "Oh ... may good... Ah....yes...."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Yes, Jose ... yes... Oh..." racau Amelia penuh nikmat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Setelah semua amblas dalam kehangatan alat buncah terasa tebal berdenyut, mencengkram, mengapit dan meringsak. Udara dingin menjadi panas.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Josep menggoyangkan pinggulnya menghujam vagina Amelia dengan cepat. Begitupun dengan Amelia, siap terhunus penuh gelora menerima lendir terpancar licin. 'Plok, plok, plok, plok' Suara irama bersatunya kulit mereka, membunuh suara nyanyian malam. Burung Kadasih pun tak sanggup mengejar suara buncah itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Jos ... oh Jos ....!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ea ... Mel, ea ...!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Amelia berusaha meninggikan bokongnya, agar bisa mengimbangi penis Josep yang terlampau cepat. Napasnya tersengal, menahan sesak yang berasal dari perut. "Jose ... oh ... memekku enaakk oh ... Jose..." racau Amelia.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kejang tubuh Josep makin meninggi, ia menahan rasa tersumbat cairan yang akan keluar dari rongga penis itu. Terasa tersendat dan mengambil aba-aba siap untuk disemprotkan. Tapi Josep berusaha untuk menahannya agar tempo permainan tidak segera selesai. "Sayangku Mel, ooohhh....ganti posisi sayang...oh...!" ujar Josep dengan wajah mendongak ke atas.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Amelia segera membalikan tubuhnya kini berhadapan dengan Josep. "Iya Jose ... Masukan lagi kontol kamu!" Amelia mengulurkan pinggulnya, sehingga tampak tembem batok selangkangan. Josep mengangkat kaki kanan Amelia, sehingga vaginanya melebar luas. Josep mendekati kepali penis tepat dibelahan liang vagina. Perlahan dengan tempo diperhitungkan sangat pelan. Slebb.... Penis Josep mulai karam. Ia tak mau mengocok cepat karena akan mempercepat permainan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Entoot ... aku ... Jose ... oh ...." Amelia meracau ketika merasakan penis Josep karam setengah. 'Blebeb... Jose menyentakan penisnya hingga pucuknya benar-benar tenggelam dan kini amblas semua. "Oh .... uh ... kocok Jose ... oh. ..."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Josep mulai mengocok dengan irama cepat dan penuh nafsu membara.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Enak ya, Mel!?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Iya, enak!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Uh, uh, uh, uh!" Josep menyentak keras lalu ditarik dengan keras pula.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ah, ah, ah, ah!" Amelia menahan nikmat dengan mata mendelik dan mengejab merem melek. "Jose,,, oh,,,, memekku enaaak,,, Joes..."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Iya sayang, sama, aku oh,,, kintolku juga enaaak,,," Rintih Josep menyeringai nikmat. "Ah,,, ssst,,, yyyeeaa,,,,'"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Plok, plok, plok</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sleb, bleb, sleb, belebeb...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Desahan mereka menggema malam yang bertambah pekat. Tapi sinar rembulan sedikit menerangi walau terpapas tingginya pohon cemara dan vinus, hingga sinarnya redup berbaur gelap. Gerakan mereka menarikan suara alam. Simfony membangunkan jiwa yang terlena dalam nikmat senggama.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Amelku, sayaang,,, aku mau keluar!" seru Josep.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aku sudah dua kali Jose...," jawab Amelia desis yang terbata-bata. "Kamu hebat, Jose."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tak lama kemudian, ada rasa ingin menyemprot dari penis Josep. Sudah berada di kepala penis sperma dirasakan Josep. "Sayang ... aku mau keluar ...."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Eyaa ... keluarin Jose, di, di, di luar ..." racau Amelia meminta agar Josep menguarkan spermanya di luar. Tak lama Josep bergidik, tubuhnya mengejang hebat pertanda akan klimaks dalam kenikmatan. "Ooh...."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sementara itu Hegan sendiri di luar tenda menunggu lama kedatangan Josef dan Amelia. Ia merasa curiga terhadap mereka berdua. "Wah, jangan-jangan pada bercinta." batinnya. Sudah setengah jam Hegan menunggu. Dengan secangkir kopi dan sebatang rokok sebagai penemannya, Hegan asik menikmati malam. Ia memang curiga terhadap Josef dan Amelia, mungkin saja mereka sedang bercinta di semak-semak seperti dilakukan olehnya kepada Dalena.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sekilat sinar seperti api tepat seperti kunang-kunang berjalan cepat dari dahan satu ke dahan lainnya. Hegan sempat terkejut melihatnya. Tapi ia menganggap itu adalah binatang kunang-kunang. Ia pun kembali bermain dengan api unggun. Ranting kering yang berserakan ia kumpulkan lalu daraih, ditaruh di atas api unggun itu sehingga apinya kembali membesar.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Cukup lama Hegan menunggu Josef dan Amelia yang tak kunjung terlihat. "Dua orang ini lama amat kencingnya. Apa lagi keenakan bercinta lalu tertidur?!" gumam Hegan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Baru saja bergamam demikian, lapat-lapat terdengar suara kekresekan seperti suara seseorang menarik sesuatu dari arah belakang. Hegan menoleh kebelakang. Ia berpikir itu suara langkah Josef dan Amelia. Tapi dilihat tidak ada. Hegan berdiri untuk memastikan. Ia maju selangkah kearah suara itu sambil memicingkan mata.. "Jos ... Mel ..." panggilnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tak ada jawaban, penasaran ia pun kembali melangkah ke depan. Namun suara itu makin menjauh. "Jos ... apakah itu kalian!" panggil Hegan lagi. Ia terus melangkah ke depan. Dan sampailah dimana Josef dan Amelia membuang air kecil. Tapi mereka tidak ada. Entah kemana kereka berdua. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Jose ... Mel ..." pekiknya sekali lagi memanggil. Tak ada jawaban, hanya suara angin menghempas dedaunan dan suara binatang malam. Lalu Hegan merasa bulu tengkuknya berdiri. Terbesit rasa takut di hatinya. "Apa mungkin mereka bercinta di tempat lain?" batinnya, karena Hegan berpikir mereka sedang bercinta. Tapi tak ada gerakan maupun suara di tempat itu. "Ah, kemana mereka?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Hegan menatap lekat-lekat setiap penjuru menembus gelap. Tidak ada juga tanda-tanda mereka berada. Hegan balikan badan untuk kembali ke tenda. Setelah sampai, Hegan membangunkan Welhem, Keif dan Dalena. Di ceritakan kepada mereka prihal Josef dan Amelia. Lalu mereka mencari bersama-sama sambil berteriak lantang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Jose ... Amel ... Dimana kalian?" pekik semua sambil menoleh kekanan dan kekiri. Tak ada jawaban, hanya suara bergema memantul suara mereka sendiri. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Suara dedaunan terdengar kekresekan cepat, seperti ada yang menggoyangnya, padahal angin tidak terlalu keras. Tiba-tiba terdengar suara seperti buah jatuh begedebukan 'Buuk' semua pandangan tertuju pada suara itu. "Apa itu?" pekik Dalena keras.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bentuknya bulat sebesar buah kelapa, dan mirip kepala. Mereka sempat tercengang melihat benda jatuh itu. Welhem memberanikan diri untuk melihat dari dekat karena pandangan sedikit samar. Diperhatikan lekat-lekat benda itu. Semakin dekat Welhem melihat benda itu, setelah jelas terlihat sontak Welhem terperanjat mundur kebelakang, dan berteriak keras...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kepala...!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Semuanya terkejut mendengar teriakan Welhem menyebut 'kepala'.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kepala apa?" tanya Hegan dengan wajah nanar.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kepala manusia!" jawab Welhem seru. "Itu, itu, itu kepala Josef...!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Apa!!!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Semua berkata dengan kejut. Keif dan Hegan memberanikan diri untuk memastikan apa yang dikatakan Welhem. "Astaga!" pekik Hegan. "Josef!" sahut Keif dengan cepat. Ternyata benda yang seperti bola jatuh dari atas pohon adalah kepala Josef.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dalena beringsuy kebelakangbsambil menutup wajahnya. Keif pun demikian, ia menjauh cepat dari kepala Josef yang kuntung itu. Welhem mendongak keatas mengamati apa yang terjadi. Tampak seperti orang raksasa sedang duduk di pucuk pohon cemara. Makhluk itu besar tinggi juga berbulu lebat. Wajahnya seperti gorila, tapi mempunyai tanduk seperti tanduk kerbau, panjang besar dan melengkung seperti arit.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Makhluk itu asik meyantap sesuatu. Bentuknya panjang seperti tangan manusia. Setelah tergugu beberapa lama, Welhem terperanjat kaget, ternyata makhluk itu sedang menyantap tangan manusia.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"I, i, i, itu ... Itu ... Makhluk itu!!!" seru Welhem nanar sambil menunjuk kearah makhluk besar hitam dan berbulu itu. Dalena dan Keif juga Hegan mendongak keatas apa yang ditunjuk Welhem...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aahhhh...." teriak mereka berbarengan.. "Lari ... Lari Welhem." Semuanya pun berlari menjauh dari pohon cemara itu. Dengan napas tersengal-sengal mereka menuju tenda.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dalena menangis katakutan. Napasnya kembang-kempis. Lututnya pun terasa lemas. "Hikz, hikz, hikz," Dalena semakin menangis ia duduk sambil menutup wajahnya. "Aku mau pulang ... aku mau pulang ... Ayah ... Ibu ....!" panggil Dalena memanggil kedua orangtuanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sedangkan Keif diam tak ada kata-kata, ia baru saja terkesima apa yang baru saja dilihatnya. Begitu pun dengan Hegan, kecuali Welhem dia merasa tenang. Dia yakin semua yang ia alami bersama Jakob, akan kembali lagi bertemu makhluk Mitologi hutan Black Forest. Berarti ia harus tegar dan berani. Berpikir sudah tanggung berada di hutan ini. Dia akan mencari Jakob yang lebih dulu menghilang ketika bersamanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kalian ada yang membawa senjata?" bertanga Welhem. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Hegan menguarkan sebilah pisau.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Okey, tapi senjata api, ada?" berkata Welhem senang melihat Hegan mempunyai sebilah pisau meskipun bukan itu yang di maksud adalah pistol atau senjata api.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kita harus mempersenjatakan diri!" kata Welhem lagi. "Cepat, ambil semua barang yang bisa dijadikan senjata."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Hegan dan Keif mengerti apa yang dimaksud Welhem. Di ambilnya pisau sedikit besar dari punya Hegan, kini Keif menggunakan pisau itu. Sedangkan Hegan hanya memegang pisau berukuran kecil.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lalu Welhem ingat banyak senjata di tenda ketika bersama Jakob di bukit sebelah yang dia tinggalkan ketika itu. "Hai, bagaimana jika kita kesana. Di sana ada senjata api dan bius. Ada yang mau mengantarkan aku!?" kata Jakob memandangi Hegan, Keif dan Dalena. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mereka tak langsung menjawab. Mereka masih terkejut yang tidak terkira, ternyata perjalanan ke hutan Black Forest telah membunuh kedua teman mereka. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Bagaimana keadaan Amelia. Apakah ia masih hidup?" yang berkata adalah Dalena. "Aku masih tak percaya jika kepala itu adalah kepala Josef. Lalu kemana Amelia."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Justru itu, kita ambil dulu senjata di bukit sana. Ini alam buas, kita harus mempersenjatai diri!" Welhem berkata.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ia, kita harus memiliki senjata buat menjaga diri!" Hegan menimpali. "Nanti kita cari Amelia." </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Juga aku akan menacari temanku yang hilang pula. Namanya Jakob, mungkin saja ia masih hidup!" sahut Welhem. Keif hanya mengusap muka.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Baiklah, sebaiknya kita kesana dulu!" kata Welhem sambil melangkah pergi menuju bukit di sebelah mereka di sini. Disusul oleh Hegan, Keif Dalena.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lalu kemanakah Amelia? Sedangkan Josep tewas dengan mengenaskan dimakan oleh makhluk yang sangat besar berburu serta bertanduk itu yang hidup di atas pohon cemara. Mahluk itu adalah raja segala makhluk astral penghuni Hutan Black Forest.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Diceritakan ketika Josep dan Amelia sedang berbuat intim tampa sepengegahuan mereka dua pasang mata memerah tajam sedanv menatap mereka dari atas pohon cemara. Josep ketika bangun dari pelukan amelia, tiba-tiba dari atas sekilat bayangan hitam besar itu langsung menarik tubuhnya dan langsung melesat keatas. Amelia sangat terkejut lalu berteriak "jose...!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Karena pohon cemara itu sangat tinggi dan lebat sehingga tidak terlihat dengan pekatnya malam. Tak lama Amelia merasakan seperti air menghujani tubuhnya. Warnanya merah dan sangat deras sekali air merah itu. Amelia mengusap kepalanya yang basah dengan air itu lalu diciumnya seperti bau darah segar. Yah, itu adalah darah Josep yang dihisap oleh makhluk itu lalu disemprotkan kebawah tepagt di kepala amelia juga sebagian tubuhnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kembali Amelia berteriak dengan sangat takut. Ia beringsut kebelakang untuk berlari tapi tiba-tiba tubuhnya pun ada yang menarik ke samping. Amelia sempat melihat siapa yang menarik tubuhnya. Segerombolan manusia bertelanjang dada hanya mengenakan dedaunan untuk menutupi bagian selangkangannya. Segerombolan manusia itu sama halnya seperti manusia. Ada berjenis laki-laki juga perempuan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dengan cepat segerombolan manusia aneh itu membawa Amelia secara di gotong beramai-ramai. Langkahnya sangag cepat sehingga menwmbus malam tampa rintangan seakan-akan sudah mengerti situasi di dalam hutan itu. Amelia berteriak keras dan meronta, tapi cengkraman manusia aneh itu sangat kuat. Terasa jauh manusia aneh itu membawa tubuh Amelia. Dan entah kemana Amelia dibawa pergi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Makhluk besar dan berbulu itu sebagai raja segala makhluk astral di hutan itu selalu memangsa daging segar termasuk manusia kanibal yang hidup di dalam hutan itu. Oleh karena itu, manusia kanibal itu berusaha agar tidak memakan sesama manusia. Tapi karena tidak ada lagi makanan yang harus dimakan, mau tidak mau mereka harus memangsa sesamanya. Karena mereka berpikir dari pada termakan dengan makhluk astral raja itu, lebih baik di makan oleh orang-orang sesama kanibal.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Josep tewas di lahap dan dijadikan santapan Raja Astral Hutan Black Forest. Sedangkan Amelia diculik oleh segerombolan kanibal hutan black forest yang sangat buas.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: #38761d;">BERSAMBUNG</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-37584651163850746702016-05-01T11:04:00.000+07:002016-05-01T11:04:11.627+07:00Dektetif Jhon 009 eps:Mutilasi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVcwiYF-7UDSM7ukGz1WK1a0TOXUZfdyixiNlAfNq1ycm_iKJnMuPTA_DbEjz9Gvi2eqTQIWfZBni8pHeNoWL_Ws75oGheRCSvpHqrijEMSCisb82SQk7sHGN8PfkXwHsuMc3B59v6_2c/s1600/MK__Kaito_Aoko_by_teanachan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVcwiYF-7UDSM7ukGz1WK1a0TOXUZfdyixiNlAfNq1ycm_iKJnMuPTA_DbEjz9Gvi2eqTQIWfZBni8pHeNoWL_Ws75oGheRCSvpHqrijEMSCisb82SQk7sHGN8PfkXwHsuMc3B59v6_2c/s640/MK__Kaito_Aoko_by_teanachan.jpg" /> </a> </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lelaki bertubuh sedang tidak besar juga tidak kurus sedang melayani pembeli kuliner khas masakan padang. Agus nama lelaki itu. Dibalik ketampanan dalam mengobral pesona, terutama bagi kaum wanita di Dunia Maya yang akan menjadi korban lelaki seperti Agus.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Karakter yang romantis dan gemar mengobral janji-janji manis dan rayuan yang membuat korban wanitanya terbuai dan menjanjikan copdar (copy darat) yang berujung pada hubungan seks sesasat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ini terjadi pada Nuri, wanita yang beranak dua ini mendapatkan kenalan di Dunia Maya bersama Agus. Hidup menjanda membuat dirinya kesepian sehingga hanya Dunia Maya lah yang bisa menghiburnya sehari-hari. Dunia tak selebar daun kelor itu benar adanya. Terbukti Nuri tampa keluar rumah pun bisa berhubungan dengan lelaki yang memikat hatinya lewat inbok yang durjana. </div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mereka saling memikat, merayu bahkan berbuat hubungan sekz jarak jauh yang biasa disebut insex dan ponsex. Bahkan Nuri merelakan tubuhnya yang mulus juga putih itu untuk dipoto fullgar laksana artis majalah dewasa tampa sehelai benang pun menutupi tubuhnya dengan berselvi ria.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Selagkangannya yang sudah menghitam tak perduli dipoto close-up hanya untuk lelaki pujaannya di Dunia Maya bernama Agus. Lewat inbok mereka saling bertukar poto alat kelamin. Sudah puas mereka mencoba berhayal lewat ketikan binal sehingga syahwat membuncah. Tidak puas dengan itu, mereka saling teleponan untuk melakukan imajinasi liar dengan cara bermasturbasi via phon. Berdesah, erangan sampai klimaks hingga mengotori tempat tidur masing-masing.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Jhon!" panggil suara wanita dari dalam kamar. Suara itu tidak asing bagi Dektetif Jhon. Suara itu adalah suara Royani istri kelima Dektetif Jhon 009 yang berasal dari Indonesia.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jhon rela mengontrak dengan Royani yang hanya sekamar dan kamar mandi kecil dengan sewa kontrakan 400 ribu rupiah per bulan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Apa sayang!" Jhon menjawab panggilan Royani. Tak lama Royani pun keluar dari dalam kamar dengan hanya mengenakan kimono berbahan tipis sehingga tampak tubuhnya yang sempal dan padat terlihat sangat melonjak syahwat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Seraya sambil memijat keningnya lalu menghampiri Jhon yang sedang duduk santai dihadapan segelas kopi hitam kapal api. Ia duduk di samping Jhon.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kenapa belum tidur?" tanya Jhon. "Kamu pusing. Kok kepalanya dipijit-pijit."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Royani masih saja memijat kepalanya sehingga membuat Jhon ibah melihatnya. </div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Sini aku pijitin!" Jhon menawarkan.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Sambil memijat kepala Royani, Jhon bercakap-cakap. "Apa sih, yang membuatmu tidak bisa tidur dan sakit kepala. Emang ada yang dipikirkan gitu?" tanya Jhon, seraya menarik rambut Royani dengan lembut, maksudnya agar rasa pening di kepala hilang.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Oh, gak Jhon." jawab Royani sergah. </div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Lalu kenapa?" tanya Jhon kembali.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Royani menjawab sambil meringis merasakan kerasnya pijatan Jhon di kepalanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Aku baru saja menyelesaikan novel. Temanya sangat seram Jhon!" Royani berujar.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Emang temanya apa?" tanya Jhon kembali.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Coba ini kamu baca Jhon, novel yang aku buat. Masih bersambung siih..." Royani menyerahkan buku kerangka karangan yang akan dibuat. Royani adalah penulis novel aktif, walaupun belum ada penerbit yang melirik naskahnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Dengan mimik wajah seru, Jhon mulai membaca cerita itu dari awal. Isi dalam Novel itu begini:</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Judul:<b><span style="color: red;"> LELAKI DURJANA</span></b></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Penulis: Royani</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Pov: Satu</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Mas, kapan mau melamar?" tanyaku. Dia melengoskan wajah pura-pura tidak mendengar.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Mas, tuli ya!" bentakku dengan nada keras. Dia menoleh padaku, lalu menjawab ringan, "Iya nanti."</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Nanti kapan Mas?" cecarku. Terasa sesak dada ini.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Dicecar olehku, ia berdiri sembari memasukan telapakan tangan ke saku.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Sebenarnya aku ini hanya ingin menikmati tubuhmu saja. Tidak lebih dari itu!" Dia berkata begitu seperti petir menyambar tepat di kepalaku dan membuat seluruh rambut ini berdiri.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Coba ulangi lagi, Mas?" kataku dengan tegas.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Dia menjawab seolah-olah tak punya dosa, "Semenjak pertemuan pertama, aku sudah bilang, aku ingin copi-darat dengan kamu hanya untuk senang-senang saja. Dan kamu juga menikmati itu."</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Tapi perutku, sudah terisi dengan janinmu, Mas!" Aku menangis sedu sedan. Hatiku tersayat sembilu. Bagaikan pedang membelah dadaku mendengar jawabannya. Aku berlari meninggalkannya. Aku menyesal telah bertemu dengannya di dunia maya.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Kulihat ada kereta melintas, aku berpikir esok aku akan akhiri hidup ini di lintasan kereta itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Air mata terasa kering sudah. Dada ini terasa lelah kurasakan. Harus kemana aku mengadu dengan janin yang aku kandung. Dokter menyatakan kehamilanku sudah berjalan dua bulan lebih. Terbayang perbuatanmu, ketika itu sangat manis aku rasakan. Belaianmu membuat kulupa segalanya, hingga aku merasakan buncah bersamamu.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Tapi saat itu ada yang ganjil kurasakan ketika ia memberiku secawan minuman bersoda. Tiba-tiba tengkuk merasa dingin. Darah mengalir deras ketika dia mencumbuku dan mencium penuh kehangatan. "Gila!" Aku lupa diri ketika itu. Buncah, gelora syahwat dan merasa nikmat ketika peristiwa itu terjadi.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Padahal, pertemuanku dengannya hanya sekedar pertemuan sementara sebagai teman di dunia maya. "Tapi .... ah .... Gila ..." Kenapa aku terbuai dengan rayuan setan durjana sehingga aku jatuh dalam pelukannya, penuh dengan nista.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Mas, Pliease ... Mas, aku minta tanggung jawabmu!" Aku kembali memohon dengan menelponnya. "Hayo dong Mas ... walaupun, perkenalan kita di dunia maya. Tapi kita masih satu kota. Tidak jauh untuk saling bertemu.!" Aku terus merintih.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Gugurin saja janin itu!" ucapnya sengit.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Em ... gitu yah." sambungku merendah. Tampa pamit lagi, aku matikan telepon itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Sakit hati ini. Pertama aku mengenalnya di dunia maya mengaku sebagai pengusaha, yang ternyata hanya pemimpin warung nasi padang di Tanggerang. Aku mempercayainya untuk bertemu dengan dia sebagai kelanjutan percintaan di dunia maya. Aku yakin ia lelaki bertangung jawab, terbukti dari janji-janjinya yang akan membawa aku sampai kejenjang pernikahan.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Aku belum puas, jika tidak menemuinya lagi. Ini adalah permohonan yang ketiga kalinya, untuk minta pertanggung jawaban, berarti yang terakhir aku tegaskan dia untuk segera menikahiku demi janin yang ada di dalam rahimku.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Keesokannya aku datangi dia, dimana ia bekerja di warung nasi padang. Tampa sepengetahuannya, aku kejutkan dia dengan melabrak dan caci maki didepan pembeli. Sontak semua mata tertuju padaku.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Sampai kapan pun, aku akan mengejarmu demi anakmu yang aku kandung!" Aku mengancam dengan keras.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Tiba-tiba ia menarik lenganku. "Oke, aku akan bertangung jawab atas janin yang kau kandung!" Dia berkata begitu sambil mengajakku kebelakang dapur. "Oke sayang. Maafkan aku, bagaimana ini kita bicarakan di kontrakan aku. Sehabis selesai melayani pembeli, aku akan segera menyusul. Sekarang kamu pergi duluan kerumah kontrakanku. Dan tunggu aku disana!" </div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Syukur, kini ia telah terbuka hatinya. Aku dibelainya lalu di usapkan air mataku yang hampir mengering. Dengan lembut, bibirku dielus dengan ibu-jari tangannya. "Sudah, sekarang kamu ke kontrakan. Aku akan menyusul nanti."</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Anggukkan kepalaku menyetujuinya dan aku pun bergegas ke rumah kontrakan itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Ruangan kontrakan yang hanya seukuran berdua tampa sekat pemisah itu, aku tunggu ia di dalam. Suasana memang lagi sepi. Penghuni kontrakan kebanyakan buruh pabrik, sehingga tampa ada yang lihat aku berada di dalam rumah kontrakan itu. Tak lama kemudian dia datang dengan membawa kantong kresek besar dan sebilah gergaji bergerigi tajam.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Ia ketika masuk tersenyum dingin kepadaku. Mataku yang sembab dan hati yang masih amarah berusaha untuk tersenyum simpul.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Sudah sepi ya Mas?" tanyaku tentang pembeli di warung nasi padang yang ia kelola.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Dia jawab hanya dengan senyum dingin pula. Lalu ia membuka lemari dan mengambil beberapa lembar uang kemudian dimasukan ke saku celananya. </div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Tak lama ia menelpon seseorang. "Loe kemari, ada yang mau gue suruh sama loe!" </div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Baik, tapi ini lagi banyak pembeli. Satu jam lagi jam istirahat nanti aku kesana, Bos!"</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Ternyata ia menelpon salah satu anak buahnya yang sedang berada di rumah makan itu. </div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Kamu nelpon anak buahmu?" tanyaku. </div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Ya!" jawabnya cepat lalu duduk disampingku. "Aku sudah bilang. Hubungan kita itu tak lebih hanya teman. Sedangkan janin yang ada di perutmu itu adalah hasil perbuatan kamu juga, karena ketika itu kita suka sama suka bukan karena aku cinta kamu? Aku pinta gugurkan saja, beres toh!"</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Darahku kembali mendidih setelah mendengar penuturannya berdasarkan suka-sama suka, padahal waktu itu diluar kesadaranku. </div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Jadah, kamu!" bentakku. "Masih saja mengulang-ngulang kata itu. Ingat, aku bisa nuntut kamu jika tidak bertangung jawab. Dan aku akan melaporkan kamu ke istrimu yang di Bogor.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Sontak wajahnya memerah, rupanya ia sangat marah aku menyebut istrinya yang di Bogor. Tiba-tiba tangannya menjabakku. Kepalaku di goyang-goyang sambil berkata.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Apa katamu! Wanita binal! Jangan coba-coba menghancurkan rumah-tanggaku!"</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Brak...</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Kepalaku di benturkan pelan ke tembok. Sempat pusing, tapi aku berusaha meronta sambil membentaknya. "Kamulah yang menghancurkan hidupku. Lelaki tak punya tanggung-jawab. Banci kamu!"</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Brak..</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Sekali lagi kepalaku dibenturkan tapi kali ini sedikit keras membuat mataku berkunang-kunang.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Eh, bagaimana janin ini aku yang keluarkan!" Dia mengancam seperti itu. Lalu dengan cepat ia menanggalkan pakaian hingga sampai cawat yang aku kenakan sehingga aku dalam keadaan setengah telanjang tampa bawahan.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Dia memegang perutku lalu ditekan sekuatnya membuatku kesakitan kelojotan. "Aggh....sakit Mas.!" pekikku sambil memegang lengannya.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Bukk..</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Tiba-tiba perutku dipukulnya. Mataku sudah gelap karena menahan rasa sakit. Bukan hanya memukul, aku melihatnya berdiri, lalu mengangkat kakinya tinggi-tinggi. Saat itu juga:</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Uggkk..</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Ngeeek..</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Aku mencelat. Tubuhku terasa ringan.. Yah, aku seperti melayang. Tubuhku laksana kapas. Tapi....</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Itu, itu ah .... Aku melihat tubuhku dalam keadaan mengenaskan. Selangkanganku keluar seperti anak bayi, yah itu... itu... itu janinku yang aku kandung. Ia belum berbentuk. </div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Aku merabah tubuhku, tidak ada yang sakit. Bahkan hatiku terasa bebas lepas, aku bisa terbang, yah tubuhku melayang...</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Hai ...! teriakku, ketika melihat lelaki itu memotong tubuhku dengan sebilah gergaji yang sangat tajam dan... Tubuhku, oh ... kakiku ... Bukan itu bukan aku. Tapi ... kenapa wanita yang tewas mengenaskan mirip aku???</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Bersambung ... "<b><span style="color: red;">Dendam Ruh Mutilasi</span></b>"</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Ih, sereeem....!" seru Jhon kernyitkan dahi. "Kamu kok bisa sih, buat novel seseram ini. Tapi kenapa bersambung bikin penasaran deh!" </div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Xixixixi..." Royani sambut tertawa. Tampak wajahnya terlihat segar ketika tulisannya di coment oleh Jhon. "Iya nanti sambungannya. Aku lagi nyari ide dulu, bagaimana menggambarkan tentang ruh yang penasaran, dan susahnya jika pakai POV satu." Royani berujar panjang.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Jhon, kamu gak dapat tugas?" mendadak Rokayah bertanya seperti itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Kenapa?" jawab Jhon.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Aku ingin bercinta!" kata Royani.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Katanya, pusing...," ucap Jhon seraya membelai rambut Royani.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Jhon, kata peneliti, seks itu bisa menghilangkan pusing, Jhon!" Royani menjawab dengan senyuman khas genitnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Jhon diam, dia berpikir hatinya kurang gairah untuk melakukan seks. Entah kenapa, perasaan Jhon tidak enak. Seperti ada firasat akan ada tugas dari Mr. Smith. Tapi membahagiakan istri adalah kewajiban sebagai seorang suami, terutama masalah batin dan seks.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Ayo dong Jhon..." sekali lagi Royani meminta. Rupanya wanita ini ingin sekali bercinta dengan Jhon. "Emang kamu lagi gak kepingin?!"</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Jhon masih saja diam. </div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Ya udah kalau gak mau!" Royani pencongkan mulut sambil menggerutu ia kembali ke kamar. "Uh, dasar Jhon. Badan doang gede...tapi loyo!"</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Mendengar hardik Royani, Jhon hanya cengenges geli. Ia bukannya gak kuat alias loyo tapi lagi gak mood berhubungan badan. Mungkin pengaruh pikiran. Begitupun dengan seks, akan hambar jika bayak pikiran.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Royani kembali keluar. Tapi ia sudah berganti pakaian, dengan menggunakan Daster lebar.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Kenapa bajunya diganti!"</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Panas Jhon!" jawab Royani cepat. "Kan, Kalau pakai daster adem dan sejuk!" </div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Royani melirik kearah jam dinding. Jarum jam itu menunjukan pukul 00.31. Lalu Royani berbisik kepada Jhon, pelan sehingga terdengar suara desisan manja. "Jhon, sudah dini hari. Apakah kamu juga belum mengantuk.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Perasaanku sedang tidak enak!" jawab Jhon. Ia menyulutkan sebatang rokok, lalu asapnya dihembuskan kelangit-langit ruangan. "Kamu saja tidur duluan!"</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Hemm... ya sudah, aku beranjak tidur dulu yah!" Royani berucap. "Ia bangkit dari duduknya, sambil melangkah ke kamar, Royani berkata, "Jhon, jangan banyak merokok. Tidak baik untuk kesehatan. Lagian mahal, ingat sama kontrakan, belum bayar bulan ini!"</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"So tahu kamu!" jawab Jhon sengit. "Iya nanti dibayar, Mr. Smith belum negelunasin gajku bulan ini."</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Belum saja Jhon menghabiskan kopinya.. Tiba-tiba terdengar suara orang berteriak lantang memanggilnya</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Jhon... bangun... ada apa itu di depan kamar kamu...," yang berteriak sangat jelas adalah tetangga kontrakan. "Ih... Apa itu?!" kali ini suara Suratmin, suami dari yang berteriak tadi.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Sontak Jhon terperanjat bangun dari duduknya sehingga menumpahkan kopi hitamnya. "Uh...," teriak Jhon sedikit kaget karena celana hitamnya terkena air kopi itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Tapi yang tak kalah kejutnya adalah Royani. Ia hampir saja terperosok ke tanah ketika mau merebahkan tubuhnya di kasur, lantas bokongnya tidak sampai ke kasur sehingga ia hampir jatuh dibsisinya tapi segera menopang dengan kedua tangannya. Saat itu juga ia bangun segera menuju keluar kamar untuk menemui Jhon.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Ada apa Jhon?" tanya Royani setelah berada di belakang Jhon yang sedang melihat kepala manusia kuntung berada di depan pintu kamar kontrakannya</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Aaahh...</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Royani berteriak keras ketika melihat tepat di hadapannya kepala manusia masih tampak darah segar batang lehernya yang kuntung itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Jhon dan Royani terbelalak melihatnya</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Gila, siapa yang mengirim kepala buntung ini!" pekik Jhon denga wajah nanar. Dengan sigap, Jhon menarik pelatuk pistol lalu melangkah keluar dari rumah kontrakan itu sambil celingak-celinguk melihat siapa yang mengirim kepala buntung itu di depan kamarnya kontrakan yang hanya se-ukurun dua orang itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Hati-hati, Jhon!" ujar Royani dengan hati kebat-kebit. Tak kuat melihat darah yang tercecer di lantai, Royani segera mengikuti keluar dan berkumpul dengan tetangga yang juga menyaksikan kepala kuntung itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Itu kepala cewek apa cowok?" salah satu tetangga bertanya dengan wajah meringis ketakutan. "Kayanya cewek!" sahut orang sebelahnya. "Iya kayanya cewek!" sambung orang ketiga.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Gila, ini harus dilaporkan ke polisi. Panggil Pak RT!!!" pekik Jhon, sambil menyelipkan kembali pistolnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Seorang tetangga lelaki, melihat Jhon mempunyai pistol tentu sangat terkejut lalu menyentak Dektetif Jhon, "Eh, kamu teroris yah, pasti kamu anak bauahnya Santoso!"</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Di sentak begitu, Jhon melototkan mata.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Sembarang loe, gue ini Intelegen Internasional tau.. Emang ada apa tampang teroris?"</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Tetangga lelaki itu menjawab sambil menggeleng-gelengkan kepala, "Gak siih ... kaya Mr. Bean ia, hehehe..."</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Oke, sekarang kita laporkan kepejabat setempat," ujar Jhon. </div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Jhon berjongkok untuk melihat dekat kepala kuntung berkelamin wanita. "Ckckck... sadis nih orang. Manusia berhati iblis!" gumam Jhon.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Diperhatikannya kuntungan kepala itu lekat-lekat. Jhon terperangah merasa miris melihat nasib kematian yang begini rupa kepala terpisah dari badannya. Tapi Jhon bertanya di dalam hati, "Dimanakah badannya?".</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Diambilnya sebatang kayu kecil lalu Jhon menyoloknya untuk mengamati kepala berjenis wanita itu. Ada yang aneh dengan kepala itu, ditekan dengan menggunakan kayu terasa keras. Tidak seperti daging. Ditekan lebih keras lagi oleh Jhon dan ternyata memang keras. Dilihat rongga lehernya, tapi... tidak ada urat leher atau kerongkongan. "Ah semakin penasaran Jhon rasakan. Dibulak-balik kepala itu. Dicolek lagi kerongkongan lehernya ada yang menyembul dari batang lehernya lalu keluar sesuatu seperti busa. Ya, busa.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Ini bukan kepala sungguhan!" pekik Jhon dengan mata terbelalak. "Ini kepala boneka buat demo di toko pakaian."</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Masa sih!" seru Royani mencoba mendekat. Dilihatnya dengan tajam kepala boneka itu yang ternyata memang benar itu adalah kepala boneka demo pakaian yang biasa di pajang di toko-toko pakaian. "Benar kamu Jhon. Ini kepala boneka!"</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Siapa yang jahil seperti ini. Ini adalab teror!" ujar kepala Rt yang baru saja datang dengan nafas tersengal-sengal. "Ah, apakah kita harus laporkan kepada yang berwajib." kata Pak Rt lagi.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Jhon kernyitkan dahi untuk berpikir sambil mengambil kepala itu. "Lebih baik, jangan dulu Pak Rt!" sahut Jhon. "Biar aku yang selidiki, siapa yang mengirim boneka ini. Apa maksudnya ini semua. Ini bukan candaan. Ini termasuk teror."</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Tapi kenapa di depan kamar kita Jhon!" yang berkata Royani.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Apa mungkin ini tugas dari Mr. Smith untukku?" batin Jhon. "Apa maksudnya dengan ini semua. Apakah ada hubungannya dengan Novel yang dibuat Royani?!" Jhon hatinya penuh tanda tanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Cerita ini hanyalah fiktif Jhon!" ujar Royani seru. "Walaupun sama, hanya kebetulan belaka!"</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Alangkah terkejutnya Jhon mendengar jawaban Royani. Padahal ia hanya bergumam pelan di dalam hati. Tapi Royani menjawab dengan pas apa yang menjadi pertanyaan di dalam hatinya. "Loh, kok kamu bisa tahu apa yang aku katakan?" kata Dektetif Jhon 009 mengkernyitkan dahi.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Hehehe... lah iya lah, penulis gitu loh. Semua kejadian yang belum maupun yang sudah akan abadi dalam tulisannya." sergah Royani tertawa kecil. "Makanya kamu jangan nyakitin hati penulis jika namamu tidak abadi di dalam karyanya."</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Uh dasar Royani. Bisa aja kamu!" pungkas Jhon sambil mengangkat kepala kuntung itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Sementara itu laporan sudah sampai ketangan polisi setempat. Beberapa aparat keamanan dan pejabat Rt dan Rw mendatangi rumah kontrakan yang ditempati Dektetif Jhon dan Royani. Setelah diperiksa kepala kuntung itu memang benar adanya adalah kepala boneka yang dilumuri darah buatan berwarna merah. Namun biar bagaimanapun tetap menjadi tugas kepolisian untuk menyelidiki siapa yang menteror dengan kepala kuntung itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Tapi biar bagaimanapun tetap menjadi pertanyaan besar di kepala Jhon, apa maksud orang itu menteror dirinya dengan kepala buntung itu. Apakah ada maksud tersirat dari tugas yang diembannya sebagai Dektetif dengan kode 009.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Sayang!" ucap Jhon kepada Royani, seraya membelai rambutnya. "Besok aku akan pulang kampung. Aku harap kamu bisa jaga diri dari segala marabahaya yang terjadi. Apalagi kamu seorang penulis Novel tentu akan menjadi inspirasi untuk tulisanmu. Setelah Novel kamu jadi dengan judul "DENDAM RUH MUTILASI" Tolong beritahu bukunya agar aku bisa membaca cerita kamu. Aku pikir, Novel itu akan menjadi Best Seller di toko buku.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Royani hanya mengangguk. Tapi tak lama kemudian, tampak kedua bola matanya berkaca-kaca petanda mau menangis. </div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Kamu lama pulang kampungnya?" tanya Royani dengan berat hati.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Jhon mencium kening Royani lalu menjawab pertanyaannya. "Sepertinya sedikit lama. Tapi jika sebentar atau pun lama aku tetap mengabari kamu. Toh banyak sosial media yang bisa menghubungi kita. Oh yah, tolong sambungannya diteruskan lagi. Aku mau tahu." pinta Jhon menginginkan kelanjutan cerita Novel Hantu Mutilasi yang dikarang Royani.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Lalu Royani berkata, "Ada sih Jhon, sebentar aku ambilkan lembaran ceritanya!" Setelah berujar begitu, Royani segera melangkah ke kedalam kamar untuk mengambil lembaran tulisannya tentang sambungan cerita Novel yang akan dibuatnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Tak lama Royani kembali keluar sambil menyerahkan lembaran itu untuk dibaca Jhon yang masih penasaran dengan cerita itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Ini Jhon cerita sambungannya!" kata Royani.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Jhon meraih lembaran lalu ia duduk untuk membaca kelanjutan cerita yang dibuat Royani walau hanya sepenggal.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<b>TERUSAN CERITA ITU:</b></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Udara sangat dingin dihembuskan angin semilir lalu dibarengi dengan rintik hujan kecil membuat malam itu terasa sunyi mencekam. Tak lama kemudian hujan deras pun datang.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Duhai betapa ringannya tubuhku. Aku bisa terbang dan duduk di dahan yang basah ini. Tapi... tubuhku tidak basah dan kedinginan. Duhai, kiranya aku masih hidup, ternyata aku sudah mati. Hai inikah, aku yang sekarang. Sungguh menakjubkan, hiiiihihihi...." Aku tertawa senang sekali. "Kini aku bahagia, tak ada beban lagi hiiihihii..."</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Rumah kontrakan yang aku tempati banyak manusia berkerumun, entah menyaksikan apa, aku pun tak tahu. Ruang kamar yang aku sewa itu disesaki oleh petugas kepolisian. Mereka sedang mengamati sepotong tubuh wanita yang hanya badan, tampa kaki, tangan dan kepala.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Tubuh siapa itu? Aku tak tahu. Seperti tubuhku, tapi kemana kepalanya. Dan kemana kaki dan tangannya... Itu, itu di bawah selangkangan wanita itu ada daging kecil yang mirip tubuh manusia. Seperti bayi tapi belum berbentuk. Ha itu, selangkangan jasad wanita itu menguarkan darah segar.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Salah seorang polisi memegang kartu tanda pengenal. Tak lama datang seseorang lalu bertanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Siapa namanya korban ini?"</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Lelaki yang memegang kartu identitas itu menjawab, "Namanya Naori usia 31 tahun!"</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Baiklah!" kata lelaki yang bertanya. "Sekarang kita cari keterangan saksi mata dan orang terdekat di sini."</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Tak lama, kedua lelaki itu keluar lalu masuk beberapa orang dengan membawa kantong mayat dan segera memasukan potongan tubuh itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Rupanya orang-orang itu tidak melihatku dan merasakan kehadiranku. Aku mengerti bahwa aku sudah bukan di dunia ini. Entah di mana dan siapa aku. Semua sangat asing aku rasakan. Lantas, siapa yang bernawa Naori itu. Aku ingat itu seperti namaku... Tidak mungkin itu tubuhku. Jika benar, betapa malang nasibku. Tentu akan aku balas perbuatan orang yang tega memotong tubuhku. Egggmmm.....</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Kembali aku mengingat-ngingat nama yang disebutkan kedua lelaki itu. Nama itu, benar itu adalah namaku. Persis namaku semasih kuhidup. Emm... Apakah potongan tubuh itu potongan tubuhku. Tapi... dimana kaki, tangan dan kepalaku. Tidak, aku tidak rela sebelum potongan tubuhku yang hilang ditemukan.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Dan janin yang keluar dari selangkangan belum berbentuk itu. Apakah itu janinku. Mungkin, yah... aku ingat saat itu aku sedang hamil. Lalu janin itu disatukan oleh potongan tubuh itu dan dimasukan kedalam kantong mayat.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Aku mengikuti orang yang membawa kantong mayat itu. Sampailah di sebuah mobil ambulan dan dimasukan kantong mayat itu dibelakang mobil ambulan itu. Aku pun segera masuk kedalam mobil itu. Ajaib, tubuhku bisa tembus tampa harus aku buka pintunya. Dan aku duduk di samping kantong mayat itu, tampa diketahui mereka.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Aku tidak betah lama-lama di dalam bersama tubuh yang tidak utuh ini. Aku harus terbang di atas mobil ambulan ini. Hiiiihihii....</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Aku pun dengan riangnya melompat keluar lalu terbang di atas mobil mengikuti kemana arah mobil ambulan itu melaju.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Hai ... Itu rumah sakit ... Hore .... Aku senang jasad terpotong ini akhirnya sampai ke rumah sakit. Syukurlah, aku tak tega melihat tubuh yang hampir membau ini. Walaupun bau amis darah segar masih menguar dari potongan tubuh ini.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Hai... mau di apakan tubuh yang mirip aku itu. Ah, ternyata mau dimasukan kedalam lemari es... Tapi sebelumnya tubuh itu diamati oleh beberapa orang yang gak kenal jijik. Yah, mereka seorang Dokter yang membolak-balikan tubuh tampa tangan, kaki dan kepala itu. Aku harus membantu mereka untuk mencari potongan tubuh lainnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Aku mendengar percakapan mereka, akan mencari kepala dan tangan dan kaki jasad itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Tak lama aku mengikuti beberapa orang untuk mencari sisa potingan tubuh yang hilang. Samar-samar aku mendengar nama Naori... Naori namaku, ah ... apakah itu jasadku.. Tidak, aku tidak rela matiku seperti ini. Aku harus mencari orang yang memotong-motong tubuh itu. Em...hiiihihihi....</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<b>Bersambung</b> Hiii ... Hi ... Hi ... Hi...</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Setelah membaca potongan novel itu Jhon tertawa terbahak-bahak bukannya ketakutan. </div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Hahaha... kamu ini ada-ada aja bikin aku tambah penasaran. Ya sudah, aku tunggu kelanjutannya." </div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Tiba-tiba Royani memeluk Jhon.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Jhon! Kamu jangan lama-lama tinggalkan aku. Aku tak tahan kedinginan Jhon. Apalagi aku takut jika karangan cerita novelku akan jadi kenyataan. Iiihhh...."</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
"Tenang sayang!" jawab Jhon sembari mengangkat dagu royani. "Aku usahakan tak akan lama pulang kampung. Aku tak mau, vaginamu jadi melempem karena tidak pernah dijamah....gkgkgk"</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Royani memukul dada Jhon dengan lembut dan manja. "Ya sudah, hati-hati yah di jalan." </div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Jhon mencium bibir Royani penuh kasih sayang. Sambil merasakan kehangatan, tampa dirasa Royani, air matanya jatuh berderai. "Jangan menangis sayang!" kata Jhon.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Keesokan harinya Jhon berangkat ke kampung halaman di New York City, Amerika Serikat negara yang berjuluk Negeri Paman Sam.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Tamat</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Nantikan kisah selanjutnya dengan kasus yang lain.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-28085265364173554812016-04-02T20:31:00.002+07:002016-07-11T05:33:18.885+07:00Pendekar Kipas Sakti#5<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNqOXIx4Y8UBCQj2aGaN8pfMVmYU4e_iqOofO8cCqaSa0cn9t1nPC4CL4CvPE9g9NwDcpEa43CvF6rooljahDSEb5dHuPMnixkhmQqibHCV9MT4P-aMIc72amV-_Z_iUJ5kQXSchxNn28/s1600/IMG_20160307_070848.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" height="362" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNqOXIx4Y8UBCQj2aGaN8pfMVmYU4e_iqOofO8cCqaSa0cn9t1nPC4CL4CvPE9g9NwDcpEa43CvF6rooljahDSEb5dHuPMnixkhmQqibHCV9MT4P-aMIc72amV-_Z_iUJ5kQXSchxNn28/s400/IMG_20160307_070848.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="http://yenyerrow.blogspot.in/2016/01/pendekar-kipas-sakti-3.html#more" target="_blank">Cerita yang lalu</a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Wulansari berdesah kedua kalinya ketika Santar Ulung mencumbunya. Bukit cinta terasa mencekam malam itu. Sesosok bayangan putih berkelebat cepat laksana kilat tau-tau sudah berada di depan mulut goa, dimana Santar Ulung yang berjuluk pendekar Halilintar itu bersama Wulansari berada di dalamnya. Dengan tatapan tajam kedalam goa bayangan putih itu yang ternyata sesosok manusia mengenakan pakaian serba putih. Semua paras wajahnya juga putih, janggut putih, alis mata putih dan rona wajahnya menguarkan sinar keputihan, sehingga malam yang gelap tampak jelas dengan kehadirananya.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Santar Ulung! Keluar kau!" bentaknya dengan nada tinggi. Yang dipanggil tentu terperanjat kaget. Suaranya menggema sampai kedalam goa yang hanya diterangi beberapa lampu obor. Begitupun Wulansari, ia bergegas memakai kembali baju yang ia tanggalkan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Akang, siapa?" berkata Wulansari penuh ketakutan. Ia segera memeluk tubuh Santar Alung yang masih bertelanjang dada.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Tenang sayang," jawab Santar Ulung, "Aku akan keluar melihatnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hati-hati Akang!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Santar Alung beranjak dan segera keluar menuju suara orang yang memanggilnya dari luar goa. Terperangahlah Santar Ulung ketika melihat orang itu yang serba putih dan menguarkan sinar terang dari tubuhnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Pendekar Belut Putih!" guman Santar Ulung. "Hai Bapak tua serba putih, ada keperluan apa menyambangiku?!" seru Santar Ulung.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ha... Ha... Ha... Hai anak muda, sudah lama aku mengawasimu di dalam sana. Dan ini adalah bukit sudah lama aku mendudukinya. Dari awal aku sudah tahu kedatanganmu bersama wanita yang kau culik." ujar Pendekar tua berjuluk Pendekar belut putih.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Perlu diketahui, dalam cerita yang lalu, pendekar Belut Putih tewas dengan leher kuntung di tebas oleh Arya Welang dengan kipasnya. Tak lama kemudian, Arya Welang ketika itu kembali karena mendapatkan tugas dari bundanya untuk menangkap pendekar wanita berhati iblis oleh bundanya. Baru beberapa langkah, disusul oleh Renggono sebagai panglima kerajaan dan prajuritnya. Namun ketika keadaan sudah mulai sepi, sosok wanita menghampiri jenazah Pendekar Belut Putih yang sudah terpisah kepala dan badannya. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Wanita itu adalah Sutini alias Wanita berhati iblis. Dengan kesaktian yang ia bisa, Sutini kembali menyatukan kepala Pendekar belut putih dengan badannya. Maka huduplah kembali Pendekar yang berjuluk belut putih itu. Sutini segera pergi meinggalkan setelah pendekar belut putih itu sadarkan diri.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Pendekar belut putih pun terheran-heran kenapa ia bisa kembali hidup dalam keadaan tubuhnya menyatu kembali. Ketika ia bangkit dari rebahannya, ia teringat akan lelaki yang dicari-cari oleh pihak kerajaan karena menculik anak Bupati Ceringin yaitu Wulansari. Lantas itulah ia kembali mengintai seorang pemuda yang berada di dalam goa bersama wanita yang ia sembunyikan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Anak muda!" kata lelaki serba putih itu, alias pendekar belut putih. "Sudah lama aku memperhatikanmu. Aku yakin, kamu pun mempunyai ilmu kanuragan yang mumpuni. Maka dari itu, aku ingin mencoba ketangkasanmu dalam memainkan jurus yang kamu punya."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Santar Ulung berdehem "Mmm..." Maaf Pak tua, aku bukanlah sehebat yang kamu kira. Aku belum pernah terjun kedalam pertempuran selama ini. Dan aku juga tak mau berurusan dengan orang sepertimu." ujar Santar Ulung dan berjalan kemuka mendekati pendekar Belut Putih. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kalau begitu, aku ingin mengajarkan satu jurus padamu." Tiba-tiba manusia serba putih berkata seperti itu. "Aku ingin mengangkatmu menjadi muridku." </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ehm ..." Santar Ulung berdehem. Lalu berkata, "Aku ucapkan terima kasih padamu hai manusia putih, tapi aku tidak akan lama berada di sini. Masih ada urusan dengan wanita di dalam sana. Aku harus mengantarkannya pulang kembali kerumah kedua orang tuanya. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ha ... ha ... ha ..." Pendekar Belut putih tertawa, "anak muda bodoh, nyari mampus kamu. Belum lama pasukan kerajaan telah mencarimu bersama seorang pemuda yang mempunyai kipas sakti. Penculikan pejabat kerajaan adalah sangat berat hukumnya. Kamu akan ditangkap dan sudah pasti akan dihukum mati. Apakah masih berani pulang?" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Santar Ulung kernyitkan dahi. Ia memandangi tubuh manusia yang serba putih itu. Perkataannya ada benarnya juga, jika ia pulang dan menyerahkan Wulansari, tentu saja akan menjadi bumerang untuk dirinya. Berarti ia menyerahkan diri. "Ah, perduli setan, aku akan mengantarkan Wulansari pulang!" Pikir Santar Alung, ia sudah merasa iba melihat Wulansari yang merengek untuk pulang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Namun Santar Ulung kembali berpikir. Jika ia kembali, pasti akan menjadi bulan-bulanan orang-orang yang telah mencarinya. Dahinya mengkernyit, tangannya dirangkapkan, seraya bulak-balik berjalan seperti berpikir keras. Akhirnya Santar Ulung pun berucap, "Baiklah, aku mahu jadi muridmu untuk sementara waktu, benar katamu, pasti aku adalah buronan nemer wahid."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Pendekar Belut Putih tersenyum mendengarnya, "He ... he ... he ... Akhirnya aku mempunyai murid juga yang akan meneruskan ilmuku." ujar Pendekar Belut Putih bergumam.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sementara itu petang mulai menghilang berganti malam di suatu kampung yang penuh dengan pedepokan silat dimana para warganya tidak satupun yang tidak bisa bermain silat maupun kedigjayaan. Seorang pemuda dengan santainya memperhatikan setiap gerakan yang di ajarkan orang tua kepada murid-muridnya. Orang tua itu berpakaian serba hitam, jurusnya sangat mumpuni gerakannya sangat cekat walaupun usia sudah uzur, terbukti dia membuat beberapa muridnya terpelanting kebelakang ketika murid-muridnya menyerang secara bersama-sama. Jatuh bergedebugan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Pemuda yang menyaksikan itu adalah Arya Welang. Ia meleletkan lidah ketika salah satu muridnya menguarkan ilmu kanuragan semacam Rawa Rontek, ilmu tidak olah-olah hebatnya, bisa menyatukan kembali tubuh yang sudah kuntung. Dari kejauhan guru itu berteriak lantang kepada Arya Welang, "Hai pemuda, ikut kami untuk bersenang-senang!" (Maksudnya melakukan adu kesaktian) Arya Welang hanya menyeringai. Seorang guru itu menghampiri Arya Welang, "Hai kisanak, sepertinya kamu sedang dalam perjalanan!" kata seorang guru itu, "bagaimana jika mampir dulu kerumahku, aku akan sediakan makanan dan minuman enak!" ujarnya sambil sunggingkan senyum. Tampak kumis dengan bulu lebat itu terlihat angker, namun hati tidak bisa dibohongi. Walaupun orang itu terlihat seram, namun wajahnya penuh kesejukan dipandang jika lontarkan senyum.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kenalkan namaku Jumpalit!" Seorang guru itu mengulurkan tangan untuk bersalaman sambil mengenalkan diri yang ternyaya bernama Jumpalit. "Di dunia persilatan, aku dijuluki Bajing Bodas (Bajing Putih)." Arya Welang menyambut tangannya, "Aku Arya, tepatnya Arya Welang."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Nama yang bagus!" kata Jumpalit. "Ya sudah, mari kisanak, kita ke rumahku. Nanti aku kenalkan dengan istri dan anakku!" Jumpalit menepuk lengan atas Arya Welang, lalu melangkah diikuti Arya Welang dari belakang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kebetulan aku memang sudah lapar." gumam Arya Welang pelan. Beberapa langkah saja rumah lelaki bernama Jumpalit itu terlihat. Rumah itu terbuat dari kayu-kayu pipih yang dijadikan seperti tembok. Gentingnya dari daun kelapa dan ijuk. Di sisi rumah tumbuh pohon petay cina yang sangat rindang dan pohon seri yang sudah berbuah merah. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tampak seorang wanita muda belia sedang menyapu di halaman depan rumah itu. Setelah mendekat, wanita muda itu tersenyum pada Jumpalit. "Abah sudah pulang!" sapanya memanggi Abah yang berarti Bapak. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ibumu ada?" tanya Jumpalit.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ada Abah, di dalam!" jawab wanita muda itu yang ternyata putri dari Jumpalit. Wanita muda itu sempat menoleh kearah Arya Welang, namun tak lama menundukkan wajah karena malu, terbukti rona wajah yang memerah.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Silahkan masuk anak muda!" berkata Jumpalit kepada Arya Welang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ah, terima kasih!" menjawab Arya Welang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Bu ...!" teriak lantang Jumpalit. "Ya Akang ...!" menyahut seorang wanita dari dalam bilik. Arya Welang duduk mendeprok di latar rumah yang memang seperti panggung tepatnya rumah panggung. "Sediakan jamuan buat tamu kita Nyi!" kembali Jumpalit berkata.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Wanita itu yang tidak lain adalah istri dari Jumpalit lontarkan senyum ketika melihat seorang pemuda duduk bersila di teras rumah panggung itu. Lalu ia kembali kedalam untuk menyiediakan hidangan. Jumpalit lalu duduk pula di hadapan. Seraya membuka pembicaraan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kelihatannya kisanak suka mengembara?" kata Jumpalit bertanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ya benar," jawab Arya Welang. "Aku baru saja turun dari gunung merapi, untuk mencari pengalaman di dunia persilatan." Arya Welang meneguk minuman yang dsediakan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jumpalit menyinyir. Di dalam hatinya melihat Arya Welang sudah memastikan anak muda ini mempunyai ilmu yang sangat tinggi, selain tampan. Terbesit di benak Jumpalit untuk menjodohan dengan anaknya bernama Asturi. Bukan hanya itu, tapi juga untuk meneruskan perguruan pencak silat yang ia dirikan selama sepuluh tahun itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Oh yah, alangkah baiknya Kisanak bermalam di sini." berkata Jumpalit. "Dan tampaknya malam akan tiba, tentu akan risih jika berjalan di malam hari." Jumpalit meraih cawan berisi minuman hangat lalu diminumnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Emm ...." Arya Welang mendehem, ia berpikir ada benarnya juga untuk menginap di rumah ketua perguruan silat ini. Walaupun dalam dunia kependekaran tidak ada istilah kemalaman, semua hari sama saja tidak malam tidak siang. Bahkan seorang pendekar, tidur di atas dahan pun jadi. Tidak ada takut di dalam kegelapan. Namun kali ini apa salahnya ia bermalam sejenak untuk melepas lelah di rumah Jumpalit.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lalu Asturi datang dengan senyuman manisnya sebagai gadis remaja menawarkan makan kepada ayahnya Jumpalit. "Abah, makanan sudah siap!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Baiklah pendekar, kita makan dulu kedalam." ujar Jumpalit menawarkan agar Arya Welang segera masuk kedalam ruang khusus jamuan makan. "Oh iya Nyi, sekalian bersihkan kamar untuk tidur pendekar ini!" Jumpalit berkata kepada Asturi. Lantas Asturi bergegas kedalam kembali.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Oranamen tampak sangat unik di ruangan itu. Terpampang lambang perguruan yang di ketuai oleh Jumpalit sendiri yaitu perguruan Tapak Gagak Hitam, yang artinya jejak seekor burung gagak dengan firasatnya dan pembawa kabar bencana bagi siapa yang mendengar suaranya. Filosofinya adalah, perguruan kedigjayaan yang akan menjadi tanda buruk bagi siapa saja yang berdsengketa padanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Di sudut ruangan itu sebilah pedang juga tertempel di dinding yang hanya terbuat dari anyaman bambu. Arya Welang melirik pedang berbentuk unik itu, yaitu dengan gagang pedang berbentuk kepala burung gagak, dan berwarna emas itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Silahkan dimakan pendekar!" ujar Jumpalit, membuat buyar lamunan Arya Welang karena terkesima dengan pedang itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Oh ... baiklah, aku makan yah, kebetulan aku lapar!" menjawab Arya Welang untuk menutupi keterkejutannya. Lalu lauk berupa lalap-lalapan dan ikan yang mengandung protein itu sangat disuka Arya Welang. Semua itu makanan alami yang tentu sangat baik untuk kesehatan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dengan lahapnya Arya Welang menikmati. Begitupun Jumpalit sangat suka dengan makanan buatan istrinya itu. Namun yang membuat Jumpalit bahagia adalah, kehadiran Arya Welang di rumahnya, tapi bukan itu saja, ia merasa yakin jika Pemuda di depannya itu adalah Jodoh Asturi, putri tunggalnya. Karena Jumpalit tak mungkin menjodohkan putrinya itu kepada pemuda setempat atau muridnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dari balik 'bilik' dinding yang terbuat anyaman bambu itu, sepasang mata dara sedang mengintip. Sepasang mata seorang gadis yang tidak lain ada Asturi. Ia diam-diam mengamati ketampanan Arya Welang. Hidup di dalam kengkangan karena adat setempat, membuat ia jarang sekali memandang wajah seorang pemuda lekat-lekat. Rupanya batin sang Ayah dan anak putrinya itu mempunyai keinginan yang sama yaitu memikat hati Arya Welang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Eeeghhh ...." Arya Welang berdehak karena kekenyangan. Ia segera minum untuk menghilangkan cekukan. Jumpalit jadi tertahan menertawakan Arya Welang. Rupanya ia sangat lapar sekali sehingga makannya sangat cepat sehingga angin yang berada di perutnya keluar dari mulut. Begitupun dengan Asturi yang sedang mengamati dari lobang dinding anyaman bambu itu. Ia tertawa cekikikan sambil menutup mulutnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sang Ibu melihat gadis remajanya sudah mulai genit hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kenapa kamu senyam-senyum sendiri Nyi?" tanya sang Ibu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Lucu bu, hi ... hi ... hi ..." jawab Asturi tertawa kecil.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Apanya yang lucu?!" tanya Sang Ibu kembali.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Anak laki itu Bu, anak laki itu, hi ... hi ... hi ..." Asturi benar-benar merasa terhibur di hari itu dengan kedatangan seorang pemuda tampan. "Coba ibu lihat. Dia makan sampai keselek hi ... hi ... hi ...."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Wah ... kamu sudah mulai genit Nak!" ujar sang Ibu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dikata begitu Asturi menjadi malu. Wajahnya lantas memerah. Lalu berlari kecil masuk kedalam kamar sambil terus tertawa kecil.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sementara itu Arya Welang dan Jumpalit sedang becakap-cakap. Tiba-tiba datang seseorang dengan tubuh belumur darah datang menghadap Jumpalit dengan tersengal-sengal menahan rasa sakit, "Guru, ada perusuh," lapor orang itu dengan terbata-bata. Jumpalit segera bangkit lalu memeluk orang itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Siapa yang membuat keonaran di kampung kita?" bertanya Jumpalit dengan rahang tampak naik turun petanda naik darah. "Katakan siapa yang melakukan ini?!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Dia, dia, dia seorang wanita guru!" jawab orang itu melapor.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Emm ..." Jumpalit berdehem. Tak lama orang pemberi kabar itu pun merenggang nyawa dengan mulut memuntahkan darah segar. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jumpalit menoleh kearah Arya Welang. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Arya Welang mengangguk lalu berkata, "Mari kita lihat!" Arya Welang segera melompat disusul Jumpalit. Dengan langkah cepat mereka sampai di tempat keramaian orang yang sedang berkerumun melihat sesuatu. "Ada korban lagi!" batin Jumpalit. Ternyata benar, terlihat sosok tubub dengan tubuh bermandikan darah. Tak berbentuk lagi dengan luka perut terbeset lebar sehingga usus keluar menjela-jela. Bukan hanya itu, mata orang itu tidak ada. Juga leher yang hampir putus.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jumpalit menyaksikan itu, dengan mata membelalak tajam seakan-akan bola mata mau keluar dari rongganya. Ia menggeram, ragangnya naik turun, wajahnya merah membakar. Sontak ia berteriak memanggil muridnya untuk mengejar Wanita itu. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Selusin murid segera berlari cepat untuk mengejar wanita yang sudah membuat keonaran. Arya Welang tidak tinggal diam ia segera melompat untuk melakukan pengejaran bersama selusin murid Jumpalit. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sebagian lagi untuk mengurus jenazah yang sudah tergolek penuh luka mengerikan. Jumpalit menghela napas untuk mepersiapkan tenaga dalamnya. Tidak tinggal diam, Jumpalit ikut dalam pengejaran itu pula. Dengan ilmu meringankan tubuh, Jumpalit melompat cepat menyusul Arya Welang dan selusin anak muridnya yang mengejar lebih dulu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Di perbatasan desa yang hanya di batasi tanggul pengairan. Seorang wanita dengan buruk rupa sedang memakan seauatu. Darah berlumur di rongga mulutnya, bukan karena luka, tapi karena ia sedang memakan sesuatu. Sangat lahapnya wanita itu memakan seperti penis. Yah penis lelaki.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Wanita iblis! Jangan lari kamu!" sentak salah satu orang pengejar. Wanita buruk rupa itu menoleh kearahnya dengan wajah dan mata menyorot tajam. Lalu ia menyentak dengan membuka mulutnya lebar-lebar sehingga tampak giginya yang sudah merah karena daging yang disantapnya masih menyumpal di mulut.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Melihat itu, orang pengejar sontak berhenti seketika karena terkejut melihat wajah yang sangat seram dan bringas. Ia memalangkan kedua tangannya dengan maksud agar rekan yang lainnya untuk berhenti dan tidak mendekat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Awas hati-hati dia bukan manusia." barkata orang itu sambil menahan tubuh temannya yang lain. "Sebaiknya kita tunggu guru!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tak lama Arya Welang tiba. Sontak pula ia terkejut dan merasa jijik melihat wanita itu. Tiba-tiba Jumpalit berdiri di sampingnya. "Oweek..." Jumpalit memegang perutnya. Rupanya ia ingin muntah melihat kelakuan wanita buruk rupa itu sedang menyantap penis. Jumpalit teringat korban yang menjadi korbannya. Rupanya wanita itu, bukan hanya merobek isi perut pemuda itu tapi juga mencopot penisnya, untuk di jadikan santapan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Wanita gila!" rutuk Jumpalit.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tiba-tiba wanita itu menggeram sambil menatap Arya Welang. Kini Arya Welang ingat jika wanita itu adalah Sutini wanita yang berjuluk 'Wanita berhati iblis'. Namun Arya Welang terperangah mengingat kembali, "Bukannya wanita itu sudah tewas dengan gurunya sendiri," membatin Arya Welang. "Memang aneh dunia persilatan ini!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lalu Arya Welang berbisik kepada Jumpalit. "Aku pernah bertarung padanya. Sutini namanya. Wanita itu sudah kerasukan iblis. Kita harus hati-hati."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jumpalit mengangguk. Bersiap memberikan perintah kepada selusin muridnya untuk menyergap dan menangkapnya. Mendengar seruan itu dari sang guru, sontak pula para murid Jumpalit siaga penuh dengan senjatanya masing-masing. Seseorang datang kemuka dan berkata keras, "Sebaiknya aku saja yang menangkap wanita ini guru. Biarkan yang lain untuk menyaksikan dulu."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Memangnya kamu mampu, hai Suramin?!" bertanya Jumpalit.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Mohon doanya guru!" menjawab lelaki itu yang bernama Suramin. Setelah meminta izin kepada sang guru Suramin melangkah perlahan penuh keyakinan. Sedangkan wanita buruk rupa pemakan penis lelaki itu masih asik menyantap sisa penis yang hanya tersisa biji zakarnya, itu pun tinggal satu. Mendengar langkah menuju kepadanya, dengan tiba-tiba wanita buruk rupa itu yang tidak lain adalah Sutini yang berjuluk Wanita Berhati Iblis itu, menoleh cepat kearah Suramin dengan melototkan mata seperti orang takut jika makanannya di ambil.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sutini atau Wanita berhati Iblis itu, sebelumnya sangat cantik dan bersih. Tapi Sutini yang dilihat sekarang oleh Arya Welang seperti orang gila. Badannya kumal dan kotor. Rambutnya semerawut dan kusut. Gigi-giginya banyak yang sudah hitam. Kulitnya pun tampak bersisik. Tentu membuat Arya Welang bertanya sendiri di dalam hatinya. "Ah-bukannya wanita itu sudah mati di tangan gurunya sendiri. Uh-dasar memang aneh dunia persilatan."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hai! Wanita gila!" bentak Suramin sambil merentangkan tangannya untuk menyergap wanta itu. Sontak pula wanita itu menoleh kepada Suramin dengan mata menyorot dan wajah merah padam.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Huuuaaah ...." Suramin segera melompat dan menjambak rambut wanita itu yang awut-awutan. Lalu ditarik kebelakang membuat wanita itu menjengkang. Tapi juga di barengi cakaran wanita itu tepat mengenai pangkal paha Suramin, 'Sreet....' "Agghhh.... " Teriak Suramin merasakan perih dan panas di pahanya. "Aw ..." Suramin melepaskan jambakannya lalu melompat-lompat sambil menahan luka besetan cakaran wanita itu. "Sempruul kowe ...." rutuknya kesal.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Aneh! Tiba-tiba luka besetan bekas cakaran wanita iblis itu cepat sekali membiru di paha Suramin. Panasnya semakin membakar kulitnya sehingga tampak hitam memerah semakin melebar. Suramin kesakitan, "Agghh ... panas guru, panaaas.... Ahh .... Pahaku panas guru!!!" pekik Suramin minta pertolongan kepada sang guru. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jumpalit segera menarik tubuh Suramin menjauh dari Wanita iblis itu agar tidak menyerang kembali. Di usapnya luka Suramin. Menguarnya sinar biru dari luka itu menyerep masuk ketelapak tangan Jumpalit. Seketika itu juga luka yang mulai kecoklatan membusuk berangsur merah kembali lalu mengering. Rupanya Suramin terkena racun yang dikuarkan dari kuku wanita iblis itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sementara salah satu murid Jumpalit maju ke depan menggantikan Suramin untuk menangkap wanita iblis itu, namun ditahan oleh Arya Welang. "Biar aku saja yang menjinakkan wanita ini!" kata Arya Welang sengit. Lelaki itu melirik kearah gurunya. Sang guru mengangguk pertanda diizinkan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Maka Arya Welang berhadapan dengan wanita itu. Dengan mata mencalak penuh murka dan gigi terlihat tajam-tajam lalu wanita itu menggaruk-garuk tanah seperti sedang mengambil tindakan untuk menyerang Arya Welang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Benar saja wanita itu melompat ke muka dengan cekat Arya Welang lantas menguarkan kipasnya. Dilebarkan lalu di kibaskan ke wanita itu. Sontak wanita itu berteriak mundur tidak jadi menyerang karena hawa panas menguar dari kibasan kipas Arya Welang. Sinar kuning menderu. Wanita itu rambutnya berkibar-kibar akibat kencangnya angin yang dikuarkan oleh kipas Arya Welang. Tapi yang membuat wanita itu tiba-tiba berteriak, seluruh tubuhnya terasa terbakar dengan panas yang sangat amat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aaagrrrrhhh ....."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Teriakan wanita seperti orang gila itu sangat santar terdengar sehingga memekakan telinga. Semua orang yang menyaksikan menutup liang telinga. Begitupun Jumpalit ia menutup telinga rapat-rapat. Sebenarnya, nyaringnya suara wanita iblis itu bukan karena tidak terisi dengan tenaga dalam. Tapi teriakan yang sudah dialiri tenaga dalam. Bahkan jika orang awam tampa mempunyai kanuragan yang mumpuni, maka akan pecah gendang telinganya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Satu dari murid Jumpalit menggelepar sambil menutup telingannya dan berteriak keras. Ia kesakitan sampai giginya mengancing dan badannya gemetar lalu keluar darah dari lobang hidung, disusul bola matanya melotot lebar juga keluar darah dari retina matanya. Tak lama ia pun kelojotan ditanah seperti ayam di sembelih dan akhirnya nyawanya lepas.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Yang tak sanggup mendengar teriakan wanita iblis itu, berlari menjauh. Jumpalit sendiri beringsut kebelakang sambil menutup telingannya. Arya Welang terus mengipaskan kipas itu. Kini warna kekuningan berubah abu-abu sedikit hitam. Arya Welang maju kedepan wanita iblis itu. Lalu ...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Craas....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sisi kipasnya ditebaskan ke batang wanita iblis itu. Claak .... Kepala wanita itu mencelat pisah dari badannya yang setengah gosong pekat terbakar. Darah pun menyembur dari batang leher yang kuntung itu. Maka tak lama wanita iblis itu pun tewas.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Arya Welang kembali kembali melipat kipas kembangnya. "Ah ... syukurlah!" desis Arya Welang. Anak buah Jumpalit yang sempat kocar-kacir kembali mendekat. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hebat anak muda," kata Jumpalit berdiri di samping Arya Welang. "Sungguh hebat kipas sakti itu."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Arya Welang sunggingkan senyum. "Baik lah. Sebaiknya kita kembali." ujar Arya Welang, seraya menyelipkan kembali kipas itu ke pinggang. Dengan langkah sedang, Arya Welang merasa senang berada di kampung itu. Lebih-lebih ia mendapatkan pengalaman dalam dunia persilatan atas matinya Wanita berhati Iblis itu yang sempat hidup kembali.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Di kejauhan sang istri Jumplit bernama Nyi Erot dan anak gadisnya Asturi merasa sumringah raut wajahnya ketika melihat Jumpalit dan Arya Welang kembali dengan selamat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Syukur Abahmu kembali Nak!" ucap Nyi Erot kepada Asturi. "Oh yah, sepertinya mereka butuh untuk membersihkan badan. Sebaiknya siapkan air untuk mereka mandi!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Baik Bu!" sahut Asturi segera kedalam kembali untuk memenuhi air di kamar mandi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Abah, sepertinya pemuda ini harus membersihkan tubuh dahulu, agar terlihat segar." kata Nyi erot kepada Jumpalit.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jumpalit menoleh ke arah Arya Welang dan berkata, "Kisanak, sebaiknya ... kisanak mandi dulu. Nanti setelah selesai mandi, kita makan bersama dengan anak dan istri saya!" Arya Welang hanya mengangguk. Badannya memang terasa kotor dan bau keringat. Ia pun lesuh karena merasa melosoh hatinya ketika bertarung tadi melihat tanggal kepala wanita Iblis di tangannya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Em ... sejuknya terasa!" gumam Arya Welang ketika membasuh tubuhnya dengan batok kelapa yang diberi gagang kayu. "Tapi, duh pakai baju itu lagi. Uh!" Arya Welang bingung dengan pakaian setelah mandi. Tidak ada salinan. "Mana mungkin dia meminjam baju Ki Jumpalit!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Tenang anak muda, Ibu punya baju yang bagus dan masih baru!" Suara itu terdengar dari balik bilik ruang mandi. Tentu membuat Arya Welang kaget dan malu seperti sedang diintip oleh seorang wanita. Dan memang suara itu adalah suara Nyi Erot istri Jumpalit.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aku sudah sediakan untuk kamu. Baju ini milik suamiku sewaktu muda dulu. Tidak dipakai olehnya." Nyi Erot berujar.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ah, Nyi Erot ngintip yah!" pekik Arya Welang, ia bergegas menutup kemaluannya dengan telapak tangan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hihihi ... " Nyi Erot tertawa kecil, "masa ibu sudah setua ini masih suka ngintip sih hihihi ..." Tiba-tiba pakaian yang terlihat baru di cantolkan di dinding setengah yang terbuat dari anyaman bambu itu. "Ini bajunya, kalau sudah pakai. Tidak usah sungkan, masih bagus kok!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Arya Welang lantas mengenakan pakaian itu. Warna putih bersih dan celana juga berwarna putih. Dengan ikat pinggang berwarna biru. Lalu Arya Welang keluar dari kamar mandi. Nyi Erot sunggingkan tersenyum ketika Arya Welang berada di depannya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Wah ... tampan sekali kamu!" ucap Nyi Erot.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Arya Welang sambut senyum dengan wajah memerah malu. Tapi yang membuat Arya Welang bingung ketika mandi, kenapa Nyi Erot mendengar perkataannya. Padahal suaranya hanya berdesis pelan nyaris tak terdengar oleh Arya Welang sendiri. Ilmu sangat tinggi untuk pendengaran yang di miliki Nyi Erot tidak dianggap enteng. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jumpalit, Nyi Erot, Asturi dan Arya Welang duduk bersila saling berhadapan di depan makanan. Mereka sedang menikmati makan malam. Lalap lenca terong dan tidak kalah pentingnya adalah jengkol. Rupanya Jumpalit sangat suka sekali dengan jengkol. Arya Welang baru pertama kali makan bersama serta menikmati makana begitu kesan sederhana namun serba ada. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jumpalit adalah sesepuh kampung situ yang sangat dihormati dan disegani. Oleh karenanya, makanan tak pernah kekurangan. Banyak warga yang mengenal Jumpalit yang menyumbangkan sebagian hasil tanamnya diberikan kepada Jumpalit sebagai sedekah.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bahagianya Arya Welang menikmati suasana itu. Semenjak kecil ia tidak merasakan kehangatan bersama keluarga, terutama seorang Ayah. Sampai sekarang Arya Welang tidak tahu dan tidak akan perrnah tahu ia terlahir dari benih siapa! Karena Arya Welang tahu ia hanya memiliki seorang ibu yaitu Ning Warsih.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Hanya saja yang membuat Arya Welang malu dalam celakan orang-orang yang mengatakan Ibunya seorang Pedekar Wanita berotak Mesum. Banyak cerita ia terlahir dari banyak lelaki yang pernah meniduri Ibunya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Nak Arya ..." Nyi Erot membangunkan lamunan Arya Welang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ya Nyi!" sontak Arya Welang menjawab dengan nanar.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Apa yang kamu lamunin Nak?" Nyi Erot bertanya. "Cerita saja sama kami, siapa tahu kami sekeluarga bisa membantu apa yang ada di pikiranmu, Nak!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jumpalit mendengar sang istri berkata begitu menimpali, "Benar, anggap saja kami keluargamu sendiri. Bahkan kami akan menjadikan Nak Arya sebagai bagian keluarga kami"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Arya Welang terhenyak mendengar itu. Keluarga apa yang dimaksud Jumpalit. Karena Arya Welang sempat melihat ketika Jumpalit berkata begitu, ia melirik kearah putrinya, Asturi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tapi Arya Welang mengatakan di dalam hati, "Asturi, memang wanita yang cantik dan lugu." Terbukti wajahnya merah merona ketika Arya Welang menatapnya. Gadis mangkat gede itu belum pernah tersentuh hatinya dengan cinta. Walaupun Arya Welang tak perduli dengan cinta. Namun ketika memandang wajah Asturi ada getaran hebat di aliran darahnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ah ... " Arya Welang memalingkan wajahnya ketika ia larut dalam lamunan keindahan wajah Asturi. Begitu pun dengan Asturi, ia mencoba membuang rasa malunya ketika Arya Welang menatapnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mungkin ini pertama kali Arya Welang merasakan getaran cinta di hatinya. Suka dengan lawan jenis, jenis yang sama dengan bundanya. Hanya saja ia menjadi syndrom jika selalu mengingat kelakuan sang Bunda yang mengumbar syahwatnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bahkan bisa menyebabkan impoten pasif jika mempunyai trauma di masa lalu. Seperti Arya Welang ini, yang menjadi hinaan orang tentang Bundanya yang gemar melakukan hubungan badan dengan banyak lelaki.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sementara itu, Jumpalit dan Nyi Erot melihat wajah Arya Welang dan Asturi selalu mencuri pandang hanya mesem-mesem saja. Kini perjodohan tidak akan susah jika sudah sama-sama suka. Dilihat mereka sangat serasi, Arya Welang pendekar tampan dan Asturi gadis pingit yang cantik. Jarang sekali di dunia persilatan, pendekar suka sama gadis pingit. Paling umum, pendekar berpasangan dengan pendekar pula.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Setelah selesai menikmati hidangan malam. Mereka beranjak keluar hanya sekedar bercengkrama. Tak lama malam pun larut.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Nak Arya, sepertinya malam semakin gelap. Dan juga Nak Welang terlihat lelah, bagaimana jika kita beranjak tidur." yang berkata Nyi Erot.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Benar kata Nyai!" sahut Jumpalit menimpali. "Bagaimana kalau Kisanak tidur, biar Aku dan Nyai menyusul."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mata Arya Welang terlihat sayu petanda sudah kantuk menyerang. "Baiklah, saya lelapkan dulu sejenak. Saya jarang tidur pulas, tapi malam ini seperti ada yang mengusap mataku. Ah, mungkin kekenyangan!" ujar Arya Welang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ya sudah, kamar sudah dirapikan oleh Asturi." kata Nyi Erot. "Mari ibu hantarkan!" Nyi Erot bangkit dari duduknya. Melihat itu, Arya Welang bangkit pula untuk melangkah tidur menuju kamar di sebelah kanan ditengah antara kamar Sepasang manusia paruh baya itu dan kamar Asturi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tampak kamar yang bersih dengan kelambu menutupi tempat tidur. Dirasa sangat nyaman oleh Arya Welang. Baru pertama kali ia tidur di rumah orang dan di dalam kamar beralaskan tempat tidur dengan kelambu berwarna biru langit. Karena selama ia mengembar, tidur dimana saja jadi seperti di pohon dan gubuk sawah.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Setelah itu, Arya Welang merebahkan tubuhnya. Kelambu ditutup. Ia mencoba memejakan mata. Tapi baru saja mata dipejamkan, terdengar suara wanita cekikikan dari balim dinding anyaman bambu. Suara itu berasal dari kamar Asturi. Rupanya ia sedang mengintip ketika Arya Welang beranjak tidur dengan hanya bertelanjang dada. Asturi mengintip di lobang-lobang kecil dari dinding anyaman bambu itu. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hai Asturi, kenapa kamu mengintip aku?" Arya Welang brtanya pelan. Sedangkan yang ditanya malah tertawa cekikikan genit. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ya sudah ... Selamat tidur yah ....xixixixi...." Astruri menjawab centil. Ia pun merangkak ke tempat tidur lalu menutupi tubuhnya dengan selimut kain.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
EPS <a href="http://yenyerrow.blogspot.com/2016/07/pendekar-kipas-sakti-6.html#more" target="_blank">Selanjutnya</a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-80667978659166488642016-03-04T10:33:00.002+07:002016-03-04T10:33:42.760+07:00Rachel Nadelson #3<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjegUt33c2zcdLTBEb8JyeRa4UajmxsxERIPu-kYCm_Iaq4NX1zzJ1boinMGLJNVD8SWpdueO-xtYmZoUymsfRvEh9NdJwJp9pylgaLJD6Q0FQnDwkpQCLorV3ZWqG4XcBy_iI4TgxIJeE/s1600/IMG_20160221_212336.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjegUt33c2zcdLTBEb8JyeRa4UajmxsxERIPu-kYCm_Iaq4NX1zzJ1boinMGLJNVD8SWpdueO-xtYmZoUymsfRvEh9NdJwJp9pylgaLJD6Q0FQnDwkpQCLorV3ZWqG4XcBy_iI4TgxIJeE/s400/IMG_20160221_212336.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tinggal menghitung bulan pemilihan orang nomer satu di negeri Paman Sam itu di gadang-gadangkan hanya terpilih dua kandidat yang akan bersaing di bursa pemilihan president Amerika Serikat. Dua kandidat itu adalah ANDREW JACKSON dan JHON QUIN ADAMS. Mereka akan bersaing dan mencari simpatisan untuk memenangkan dalam pesta besar itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><a href="http://yenyerrow.blogspot.in/2016/02/rachel-nadelson-sang-wanita-bangsawan-2.html" target="_blank">Cerita yang lalu</a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Partai yang mendukungnya pun berkoar-koar agar segenap kadernya memilih president unggulannya. Jhon Quin Adams berkelakar, ia akan memenangkan hanya satu putaran. Dia yakin itu karena banyaknya partai pendukung dan simpatisan dari lapisan kalangan masyarakat atas, menengah maupun bawah. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sedangkan Andrew Jackson sebagai calon president independent tak gentar. Dengan jurus blusukannya ia yakin akan mengambil hati rakyat terutama dari kalangan menegah kebawah atau biasa disebut Wong Cilik alias orang susah. Tampa dan sebab moniey politic, ia yakin itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tetapi sungguh disayangkan keluarga besar wanita yang ia cintai mendukung Jhon Quin Adams. Namun itu tidak mengapa, yang terpenting adalah bisa memikat hati wanita itu ialah Rachel Nadelson yang kini sudah menjadi istri Willis Robart pengusaha tanah dari Kuntacky.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sementara itu hari demi hari kehidupan rumah tangga Rachel Nadelson dengan Willis Robart kurang harmonis dikarenakan, kurang berfungsinya alat kelamin Wills Robart di atas Rachel Nadelson. Berfungsi jika dikasih obat kuat. Tapi jika tidak dikasih, penis Willis Robart mengkerut total, sehingga membuat Rachel Nadelson tidak terpuaskan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Padahal apa dikata semua sudah menjadi bubur. Hubungan sakral sudah terikat. Semua jadi mengerti sifat masing-masing, kelebihan maupun kekurangannya. Begitupun dengan seks, kini Rachel Nadelson tahu kalau Willis Robart mempunyai penyakit Impotensi staduim 2.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Pernah suatu ketika di saat Rachel Nadelson sedang kepengen-kepengennya berhubungan badan. Baru mulai Rachel Membuka baju, sontak penis Willis Robart mengacung keras karena efek obat kuat. Tapi ketika kepala penis itu menyentuh bibir vagina, sekonyong-konyong merungkuk seperti ayam sayur ketelen karet gelang kena minyak tanah. Tentu membuat Rachel Nadelson kecewa yang sangat amat berat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lalu berinisiatif untuk mengkonsumsi obat-obatan herbal maupun pengobatan alternatif seperti berobat ke Mak Errot, tetapi sayang Mak Errotnya keburu meninggal, ada anaknya. Bukan hanya itu, makanan herbal pun di konsumsinya, seperti biji buah pace dengan cara diambil bijinya, lalu ditumbuk dijadikan kopi. Memang sih agak pahit dan berbau, tapi itu sangat manfaat buat kejantanan pria agar tahan lama dan mempunyai sperma kental seperti oli Top One.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sedangkan makanan sehari-hari yang mendukung seperti: Lalap Kemangi, lalap Lenca dan lalap-lalapan yang mengandung protein tinggi seperti tempe. Sedangkan makanan lautnya seperti kerang bulu. Ditambah minuman seperti telur setengah matang di campur lada.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ada juga yang mengajarkan pakai sperma gajah. Jadi ketika gajah sedang kawin, lalu ketika mau keluar sperma dari pejantan, segera ditadangkan untuk diambil spermanya. Ah ada-ada aja, kalau mau cepat besar dan kuat mah, dicelupin aja ke lobang semut api.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Begitulah yang membuat Rachel Nadelson selalu marah-marah kepada Willis Robard tampa sebab, karena Willis Robart tidak mau terbuka apa penyabab Rachel Nadelsion selalu bermuka masam. Sehingga rumah tangganya harus berakhir. Tetapi Willis Robart masih cinta sehingga ia harus bertahan untuk keutuhan rumah tangganya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rachel Nedelson pun demikian, dia tidak mahu terangan-terangan kalau dia kurang puas. Untuk memuaskan birahinya terpaksa harus melakukan onani sendiri di kamar mandi dengan cara di kobel-kobel.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Pernah terlintas di pikirannya untuk berselingkuh dengan pria lain, tetapi ia berpikir kembali, "Jika ketahuan tentu akan membuat malu keluarga besarnya sebagai wanita bangsawan." Ah tidak mungkin...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sedangkan di dalam pikiran Willis Robard pernah juga ingin istrinya itu bermain dengan lelaki lain, dengan cara disetubuhi di depannya. Namun pikiran itu ditepisnya yang tentu akan menurunkan derajatnya sebagai seorang suami.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Paling banter melakukan dengan cara memakai penis karet yang di ikat di pinggang. Yang penting bisa memuaskan sang istri.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sayang!" kata Willis Robard. "Aku tahu, kamu selalu bermuka masam dan selalu cemberut, karena kamu tidak puas dalam hubungan seks kita. Aku masih cinta sama kamu. Aku berjanji akan mempertahankan keutuhan rumahtangga kita. Oleh karena itu, aku rela memuaskanmu, dengan cara menggunakan penis karet, toh lebih enak, anggap saja itu penisku." ujar Willis Robard merasa bersalah. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rachel Nadelson mengangguk. Sebenarnya ia pun masih sayang kepada Willis. Akhirnya mereka mencoba untuk bermain dengan menggunakan penis karet.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sayang...kamu ngangkang yah!" ucap Willis kepada Rachel. Rachel Nadelson pun mengangkat pahanya tinggi-tinggi sambil membuka kedua pahanya sehingga tampaklah vagina meletek luas dan menjura kelentitnya dengan buncah memerah lembut. Willis melongo-longo melihat itu walaupun penisnya tidak bisa mengencang. Biar di apakan itu vagina Rachel Nedelson, tetap saja merungkuk takut tak berdaya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Willis mulai menempelkan penis karet itu di bibir vagina. Perlahan di oles-oleskan dengan lembut naik-turun dengan kepala penis karet itu. Rachel bergelinjang geli tak karuan ketika kepala penis itu secara perlahan masuk sedikit demi sedikit. Bertambah dalam tusukan penis karet itu, bertambah buncah Rachel rasakan...."ah...uuhh..ssssttt...oooh....yeeaa....uuuugghhh....."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Enak ya sayang?" killah Willis sembari menusuk lebih dalam lagi sampai hulu penis karet itu. Rachel Nadelson merem-melek. Vaginanya terasa nikmat tiada tara. Terkadang seperti tersumpal dengan benda yang sangat padat lagi keras. Wajahnya mendongak keatas petanda enak tertahan. "Lebih dalam lagi sayaaang...!" pekik Rachel Nadelson bergidik enak. Ototnya merenggang merasakan gurih masnyes.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Willis hanya menikmati permainan itu. Biarpun hanya menggunakan tangan, seraya sangat menikmatinya. Karena kepuasan istri juga kepuasannya. Nikmatnya ketika itu menjadi sangat terkesan karena ide briliant yang di cetuskan Willis kepada istrinya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sayang...a, a, a, aku mau keluar...!" desah Rachel Nadelson. Rupanya ia hampir klimaks. "Oh... Seandainya ini kontol kamu sayang...ooh...!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Iya, seandainya!" gumam Willis Robard.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rachel pun tak sadar telah klimaks beberapa kali. Bahkan setiap penis itu dicabut, keluarlah air klimaksnya. Lalu dimasukan lagi oleh Willis, beberapa detik kemudian Rachel minta dicabut, setelah penis karet itu dicabut, muncratlah air kenikmatan itu. Dan seterusnya beberapa kali.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Setelah dirasa sudah habis air kenikmatannya, barulah Rachel meminta untuk beristirahat sejenak, tapi terkadang ia langsung tertidur karena kelelahan. Tidak halnya dengan Willis, setelah lelah memainkan penis karet itu di selangkangan Rachel Nadelson, dia hanya bisa membayangkan jika penis itu adalah penisnya. Maka penuh penyesalan akan dirinya mengidap penyakit impotensi permanen.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Namun entah mau dikata. Semuanya sudah garis tangan yang harus dirasakan Willis Robard. Berwibawa di mata orang, tapi lemah di mata istri. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Setiap hari Rachel Nadelson selalu uring-uringan, bahkan tampa sebab tahu-tahu memasamkan wajah. Membuat suasana rumah tangganya kurang harmonis. Sehingga mencapai puncaknya, yaitu permintaan cerai dari Rachel Nadelson.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Willis Robard bermuram durja. Setiap harinya penuh kemuraman. Tidak ada gairah dalam hidup. Di hatinya yang paling dalam ingin selalu bersama Rachel Nedelson sampai nafas terakhir dan mau memisahkan mereka. Tapi itu hanyalah hayalan belaka, kini sang istri menggugat cerai secepat mungkin.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ketidak harmonisan ternyata terdengar oleh keluarga besar Rachel Nadelson. Hasutan untuk berpisah semakin membesar. Karena pihak keluarga tidak ingin Rachel menderita seumur hidupnya. Menderita karena tidak mendapatkan kepuasan batin sebagai seorang istri.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Pokoknya aku minta cerai mas!" pinta Rachel dengan mimik wajah sedih. "Aku tak ingin selamanya begini. Hanya terpuaskan oleh penis keret setiap hari."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Willis Robard dengan nada berat menjawab, "Tapi aku masih cinta sayang. Aku mohon, urungkan niatmu untuk menggugat cerai!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Tidak!" jawab Rachel sengit. "Semua kelargaku sudah mengetahui. Bahkan setuju kalau kita berpisah. Bahkan mereka akan mengusirmu dari sini."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Willis hanya menunduk, lalu membuang tatapannya kearah lain, tak lama ia berdiri lalu menuju jendela dan menatap kosong keluar jendela, seraya barkata. "Kalau itu maumu, aku akan berkemas dan pulang kerumah orangtuaku. Tapi ingat aku tak akan menceraikanmu dengan tertulis. Biarkan masa idhah yang menceraikan kita. Aku malas ngurus surat-suratnya. Jika masa idhah sudah selesai, silahkan kamu menikah lagi."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Setelah berkata begitu, Willis segera menuju lemari pakaiannya. Lalu membenahi semuanya. Dan barang-barang yang patut dibawa. Rachel Danelson menitikkan air mata, ia menundukkan wajah lalu menangis terseguk pelan. "Maafkan aku cintaku. Seharusnya kita berpisah. Aku sudah tidak tahan dengan semua ini!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Hari itu juga Willis Robard melangkah pergi dari kediaman Rachel Nadelson dengan hati hancur berkeping-keping laksana pesawat sukhoi komersil menabrak gunung salak di bogor. Hatinya ingin menjerit namun tertahan. Lehernya terasa tersendat ketika ia menengok kebelakang rumah Rachel Nadelson. Di lihat dari kejauhan sang istri tercinta memandang dengan tatapan sedih. Namun semua sudah keputusan akhir yang harus dihadapi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rachel memandang Willis dari lantai dua, ia bergumam di dalam hati. "Selamat jalan suamiku. Selamat berpisah dan selamat menjalankan kehidupan masing-masing." Tidak terasa air matanya kembali mengalir membasahi pipi. Ia terus memandang sampai Willis hilang di perapatan jalan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Resmilah mereka berpisah atau istilah pisah ranjang. Tapi ini lebih tinggi lagi yaitu pisah rumah. Jodoh memang tidak ada yang tahu. Setiap manusia sudah di takdirkan jodohnya. Semua itu suratan takdir dari yang maha kuasa sebagai sutradara alam terbesar ini.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Desas-desus perpisahan Rachel Nadelson dengan Willis robard sampailah ketelinga Andrew Jackson sang calon President Amerika yang masih berharap cinta dari Rachel Nadelson. Berarti ini suatu kesempatan untuk mendekati jandanya. Biarpun sudah janda, yang terpenting cintanya yang sudah berkalang sayang dan berkalang suka. Bahkan Andrew Jackson akan berusaha sampai akhir hayatnya untuk mendapatkan cinta wanita pujaannya yaitu Rachel Nadelson.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dalam kampanye sebagai kandidat calon president, tentu sangat mendukung cinta Rachel apabila terjadi dia akan menjadi Ibu Negara yang sangat disegani. Seorang wanita dari kalangan bangsawan yang kini menjadi istri serang President negara adi kuasa itu. Tapi itu baru di dalam hayalan Andrew Jackson.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Pak, sudah siang!" Ajudan menegur dalam lamunannya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Oh, oke!" sontaknya. Lalu segera beranjak untuk safari kampanye kepedalaman dan tempat-tempat yang belum terjangkau oleh kedua kandidat itu. Namun ketika diperjalanan Andrew Jacson teringat kembali akan kaset rekaman mengenai hubungan badan sebelum nikah antara Rachel Nadelson dan Willis Robard. Terpikir olehnya untuk membeli kaset rekaman itu dari Rokayah, untuk disimpan dan tidak jatuh ketangan lawan politiknya Jhon Quin Adams.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sebentar, aku akan hubungi temanku!" kata Andrew Jackson beralasan kepada ajudan. Ia mengambil celluler dan menghubungi Rokayah sang sahaya Rachel Nadelson. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sementara itu Rokayah sedang berada di belakang rumah, mendengar handphonnya berdering dari Andrew Jacson ia terkejut, apa yang harus ia jawab, karena berpikir tak mungkin menjual aib sang majikan yang baik hati selama ini hanya menukar materi yang tidak seberapa dan resiko tinggi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Halo..tu, tu, tuan Andrew!" jawab Rokayah gugup.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Oke... bagaimana, aku sudah siapkan uang yang kamu mau." berujar Andrew Jackson.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ma, maaf Tuan, sebaiknya, sebaiknya..."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sebaiknya apa?" sentak Andrew Jacson.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sebaiknya dibatalkan saja Tuan!" Rokaya menjawab tegas. "Aku menyesal telah merekamnya. Aku berpikir kembali, alangkah tercelanya diriku membuka aib majikanku yang selama ini telah menyayangiku dan baik hati. Aku minta maaf Tuan. Tidak jadi mengenai kaset rekaman itu cukup aku saja yang tahu. Dan aku akan hancurkan kaset itu."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"He...He... He..." Andrew Jackson tertawa. "Bagus kalau begitu. Tapi biar bagaimanpun, kaset itu harus aku miliki demi kebaikan majikanmu juga. Justeru aku yang takut kalau keset itu berada di tanganmu. Lebih baik aku ambil kaset itu, tentu aku bayar dengan uang yang kamu minta!" ujar Andrew Jakcson panjang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Bukannya keluarga besar Rachel mendukung kandidat Jhon Quin Adams?!" bertanya Rokayah.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ya, tapi aku mencintai Nyonya Rachel, pasti aku akan mengambil hatinya. Oh yah aku dengar Willis sudah di usir dari rumah?" Andrew Jackson balik bertanya. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Tuan tahu dari mana?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Tau saja. Ajudanku yang memberitahu kalau Rachel Nadelson dan Willis Robard akan berpisah dan berujung cerai." terang Andrew Jackson, Rokayah terkejut, rupanya Andrew Jackson telah mengetahui. Tapi yang membuat Rokayah lebih terkejut lagi, kalau lelaki yang selama ini ia pikir sebagai lawan politik majikannya, ternyata menyimpan rasa suka.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Jadi tuan sebenarnya suka sama Bunda Rachel!" seru Rokayah bertanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Iya, aku mencintainya!" jawabnya. "Salamkan cintaku padanya. Aku akan meminangnya kalau dia sudah resmi menjadi janda. Oh yah, bagaimana? Sekarang juga aku ambil rekaman itu, dan kamu kamu akan mendapatkan uang!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Baiklah, aku akan akan taruh di bawah pot di taman seperti aku menaruh surat yang lalu." pungkas Rokayah. Lalu pembicaraan pun terputus. Rokayah segera mengambil kaset rekaman itu untuk dibawa ke taman dan diserahkan kepada Andrew Jackson.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Berita tersiar perceraian Rachel Nadelson begitu cepat terdengar sampai ketelinga rakyat Amerika. Tentu menjadi gosip hangat untuk keluarga besar Rachel Nadelson yang akan menjadi isu dalam rangka pemilihan president nanti. Terutama dari pihak Jhon Quins Adams mengira-ngira akan bersebelahan dengan mendukungnya. Karena Wills Robard pendukung berat dari partainya. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sedangkan Rachel Nadelson di pihak independent yang berarti mendukung Andrew Jackson sebagai saingannya. Kalau ini terjadi berarti Jhon Quins Adams harus berjuang keras untuk mengambil hati rakyat dan berjuang bersama partai pendukungnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Berita miring pun terjadi dari pendukung Andrew Jackson agar permasalahan cerai antara Rachel Nadelson dan Willis Robard adalah batu loncatan politik keluarga Rachel jika Andrew Jackson terpilih nanti menjadi orang nomer satu, sudah pasti keluarga Rachel akan mendapatkan kursi menteri dan duduk di kabinet.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tapi Andrew Jackson menepis perasaan buruk itu. Ia yakin keluarga Rachel Nadelson akan berbalik mendukungnya dengan tampa pamrih. Lebih-lebih jika Rachel Nadelson bisa menerima cintanya. Tentu ia akan sangat bahagia.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dan itu akan di buktikan setelah berkampanye pada hari ini. Malam nanti ia akan berkunjung ketempat kediaman Rachel Nadelson, tentu dengan lobi-lobi agar mendukungnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Malam tampak pekat pertanda akan turun hujan. Dari balik daun jendela kamar ruang atas, wajah penuh muram dan kesedihan menatap tajam kedepan turunnya rinai sedang deras. Ia berpangku dagu. Ada rasa kerinduan dirasakan ketika hujan itu berangsur sedikit menyisakan gerimis. Rachel Nadelson, masih jelas terbayang wajah sang suami. Meskipun ia sudah mengetahui kelemahan Willis Robard namun rasa cinta dan kasih sayangnya masih bergelora di dalam hati. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tetapi ia akan berusaha melupakan kenangan itu semua. Tidak mungkin hidup berumah tangga hanya merasakan cinta tapi tidak bisa merasakan seks sebagai bumbu pokok hidup berumah tangga. Karena tampa seks mana mungkin akan mempunyai keturunan. Bukan hanya itu, tapi kenikmatan yang ia rindukan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tok, tok, tok,</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Terdengar suara pintu terketuk. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Masuk...!" ucap Rachel, ia sudah paham pasti sang sahaya Rokayah. Derik pintu terdengar. "Maaf, bunda aku, Rokayah!" Benar yang mengetuk pintu adalah Rokayah. Rachel pun beranjak dari jendela dan duduk di kursi sebelah kanan paling pojok tempat tidur. Rokayah menghampiri lalu duduk mendeprok takzim. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Bunda..." berkata Rokayah.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ada apa sahaya?" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aku dapat kabar, jika Tuan Andrew Jackson akan menyambangi bunda malam ini."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rachel Nadelson sempat terkejut mendengarnya, tapi ia sembunyikan dengan senyuman. "Em... mau apa Tuan Andrew menyambangiku. Dia padahal tahu kalau keluargaku berpihak pada Jhon Quins Adams." gumamnya pelan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Karena Rokayah sudah tahu apa tujuan Andrew Jackson berkunjung, Rokayah pun menjawab, "Mungkin bersifat pribadi Bunda!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Oke, di sini sangat terbuka oleh siapa saja, termasuk Tuan Andrew Jackson." Ujar Rachel Nadelson mengkeryitkan kening. Setelah menyampaikan kabar itu, Rokayah pun bangkit lalu pamit untuk keluar mempersiapkan jamuan untuk tamu special sang calon President. Sedangkan Rachel Nadelson bergegas memakai gaun sebagai wanita bangsawan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sejam kemudian, rombongan sang kandidat benar-benar datang. Andrew Jackson dan beberapa ajudan sudah berada di halaman istana. Segera Rachel Nadelson keluar dqri kamarnya untuk menemui Andrew Jackson.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Setiba di ruangan tamu. Andrew Jackson terpanah melihat ke-anggunan dan kecantikan Rachel Nadelson. Hidup setelah menjadi janda, semakin mengoda di mata Andrew Jackson. Bertambah sukalah ia. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Plok...plok...plok...! Pak kok bengong!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Andrew Jackson gelagapan terkejut ketika sang Ajudan menegurnya. Sontak wajahnya memerah menahan malu. "Eh... kaga, em..." Andrew Jackson berkillah.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hai Tuan Andrew... sang calon President..." tegur Rachel dengan senyuman khasnya. Andrew turut balas senyumnya. Rachel mengulurkan tangan untuk menjabat. Andrew menjemputnya, lalu mencium telapak tangan Rachel Nadelson sebagai penghormatan wanita bangsawan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Nyonya Rachel...kamu cantik sekali!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ah, terima kasih Tuan, jangan lebay begitu." kata Rachel tersipu malu, "Ada apa Tuan Andrew Jackson datang secara mendadak seperti ini. Malam pula. Apakah tuan tidak takut begal di jalan yang semakin berani."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"He...he...he..." Andrew tertawa. "Lucu kamu. Masa aku di begal. Bisa modar tuh begal ditembak sama ajudan saya."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Silahkan duduk Tuan!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Andre Jackson bergumam dihati. "Emang itu yang aku mau. Dari siang aku berjalan mulu!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Coba Tuan ceritakan, apa tujuan Tuan menyambangi saya?" bertanya Rachel Nadelson. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aku kemari hanya ingin menyambung siratuh rahmi saja sama kamu. Tidak ada muatan politik. Semua murni karena keinginan pribadi. Jadi.. anggap saja aku sedang berkencan dengan kamu he...he...he..." ujar Andrew Jackson cengingis.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Oh ... gitu..." kata Rachel Nadelson. "Oh, tapi Tuan tidak takut dilihat orang jika menyambangi janda he...he..he..." balas Rachel Nadelson tampak genit.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Perlu diketahui, Andrew Jackson sangat tampan dan berwibawa. Ia adalah calon President termuda dari saingannya. Andrew Jackson bukan hanya ganteng, tapi juga pintar berpidato. Penampilan elegant dan berkarakter romantis. Oleh karenanya Rachel Nadelson langsung terpikat ketika melihat Andrew Jackson datang kerumahnya. Ditambah bau farmun yang membuat Rachel Klepek-klepek. Tapi penulis tidak tahu, apakah Andrew Jackson memakai minyak nyo-nyong pelet atau tidak, yang jelas membuat Rachel Nadelson tiba-tiba punya rasa simpatik padanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sekali lagi, aku kemari hanya untuk bertemu dengan Nyonya Rachel Nadelson secara pribadi!" terang Andrew Jackson. "Secara jujur, sebenarnya aku jatuh hati padamu Nyonya! Dan ini kesempatan aku untuk menyambangi, karena aku pikir kau sudah menjadi janda, yah janda kembang"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rachel tersenyum mendengar penuturan Andrew Jackson yang sangat berani sebagai pemuja cinta. Itulah yang di dambakan seorang wanita dari kejantanan seorang pria yang mengatakan cintanya. Walaupun resikonya sangat besar. Apalagi dia seorang calon pemimpin besar bangsa Amerika Serikat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ah Tuan, bikin aku geli mendengarnya." berkata Rachel Nadelson.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Apanya yang geli!" sahut Andrew spontan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Anuku hihihihi...eh...hatiku hehehe!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sontak Andrew Jackson tertawa terbahak-bahak. "Ternyata Nyonya Rachel punya humor tinggi juga." </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rachel menunduk malu, sebelumnya ia menutup mulutnya karena menahan tawa yang sangat geli melihat Andrew Jackson yang berwibawa seperti seorang pelawak. "Sudah Tuan, jangan membuatku terkencing di celana!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Pesing dong...!" kata Andrew lagi. "Ha...ha...ha...ha....bisa aja kamu!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Singkat aja Tuan!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Iya singkat aja, kasihan penulisnya capek, mengabadikan kisah kita." ujar Andrew menyeringai. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
++++</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bunga cinta bersemi kembali di hati Rachel Nadelson. Kini ia dapat melupakan Willis Robatd yang impoten karena kehadiran sang lelaki nomer satu di negeri Paman Sam itu. Sang calon President negara adi kuasa.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Begitupun dengan Andrew Jackson. Hatinya kini sangat senang, akhirnya terbalas juga cintanya. Meskipun jejakanya harus berakhir dengan seorang janda. Ia berpikir, status tidak meski menghalangi suatu cinta dan kasih sayang. Banyak kisah bujangan yang menikahi seorang janda. Begtupun sebalinya. Cinta memang buta. Tak pandang usia, hanya saja cinta masih memandang materi. Karena kata orang bijak, "Cinta itu harus pakai duit. Kalau tidak,, makan tuh cinta!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bersambung....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-72876000495248663372016-02-26T03:08:00.000+07:002016-05-15T23:36:38.163+07:00Black Forest #2<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3piqvHYPKpUcNeftznDz-c-mHEAg7Y74mpTkZdpjrSRz_zyQk3b85V_hy0rQonh3yLP0qAd-hF2TvMOtJs8ex7YqNrl5RwbVO7gdAaXvTrRmjiOfB2WGG5h-P8AOCmRWEbcmiKDSpL3w/s1600/images%252520%2525281%252529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3piqvHYPKpUcNeftznDz-c-mHEAg7Y74mpTkZdpjrSRz_zyQk3b85V_hy0rQonh3yLP0qAd-hF2TvMOtJs8ex7YqNrl5RwbVO7gdAaXvTrRmjiOfB2WGG5h-P8AOCmRWEbcmiKDSpL3w/s640/images%252520%2525281%252529.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Suara burung kadasih terdengar nyaring mengalun membuat bulu tengkuk berdiri. Desiran angin menghempas dedaunan pun turut serta mencekamkan suasana malam itu. Welhem tergugu dengan nafas tidak teratur terasa mencekik leher. Ia menopang kedua tangannya diatas lutut. Hatinya dilema apakah harus kembali pulang atau mencari Jakob. Tapi tidak mungkin ia mencari sendiri. "Sebaiknya aku keluar saja dulu mencari desa terdekat untuk meminta pertolongan!" batinnya. (<a href="http://yenyerrow.blogspot.in/2016/01/black-forest.html#more" target="_blank">Kisah sebelumnya</a>)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Wellhem akhirnya sampai di sebuah Desa tak jauh dari hutan itu. Dengan nafas tersengal-sengar dia memberanikan diri untuk mengetuk pintu salah satu rumah penduduk. Seorang lelaki manula membuka dan mempersilahkan masuk. Seorang wanita paruh baya keluar dari ruang dapur membawa dua cangkir minuman hangat. Ternyata mereka adalah sepasang manula bernama Paman Albelt dan bibi Nadetta</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Welhem bersyukur ia bisa diterima untuk bermalam sementara di rumah itu. Sepasang manula yang sangat baik hati dengan wajah ramah dan selalu tersenyum memandang wajah Wellhem ketika ia sedang menyeruput kopi buatan Bibi Nadetta.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Slusurrrp....ah....mantap!!!" Welhem menikmati itu. Rasanya sangat segar ketika tenggorokannya ter-aliri air kopi hangat itu. "Terima kasih Paman!" ujar Welhem lalu menaruh cangkir kopi itu di atas meja. Paman Albelt dan Bibi Nadetta menyeringai tersenyum. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Em...oh yah, Paman dan Bibi hanya tinggal berdua di rumah ini?!" Wellhem mulai membuka mulut untuk mengawali pembicaraan. Paman Albelt dan Bibi Nadetta hanya mengangguk lalu tersenyum dingin ketika Welhem bertanya seperti itu. Welhem celingak-celinguk melihat keliling ruang itu, memang tidak ada siapa-siapa lagi kecuali Paman Albelt dan Bibi Nadetta.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Wellhem lalu menyantap makanan yang disediakan oleh kedua manula itu. "Paman, Bibi, aku makan yah, hidangannya!" berkata Welhem. Kedua manula itu pun mengangguk sambil tersenyum dingin. Tampa sepengetahuan Welhem, kedua bola mata manula itu menguarkan kilatan sinar putih. Mereka saling berpandangan dingin ketika Wellhem menyantap makanan kering yang diberikannya. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tiba-tiba Welhem terbatuk-batuk, "Gruk, gruk!" Kembali kedua manula itu berpandangan dan menguarkan kilatan sinar dari kedua pelupuk matanya. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bibi Nadetta mengambilkan minum ke Wellhem. "Minum dulu, adik jadi keselek, maka itu jika mau makan berdoa dulu!" Bibi Nadetta berkata begitu. Wellhem pun dengan keceguk-keceguk segera meminumnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ia maaf Bibi, aku terlalu terburu-buru makannya, hehehe..." jawab Wellhem menyeringai. "Oh yah, kalian belum menjawab pertanyaanku. Apakah hanya kalian saja yang tinggal di rumah ini?!" tanya Wellhem kembali.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sontak kedua manula itu mengangguk secara bersama-sama. Tampa bicara menjawab ketika Wellhem bertanya seperti itu. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Baiklah, karena malam sudah larut, apakah aku boleh menginap di rumah ini?" kembali Welhem mempertegas. Kedua manula itu pun kembali mengangguk sambil lontarkan senyum dingin, sedingin salju.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lalu Paman Albelt bangkit dari duduknya sambil berucap, "Silahkan saudara Welhem menempati kamar yang paling ujung di lorong sana!" Sambil menunjuk kearah lorong dimana setiap sisinya ada beberapa pintu. Rupanya rumah itu sangat besar walau hanya ditempati mereka berdua. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Welhem pun beranjak dari duduknya dan permisi untuk beristirahat karena tubuhnya sudah mulai letih. Ia segera menuju kamar itu yang ditunjukkan oleh Paman Albelt. Ketika Wellhem berjalan menuju kamar itu, Paman Albelt dan Bibi Nadetta saling bertatapan dan menyeringai seolah-olah senang atas kehadiran Welhem di rumahnya. Kedua manula itu menoleh keatas meja dan menatap makanan dan minuman Welhem. Aneh, makanan itu berubah menjadi potongan tubuh manusia jari-jari tangan, bola mata dan usus yang sudah dipotong-potong. Kedua manula itu tersenyum melihatnya lalu mengeluarkan sinar putih mencelat dari pelupuk matanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bukan haya makanan yang berubah, tapi juga gelas berisi minuman yang Welhem kenakan itu berubah menjadi warna merah darah. Ketika Wellhem masuk kedalam kamar, sontak pula ruangan itu berubah menjadi berantakan dan rapuk penuh debu dan sarang laba-laba.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Wellhem merebahkan tubuhnya yang dirasa ringkih. Ia melupakan sejenak hilangnya Jakob dengan cepat dan misterius. Kantuk berat dirasakan, tak lama kemudian ia pun terlelap.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Pagi bersinar dengan malu-malu di kota tua Staufen. Lima mahasiswa Josef, Hagan, Kief, Delana dan Amilia adalah mahasiswa yang mempunyai hobi berpetualang di alam bebas. Mereka adalah pecinta alam yang paling aktif di kampusnya itu selalu menjadi agenda wajib setiap masa orientasi mahasiswa baru. Namun kali ini mereka mencoba untuk merasakan keganasan alam Black Forest yang belum pernah rasakan dan jelajahi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Josef dengan tubuh besar dan berurat itu dipercaya menjadi pemimpin anggota. Walaupun sebagai ketua, namun dia belum mempunyai pengalaman yang mumpuni dalam menjelajah hutan rimba. Hanya saja tenaganya yang besar bisa di andalkan untuk mengangkat barang yang berat-berat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Apakah sudah cukup persiapan makanan unuk di dalam sana?" tanya Josef kepada Delana sebagai seksi kosumsi. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Delana adalah wanita dengan karakter anggun dan lemah lembut. Ia sebenarnya tidak suka sebagai pecinta alam, tapi karena kegiatan kampus yang dia suka satu-satunya, akhirnya Delana ikut juga dalam program itu. Delana anaknya manja kepada kedua orang tuanya dan mudah menangis jika di bully oleh rekan-rekannya di kampus.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sudah Jos!" jawab Delana kepada Josef.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Tim teknisi dan peralatan, apakah sudah cukup dan tidak ada yang lupa!" Josef kembali bertanya, namun pertanyaannya ditujukan kepada Hegant dan Kief. Mereka adalah mahasiswa senior dalam berpetualang di alam bebas. Mereka berpengalaman dalam hal ini. Mereka juga pernah sampai ke pucuk gunung elves. Tapi mereka tidak berani kepuncak gunung merapi di Indonesia karena takut terkena awan panas.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Hegan mempunyai tubuh atletis kecil berisi. Ia gemar bermain game online yang berhubungan dengan pertualangan seperti Crominal Case. Kekurangannya adalah sangat takut dengan dunia astral alias takut dengan kegelapan. Sedangkan kali ini dia berani mengikuti karena bersama Keif yang banyak makan manis dan pahitnya di gunung yang ia jelajahi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sedangkan Keif mempunyai tubuh kurus namun lincah. Ia gemar panjat tebing walaupun jarang mencapai puncak karena nafasnya yang mudah ngos-ngosan alias pendek nafas. Maklum Keif suka merokok, walaupun dilarang oleh kedua orangtuanya, namun ia tetap membandel.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mereka menjawab. "Sudah Josef. Semua peralatan sudah kami persiapan dari tambang sampai sebilah pedang dan senjata angin pun sudah kami siapkan."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Bagus!" jawab Josef. "Lalu bagaimana dengan Amelia. Apakah segala alat-alat masak sudah komplit, walaupun sebuah cangkir!?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Amelia mengangguk petanda sudah komplit semua alat-alat yang diperlukan di dalam sana. Termasuk tenda. Amelia seorang gadis yang tomboy dengan penampilan cuek dan berwajah masam dan kurang sedap di pandang. Karakternya laksana cowok itu, menambah panjang nasibnya dalam mencari jodoh. Banyak lelaki yang tidak suka dengannya karena bermuka kecut. Tapi Amelia mempunyai sifat dermawan dan royal kepada teman dan sahabat-sahabatnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Baiklah," kata Josef. "Karena semua sudah siap dan tak ada yang tertinggal, untuk itu mari kita berangkat dengan hati gembira. Okeee...."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hom-pim-pa!" sambung Hegan, seraya mengulurkan tangannya dengan merentangkan telapak tangannya lalu disusul keif, Delana, Amelia dan ditutup oleh Josef menyatukan telapak tangan mereka melakukan gambreng dalam persatuan dan kerja samanya...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Berangkatlah mereka menggunakan mobil chateran pickup terbuka. Suasana pegunungan yang membuat Dalena mengangguk-angguk karena kantuk dirasa, makkum Delana selalu hidup penuh kemewahan di rumahnya. Sedangkan wanita tomboy itu yang tidak lain adalah Amelia, ia sangat menikmati perjalanan itu. Pemandangan yang indah dan bagus bisa menyegarkan pandangannya dan menghilangkan kepenatan selama ini. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hai lihat!" sentak Amelia berseru membuka pembicaraan. Ia menunjuk kearah air terjun nan indah dikejauhan terlapis warna pelangi menikung. "Lihatlah pelangi itu, sangat indah!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ya...mantab...fantastic!" ujar Hegan, ia merangkul Amelia.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Woe...tangannya yang sopan yah..." kata Amelia sembari menurunkan rangkulan tangan Hegan. Lelaki itu menyeringai. "Indah, indah, ea indah tanganmu nakal Hegan...." </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sedikit sayang...!" kilah Hegan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Brakk...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hegan, kamu membuat Josef cemburu!" celetuk Keif. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Spontan Josef menjawab sengit. "Ambill....hahaha!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Semua itu hanyalah guyonan belaka sebagai satu tim pecinta alam. Mereka hanya mengutamakan persahabatan ketimbang percintaan. Percintaan hanyalah jika berkesempatan di waktu-waktu tertentu. Itu pun secara spontan dan saling suka sama suka, bukan berdasarkan cinta.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Melihat Delana terkantuk Josef mencoba mengajaknya berbicara. "Hai... Delana, kamu tidak menikmati keindahan alam ini?!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Delana memicingkan mata lalu menoleh kekanan dan kekiri. Dilihat hanya bongkahan batu dan pucuk gunung yang terlihat samar karena tertutup awan kabut. Dalena merapatkan jaketnya. Ia merasa kedinginan. "Kita sudah sampai yah?!" katanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Belum Delana, perjalanan kita masih jauh," jawab Josef. "Hanya saja sayang kamu tidak menikmati keindahan alam ini."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aku ngantuk sekali Jos!" ujar Delana, "aku selalu ngantuk kalau naik kendaraan." </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Emang kamu semalam kurang tidur?" tanya Josef seru.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Tidur cuma bangunnya kecepatan hehehe..." jawab Delana tersenyum menyeringai.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ah kamu tukang molor juga sama seperti aku, hahaha..." balas Josef tertawa.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Eh-minum ini!" Amelia menyodorkan kopi kaleng yang ia bawa. "Seger nih kalau ngopi, sayang kopinya kopi kemasan kaleng jadi tidak panas."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Delana meraih kopi kaleng itu lalu diseruputnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Bagi dong..." Yang berkata Hegan. "Aku juga ingin kopi."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aku juga!" sambung Keif.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tampa disadari Delana, ia meneguknya sampai habis. "Yah... kehabisan!" berkata Delana sambil menunjukan kaleng bahwa sudah habis.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Uh... dasar tukang ngelindur, bangun-bangun ngopi sekali teguk!" hardik Hegan. "Becanda sayang..." katanya lagi sembari sunggingkan senyum.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Tenang aku masih ada," berkata Amelia sembari menguarkan kopi kemasan dengan merk yang sama. "Nih!" katanya sambil memberikan kepada Hegan. Tapi ketika Hegan mau meraihnya, tiba-tiba kaleng kopi itu berpindah ke tangan Josef dengan cepat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aku dulu sebagai ketua ha .. ha .. ha .."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Fuck you kau Josef." umpat Hegan kecutkan wajah. "Sisain, kau sebagai ketua seharusnya mengalah."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hahaha...tenang aja aku sisain...." kata Josef, "Delana, kamu mau lagi?!" Josef menawarkan Dalena dengan maksud mengejek Hegan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sompret, gue yang kepengen, malah nawarin orang!" kembali Hegan mengumpat. Sedangkan Delana hanya tersenyum nyi-nyir melihat tingkah laku Josef kepada Hegan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sudah, aku sudah kenyang hehehe..." menyeringai Delana, sehingga tampak lesung pipi terlihat cantik di pandang mata. "Tapi...kalau emang masih ada, ya ingin lagi sih..."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Uh dasar, tukang tidur sama gembul!" sahut Keif.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mobil sudah memasuki pintu gerbang pertama hutan Black Forest. Sang supir menghentikan kendaraannya, lalu berkata. "Saya rasa, cukup sampai disini saja. Saya tidak berani terlalu jauh, toh kalian tujuannya mau kehutan itu. Sedangkan saya harus pulang kembali. Saya takut kemalaman!" ujar sang supir panjang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Baiklah!" kata Josef. "Oke kawan-kawan kita turun disini. Kita jalan menuju pintu masuk kedua. Mereka pun dari mobil pick up dengan sedikit malas, maklum keasikan duduk di mobil, walaupun seperti sekumpulan kambing domba untuk dibawa ke pasar induk.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mobil pick up itu pun berbalik arah untuk menuju pulang kembali. Suara menggerung ketika mobil itu tari gas dengan menyentak. Tikungan pun dilalui, tetapi tak berapa lama terdengar suara BRAAAK... Sontak anak-anak pun terkejut. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Apa itu Jos!" pekik Hegan sambil menoleh kearah Josef. Josef hanya tergugu. Lalu berkata.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Coba kita lihat! Jangan-jangan, jangan-jangan!!!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Jangan-jangan apa?!" timpal Keif sengit.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Josef lantas berlari menuju tikungan itu untuk melihat apa yang terjadi pada mobil pickup yang mereka tumpangi. Disusul oleh yang lainya mereka turut Josef berlari kecil. Begitu sampai ketikungan Josef melihat kejurusan jalan tapi tidak terlihat apa-apa. Lalu ia mencoba menoleh kekiri jalan yang memang ada jurang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Josef pun melongok kebawah jurang itu, sontak berteriak. "Ahhh....!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Yang lain pun turut melongok kebawah jurang itu. "Ya Tuhan!" pekik Hegan ketika melihat mobil pickup itu berada di bawah jurang dalam posisi mengecuk. "Tidak! Ahh... Aku tidak percaya!" seru Hegan sambil mengucek-ngucek rambut kepalanya, lalu menutup muka dengan telapak tangan. Ia ngeri melihat itu. Begitupun Josef ia sempat lemas lututnya. Sang supir mungkin tewas di tempat. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Jadi!" kata Keif kejut. "Jadi mobil itu terjun ke jurang?!" Hegan mengangguk. Sedangkan Delana dan Amila tak berani melihat. Josef duduk di tepi jurang itu lalu berkata. "Jurang itu tak terlalu curam, kita harus menolongnya."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Pak supir pasti tewas!" berkata Hegan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Mudah-mudahan tidak! sahut Josef. "Bagaimana kalau kita turun untuk menolong. Mungkin dia masih bisa tertolong."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Anak-anak saling berpandangan. Ada keraguan untuk turun menolong. Namun Hegan tak tega, benar juga apa yang dikatakan Josef, siapa tahu sang supir masih bisa tertolong. Hegan pun berkata. "Oke...kita turun, apakah Pak supir itu masih hidup. Tapi aku rasa tak mungkin!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Setidak-tidaknya kita bisa lihat keadaannya dan segera kita minta pertolongan." yang berbicara adalah Keif. Josef mengangguk.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Baiklah, aku akan turun." seru Josef.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aku juga!" sambung Hegan, ia segera menurunkan tas rangselnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hati-hati Hegan!" berkata Amelia, penuh perhatian. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Hegan dan Josef segera turun. Jurang itu tak terlalu curam. Masih bisa untuk menapak agar tidak terperosok. Hegan memegang ranting karena ia Hampir terjungkal. Sedangkan Josef denga tubuh besarnya juga hampir saja terperosok. Tapi bisa dikendalikan. Sekira dua meter lagi Josef dan Hegan sampai ke mobil itu keadaan kepala di bawah alias mengecuk.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hati-hati Josef...Hegan!" pekik Keif, ia hanya menyaksikan dari atas. Padahal ia paling jago dalam panjat tebing. Tetapi enggan untuk turun. "Sediakan tali!" pekik Josef. "Sediakan tali!" sambung Keif kepada Delana dan Amila. Mereka sigap menguarkan tali yang memang sudah disiapkan sedari rumah. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Josef dan Hegan sudah berhasil mendekati mobil. Di posisi belakang mobil Josef melongok kedalam. Terlihat kaca depan mobil yang rembas. Josef kembali merangkak dan berhasil duduk di bak mobil itu meskipun keadaan bertiarap karena posisi mobil berdiri. "Hati-hati Jos!" kata Hegan ia merangkak dari samping mobil. Mereka pun berhasil mendekati moncong mobil yang naas itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Hegan berhasil mendekati pintu mobil, ia segera melongok kedalam. Lalu berteriak.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hai Jos, supirnya tidak ada!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Apa!" seru Josef.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Mobil ini kosong. Supirnya tidak ada!" jawab Hegan penuh heran.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Josef juga melongok kedalam mobil. Ternyata benar, sang supir tidak terlihat. Mobil benar-benar kosong. Jika sang supir tewas, pasti mayatnya ada. Bahkan mobil itu terlihat sangat parah, sehingga moncong depan saja sampai merangsek kedalam. Seharusnya sang supir terjepit. Tapi sang supir benar-benar tidak ada. Bahkan darah pun tidak berjejak.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Apakah dia melompat!" berkata Josef.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Bisa jadi!" ucap Hegan sengit. Tapi mereka celingak-celinguk menoleh kanan kekiri tidak ada tubuh yang tampak tergeletak. Jeosef pun memanggil keras. " Pak Supiir...Pak Supir..." Tidak ada jawaban. Begitupun Hegan ia berteriak lantang namun tak ada tanda-tanda.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Josef menoleh kearah kiri, ia sempat melihat bayangan berkelebat cepat lalu masuk kedalam semak-semak. "Eh..." serunya. "Ada apa Jos?" bertanya Hegan... Josef penasaran merasakan ada keganjilan melihat bayangan itu berkelebat cepat. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Jos, sebentar lagi hampir petang. Apakah kita tidak kemalaman!" ujar Hegan ia mendongak kelangit. Ternyata hari sudah mulai senja. "Kita akan telambat memasang tenda Jos!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Woe...Josef...Hegan... Kenapa lama amat kalian di bawah. Ada apa gerangan...." berteriak Keif. "Cepetlah naik.!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Bagaimana Jos!" bertanya Hegan kepada Josef.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Belum saja mengatup bibir Hegan tiba-tiba dari atas seperti ada yang terjatuh lalu bergelinding tepat di depan Hegan. Berbentuk bulat itu seperti bola, lalu tergelicir kelubang kecil setelah jatuh di hadapan Hegan. "Apa itu?!" pekik Hegan terkejut.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ada apa!" tanya Josef sempat juga melihat bentuk bulat menggelinding dari atas.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sebentar aku lihat." Hegan menuju lubang kecil itu. Jerami menutup di sisikannya. Lalu Hegan terbelalak dan berteriak pecah apa yang baru saja dilihatnya. "Aaahhh..." Hegan menunjuk kearah lubang itu dengan tergagap. "Ke, ke, ke kepala....!" ia segera beringsut kebelakang. "Jose.... Itu kepala...itu kepala...itu kepala supiir....Jos...."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Josef terhenyak apa yang dikata Hegan. Dengan sengit ia menghampiri Hegan dan melihat apa yang dikatakan Hegan. Ternyata benar, benda bulat bergelinding itu ternyata kepala manusia. Kepala sang supir mobil pickup. Josef memandang wajah Hegan sejenak, lalu berkata. "Apa yang akan kita lakukan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sebelum Hegan menjawab tiba-tiba sepotong tangan jatuh "Plak..." sontak mereka terkejut. "Apa-apaan ini." Kini tangan sebelah kanan sang sopir. "Ahhh....!" Pekik Josef dan Hegan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Keif, Dellana dan Amelia yang sedang berada di atas mereka turut terkejut mendengan Josef dan Hegan berteriak.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Jos...Hegan...Ada apa dengan kalian!" Mendengar teriakan Keif, Josef menjawab. "Diatas, aman kah?" Maksud Josef bertanya seperti itu, karena potongan tubuh sang sopir jatuh tepat di atas dimana Keif, Delana dan Amelia berdiri.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aman... ada apa sebenarnya di sana!" jawab Keif memekik.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Cepat ulurkan tali Keif!" teriak Hegan. Keif lantas mengambil gulungan tambang yang memanh sudah dipersiapkan. Lalu mengulurkan kebawah dimana Josef dan Hegan berada. "Ini," seru Keif.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Setelah tambang terurur, Josef mengambil ujung tambang itu untuk menarik dirinya. Kail dililitkan di tubuhnya. Lalu menyentak tali itu sebagai isyarat siap untuk ditarik keatas. "Cepat Jos, setelah itu, segera turunkan kembali tali tambangnya. Josef lebih dulu naik keatas. Sedangkan Hegan menunggu giliran, maklum Josef mempunyai tubuh yang besar sehingga sangat sulit untuk naik keatas kalau tidak menggunakan tali.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Baru setegah jalan, tiba-tiba Josef tersentak ketika memandang sebuah lubang di antara tebing yang ia naiki. Namun yang membuat Josef terperangah adalah, tiga orang manusia kate di lubang itu sedanh menyantap seperti daging. Mereka sangat lahap dan rakus. Manusia kate itu sangat kotor. Mereka hanya mengenakan daun kering untuk menutup kemaluanya. Josef tergugu lama memandang karena terkesima. Tak lama kemudian, Hegan menyentak dari bawah. "Jos, apa yang kau lihat?!" Sontak Josef tersadar, bersamaan dengan kesadarannya, tampa disadari pula, ia melepaskan pegangan tali itu. "Aaah.....!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Jos....!" Hegan berteriak ketika tubuh Jose kembali meluncur kebawah. Untung Josef masih bisa mengendalikan sehngga jatuhnya tidak terlalu keras. Hegan pun sempat menangkap tubuh Josef, karena Hegan berada di bawahnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Apa yang kamu lihat Jos?!" seru Hegan bertanya. Josef tidak langsung menjawab. Nafasnya masih tersengal-sengal, wajahnya pun terlihat pucat memutih. "Jos, ada apa, kenapa kamu terkejut?!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sebaiknya...sebaiknya kita segera naik keatas. Cepat!" Josef langsung meraih tali kembali. "Kamu pegang senjata!" tanya Josef ketika kakinya mulai menapak tebing untuk kembali naik.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ada! Pisau belati!" jawab Hegan sambil menguarkan pisau belati yang bersarung dari pinggangnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Perlu diketahui. Ketika Josef melihat makhluk kate sedang menyantap daging dari tubuh sang supir, mereka tidak melihat Josef karena dinding berlubang itu terlalu kecil. Dan makhluk kate itu sebangas binatang yang mirip orang hutan. Namun sangat ganas. Giginya bercaling dan kukunya panjang-panjang dan beracun. Namun makhluk ini takut terhadap manusia, kecuali diganggu. Kejelasannya adalah makhluk kate ini bukanlah makhluk astral atau manusia kanibal. Tetapi memang binatang yang mirip seperti manusia.Dia suka makan daging, bukan hanya daging binatang tapi juga daging manusia.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lalu kenapa supir pickup itu tersuruk kejurang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ketika sang supir menikung, tiba-tiba ada orang kate itu menyebrang, membuat sang supir gelagaban lalu membuang setir sehingga mobil itu tersuruk kedalam jurang. Sang supir pun tewas. Melihat itu, tak lama makhluk kate itu berkerumun lalu membawa tubuh sang supir untuk dijadikan santapan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Setelah Josef dan Hegan berhasil naik dan kembali berkumpul bersama Keif, Delana dan Amelia, mereka tidak menceritakan pada ketiga temannya itu. Ada rasa ketar-ketir di hati Josef dan Hegan, apakah harus membatalkan kegiatan itu dan kembali pulang atau terus sampai kedalam hutan Black Forest. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dalam keterangannya kepada ketiga kawan-kawannya itu, Josef menuturkan kalau sang supir tewas dan sulit untuk dikeluarkan dari dalam mobil. Lalu Hegan menimpali agar anak-anak tidak perlu khawatir karena semua itu hanyalah musibah biasa akibat keteledoran sang supir pickup yang mereka sewa untuk menuju hutan ini.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju pintu kedua dari gerbang pertama untuk mencapai hutan Black Forest. Amelia tampak merasa kelelahan begitupun Delana sudah sangat letih, mereka berdua akhirnya angkat bicara agar beristirahat sejenak. "Jos, aku capek, bagaimana kalau kita beristirahat dulu." kata Amelia. "Sama aku juga letih dan haus!" timpal Delana.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Josef dan Hegan yang sedari tadi hanya berdiam seribu bahasa karena masih teringat akan kejadian tadi yang menimpa sang supir, akhirnya memutuskan untuk beristirahat dan bermalam di tempat itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sebaiknya kita bermalam di sini saja!" yang berkata Hegan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ya benar, aku juga sedikit pusing!" timpal Keif pula.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Malam bertambah gelap dengan tertutupnya bulan separuh terpapas awan hitam yang menggulung menambah mencekam. Suara derik jangkrik pun mendendangkan sehingga malam itu terasa yang amat sangat sunyi dan hening dari keramaian.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Suara desir angin mengkresek dedaunan pula. Anginnya dingin mencucuk sampai ketulang sum-sum. Anak-anak berselimut jaket tebal masih saja tertembus dingin. Dalena dalam lamunannya tertuju kepada kedua orang tuanya. Ia baru merasakan jauh dari orangtua ternyata kurang enak. Atau memang Dalena tidak terbiasa hidup jauh dari keramaian, sehingga terasa tidak betah di hatinya membuat ia ingin pulang kembali.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Melihat Hegan termenung di depan apin unggun, Dalena menghampiri lalu berkata pelan. "Hegan, antarkan aku pipis." Dalena sudah tidak tahan ingin membuang air kecil. Tetapi dia tidak berani. Hegan mengangguk pertanda mau. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mereka berjalan mencari semak yang tidak jauh dari tenda. Setelah dirasa sudah nyaman untuk membuang air kecil, Dalena lantas membuka celananya. Hegan serba salah lali ia memalingkan wajahnya kejurusan lain. Tapi Dalena menyentak. "Hegan, lihatin aku, aku takut!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Hegan menjawab, "Kamu tidak malu aku lihatin!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Tidak!" jawab Dalena. Ia segera menongkrong. 'Seeer......' "Adehh....plong dah rasanya" ujar Dalena menyeringai puas karena sudah pipis.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Hegan sempat melihat bokong Dalena yang putih di balik gelapnya malam. Ada rasa hasrat ketika melihat itu. Timbulah rasa ingin bercinta. Namun itu tidak mungkin. Bisa saja Hegan mengajak Dalena untuk melakukan seks di balik semak-semak itu. Tapi apa kata kawan-kawan yang lain jika ketahuan. Akhirnya Hegan melepas pikiran itu. Dan juga penulis lagi malas nulis adegan seks-nya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kita kembali ke cerita Welhem yang sedang bermalam di rumah manula. Ketika Welhem tertidur pulas karena teramat letih. Kedua manula itu memperhatikan dari balik daun pintu yang tidak terlalu rapat tertutup. Mereka tersenyjm dingin seakan-akan senang dan bahagia seperti mendapatkan emas permata. Ketika kedua manula itu mengintip, sinar putih mencelat dari retina kedua matanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Paman Albelt berucap pelan kepada Bibi Nadetta. "Aku akan pangil anak kita untuk menghisap darahnya. Setelah anak itu mati, siapkan bumbu untuk makan besar kita. Sudah lama kita tidak makan besar!" Bibi Nadetta mengerti apa yang dimaksud Paman Albelt. Ia tersenyum, lalu beranjak untuk mempersiapkan bumbu masak. Sedangkan Paman Albelt pergi keluar rumah dan menuju kesamping sisi rumah.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Di sisi rumah itu ada rumah ukuran kecil seperti kandang kuda. Pintunya terbuat dari besi dan terikat rantai ukuran besar serta gembok besar pula. Paman Albelt melirik kedalam sejenak. Lalu membuka gembok itu dengan sangat waspada dan hati-hati. Setelah gembok terbuka dan dilepaskan dari rantainya, Paman Albelt perlahan masuk kedalam.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Pasung, wanita terpasung itu menyorotkan matanya lalu menggeram dengan mulut terbuka sehingga tampak giginya bercaling. Paman Albelt berkata. "Anak-ku tenang, ada kabar gembira dariku. Minuman segar akan kuberikan padamu. Untuk itu, bersikap biasalah!" Paman Albelt membelai wanita terpasung itu yang tidak lain adalah putrinya. "Aku tahu kamu tersiksa di dalam sini. Maafkan aku anakku. Semenjak kau menjadi vampir, aku dan ibumu was-was akan kesehatanmu. Oleh karena itu, ayah berusaha mencarikan minuman segar. (Maksudnya darah manusia.) Tapi untuk kali ini, aku tidak susah-susah mencari. Kini minuman itu sudah ada di hadapanmu. Mari anakku!" Paman Albelt kembali membelai wanita itu lalu membuka pasungnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Wanita itu tersenyum walaupun terlihat buruk karena mempunyai gigi caling. Ia perlahan merangkak dari rumah pasungannya. Lalu berusaha berdiri secara perlahan untuk melenturkan urat-uratnya. Wanita itu pun berhasil berdiri. Senanglah hati Paman Albelt melihat putrinya tampak sumringah. Begitupun dengan Bibi Nadetta, ia melihat putrinya suduh tumbuh dewasa.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ketika dipasung berusia 13 tahun, kini usianya sudah 17 tahun, empat tahun dalam keadaan terpasung. Waktu yang sangat lama bagi kedua manula itu untuk bercengkrama dengan putri kesayangan dan semata wayang. Semenjak sang Putri mengidap syndrom darah vampir, Paman Albelt dan Bibi Nadetta harus mencarikan darah manusia berjenis laki-laki.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sudah sepuluh nyawa melayang. Paman Albelt dan Bibi Nadetta terpaksa harus turun gunung untuk membujuk manusia lelaki untuk berkunjung kepadanya. Setelah manusia lelaki itu terbujuk dengan di imingi bercinta dengan putrinya, siapa yang bisa menolak, setiap lelaki pasti tergiur jika di tawarkan bercinta.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Addof seorang pemuda lajang ini harus tewas mengenaskan ketika bercinta bernama Janette, yang tidak lain remaja putri dari pasangan Paman Albelt dan Bibi Nadetta. Ketika merasakan nikmatnya mensetubuhi gadis remaja itu seketika mati menggelepar dengan tubuh terkoyak-koyak dengan cakaran binatang puas. Tubuhnya memutih tampa darah karena habis terhisap oleh gadis remaja itu berjama Janetta. Lobang besar menganga di batang lehernya. Ia terhisap oleh makhluk vampir wanita teridikasi Syndrome.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Setelah itu, mayatnya di cincang oleh paman Albelt untuk dijadikan santapan besar. Isi perut diambil untuk dijadikan santapan binatang sebangsa manusia kate, tapi bukan manusia, semacam makhluk hewan berupa tubuh manusia. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Welhem memdengkur dalam tidurnya. Rupanya ia sangat pulas sekali sehingga tidak mendengar suara derik pintu yang didorong oleh Paman Albelt. Sempat menguap lalu terlelap kembali.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sayang, suruh masuk anak kita!" bisik pelan Paman Albelt kepada Bibi Nadetta. "Inilah saatnya untuk meghisap darah lelaki itu, cepat!" Bibi Nadetta bergegas menarik lengan Janetta yang terikat dengan rantai yang sangat kuat. Janetta menggeram laksana binatang buas, tapi Bibi Nadetta mengerti, ia segera mengusap kepala Janetta, sehingga ia tidak meronta.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Anakku, coba lihat! Itu minuman segar yang akan merubahmu cantik sementara. Aku tahu kamu sudah dahaga yang sangat amat. Jadi selagi tidur cepat hisap darah lelaki itu!" berkata Bibi Nadetta seraya membuka pintu. Senanglah raut wajah Janetta. Dengan menggeram pelan ia jalan dengan tangan merangkak menuju Welhem.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Paman Albelt dan Bibi Nadetta menyaksikan dengan senyum sedingin salju. Ada rasa ingin segera menyantapnya. Begitu pun Janeta, dengan pandangan tajam melihat Welhen yang tidur pulas, lalu ia mencium terlebih dahulu aroma bau badan Welhem "Emmm..." desisnya penuh buncah.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Grrrr.... Perlahan, Welhem hanya membalikan badannya. Letihnya membuat ia sangat pulas sekali sehingga matanya tak mau mendelik sedetik pun. Setelah Janeta mengendus aroma bau badan Welhem, Janetta tersenyum nyi-nyir lalu perlahan mulai membuka mulutnya. Tampaklah gigunya caling juga tajam, lalu ia menedekati tepat di leher Welhem dan tak lama kemudian.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jlek....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Slurrlsup.....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Agghhrrr..... Welhem berteriak keras ketika terasa panas di leher. Ia mengusap cepat lehernya. "Aw....uh...uh...uh...panaaas....." pekiknya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hiiii...hi...hi...hi...!" Janetta tertawa mengikik. Suaranya membuat bulu tengkuk merinding. Matanya memerah terkadang keluar sinar kilat mencelat. Welhem terperanjat kalang-kabut. Nafasnya tiba-tiba terasa pendek. Jantungnya juga berdegub kencang membuat urat-urat melemas tidak keculi lutut Welhem terasa tak bertenaga.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Namun Welhem berusaha untuk berontak ketika kesadarannya kembali normal. Ia membuang tubuhnya kesamping dengan cepat. Lalu berusaha berdiri dan melarikan diri walau lututnya masih terasa lemas akibat terkejut yang sagat amat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Khuuf...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Berusaha berlari menuju pintu. Tapi ketika hendak beberapa langkah lagi menuju keluar pintu kamar, dengan tiba-tiba Paman Albelt dan Bibi Nadetta dengan wajah menyeramkan sudah menghadang di depannya. Tentu membuat Wellhem gelagapan kedua kalinya. Ia sempat kembali jatuh duduk akibat dengkulnya terasa lemas, namun ia segera menopangnya dengan tangan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Paman Albelt!" teriak Welhem terkejut. "Bibi Nadetta!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Paman Albelt dan Bibi Nadetta kini berubah menjadi sangat seram. Mereka seperti zombie dengan pakaian compang-camping dan rambut kusut serta wajahnya yang berubah menjadi hitam laksana luka bakar dengan kulit mengelupas.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Namun yang membuat Welhem lebih takut lagi, Paman Albelt membawa pisau pemotong daging dengan sangat tajamnya. Sedangkan Bibi Nadetta membawa seutas tali, entah buat apa tali itu. Yang jelas buat mengikat tubuh Welhem, dan pasti pula akan dicincang oleh Paman Albelt dan dijadikan makanan lezat keluarga mitologi itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Buuk...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Janetta tiba-tiba menemplok di pundak Welhem sambil menguarkan suara menggeram. Lalu kembali mengigit lehar Welhem. Tapi kali ini Welhem lebih sigap. Ia dengan cepat pula membanting tubuh Janetta kesamping. Janetta pun terpelanting jatuh ke tanah dalam posisi punggungnya terhempas. Buuk...aggh.... Secepat pula Welhem menendang kepala Janetta dengan sangat keras, sehingga kepalanya tersungkur kebelakang lalu terbentur lantai "croot..." Darah keluar dari kepala Janetta menghampar ke lantai. Aneh, darahnya berwarna biru lendir dan bau pula.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Namun tak lama Janetta pun pingsan tak sadarkan diri. Geramlah kedua orangtuanya yaitu Paman Albelt dan Bibi Nadetta. Matanya meyorot tajam menggambarkan kemarahan yang sangat amat, sampai menguarkan kilatan. Nafas Welhem mulai tidak teratur, tetapi ia bisa mengendalikannya. Di sebelah pojok ada kursi yang sudah rapuk. Welhem bergegas mengambilnya lalu diangkat keatas tinggi-tinggi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Paman Albelt maju untuk membabat Welhem dengan pisau potongnya. Tetapi Welhem lebih dulu menghantam tangan Paman Albelt dengan kursi itu sehingga pecah berantakan kursi yang memang sudah rapuh. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Pisau potong yang digenggam Paman Albelt terpental jauh. Tidak mau lambat, Welhem segera memukul kepala Paman Albelt dengan sisa kayu kursi itu. Praak... Paman Albelt kesakitan lalu menggeram dengan suara melengking nyaring. Ketika Paman Albelt kembali tenang, tak lama kemudian seluruh tangannya berubah penuh bulu, matanya bertambah merah laksana bola api, lalu saat itu juga kuku-kukunya panjang-panjang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sreet...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Paman Albet memukul dengan cakarannya kearah muka Welhem. Beruntung Welhem sontak mengelak mundur, sehingga cakaran Paman Albelt yang membahayakan itu kasip hanya mengenai angin kosong. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Buuk...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tendangan dilayangkan tepat mengenai perut Paman Albelt sehingga ia terjatuh dengan bokong mencium lantai 'huuk..' tidak tinggal diam, Welhem kembali menendang, namun kali ini tendangannya tepat mengenai hidung Paman Albelt. Tulang hidungnya patah, ia meringis kesakitan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Murkalah Bibi Nadetta. Lantas mendorong tubuh Welhem. Karena begitu cepat, Welhempun terpelanting mundur kebelakang lalu jatuh duduk. Beruntung, Welhem jatuh bersamaan Bibi Nadetta menubruk tubuhnya, sehingga Welhem hampir tertindih tubuh Bibi Nadetta.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jatuhnya Welhem tepat di samping pisau potong milik Paman Albelt. Dengan mudah Welhem meraih pisau itu dan....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Crass....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tertebaslah leher Bibi Nadetta sampai kepalanya kuntung lalu menggelinding dan berhenti di hadapan Paman Albelt yang sedang kesakitan memegang hidungnya yang telah rengkah. Darah mengucur berwarna hijau kehitam-hitaman menyembur dari batang leher Bibi Nadetta. Lalu tubuhnya tersuruk di atas tubuh Welhem. Dengan sengit, Welhem mendorong tubuh Bibi Nadetta yang tampa kepala itu kesamping tubuhnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Uh...mampus kau!" sentak Welhem nafsu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ggrrrr....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Paman Albelt menggeram panjanh sambil menggeleng-gelengkan kepala. Alangkah terkejutnya Welhem, Paman Albelt berubah menjadi manusia laksana srigala. Tetapi bukan srigala. Mungkin seperti manusia bermuka anjing. Dengan marahnya Paman Albelt menyerang dan menerkam Welhem.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Welhem bangun berdiri. Ketika Paman Albelt mendekat, dengan cekat ia segera memapaa pisau potong itu kearah wajah Paman Albelt. 'Sleeet...' Kulit wajahnya tergores dalam. Tak ambil waktu lagi, Welhem dengan keras membacok kepalanya "Crook..." zzssttt.....Darah menyembur hebat menggerayang keseluruh wajah Paman Albelt yang sudah menjadi manusia setengah srigala. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ia lantas menggaum dengan irama menyayat hening. Tak lama ia pun melosoh ke tanah lalu menggelepar kelojotan laksana disembeli. Lalu Paman Albelt tak bergerak lagi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Untuk menyakinkan mereka sudah tak bernyawa. Welhem menggoyang-goyangkan tubuh Paman Albelt dengan kakinya. Sekira sudah memang tidak bernyawa, Welhempun keluar dari kamar itu, lalu keluar rumah Paman Albelt dan Bibi Nadetta juga anaknya bernama Janetta.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dengan berjalan terhuyung-huyung lunglai, Welhem memegang lehernya yang terasa panas akibat gigitan Janetta bersyndrom Vampire. Rasa panasnya semakin lama semakin kencang lalu menjalar turun ke dada.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dadanya tiba-tiba terasa sesak, matanya pun mulai berkunang ditambah gelapnya malam. Tapi Welhem terus berjalan. Sesekali ia terjatuh lalu bangkit kembali dan berjalan terus entah kemana, ia pun tak tahu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Welhem merangsek ke semak-semak. Dia tidak perduli, karena merasa jiwanya sudah berubah. Ada yang tidak beres di rasakan semenjak lehernya terkena gigit Janetta. Psikologisnya menjadi kacau. Punya rasa berani terkadang takut lalu kembali berani. Oleh karenanya, Welhem tak perduli mau kemana tak ada tujuan. Ia sudah tidak perduli dengan marabahaya yang mengintainya di hutan hitam itu. Dia sudah tidak ingat dengan kawannya Jakob. Bahkan, dia pun sudah tidak ingat peristiwa yang baru saja menimpanya, dengan Paman Albelt dan Bibi Nadetta. Serta gigitan Janetta pun tak ingat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rasa panas terus menjalar keseluruh tubuhnya dari kepala sampai kaki. Ia berteriak sambil berlari kencang menuju semak-semak.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Aaagghh......</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bruk....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Welhem terjatuh. Ia tersandung sesuatu yang memalang jalannya. Tak lama Welhem pun tak sadarkan diri. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Adaw...." teriak seorang lelaki.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kenapa?" bertanya seperti suara seorang wanita.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mereka pun menoleh sesosok tubuh lelaki sedang pingsan tak sadarkan diri akibat tersandung palang di jalan. Yang ternyata palang itu adalah sepasang pemuda dan pemudi dalam keadaan bugil tak berpakaian.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ah..." Jos...aku takut." kata seorang wanita sambil merangkul tubuh lelakinya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Tenang Mel!" jawab sengit lelaki itu. Mereka segera memakai kembali pakaiannya untuk menutupi tubuh mereka. Ternyata mereka sedang asik bercinta di balik semak-semak. Sepasang itu bernama Josep dan Amelia. Dua dari lima mahasiswa yang sedang menjelajah Hutan Hitam biasa di sebut BLACK FOREST.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b><a href="http://yenyerrow.blogspot.com/2016/05/the-black-forest-3.html#more" target="_blank">Sambungannya</a></b></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-11143694994955205962016-02-10T13:49:00.002+07:002016-02-10T13:49:43.962+07:00Diktetif Jhon 009 eps Psikopat, Susu dan Kopi maut<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMSTXSESTCChfbtT5TEDYVMc7d7IQ4bsHk1oB3FiM0slW0Z-gIrFXcjB13xsi9o222uBPgnXS1RWxWPRpUZl6qBckErAhOV8f43n5cjZxjSZH3VD5ibMjqmCPqkliR0P0qbu4Yb7mZi7s/s1600/20160130234433.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMSTXSESTCChfbtT5TEDYVMc7d7IQ4bsHk1oB3FiM0slW0Z-gIrFXcjB13xsi9o222uBPgnXS1RWxWPRpUZl6qBckErAhOV8f43n5cjZxjSZH3VD5ibMjqmCPqkliR0P0qbu4Yb7mZi7s/s640/20160130234433.jpg" /> </a> </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Siang terlihat mendung pertanda akan turun hujan. Jhon menyerusup kopi kesukaannya, kopi yang membuat ia menjadi pencandu berat, ia sangat suka sekali dengan kopi itu, meskipun membelinya secara sachetan. Kopi yang selama ini mengisi hari-hari dikala suntuk maupun senang. </div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dari balik pintu mata jelita sedang mengintip. Dia tersenyum memandang Jhon sambil menyeringai. "Permainanmu gila Jhon, sungguh engkau memang lelaki perkasa. Bagus untung aku semalam lagi fit jadi bisa mengimbangi kamu seperti kuda kelaparan.!" bergumam wanita itu didalam hati.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Terdengar kabar berita yang sangat menyita waktu bagi penyidik kepolisian setempat, kasus yang sangat pelik mengupas siapa pelaku pembunuhan yang menabur racun di kopi seorang wanita bernama Mirna. Jasica teman sejawatnya ketika bersama korban telah menjalani pemeriksaan dan menjadi tersangka dengan bukti yang kuat berupa rekaman cctv yang terekam ketika ia menaburnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kejiwaannya pun diperiksa, apakah secara psikologis normal atau ada kepribadian ganda sehingga dia mengidap karakter berdarah dingin. Psikopat, kejiwaannnya sehingga membunuh lalu merasa solah-olah tidak melakukan tindak kejahatan. Bahkan orang berkarakter seperti ini, ia akan senang dan tertawa apabila berhasil membunuh korban secara sadis.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dalam dunia penyelidikan, memang tidak mudah membaca bahasa tubuh untuk mengungkapkan gaya si pelaku yang pintar dalam menutupi perbuatannya sebagai pembunuh, karena orang yang mempunyai Psikopat, ia merasa seolah-olah bukan si pelaku, dan itu terbukti dari bahasa tubuhnya yang tidak merasa bersalah sedikitpun dan mudah menenangkan diri.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Jhon ... !" Suara seorang wanita bermata jelita dengan gaya yang gemulai dan bahasa yang manja membuat Jhon terbuai dengan bahasa tubuhnya. Wanita ini sangat pintar membuat Jhon tak berdaya melihat keanggunanya. Tapi tidak tahu juga, apakah wanita itu yang memikat, apa si Jhonnya yang mata keranjang. Mata yang tidak boleh melihat pantat demplon juga bohay.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ya sayang!" jawab Jhon sambil menyeruput kopi hitamnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Serius amat, kamu lagi apa sih?" Wanita bermata jelita itu bertanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ini sayang, kasus pembunuhan berencana, sangat pelik!" jawab Jhon. "Kamu sudah mendengarnya?" Tanya Jhon pula.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ya sudah," Wanita bermata jelita itu menjawab. Sophie namanya. Ia istri Dektetif Jhon 009. Entah berapa wanita yang ia kawin. Maklum Dektetif Jhon tukang kawin, tidak boleh lihat wanita cantik, langsung dikawin olehnya. Episode yang lalu ia mempunyai istri bernama Rachel, dan episode sekarang nama Sophie wanita si mata jelita. Ah dasar si Jhon.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kamu tahu sayang apa penyebab Jasica membunuh kawannya sendiri bernama Mirna?" Sophie geleng-geleng kepala pertanda tidak tahu, seraya duduk disamping Jhon lalu bersandar bahu dengan manja. Merasakan itu Jhon mengangkat kepala Sophie pelan sambil berkata. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kamu malas banget sih, maunya senderan kepala mulu. Pegel tau..." seru Jhon. Sophie segera mengangkat kepalanya dan memukul bahu Jhon. "Uh...dasar Jhon, orang mau manja-manjaan malah dibilang malas. Romantisnya malam doang loe. Tuh juga kalau ada maunya, uh!" rutuk Sophie.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hehehehe..." Jhon tertawa pelan, "Habisnya, tuh leher kaya gak ada tulangnya."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tak lama terdengar suara mengetuk pintu. Tok, tok, tok.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ada tamu sayang. Tolong bukakan pintunya." kata Jhon menyuruh Sophie untuk membuakan pintu. Wanita bermata jelita itu pun beranjak dari sisi Jhon. Ia berpikir mudah-mudahan bukan orang suruhan President untuk memberikan tugas kepada Jhon, Sophie takut kalau Jhon pergi mengemban tugas, lalu tewas dalam tugas, "Bisa janda tiga kali aku!" batinnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ketika pintu terbuka, ternyata seorang pengemis dengan pakaian compang-camping dan memakai topi catok dikepalanya. Pengemis itu diperkirakan berusia paruh baya. Tapi walaupun terlihat tua dan berpakaian pengemis, tubuhnya masih terlihat kekar, jadi kurang pantas dilihatnya sebagai seorang pengemis.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Permisi Bu! Minta bantuannya!" kata pengemis itu sambil menadahkan tangan meminta.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Oh, iya tunggu ya Pak!" berkata Sophie, ia lantas balik badan untuk mengambil uang kecil untuk diberikan kepada pengemis itu. Senanglah hati Sophie ternyata yang datang itu bukan utusan untuk memberikan tugas kepada Jhon.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Siapa?," tanya Jhon.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Pengemis Jhon, aku mau ambil uang kecil dulu untuk diberikan kepadanya." jawab Sophie, "kamu punya uang kecil?" Jhon geleng-geleng kepala. "Uh, kere!" hardik Sophie.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sophie mengambil uang kecil di dalam kamarnya. Tak lama ia kembali untuk memberikan uang itu, tapi ketika ia mau mengulurkan tangan, tiba-tiba pengemis itu sudah pergi. Sophie pun memanggilnya. "Pak...ini uangnya!" Pengemis itu tak memperdulikan dan terus berlalu dengan langkah tergopoh-gopoh.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sophie pun kembali kedalam, namun sebelum balik badan, dia melihat secarik kertas seperti lembaran kertas yang dilipat seperti mainan anak-anak. Sebelumnya tidak ada, dipikir mungkin sampah yang terbawa angin. Sophie lalu membukukkan badan untuk mengambil kertas itu, dengan maksud untuk membuangnya di tempat sampah. Tapi ketika dilihat ada torehan bertuliskan FOR DEKTETIF JHON 009.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Terhenyaklah hati Sophie untuk membacanya. Ketika lipatan kertas itu di buka, Jhon yang asik sedang menonton acara berita di tv, memanggilnya. "Kertas apa itu sayang!" Sophie pun tidak jadi untuk membukanya. Lalu menyerahkan lipatan kertas itu kepada Jhon. "Tidak tahu, di kertas ini tertera namamu Jhon!" kata Sophie.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ketika Jhon membuka kertas itu, jelaslah isi kertas itu berupa surat perintah dari Mr.Smith kepala atasan Intelejen Negara yang langsung diperintahkan oleh President dengan sangat rahasia.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dektetif Jhon 009, lalu membaca surat itu yang berisi:</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b>"Hai...JHON, APA KABARNYA SIANG INI. AKU MEMBAWA KABAR GEMBIRA BUAT KAMU JHON! KABAR ITU ADALAH PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG YANG AKAN KAU JAWAB JHON. AKU TAHU SEDARI KECIL KAU SUKA SEKALI MENGISI BUKU TTS, KAMU HARUS JAWAB TUJUH KOTAK YANG MEMBUAT KASUS YANG LAGI HEBOH DI INDONESIA. JAWAB JHON.?</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b>Ttd: Mr.Smith</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sontak Dektetif Jhon menjawab pertanyaan itu, tujuh kotak yang menyebabkan seseorang mati, dan lagi heboh. Jhon berpikir lalu berkata keras, "SIANIDA", pekik Jhon, "ya racun sianida, tapi...apa hubungannya dengan tugas yang aku jalankan." kembali Jhon berpikir. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Terus...mau diapakan jawaban ini. Sungguh aneh Mr. Smith." </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tak biasanya Mr.Smith memberikan perintah melalu surat yang berisi tebak-tebakkan. Biasanya jika memberikan tugas, berupa benda yang bisa meledak atau dimusnahkan dengan ending yang mengancam. Tapi kali ini hanya secarik kertas berisi pertanyaan. Dan tidak langsung memberikan tugas. Dan yang bingung lagi, mau dijawab di mana pertanyaan ini. Ah...tugas yang sangat pelik untuk Jhon. Ia harus mengupas semua teka-teki ini.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Baru saja berkata begitu, dari sebelah barat ujung jalan di mana rumah Jhon berada datang seorang lelaki paruh baya dengan pakaian nyentrik. Ia mengenakan pakaian jubah hitam, sehingga menggelebar-gelebar jika tertiup angin. Lelaki itu juga memakai topi koboy warna hitam. Sambil mengisap rokok Cigarlilos, ia sempat terhenti memandang Jhon, lalu berjalan kembali.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jhon tidak kenal orang itu, tapi jika dilihat dari pakaiannya, dia seperti seorang dektetif juga. Tapi Jhon benar-benar tidak mengenalnya. Ketika orang itu mendekat, Jhon lemparkan senyum. Orang itu pun lemparkan senyum dingin. Dia tidak bicara, hanya menguarkan secarik kertas, lalu menyerahkan kepada Jhon. Jhon meraihnya, ketika hendak di buka kertas itu, lelaki dengan jubah hitam dan bertopi koboy itu lantas berkata.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Jangan di buka dulu Jhon," </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jhon kembali melipat setelah sempat dibukanya. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Serahkan kertas jawaban, pertanyaan yang pertama!" berkata lelaki berjubah hitam itu. Wajahnya dingin, suaranya datar tampa mimik sedap dipandang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lalu Jhon menyerahkan kertas pertama berisi jawaban dari pertanyaan TTS itu. Setelah menyerahkan kertas kepada orang itu. Jhon membuka kertas yang kedua, tapi lelaki melarangnya, lantas ia bergegas pergi dan menghilang di perapatan jalan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jhon kedalam rumah, dan membuka kertas kedua itu, sebuah tulisan pertanyaan yang berisi, "4 huruf minuman berwarna hitam kesukaan kamu Jhon!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jhon langsung menyeringai, "Aha ... Pertanyaan yang cukup mudah, sudah pastilah minuman kesukaanku kopi." Lalu Jhon menulis jawabannya dikertas itu. "Mr.Smith, ini mah pertanyaan yang sangat mudah, anak kecil juga bisa!" Dektetif Jhon mengumbar.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jhon kembali duduk di depan televisi. Namun baru saja bokongnya menyentuh kursi, terdengar suara klakson motor. Jhon menoleh, ternyata petugas pos. Jhon memanggil Sophie, "Sayang ... Ada tukang pos tuh, coba kamu lihat!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sophie segera keluar untuk menemui petugas pos itu. Ternyata sebuah kiriman paket berbentuk majalah. Sophie mengamati majalah itu, bergambar di covernya dua orang wanita dengan pakaian minim sedang berciuman. "Lesbi!" batin Sophie setelah melihat poto cover majalah yang menjijikkan itu. "Buat apa Jhon membeli majalah dewasa seperti ini. Emangnya aku kurang hot apa!" gumam Sophie merasa cemburu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kiriman dari mana Pak?" tanya Sophie kepada petugas paket itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Tidak tahu Bu, saya hanya petugas pengantar paket ini." mendengar penuturan petugas itu, Sophie hanya berdehem, "emm," "Siapa pengirimnya Pak?" Sophie kembali bertanya. Petugas paket itu pun menjawab, "Dari University Australia." Sambil sunggingkan senyum, petugas paket itu pun lekas pergi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sophie beranjak kedalam lalu menyerahkan majalah dewasa itu, "Jhon ada kiriman buat kamu!" Jhon mengambilnya dan melihat cover majalah itu. "Tumben kamu Jhon, mesan majalah seperti itu, memang gak puas apa sama yang nyata. Kamu berarti suka juga bercinta dengan poto. Apa enaknya Jhon?!" kata Sophie dengan raut wajah dimasamkan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dikata begitu Jhon malah tertawa, "Hahaha...masa kamu cemburu sama gambar di majalah sih. Dengar sayang, aku juga tidak tahu majalah ini dari siapa. Bisa jadi ini adalah teka-teki yang akan aku ungkapkan. Lagian kapan sih aku memesan majalah dewasa seperti ini, majalah lesbi pula." ujar Jhon panjang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Memang benar, majalah itu adalah majalah dewasa yang mengupas masalah wanita yang ber-kepribadian ganda atau suka dengan sesama jenis. Majalah itu dikirim melalu pos dari Australia University. Jhon membuka lembaran majalah itu yang hanya kumpulan wanita suka sama wanita.Tetapi kenapa yang mengirim Universitas terkenal di negeri kangguru itu. Ada apa?</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ketika Jhon membuka lembaran terakhir, ia sontak terkejut. Dibelakang cover majalah itu ada pertanyaan teka-teki silang terlihat jelas memberikan pertanyaan kepada Jhon untuk menjawab. Pertanyaan itu adalah 8 huruf diawali huruf "P" dan diakhiri huruf "A". </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
MINUMAN KESEHATAN UNTUK BAYI BERWARNA PUTIH. DIBOLEHKAN BUAT LAKI-LAKI DEWASA.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bingunglah Jhon menjawabnya.. Ia berpikir keras pertanyaan itu. Kali ini jawaban tak terungap. Jawaban pertama adalah Sianida, jawaban kedua adalah kopi, sedangkan jawaban ketiga Jhon belum bisa mengungkapkannya. Pertanyaan yang sulit bagi Jhon, yaitu 8 huruf berawal "p" dan berakhir "a" pertanyaannya Minuman bayi berwarna putih dan disuka juga oleh laki-laki dewasa.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Susu ... ya susu, tapi...!" berpikir Jhon, "susu cuma 4 huruf sedangka hurupnya ada delapan. Ah, bukan sepertinya!?" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jhon pun bertanya pada Sophie, tapi dia pun tak bisa menjawab. Tapi ketika Sophie merunduk mau membersihkan asbak rokok, Jhon melihat buah dada Sophie menyembul keluar, maklum Sophie jarang sekali pakai Bra.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sontak pula Jhon berkata:</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"PAYUDARA"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ya payudara!" ujarnya lagi memekik. "Ahh.... Briliant, kamu briliant Sophie..!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sophie tergugu melongong, ia bingung dengan Jhon yang mendadak seperti orang o'on. Kenapa bingung sekali melihat payudaranya, padahal sudah puas dilumat semalaman suntuk. "Ah, si Jhon, aneh!" Sophie membatin.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dari negeri Kangguru dengan khasnya, tepatnya Ibukota Sidniey, di mana University terkenal yaitu Sidniey Universty, seorang mahasisiwi datang pagi-pagi buta ke kampus itu. Mahasiswi itu berambut pirang lurus berponi. Tubuhnya tinggi dan padat juga keras, namun tidak mengurangi kegemulaiannya ketika berjalan melenggak-lenggok laksana ular kadut keluar dari air.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Di ruang laboratarium entah apa yang ia lakukan sendiri sambil mengamati botol-botol kecil berisi cairan kimia. Di ambilnya sebotol kecil dengan air berwarna biru. Tertera di botol itu dua abjad CN, lalu dengan cepat mahasiswi itu mengantongi benda itu kedalam saku lalu begegas keluar kembali dari ruang laboratarium.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ia berjalan cepat menuju ruang kampus yang tidak jauh dari ruang laboratarium itu. Ia lantas mengambil sebuah alat suntik yang sudah disiapkan dari rumah. Tak lama ia pun merogoh benda kecil sebuah botol berisi cairan biru yang ia ambil dari laboratarium tadi. Lalu botol itu disuntikan dan ditarik pendorongnya hingga air berwarna biru itu berpindah mengisi alat suntik. Setelah selesai, botol itu dibuang ke tong sampah di pojok ruangan sedangkan alat suntik yang sudah berisi cair berwarna biru ia masukan kedalam tas yang ia kenakan. Lalu ia keluar ruangan kampus dengan tergesa pula, karena waktu sudah mulai siang dan para mahasiswa mulai berdatangan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mia dan Ella dua sahabat yang selalu bersama itu datang lebih awal dari yang lainnya. Mereka suka sekali selvie walau pagi masih buta. Dengan riangnya mereka berpoto ria di depan kampus lalu diupload ke sosmed yang mereka miliki.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ell, bagimana bibirku seksi gak...?!" seru Mia kepada Ella. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Em...show sangat seksi aku suka bibirmu...mmm...aku ingin melumat bibit kamu sayang..." Ella lalu merangkul Mia dan menciumnya dengan mesra. Bahkan kemesraan mereka segera di upload dan meyebarlah keintiman mereka di dunia maya. Heboh kemesraan mereka di coment para nitizen mereka. Namun tidak jarang yang mencemoohkan mereka dengan sebutan Lesbi Gila Pecandu Selvie.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
James mahasiswa berbadan tegap dan berpenampilan elegant membuat para mahasiswi selalu ingin berdekat dengannya. Lelaki idola dikampus itu membuat wanita disekitar kampus itu mencari muka untuk memikat hati James.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tapi lelaki itu mencintai seorang wanita berambut pirang dan berponi serta berbadan keras namun gemulai itu. Wanita itu bernama, "Olivea"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sayang...aku lihat kamu saat-saat ini selalu bermuka masam ketika memegang hape dan melihat sosmed kamu, ada apa sayang?!" berkata James kepada Olivea. Mereka dinner senja di suatu cafe tidak jauh dari kampus mereka.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Apakah ada yang mengcoment status kamu yang kurang mengasikkan? Sehingga kamu selalu sinis jika membuka akun sosmed kamu?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Olivea menggelengkan kepala pertanda menjawab tidak. Lalu ia berusaha tersenyum kepada James untuk menghilangkan kerancuan hatinya. "Tidak James, aku hanya benci dan jijik pada wanita yang gemar selvie keintiman mereka di sosmed." kilah Olivea sambil menyeruput kopi kesukaanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
James pun menyeruput kopi kesukaannya. Hanya saja beda merk, James suka kopi indonesia dengan merk Kapal Api sedangkan Olivea suka dengan kopi Vietnam. Mereka memang pecandu kopi. Bahkan secangkir kopi bisa membuat suasana romantis. Pernah mereka bertengkar hanya gara-gara berebutan secangkir kopi, James tidak mau kalah begitupun Olivea, akhirnya mereka minum dalam satu satu gelas secara berbarengan, hingga habis sampai ampas-amapasnya. Setelah selesai minum dalam satu cangkir, sontak mereka saling tertawa karena melihat bibir mereka penuh dengan ampas kopi celemongan atau belepotan atau belumuran dengan ampas kopi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Namun hari-hari ini, James melihat tingkah laku Olivea berubah jika melihat sosmed di androidnya. Tetapi James tidak ambil pusing dengan perubahan watak kekasihnya itu. Setelah senja tiba berganti lembayung bersinar jingga di ufuk barat mereka segera beranjak pulang meninggalkan cafe itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Pukul 22.00, Ella belum juga terkantuk. Matanya masih saja manatap lekat kearah android yang digenggamnya. Terkadang ia tertawa sendiri lalu tersenyum ketika membaca status dari Mia di facebooknya. Status itu tertulis.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sayang...bibirku doer gara-gara tercium bibir kamu. Mau dong...bibir bawah juga dicium..!" Di bawah status itu nama Ella ditandakan. Sontak status yang dilayangkan Mia mendapatkan hujan Like dan Coment meyeleneh juga banyak yang hanya sekedar mengetik mention.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Membaca itu Ella langsung bercoment. "Terima kasih sayang...telah menandai aku. Nanti yah aku cium bibir bawahmu. Bukan hanya aku cium tapi aku seruput seperti minum kopi hehehe!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mia pun segera membalaa. "Aku tunggu sayang serusupan bibirmu...ah...memekku jadi berdenyut nih...!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ella pun membalas kembali. "Iya sayang...aku tunggu yah besok dikampus."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sementara itu di dalam ruang kamar Olivea melihat status Mia rekan satu ruangan dimana ia mengenyam ilmu, masamkan wajahnya. Lantas ia ikut bercoment di status Mia itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ikuut dong...main jilat-jilatan..."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mia da Ella melihat coment yang datang dari Olivea sontak tertawa menyahut sambil membalas coment pula. Olivea, Mia dan Ella juga satu tim dalam curcol bersama. Mereka sangat bersahabat dalam satu genk di Universitas itu. Hanya saja kesibukan Olivea karena sedang menjalin cinta dengan lelaki bernama James, sehingga mereka jarang bercengkrama. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mia membalas coment itu. "Wah...seru dong kalau bermain bertiga. Bisa perang pipis nih, hahaha"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ella pun membalas. "Wiih...seru kaliyah...emmm...aku sedian yah kontol karet dildo hehehe..."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lalu Olievea membalas. "Em...mantap kita main korek-korekkan memek hahaha."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Habis menulis begitu, Olivea kembali masamkan wajah. Ia mengambil alat suntik yang sudah berisi air berwarna biru. Dengan diputar-putar disela-sela jemarinya, Olivea bergumam di dalam hati. "Kamu telah menghianati cintaku Ella...!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ternyata Olivea suka sama Ella sejenisnya</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tiba-tiba androidnya berdering. Tampak tertera di layar kaca android itu bertuliskan "Yayang James" Olivea pun segera mengangkatnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Halo sayang...tumben sih menelpon aku." kata Olivea.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Iya...entah kenapa kok aku malam ini jadi kangen sama kamu yah. Padahal sore tadi kita baru saja bertemu. Uh...aku kangen...sayang." </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sama Jams, aku juga kangen sama kamu." Olivea membalas dengan hati sedikit hampa karena ia masih teringat dengan status Mia yang membuat hatinya berdesir panas.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Nada suara kamu kok dingin sih..." James berucap begitu karena mendengar suara Olivea sedikit sumbang tidak seperti biasa. James mendengarnya gamang. "Helo...kamu lagi apa sih..?" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Eh-gak, sayang a, aku lagi lihat-lihat majalah!" jawab Olivea dengan terbata-bata. "Kau sendiri lagi apa?" kini Olivea balik bertanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ini, lagi di dalam kamar. Oh yah, besok kita berangkat ke kampus lebih awal yah.!" kata James. "Say, aku lagi kepengen nih!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Pengen apa?" kata Olivea bertanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Pengen phonsex say. Lagi kepengen nih...!" ujar James.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Olivea menjawab. "Sayang...aku lagi datang bulan, jadi maaf yah, aku gak bisa.!" Sebenarnya tidak, hanya alasan Olivea. "Sayang, kata pengamat gak baik loh, terlalu banyak masturbasi. Nanti kulit penis kamu jadi tipis, dan bisa cepat keluar kalau berhubungan badan sebenarnya. Kamu mau, baru kena ujungnya sudah muncrat!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dikata begitu oleh Olivea, James jadi ketakutan lalu berkata, "Ja, ja, jangan....masa sih cepat keluar."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Iya sayang benar. Kata pengamat seks looh..!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Iya dah aku menurut saja. Uh...padahal lagi kepengen." kata James merutuk. "Eh, tapi aku juga pernah dengar loh, onani juga bisa membuat badan kembali fit dan bisa menghilangkan migran!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kata siapa! Justeru kalau terlalu banyak onani, efeknya itu, terlihat lesu walaupun sudah mandi. Tidak ada kesegaran. Dan katanya nih kalau terlalu banyak onani atau masturbasi itu, akan selalu merasa bersalah secara psikologis!" Olivea berujar panjang. James dikata begitu, berdiam. "Helo...kok diam sih!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Eh-enggak sayang. Ya udah mulai saat ini, kita jangan phonsex lagi!" Tukas James.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Suara riuh burung menyambut pagi dan jam alarm berdering menyentak, membuat Olivea terbangun. Ia segera beranjak bangun lalu lekas kekamar mandi. Tidak biasanya Olivea bangun sepagi ini. Membasuh tubuh dengan air hangat secara otomatis melalui lobang kecil membasahi tubuhnya yang putih dan mulus. Tubuhnya yang sintal dan padat, serta mempunyai bokong cukup menawan itu dilihat sangat elok. Kedua buah dadanya menjulang besar berpucuk puting coklat nan indah menghiasi bertambah sensual terlihat. Pantaslah James tergiur dengannya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Selesai mandi Olivea berhaduk menggosok tubuhnya lalu melilitkan handuk itu melingkar di pinggangnya. "Aku harus segera ke kampus." katanya bergumam pelan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Suara dering telepon menyeruak jelas terdengar. Olivea mengangkat, ternyata dari James. Lelaki itu sudah berada di depan rumah ketika menelpon. Olivea pun bergegas untuk menyambut dan siap berangkat ke kampus.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sayang," panggil Olivea ketika sudah berada di mobil. "Nanti jam sepuluh aku mau jalan keluar bersama Mia dan Ella."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Oh ya," ucap James, "mau kemana?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Jalan sekalian makan siang bersama." jawab Olivea, seraya merabah tas.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Oh yah, aku harap untuk hari ini, aku sementara waktu tidak jalan sama kamu. Bolehkan?!" kata Olivea pula.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Iya tidak mengapa. Aku juga mau ke perpustakaan, ada yang mau aku beli. Sebenarnya aku ingin mengajak kamu, tapi karena kamu mau pergi, ya sudah, aku jalan sendiri!" ujar James.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Terima kasih sayang!" pungkas Olivea, seraya sunggingkan senyum.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
""""""</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kita balik ke Dektetif Jhon 009, dia sedang memecahkah Teka-teki silang yang di berikan oleh Mr.Smith prihal yang samgat pelik dalam menangani kasus yang samar dalam tanda bukti dan tidak adanya saksi, seperti kasus yang ada di Indonesia.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bagus untung kasus tewasnya Mirna setelah menyeruput kopi vietnam, bisa dietahui adanya camera pengintai yaitu CCTV yang ada di cafe itu. Kalau tidak?</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jhon mendapatkan kuliah berupa teka-teki dari Mr.Smith. Isi teka-teki itu adalah..</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
1. 7 angka penyebab kematian Mirna. Jhon menjawab SIANIDA.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
2. 4 angka kesukaan Minuman Dektetif Jhon, menjawab KOPI</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
3. 8 angka minuman yang disuka bayi dan laki-laki, Jhon menjawab PAYUDARA.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lalu Jhon termenung apa arti dari jawaban itu semua. Dan tugaspun belum ada karena belum ada kasus. "Ah, ada-ada aja Mr.Smith bikin kepalaku puyeng!" celoteh Jhon sembari garuk kepala.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sophie datang dari belakang Jhon, lalu memeluk tubuhnya, dan berbisik. "Sudah Jhon, untuk memecahkan teka-teki itu, bagaimana kita bercinta dulu agar pikiranmu terbuka Jhon!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jhon mengerti apa yang di maksud Sophie, memang benar, jika pikiran sedang kalut dan jauh dari ide, maka ngeseks lah agar pkiran itu terbuka secara otomatis ide pun terbuka lebar. "Oke sayang, kamu memang istri yang tahu diri. Tahu perasaa suami, hehehe..." jawab Jhon menyeringai.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sophie pun melepaskan pelukannya, lalu berdiri dihadapan Jhon yang sedang duduk dikursi. Perlahan Sophie membuka pakaianya satu/satu sambil bergoyang gemulai laksana penari erotis. Jhon melihat itu leletkan lidah. Darahnya berdesir hebat ketika seluruh pakaian Sophie ditanggalkan, sehingga jelaslah elok tubuhnya yang sempal, padat dan putih. Buah dada menyembul bagai gunung salak, pusarnya seperi lobang bersejarah, dan ketika Sophie berbalik badan, amboiii...alangkah indah bokong melambai-lambai ketika digoyang kekanan dan kekiri. Sangat kentara seni tubuh itu. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bukan hanya memamerkan tubuhnya. Tapi Sophie bergelinjang sendiri seolah-olah sedang bercinta. Ia memeluk tubuhnya sendiri lalu meremas kedua payudaranya dengan telapak tangan. Kemudian diturunkan hingga menyentuh batok vagina yang tembem menggunduk. Tidak kalah indahnya membuat Dektetif Jhon melongo-longo, ketika melihat vagina Sophie putih tampa bulu selembarpun.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Jembut kamu dicukur sayang?!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sophie mengangguk, "eh-eh."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sue!" rutuk Jhon dihati.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Setelah merabah batok vagina dengan penuh perasaan, lalu Sophie melebarkan kedua paha sehingga tampak jelas vagina itu meletek. Dan menyembul kelentit merayu menggoda. Ia lantas memasukkan jari tengahnya perlahan. Kepalanya mendongak keatas, seakan-akan sangat menikmati rasa di buai jari ketika menyentuh liang vagina. Dektetif Jhon berkata di dalam hati sambil melongo.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kamu memang hebat sayang. Suka sekali sama gituan. Uh, punya istri otaknya sange juga!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Setelah itu Sophie meliuk-liuk bagai seekor ular. Kedua tanggannya diulurkan keatas seperti api bergoyang terhempas angin lalu pinggulnya di hentak-hentak membuat Dektetif Jhon meleletkan lidah. Penis Jhon sudah mulai menegang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jhon melonjorkan kakinya, lantas ia membuka ikat pinggang bermaksud ingin mengeluarkan penisnya yang sudah mengacung terhimpit celana. Sophie mengerti, ia segera mengangkat kaki kanannya, lalu menjulurkan tepat di penis Jhon yang masih bercelana itu. Jhon bergelinjang linu, ketika telapak kaki Sophie menggesek-gesek penisnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aaahhh...sayaaang...aaahhh..." Jhon berdesis nikmat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
TRIIIIING......</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Terkejutlah Jhon mendengar dering hapenya. Begitupun Sophie yang mulai terangsang dengan tariannya. "Ahhh...gangguin aja," Sophie memaki.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sebentar sayang, aku angkat dulu teleponnya." berkata Jhon, seraya bangkit dari lonjorannya lalu mengambil hendphon di sebelah kursi. Nyatalah ketika melihat nama tertera di layar kaca handphonnya berasal dari Mr.Smith.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Helooo...!" kata Jhon, meletakkan handphon di daun telinga.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Halo...Dektetif Jhon dengan kode 009. Ada kasus gembira buat kamu. Telah terjadi perkara di sebuah kamar hotel siang ini. Seorang wanita tewas dengan menguarkan mulut berbusa. Wanita itu bernama Ella. Sebelumnya dia masuk bersama kedua teman wanitanya. Lalu dua jam kemudian wanita bernama Ella dilaporkan telah tewas. Kedua temannya melapor, namun pihak kepolisian menjadikan kedua temannya itu sebagai saksi. Dan sudah ditahan."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mr.Smith diam sejenak lalu berkata kembali.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Nah tugas kamu, menyelidiki, siapa pembunuh wanita yang bernama Ella ini. Tentu sebagai jalan penyelidikan adalah, kedua saksi itu yaitu bernama Mia dan Olivea.!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dektetif Jhon mengkernyitkan kening, dia berpikir, kenapa sangat kebetulan dengan teka-teki yang diberikan sebelumnya. "Memang hebat Mr.Smith ini?!" batin Jhon.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Jhon... mau diteruskan!" berkata Sophie masih keadaan berdiri bugil. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Dah, pakai lagi bajumu sayang," jawab Jhon. Ia sempat melirik juga kearah vagina Sophie, "aku ada tugas, sedang terjadi korban di hotel Primus Sidney, aku harus menyelidiki korban itu!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ah dasar kamu Jhon, aku sudah capek-capek menari erotis didepan kamu, jadi mubazir dah!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hehehe... Sabar sayang.... Besok juga masih ada waktu." ujar Jhon mesem khasnya</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dektetif Jhon segera merapikan celananya yang sempat terbuka. Lalu ia bergegas dengan menganakan pakaian berwarna serba hitam, seperti jaket hitam, celana hitam, kaos dalam hitam bahkan sempakpun hitam. Melihat kelakuan Dektetif seperti itu, Sophie sontak menghardik, "Jhon, kenapa suka warna hitam sih...kaya jagoan aja kamu."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jhon hanya tersenyum nyi-nyir, lalu merabah pipi Sophie, "Sayang doakan aku agar cepat menyelidiki kasus ini."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ya sudah sana," jawab Sophie sedikit masam.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Loh...kok mukanya ditekuk." kata Jhon.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kesel aku, udah bugil begini, punya memek di anggurin!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Maafkan aku sayang..." pungkas Jhon sambil menepuk pipi Sophie pelan lalu bergegas pergi dan menghilang di balik prapatan dengan motor maticnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Di ruang kamar nomer 31 lantai 10 Hotel Primus masih terbentang garis line kuning bertuliskan batas polisi itu masih terikat rapi. Banyak anggota kepolisian baik dari yang berseragam maupun mengenakan pakaian sipil, berkerumun untuk memeriksa korban. Tak kalah penting ada adalah Tim Inafis yang bertugas mengorek-ngorek tubuh korban yang sudah kaku membujur tak bernyawa.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Seseorang lelaki berpakaian serba hitam masuk kedalan garis line itu. Lelaki itu adalah Dektetif Jhon 009. Seraya sejenak memandangi jenazah itu lekat-lekat keseluruh tubuh korban. Tidak ada bekas penganiayaan atau goresan luka yang menyebabkan wanita malang itu meregang nyawa. Hanya saja tampak mulut menguarkan busa dan berbau itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Para tim Inafis menyimpulkan korban terkena racun Sianida. Karena bentuk dan karakternya sama seperti kasus Jasica yang kini lagi ramai di media massa. Namun Dektetif Jhon 009 tidak langsung menyimpulkan itu. Ia berpikir kasus ini bukan karena Sianida. "Ini benar-benar teka-teki yang harus di isi dengan jawaban tepat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jhon bertanya pada petugas penyidik. "Siapa saksi pertama dan pelapor itu?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Yang ditanya menjawab. "Dua temannya pak! Bernama Mia dan Olivea sebagai pelapor dan saksi pertama. Karena menurut kamera Cctv yang terekam mereka masuk Jam 13.21. Mereka bertiga menyewa kamar. Lalu ketika jam 5 sore petugas hotel melaporkan ada kasus kematian yang baru saja terjadi di kamar hotel Primus Lantai 10!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Oke...tugas ini aku serahkan ke penyidik!" berkata Jhon lalu bangkit dari jenazah itu yang masih tergeletak untuk di gambarkan alibinya oleh para penyidik kepolisian. Lalu Jhon mengamati seluruh ruangan, tidak ada yang mencurigakan. Hanya terlihat kaleng susu kental manis. Kaleng susu itu masih berisi setengah susu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jhon memandangi lekat-lekat kaleng susu itu. Ia lantas memakai sarung tangan bermaksud tidak merubah sidik jari yang terjejak di kaleng susu itu. Seperti melihat sesuatu Jhon memutar-mutar kaleng susu itu. Ia sangat mengamati. Salah satu intelejen bertanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ada yang mencurigakan dengan kaleng susu itu Pak?!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jhon tidak menjawab, setelah mendapatkan ide, Jhon pun menyuruh intelijen itu untuk memeriksa sidik jari. Kaleng itu pun di bungkusnya dengan kantong khusus. Jhon kini mendapatkan satu petunjuk. Setelah kaleng itu dibawa untuk pemeriksaan di laboratarium, Jhon memanggil orang itu. "Sekalian periksa susunya, apakah susu itu mengandung Sianida?" kata Jhon.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Perlu diketahui. Ella sebagai korban tewas mengenaskan dalam keadaan telanjang tampa mengenakan baju, Mia dan Olivea ketika Ella merenggang nyawa, mereka langsung panik dan berteriak berlari untuk memanggil petugas hotel. Seluruh wajah korban membiru dan mulut menguarkan busa dari mulutnya. Dalam posisi telentang dan tangannga sedang mencengkram lehernya. Jhon menafsirkan, korban itu telah keracunan dan lehernya tersegak, sehingga ia tewas dalam kedaan mencekik leher.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Korbanpun segera di bawa kerumah sakit untuk di otopsi. Kini tugas kepolisian untuk mencari penyebab kematian wanita malang itu. Tentu akan diperiksa kedua temannya, Mia dan Olivea, apakah mereka terlibat atau memang hanya kecelakaan semata.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Di ruang penyelidikan Mia dan Olivea mendapat giliran untuk di introgasi oleh petugas. Mia yang mendapat pemeriksaan pertama hanya bisa menangis ketika ditanya kronogi kejadian saat itu. Polisi penyidik telah menyimpulkan mereka telah melakukan hubungan badan sejenis. Bermain lesbi secara three some. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Menurut keterangan Mia. Ketika Olivea manaburkan susu ke sekujur tubuhnya sebagai sensasi seks yang mereka lakukan. Mia bermandikan susu kental manis itu untuk dijilati oleh Ella. Sedangkan Olivea menjilati selangkangan Ella yang dalam keadaan menungging. Namun ketika Ella asik menjilati susu yang membaluri payudara Mia, tiba-tiba Ella merasa tersegak dan meminta minum. Tapi sebelum diberi minum, Ella lebih dulu menggelepar kelojotan selama tiga menit seraya memegang batang lehernya sambil berteriak seperti tersegak makanan di lehernya lalu tak lama Ella pun tewas.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mia pun, ditanya siapa yang mengambilkan susu itu? lalu belinya dimana? Lalu siapa yang pertama kali memberi ide bermain seks seperti itu? Lantas Mia pun menunjuk kepada Olivea.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ketika Olivea diperiksa dalam waktu yang beda, keterangan yang dilontarkan oleh Olivea sama. Lalu polisi menanyakan dimana susu itu didapatkan. Olivea dengan santai membelinya di cafe hotel. Dia pun ditanya siapa yang pertama kali membuka kaleng susu itu. Olivea tidak bisa menjawab, tapi tak lama kemudian, ia pun mengaku yang membukanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Alangkah terkejutnya Olivea ketika, penyidik itu membentaknya dengan keras. "Kamu telah memasukan susu ini Racun Sianida. Ngaku kamu!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Olivea nanar ketika di sentak begitu. Ia gelagapan lalu kembali tenang dan sempat lontarkan senyum menyeringai seperti tidak bersalah melakukan pembunuhan berencana. Tapi petugas penyidik tetap menahan Olivea untuk menyelidiki lebih lanjut dengan tanda bukti menyusul untuk menguakkan lagi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"""""</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Setelah laporan penyidik diterima oleh Dektetif Jhon, mengertilah ia dengan pertanyaan Teka-Teki Silang yang dibuat oleh Mr. Smith. Walupun jawabannya tidak semua benar. Seperti kopi, dalam kasus ini, tidak ada hubungannya dengan kopi, yang ada susu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mari kita ulang pertanyaan TTS itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
1. Kasus yang sedang heboh di Indonesia yang melibatkan seorang wanita. Jhon menjawab SIANIDA, dan itu benar. Juga ada.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
2. Minuman yang di suka Jhon. Jhon menjawab KOPI. Dan jawabannya tidak ada.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
3. Minuman yang di suka oleh anak bayi juga lelaki. Jhon menjawab PAYUDARA. Jhon menjawab benar dan itu ada.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jadi ketiga pertanyaan itu yang sama dengan kasus sekarang ini, yang tidak ada adalah KOPI. Jhon pun memaki dengan dirinya sendiri. "Kupret...nyindir gue, mentang-mentang gue suka kopi." Makian itu di tuju untuk Mr. Smith</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
T A M A T</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Baca episode selanjutnya yah..</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-80763277451776342352016-02-04T20:38:00.000+07:002016-03-04T10:38:55.951+07:00Rachel Nadelson sang Wanita Bangsawan #2<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQUvzbmIch9kfjDtltNwGjujmy4NLBy6Ahg4UZYWpoZKp0xosr4TDEjUiKQVSEK4ldGKCjBDmoqgX_uwrkw8eZ9qEsfu0klFhmxfbTeGsBlmiX8bonhUYuuRVaw99iLN4Fpyfzgqg9Tdw/s1600/images%252520%2525283%252529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQUvzbmIch9kfjDtltNwGjujmy4NLBy6Ahg4UZYWpoZKp0xosr4TDEjUiKQVSEK4ldGKCjBDmoqgX_uwrkw8eZ9qEsfu0klFhmxfbTeGsBlmiX8bonhUYuuRVaw99iLN4Fpyfzgqg9Tdw/s640/images%252520%2525283%252529.jpg" width="640" /> </a> </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mentari pagi bersinar cerah, secerah raut wajah Rachel Nadelson. Lelaki yang telah mematri hatinya itu akan menjalankan lamaran untuk meminang. Semua para pejabat negara berkumpul dalam satu tempat bersejarah dimana pihak kepresidenant akan melakukan resepsi pernikahan seorang wanita dari kalangan bangsawan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Racehel Nadelson sangat bahagia. Kini ia akan melepas masa kesendiriannya dan akan bersanding di pelaminan bersama lelaki dari Kuntucky, Lewis Robart seorang juragan tanah. Rachel Nadelson merasa beruntung, hubungan badan di luar nikah tidak menyebabkan hamil, sehingga tidak menabur aib di kalangan pejabat negara, lebih-lebih keluarga besarnya. (Kisah<a href="http://yenyerrow.blogspot.in/2016/01/wanita-bangsawan-rachel-nadelson.html#more" target="_blank"> sebelumnya</a>)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Banyak dizaman sekarang ini, sepasang insan menikah muda hanya karena terpaksa sudah hamil lebihdulu Padahal hubungan seks kurang enak apabila di lakukan di tempat gelap atau dikamar kost, dan kalau sudah merasakan seks di luar nikah atau hubungan resmi, maka ketika melakukan pernikahan lalu ketika dimalam pengantin tentu tidak akan enak, karena sudah merasakan lebih dulu. Ibarat lampu senter, siang dinyalakan terus, lalu katika malam tiba, baterainya habis hingga hilang powernya, lalu apa yang terjadi, lampu senter itu akan remang-remang tidak jelas.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Itu tidak terjadi pada Rachel Danelson, walaupun sudah melakukan hubungan tetapi tidak terjadi kehamilan sehingga ia masih terlihat seperti biasa saja, bisa jadi karena Wilis Robard tidak terlalu mahir dalam memainkan sebagai aktifis karena takut ketahuan oleh orang istana jadi membuat Wilis Robard ejakulasi dini.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Para undangan pun berdatangan untuk menghadiri persepsi pernikahannya. Baik dari pejabat maupun dari bangsawan dan hartawan, juga ada juga rakyat jelata pendukung dan simpatisannya. Kedua mempelai itu sangat serasi duduk dikursi pelaminan bersanding menerima undangan. Wilis berbisik kepada sang istri, "Sayang, tanganku pegel nyalamin para tamu.!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sama aku juga pegel tau...." jawab Rachel Nadelson. "Nih liat tanganku pada merah!" Rachel menunjukan telapak tangannya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Wah... benar tangan kamu jadi merah gini!" Wilis Robard berseru sambil melihat telapak tangan Rachel Nadelson dengan lembut dan manja. "Kamu istirahat saja, biar aku yang menyalami para undangan." </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rachel Nedelson geleng kepala pertanda tidak mau, ia harus berdiri di samping Wilis Robard menyambut tamu undangan suka dan duka harus dirasakan bersama. Pikirnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hai lihat,!" pekik Rachel Nadelson tiba-tiba sambil menunjuk kearah panggung organ tunggal. "Coba lihat artis itu. Pakaian seksi bangeeet...wah...goyanganya pun membuat lelaki pada melotot hiihihi!" ujar Rachel Nadelson menyeringai. Wilis melihat sang istri begitu sumringah, ia pun turut gembira lalu tertawa, "Hahahaha.... Uh.. Emang dasar, kalau dangdut memang harus goyang seperti itukah?</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Eh tau gak kamu?" Rachel bertanya seraya berbisik manja kepada Wilis Robard, "artis yang berjuluk Goyang Itik?" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Wilis Robard diam sejenak untuk memikirkan pertanyaan sang istri. "Gak tau,!" sontaknya sambil mengangkat bahu. "Itu loh artis dari Indonesia, dia kan orang Bekasi deket sama rumahnya penulis cerita ini."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Oh yah!" sentak Wilis Robard</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Iyah ... aku suka sama lagu dia yang judulnya BANG JONO. Hehehehe!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Baru bercerita begitu. Tiba-tiba terdengar suara gaduh di bawah panggung. Tampak seorang pemuda sedang mengamuk hanya karena kena senggol. Pemuda itu terlihat mabok berat. Tak lama kemudian pihak keamanan pun datang untuk mengamankan pemuda bengal itu. "Jangan membuat keonaran di istana!" bentak seorang polisi istana sambil membawa pemuda mabok itu ke pos pengamanan. Penjagaan ketat dilakukan demi keamanan dan keselamatn keluarga Negara. Mata-mata maupun Sniper di kerahkan untuk mengamankan resepsi pernikahan yang penuh dengan kemewahan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sayang, kapan acara ini selesai, aku sudah sangat lelah sekali." Wilis Robard berkata demikian. "Lagi juga aku ingin buru-buru main ambul-ambulan sama kamu, aku sudah tidak tahan sayang!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sabar atuh a'a, bentar lagi juga selesai." jawab Rachel Nadelson, "Emangnya a'a sudah gak sabar yah?!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Eh-eh." mengangguk Wilis dengan senyuman manja. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dari sudut arah barat dibangku dekat prasmanan, tampak seorang lelaki mengarahkan kameranya kearah kedua pengantin itu. Dia seperti petugas photo Wredding tetapi bukan, dia hanya seorang utusan dari salah satu Bakal Calon President Amerika yang menyukai sosok seorang wanita yang sedang bersanding itu yaitu Rachel Nadelson. Lelaki yang mencintainya itu bernama Andrew Jackson.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Andrew Jackson bakal Calon President, sebenarnya sudah lama menyukai Rachel Nadelson, hanya saja ia selalu urung mendekati wanita pujaannya itu di karenakan kesibukan dalam mengkampanyekan diri untuk menjadi orang nomer satu di nengeri Paman Sam itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Nasi sudah menjadi bubur. Kini wanita pujaannya sudah bersanding dengan orang lain duduk di atas pelaiminan. Walaupun hatinya hancur, tetapi direlung hati yang paling dalam mengatakan, </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b><span style="color: red;"><br /></span></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b><span style="color: red;">"KUTUNGGU JANDAMU."</span></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Cinta memang buta, begitupun dengan Andrew Jackson, telah di butakan oleh cintanya sebelah tangan. Walaupun demikian dia terus berusaha untuk memikat hati Rachel Nadelson sampai nafas terakhir. Hanya memandang dari jauhlah Andrew Jackson memandang wajah Rachel Nadelson. Jika dia datang ke acara perkawinan itu, tentu akan akan menambah sakit hatinya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lewat kamera pesuruhnya itulah, ia bisa mengamati wajah Rachel Nadelson dari jepretan kamera lelaki pesuruh itu. Dia pernah membuat sebait puisi yang romantis, puisi curahan hatinya yang ia torehkan melalui puisi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Rembulan memerah di tengah malam, malu melekat raut wajah sang dara. Begitupun malam kelam berbalut harapan akan cinta dari sang rembulan."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Begiulah bait puisi yang ia buat ketika hatinya sedang menggalau. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Tuan, besok kita ada acara blusukan ke tempat terpencil," berkata ajudan Andrew Jackson, membuat ia terperanjat dari lamunannya. "sebaiknya tuan untuk segera tidur agar besok pagi tubuh Tuan terasa fit."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Oke baiklah." menjawab Andrew, ia segera merapikan buku yang berserakan di atas meja. Lantas Andrew Jackson beranjak menuju peraduannya. Terasa sakit dan lelah ketika ia memandang wajah Rachel Nadelson mengenakan pakaian pengantin berwarna putih. "Seharusnya akulah yang bersanding di pelaminan itu, bukan Wilis Robard!" batin Andrew Jacson.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Acara resepsi perkawinan pun selesai. Rachel Danelson dan Willis Robard masuk kedalam kamar pengantin yang indah bersulam sutera dengan tembok di lapisi kain bermotif bunga rose. Rachel sangat senang melihat kamar itu. "Sungguh kreatif tim yang menangani ruang pengantin ini!" batinnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Wilis Robard menoleh kearah Rachel ketika ia coba duduk di sisi tempat tidur nan empuk itu, seraya berkata. "Sayang apakah kita tidur dulu, apa langsung mau main?!" tanyanya. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rachel Nadelson menjawab. "Seterah kamu, aku siap kok kalau a'a mau!, kan aku sudah jadi istrimu, sebagai kewajiban seorang istri yah harus melayani suami." </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Wilis terseyum mendengar keikhlasan wanita di depannya yang kini sudah resmi menjadi istrinya. "Tapi aku lihat kamu ini lelah sekali, lebih bak besok pagi aja kita main-mainnya, toh kata pengamat bagusan main di pagi hari, biar kental dan berbobot!" ujar Wilis panjang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Apanya?" bertanya Rachel sambil melepaskan pakaian pengantinnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sperma, kata ahli sex katanya bagus kualitas sperma ketika bermain di pagi hari!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ah...kapan aja bagus tau, yang penting, kekuatannya a'a...."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tampak bokong yang indah terlihat ketika pakian pengantin Rachel Nadelson di tanggalkan. Tapi yang membuat Willis bukannya terangsang malah terkejut dan ketawa pelan mengikik adalah, ternyata Rachel Nadelson tidak pakai dalaman sedari tadi menjadi pengantin. Willis tertahan untuk ketawa seraya menutup mulutnya xixixixi."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tentu membuat Rachel Nadelson bingung kenapa ia menertawakannya. "A'a kenapa ketawa, emangnya ada yang lucu ya sama eneng?!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Gak...gak ada yang lucu...xixixixi," kilah Willis mencoba menutupi kegelitikannya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aaaahhh.... A'a mah, ayo dong... Bikin eneng penasaran dah...!" kata Rachel cecar.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hahahaha....!" tiba-tiba Willis tertawa gelak-gelak, rupanya ia tak tahan menahan tawa. Rachel pun bertambah bingung lalu pencongkan mulutnya. "Ihh.... A'a mah bikin eneng efiel dah!" kata Rachel.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Coba tebak, apa yang membuat aku tertawa sayang?!" Willis balik bertanya..</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ih....kok malah main tebak-tebakkan!" ucap Rachel kembali pencongkan bibir. Tampak seksi ketika ia memencongkan mulutnya, hingga lesung pipit terlihat menambah cantik di pandang Willis.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Mau tau, apa kau mau banget...!" kata Willis mengngejek.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Mau tau banget!" kata Rachel..</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Coba tebak, apakah ada yang kurang dalam gaun pengantinmu?" Willis memberikan pertanyaan, "apa yang kamu rasa dengan pakaian kamu ketika kita duduk di pelaminan!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rachel diam sejenak untuk berpikir lalu menggelengkan kepala. "Aku tidak merasa apa-apa. Tidak ada yang ganjil denga gaun pengantinku."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hahahaha... Sangklek gue punya istri dah!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Buset dah, gue bilang sangklek," Rachel memerah wajahnya. "Lagi mana sih, belum melakukan malam pertama udah buat ribut!" berkata Rachel dengan nada tinggi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hehehe..." Willis menyeringai, "bukan begitu sayaang...hihihi...kamu itu tidak sadar yah. Atau sengaja kalau kamu itu pakai gaun pengantin tapi tidak pakai dalaman hahaha...!</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rachel Danelson kembali wajahnya memerah, hanya merahnya kali ini karena malu. Dengan tersenyum sambil menunduk Rachel berkata. "Iya...gak pakai apa-apa!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sontak Willis kembali tertawa gelak-gelak "Hahahaha.... Sambrun...sambrun....nambah lagi dah orang gila di daerah gue!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Plok...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tamparan mendarat di pipi Willis membuat ia terperanjat kaget lalu diam dan menyorotkan mata ke arah Rachel yang menamparnya. "Apaan sih...!" kata Willis.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Iihh....a'a mah masa istrimu sendiri di bilang sambrun, itu kan nama orang gila di sini...!" tampak sedikit berkaca pelopak mata Rachel Nadelson di kata seperti sambrun, salah satu nama orang gila, bukan hanya sambrun tapi ada juga yang namanya Ombi yang suka ngomong sendiri, kalau lagi lapar suka nimpuk-nimpuk. Ada juga yang namanya lahman, tukang pengamen keliling yang menendangkan lagu tak jelas dan semau, dan sekata-katanya. Cuma orang gila bernama Lahman ini aneh, kalau di kasih duit seribu tidak mau, tapi kalau gopean di ambil sama dia.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Benar saja, tak lama kemudian Rachel Nadelson pun nangis. Merasa kesal dengan kelakuan Willis Robard yang menikahinya. Kini sifat buruknya terlihat, kurang romantis, tapi yang membuat Rachel Sakit hati adalah dikata orang gila.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Maafkan aku sayang.." kata Willis Robard sambil membelai tambut Rachel Nadelson, "aku cuma becanda ko...masa gitu aja tersinggung!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Bagaimana gak tersinggung," bentak Rachel, "masa istrinya sendiri di samain sama Sambrun, Ombi dan Lahman. Hikz...hikz...hikz... Mau memeknya doang uh!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Iya, iya maaf....masa becanda aja sampai begitu marahnya.!" Willis mencoba untuk menurunkan kekesalan istrinya dengan cara membelai rambut Rachel Nadelson yang panjang lurus sebahu serta berwarna hitam. Namanya wanita, yang lebih mengutamakan perasaan akhirnya hati luluh juga dirayu dan dibelai seperti itu. Rachel pun mengusap air matanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Iya tapi jangan sekali-kali lagi bilang aku orang gila!" ancam Rachel. "Sudah aku mau tidur aja, aku ngantuk!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Iya sama, aku juga sayang, besok aja kita mainnya!" jawab Willis, ia pun merebahkan tubuhnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dua orang dengan mengenakan topeng seperti ninja masuk kedalam rumah dua tingkat. Rumah itu adalah dari calon President Amerika Serikat yang ke 7 yaitulah Andrew Jackson. Perataran rumah tak biasanya begitu sepi, padahal beberapa pasukan pengamanan berjaga di depan pintu gerbang, namun malam itu seperti tidak ada aktifitas para penjaga itu. Seperti sedang terlelap tidur.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dua orang bertopeng dengan cekat melompat pagar dan tahu-tahu sudah berada di dalam rumah itu. Seorang dari mereka memandang penuh kehati-hati kearah gardu dimana para penjaga keamanan seharusnya berada di situ. Memang malam itu sehabis hujan turun. Dinginnya tidak terkira. Bahkan minuman beralkohol pun tak semua menghangatkan tubuh. Mungkin itulah penyebab para penjaga rumah Andrew Jackson pada terlelap tidur.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Atau memang ilmu hitung-hitungan penyusup sangat tepat. Didalam ilmu mitologi kuno, ada namanya hari baik dan bari buruk. Bahkan sampai ada istilah jam baik dan jam buruk. Mungkin saja kedua peyusup itu menggunakan ilmu kepercayaan itu. Sehingga mereka masuk kedalam rumah Andrew Jackson dengan waktu yang sangat tepat dan beruntung bagi mereka berdua.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Pak, sekarang kita masuk dari pintu mana?!" berkata seorang dari mereka.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Mungkin kita lewat belakang, lebih aman!" berujar lelaki yang satu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mereka segera berlari kecil dengan mengendap menuju halaman belakang yang hanya sebuah kebun dan kolam renang. Kebun itu tempat bersantai keluarga besar Andrew Jackson dan juga untuk tempat bersanda gurau bagi tamu yang menyambanginya, terutama tamu-tamu pendukung Andrew Jackson sebagai calon kandidat nomer satu di negeri berjuluk Negeri Satu kali dayung, dua pulau terlampaui.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ketika itu Andrew Jackson belum terlelap, ia masih kantuk ayam. Menopang kepala bersandar dengan kedua lengannya. Pandangannya menatap kosong ke langit-langit atap rumah. Entah apa yang membuat Andrew Jackson tak lekas menutup matanya untuk terlelap. Sesuatu sedang mengganggu pikirannya. Di dalam hatinya ia membatin sendiri. "Sedang apa kamu Rachel Nadelson, mungkin saja kamu malam ini sedang menikmati keindahan malam pengantin bersama Willis Robard yang telah memikat hatimu, Aku benar-benar cemburu!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dua lelaki bertopeng itu jalan mengendap kearah kamarnya. Langkah mereka sangat lembut tampa suara. Daun pintu kamar Andrew Jackson terletak antara dua pintu dari sebelah kanan. Tak ada pengaman khusus di depan kamarnya. Dua lelaki bertopeng tentu sangat mudah leluasa mengintai. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sesampai didepan pintu ruang kamar Andrew Jackson, dua lelaki bertopeng itu memasukan selembar kertas berisi sebuah tulisan, bisa dikatakan sebagai surat keleng. Setelah memasukan kertas itu kedua lelaki itu segera menuju ruang tamu. Terlihat di atas meja ruang itu benda kotak semacam kaleng. Berwarna merah dan bergambar sekeluarga sedang kenikmati kopi serta biscuitnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kaleng itu memang kelang biscuit. Salah satu dari mereka berkaa, "Wah... kebetulan ada biscuit, aku sangat lapar, sebelum kemari aku belum makan!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sama aku juga!" berkata lelaki satunya lagi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mereka dengan lahapnya menikmati biscuit khongguan, makanan clasic. "Eggggg...!" Lelaki satunya menguarkan angin karena kekenyangann, "Oke kita kabur!" serunya pula lalu pergi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mentari bersinar dari ufuk timur menyinari bumi menghangatkan jiwa dan membangunkan Andrew Jacson, ia merenggangkan urat-uratnya dan menguap sebentar karena malas untuk beranjak bangun. Terasa ingin buang air kecil terbukti dengan berdiri penisnya. Baru saja mau beranjak bangun, suara ketukan pintu mendahuluinya. Tok, Tok, Tok.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Bangun Tuan! Sudah siang, jadwal Tuan hari ini adalah belusukan ke pasar-pasar Tuan!" yang mengetuk pintu dan berucap adalah sang ajudan. Memang itulah protokol yang harus dijalankan Andrew Jackson sebagai calon nomer satu pemimpin di Benua Amerika yang berjuluk negeri paman sam itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ketika melangkah terlihat selembar kertas di bawah daun pintu, ia pun membungkukkan badan untuk mengambil lembaran kertas itu. Tak biasanya ada kertas berserakan dilantai. Diamati kertas itu lalu di buka lipatannya ternyata tertera tulisan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>"YANG TERHORMAT KANDIDAT CALON PRESIDENT AMERIKA SERIKAT, TUAN ANDREW JACKSON. SAYA YANG MENULIS SURAT INI ADALAH SAHAYA DARI NYONYA RACHEL NADELSON. </b></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b><br /></b></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>LAYANGAN SURAT INI BERMAKSUD INGIN MENDUKUNG ANDA, TENTU SAYA AKAN MENJUAL DAN MEMOHON UNTUK MENGGANTIKANNYA BERUPA MATERI. </b></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b><br /></b></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>SAYA MEMPUNYAI REKAMAN YANG AKAN MEMBUAT ANDA MENANG DALAM PEMILIHAN NANTI. PERLU DIKETAHUI NYONYA RACHEL NADELSON, SEBELUM MENIKAH DIA SUDAH MELAKUKAN HUBUNGAN BADAN TERLEBIH DAHULU OLEH WILLIS ROBART. TENTU REKAMAN INI AKAN MENJADI SENJATA BUAT ANDA UNTUK MENJATUHKAN LAWAN POLITIK ANDA, KELEUARGA RACHEL NADELSON SEBAGAI PENDUKUNG TERKUAT DARI LAWAN POLITIK ANDA, JHON QUINS ADAMS.</b></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b><br /></b></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>UNTUK ITU SAYA AKAN MENJUAL REKAMAN INI KEPADA ANDA DENGAN HARGA YANG PANTAS. ANDA MINAT, BALAS SURAT INI DAN TARUHLAH DI BAWAH TEMPAT SAMPAH YANG ADA DI TAMAN, JIKA DEAL, NANTI AKAN SAYA HUBUNGI KEMBALI DENGAN TRIK RAHASIA.</b></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b><br /></b></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>TTD, ROKAYAH,</b></span> (sahaya Rachel Nadelson)</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Andrew Jackson tergugu sejenak membaca surat itu. "Dari mana datangnya surat ini?!" batinnya . padahal pengamanan sangat ketat penjagaan malam itu. "Ah... Berarti sudah ada penyusup masuk kerumahku!" batinnya lagi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Tapi apa benar, Nyonya Rachel Nadelson yang terhormat, sudah berhubungan badan sebelum menikah, sungguh ini bisa menjadi aib baginya jika rekaman itu menyebar ke publik. Tentu juga akan menjadi insiden buruk buatku jika mencintainya. Biar bagaimanapun aku tetap mencintainya dan menunggu jandanya. Aku yakin dialah jodohku kelak, walau sekarang ini menjadi istri orang lain.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Andrew Jackson segera membuka pintu untuk keluar dari ruang kamarnya lalu menuju ruang kamar mandi untuk berbersih diri. Dari sudut ruang kamar mandi, terbesit dihatinya untuk melihat video itu. Apa benar video itu rekaman hubungan badan antara Rachel Nadelson dengan Willis Robard. Walaupun benar, ia tidak mempermasalahkan, bahkan bagus untuk merahasiakan rekaman video itu, sehingga wanita yang ia cintai terlepas dari fitnah.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Setelah selesai membersihkan diri, Andrew Jackson bersiap untuk perjalanan kampanyenya dengan cara blusukan ke pasar untuk mengambil simpati rakyat kecil agar mendukungnya dalam pemilihan President setahun mendatang. Namun lebih dulu ia menulis surat balasan untuk menyetujui tentang rakaman itu tentu dengan uang yang di inginkannya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aku mau ketaman dulu!" kata Andrew Jackson kepada ajudannya. Dan berangkat Andrew Jackson menuju taman tidak jauh dari rumahnya. Ketika sampai di taman ia menuju tong sampah yang dimaksud oleh pengirim surat kaleng itu. Di selipkannya surat balasan itu, lalu bergegas meninggalkan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tampa diketahui Andrew Jackson sepasang mata sedang mengawasi. Bibir tersenyum miris ketika Andrew Jackson menyelipkan kertas balasan itu di bawah tong sampah. Rupanya orang ini senang mendapatkan surat balasan, terpikir di hatinya akan mendapatkan imbalan yang tidak kecil nilainya, karena mengenai intergritas sebagai seorang Balon President Amerika Serikat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Orang itu adalah Rokayah, sahaya dari Rachel Nadelson pemilik rekaman hubungan badan antara Rachel Nadelson dengan Willis Robard. Dia berjanji didalam hati apabila, usahanya berhasil dalam menukarkan informasi dengan uang yang sangat besar, ia akan pulang kampung dan akan menikah dengan seorang lelaki di Desanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
------</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sahaya!" panggil Rachel kepada sahaya atau pembentu yang tidak lain adalah Rokayah. "Ya Bunda!" Rokayah menjawab penuh takzim kepada Rachel sebagai Nyonya besar.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sini duduk, aku mau cerita-cerita saja malam ini!" berkata Rachel sambil duduk di sofa dan mengizinkan Rokayah untuk duduk disampingnya, "Ya Bunda, ada apa Bunda ingin bercakap denganku!" Rokayah merunduk hormat kepada wanita yang di sebut "Bunda" karena memang seorang sahaya itu sudah umum menyebut wanita dari kalangan bangsawan sebagai atasannya menyebut Bunda meskipun masih single parent.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aku mau berbicara sama kamu dari hati kehati sebagai seorang wanita." Rachel Nadelson membuka pembicaraan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Tentang apa Bunda?" bertanya Rokayah kemudian.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Tentang jodoh kamu!" jawab cepat Rachel, "Aku mengerti perasaan seorang yang belum memilikki pasangan hidup, karena aku sendiri merasakan itu, sebelum menikah dengan tuanmu, Willis Robard."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ya Bunda!" seru Rokayah mendengarkan, meskipun ia sendiri bingung kenapa Rachel Nadelson membicarakan masalah jodoh.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Begini, wanita itu tidak baik kelamaan hidup sendiri, pertama menjadi fitnah, kedua kamu semakin lama semakin tua, lalu hilang keseksian kamu sudah tentu tidak ada lagi cowok yang suka sama kamu!" ujar Rachel Nadelson. Dia sangat sayang sekali dengan sang sahaya yang selama ini mengabdi kepadanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Bagaimana kalau kamu aku jodohkan sama Lahman!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mendengar itu Rokayah terhenyak kejut, "Apa Bunda! Sama Lahman!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rachel Nadelson mengangguk sambil tersenyum menyeringai. "Kenapa? Lahman ganteng loh...suka ibadah lagi!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lahman adalah petugas kebun istana. Ia pria yang sangat sopan dan giat bekerja. Tubuhnya kecil tapi kekar itu masih saja sendiri di usianya yang sudah 37, belum juga menikah. Begitupun dengan Rokayah di usianya yang ke 31, belum juga mempunya kekasih untuk dijadikan suami. Entah apa yang membuat mereka enggan untuk menikah. Apakah memang kurang berhasrat dengan lain jenis, atau memang kurang percaya diri karena alasan ekonomi. Dengan itulah Rachel Nadelson berinisiatif untuk menjodohkan mereka.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rokayah hanya tertunduk malu dengan mimik wajah memerah. Sebenarnya ia juga lagi cari perhatian kepada Lahman. Tapi malu dengan orang-orang istana, karena takut dikata Cilok alias cinta lokasi. Lalu mendengar Rachel Nadelson berkata demikian, ada rasa bahagia menguar dari dalam hatinya. Ia juga ingin sekali menikah dan kawin merasakan nikmatnya berhubungan intim. Tapi apa daya jodoh tak kunjung datang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hai...kok bengong!" sapa Rachel membuat Rokaya terperanjat kaget. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Eh...hehehe, tidak Bunda!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Em....pasti lagi mikirin Lahman yah!" Rachel menggoda sang sahaya, baru pertama kali ia bisa bercanda dan bercengkrama dengan seorang sahaya. Begitupun dirasakan oleh Rokayah, seperti mimpi baru kali ini ia berbicara dengan Nyonya besarnya, tentang jodoh pula. "Alangkah senagnya hatiku." gumam Rokayah didalam hati.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Dengar Rokayah." kata Rachel, "aku akan berbicara dengan Lahman untuk perjodohan ini. Mudah-mudahan ia mau menerimanya.!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ja, ja, ja, jangan Bunda, a a aku malu!" berkata Rokayah dengan berat. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hai...tenanng saja, kamu tinggal duduk saja yang manis, biar ini urusanku. Aku tidak mau, kamu dan Lahman hidup menjomblo seumur hidup!" ujar Rachel Nedelson. "Ya sudah, kamu terusin kerjaan kamu." pungkas Rachel lalu beranjak dari duduknya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sementara itu seorang lelaki dengan serius memandang bunga mawar yang tumbuh di halaman belakang rumah. Seraya mencoba merapikan dan menyirami bunga itu agar selalu bersih debu dan segar selalu sehingga tetap indah di pandang mata bagi yang melihatnya. Bunga mawar adalah bunga kesukaan Rachel Nadelson, oleh karenannya lelaki itu sangat teliti dalam merawatnya agar berkembang selalu. Lelaki di taman itu adalah Lahman.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kang Lahman," panggil Rachel Nadelson. Lelaki itu menghampiri, "kamu nanti sore bantu aku membereskan bunga-bunga ini untuk dirangkaikan!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lelaki yang bernama Kang Lahman itu menjawab, "Baik Nyonya," Kang Lahman pun kembali menjalankan kerjaan seperti semula. Sedangkan Rachel Nadelson kembali masuk</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ternyata Rokayah mengintip dari balik jendela. Ternyata Rachel Nadelson benar-benar ingin menjodohkannya pada lelaki pengurus kebun itu, Kang Lahman.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jika ini memang terjadi, tentu akan ada perubahan pada diri Rokayah yang ingin sekali dikawin. Ia pun bercermin di dalam kamar khusus pribadinya Ketika ia bercermin, alangkah terkejut ketika melihat tubuhnya sangat melar dan bahkan bisa dikata sangat gemuk. "Amboi... besar sekali tubuhku," gumamnya sambil berputar didepan cermin. "Aku rasa, aku harus diet!" batinnya lagi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Body yang besar tentu membuat riskan untuk seorang wanita. Tetapi ada juga wanita yang bersifat biasa-biasa saja dengan bentuk tubuhnya. Karena dia yakin Tuhan menciptakan semua berpasang-pasangan. Gendut berarti berpasangan dengan yang kurus, dan itu ternyata benar, akhirnya wanita itu pun mendapatkan laki yang kurus, jadi kalau sedang berjalan berdua seperti angka sepuluh</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Terdengar suara ketukan. Tok, Tok, Tok. Rokayah segera menyahut, "Siapa...?" "Aku Kay, Mbak Sari." Ternyata yang mengetuk pintu adalah Mbak Sari, teman satu desa Rokayah. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rokayah segera membuka pintu. "Eh-tumben Mbak Sari main ke kamarku," berkata Rokayah, "memang lagi gak ada pekerjaan?" Yang ditanya menggelengkan kepala pertanda tidak ada kerjaan oleh majikanya. "Ya sudah masuk!" kata Rokayah.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mbak Sari dan Rokayah adalah dua sahabat yang memburu dolar di negeri orang. Bertekad untuk merubah nasib, mereka rela meninggalkan keluarga di tanah air hanya untuk merubah nasib. Hidup menjadi TKW di negeri orang ada suka dan dukanya. Apalagi kerja di negara Pamam Sam ini.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Beda dengan yang lainnya berkerja di luar negeri yaitu Arab, karena dekat juga karena satu agama apalagi mudah untuk melakukan ibadah disana. Tapi Mbak Sari dan Rokayah lebih memilih ke Amerika Serikat dan menjadi pembantu Nyonya Rachel Nadelson dan Tuan Willis Robard dari Kuntacky itu. Hanya saja Mbak Sari beda atasan, dia kerja sebagai ngasuh dari oma Rachel Nadelson. Sedangkan Rokayah sebagai pembantu atau sahaya dari Rachel Nadelson sendiri.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mbak Sari lalu masuk dan duduk diatas tempat tidur Rokayah, walaupun sebagai seorang pembantu, namun Rachel Nadelson sangat memperhatikan kebutuhan dari sahayanya sendiri, ia tidak mau membuat Rokayah yang mengabdi selama lima tahun di telantarkan begitu saja. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Wah ....bagus sekali kamarmu!" berkata Mbak Sari sambil memandang kepenjuru ruang kamar. "Em...ya beginilah fasilitas seorang pembantu dari wanita bangsawan!" jawab Rokayah menyeringai, lalu duduk disamping Mbak Sari. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ada apa sih, tumben, sepertinya ada yang mau disampaikan!" bertanya Rokayah membuka percakapan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Benar, aku kemari mau memberi kamu!" jawab Mbak Sari, "sangat penting, karena ini dari calon kandidat Presiden kita yang ke tujuh!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mendengar kandidat President, Rokayah teringat bahwa dia membuat perjanjian terselubung dengan Andrew Jackson tentang rekaman video mesum atasannya sendiri. Ia baru ingat, dan ia pun sempat terhenyak, namun itu semua ditutupi agar Mbak Sari tidak mengetahui. Ia lalu bertanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ada pesan apa dari calon President?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kamu disuruh menemui dia malam ini! Dia bilang deal... begitu!" ujar Mbak Sari. "emang tentang apa sih, hubungan kamu sama Tuan Andrew Jackson, aku boleh tahu?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rokayah jadi gelagapan ketika Mbak Sari meminta ingin tahu soal itu. Tidak mungkin ia memberitahukan, karena ini sangat rahasia. "Ah, hanya urusan biasa aja kok!" Rokayah menjawab alasannya. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ya sudah kalau aku tidak boleh tahu!" sambung Mbak Sari. "Hebat kamu bisa berhubungan sama calon kandidat seperti Andrew Jacson!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Eh aku mau curhat nih!" kata Rokayah untuk memalingkan percakapan masalah rahasia itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Mau curhat apa sahabatku..." kata Mbak Sari sambil mencubit pipi Rokayah.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aku mau dijodohkan sama petugas kebun disini!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Maksudmu Kang Lahman!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rokayah mengangguk.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ciee...yang lagi berharap kejatuhan bulan..." kata Mbak Sari menggoda, membuat pipi Rokayah memerah dan hatinya bertambah berbunga-bunga.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ya sudah aku doakan supaya perjodohanmu sama Kang Lahman di mudahkan, lalu siapa yang menjodohkan kamu?" bertanya Mbak Sari pula.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Bunda Rachel lah...!" jawab sengit Rokayah.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Em.... Selamat yah, mudah-mudahan sampai kepelaminan!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mbak Sari pun bergegas pamit. Rokayah mengantarkannya sampai kepintu istana, lalu ia masuk kembali dengan wajah penuh beban. Beban tentang rekaman mesum sang majikan yang akan dijual oleh Andrew Jackson. Hatinya berkata, "Mana mungkin aku menghianati kasih sayang Bunda Rachel yang selama ini berbuat baik, lebih-lebih ia akan menjodohkanku dengan Kang Lahman, tentu akan pupus kepercayaannya padaku dan bisa jadi aku masuk penjara jika ketahuan aku yang merekam dan menyebarkannya."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Brak....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rokayah menabrak daun pintu dan terlepas dari lamunannya. "Sue...!" ringisnya sambil mengelus kening karena sakit kepentuk daun pintu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="http://yenyerrow.blogspot.in/2016/03/rachel-nadelson-3.html#more" target="_blank">Sambungannya</a>...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
^^^^^^</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-35761297815262052662016-01-27T22:57:00.001+07:002016-01-28T00:24:52.990+07:00Yula oh Yula<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0dxLyO1JtfgPltiPXcE2lFomklptUJVzOGV7qvFCzp_Fxqr3-IzdsZRnwpiMuuHpjA4dnzaU4mtRY1ZLBjg9jcmPLWx2CUKGBdPxKxjLDFA_VKFqn2ctdbMol-fnasM9dlV5lwDULg4U/s1600/images%252520%2525284%252529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0dxLyO1JtfgPltiPXcE2lFomklptUJVzOGV7qvFCzp_Fxqr3-IzdsZRnwpiMuuHpjA4dnzaU4mtRY1ZLBjg9jcmPLWx2CUKGBdPxKxjLDFA_VKFqn2ctdbMol-fnasM9dlV5lwDULg4U/s400/images%252520%2525284%252529.jpg" width="400" /> </a> </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Namaku Yula, usiaku sudah 15 tahun duduk di bangku sekolah menengah. Semenjak mengenal apa itu cinta karena terpengaruh film korea membuat ku terlena dan ingin mempunyai kekasih. "Ih lagian aku sudah dewasa ini kok!" batin ku ingn sekali ada seorang cowok yang mau mengisi hatiku. "Heloo.... Masih kecil kali...," ejek Kakakku ketika menertawakan aku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Triing...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dering hapeku berirama jadul itu menyentakku ketika larut dalam lamunan. "Helo Rin... Malam ini kita jalan nyo!" Ternyata Bagas yang menelponku. Ia kakak kelasku. "Em... apa salahnya malam ini aku menghibur diri bersama teman cowok ku. "Oke... mau kemana kita?" tanyaku santar. "Uhuy ... jalan-jalan aja, dari pada di rumah loe, bete!" jawabnya dengan nada semangat. "Okelah kalau begitu hihihi," jawabku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bagas kakak kelas ku. Dia selalu mendekatiku di sekolah, entah apa, mungkin suka kali yaa... hihihi.. tapi aku gak suka, ia jelek seperti anak kampung. Aku ingin cari cowok yang mirip aktor korea itu, gentleman, tampan dan keren meskipun seperti banci menurutku hihihi. Tapi ga apa-apa dah dari pada malam ini aku manyun sendiri. Gak ada rotan rumputpun jadi. Akhirnya aku berjalan untuk keluar hanya sekedar menikmati malam dengan sepeda motornya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Gue tunggu, di depan gardu rumah loe ya!" berkata Bagas. Lalu ia menutup callnnya, aku pun bergegas mandi karena memang hari sudah petang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kebiasaan burukku, selalu membawa hapeku kekamar mandi. Maksudnya agar aku bisa menyalahkan mp3 didalam kamar mandi sambil membersihkan tubuhku, maklum aku suka berlama-lama di kamar mandi. Aku masuk keruang kamar mandiku, lalu aku nyalakan lagu kesukaanku, setelah itu aku taruh hape itu jauh dari ku agar tidak terkena air ketika aku mandi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Pakaian telah ku tanggalkan. Ku coba perhatikan buah dadaku yang masih pentil, hihihi.. mungkin belum pernah di jamah kali yaaa.... ah pikiranku kok larinya kesana, padahal aku tidak pernah punya pikiran seperti itu. Walaupun banyak teman Facebookku, terutama cowok yang suka nakal mengirimkan poto kontolnya ke inbokku. Uh ... jijik aku lihatnya, ketika itu juga aku blokir.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Pernah aku coba Update poto sedikit seksi sambil kutuliskan kata-kata sedikit binal, wih....aku kebanjiran like yang rata-rata dari seorang cowok. Langsung kotak pesan banyak yang masuk. Macam-macam gayanya. Ada yang sopan, ada juga yang biasa-biasa saja, tapi ada juga yang sentimen padaku ketika inbok pesannya gak di balas, dia bilang cewek 'Modus' loe. Dan ada juga yang membuatku jijik ketika ia mengajakku phonsex dan chat sex tidak aku tanggapi, ehh.. malam ngirim poto kontolnya. Iih....udah jelek bentuknya hitam lagi wkwakakak....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Oh yah, terus terang aku tak megerti tentang apa itu phonsex. Pernah aku tanya pada temen cewekku yang sedikit nakal namanya Rosa, "Eh Ros, phonsex itu apa sih?!" Ia menjawab tampa malu lagi. "GARUK MEMEK!" Hahahaha...sontak membuatku ketawa. "Gak gitu-gitu amat kelees...jawabnya malu kali kalau didengar sama orang iih..." kataku menyeringai.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Terus..maksudnya apa,?" tanyaku lagi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rosa menjawab. "Sudah loe masih kecil gak boleh tahu!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Yeeee..... Tua'an juga monyet gue kali....!" jawab ku sewot dikata seperti anak kecil. "Hahaha... " Rosa tertawa gelak-gelak melihat aku masamkan wajah karena di biang masih kecil. Heheheh emang benar sih..</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Saking penasaran aku pun bertanya lagi, "Serius...gue Rosa...pengen tau phosex itu apa?" "Di bilangin Garuk Memek hihihi..." kembali ia menjawab seperti itu. "Oke dah, kita end aja!" kataku mengancam. "Iiihh...gitu aja ngambek.!" ucap Rosa sabil mengelus pipiku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Eh loe tau gak, kenapa pulsa gue semakin lama semakin banyak, padahal aku gak pernah beli pulsa loo...!" terangnya membuatku bertambah bingung, apa hubungannya phosex sama pulsa. "Apa hubungannya sama pulsa loe?" tanyaku sengit.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Menjadi jasa menjual desahan hihihi..."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Loh kok bisa,!" semakin bingung aku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hihihihi...ya sudah nanti aja aku ajarin," jawabnya polos.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rosa adalah sahabat karibku. Ia tempat di mana aku mencurahkan isi hatiku. Terkadang membuat hati ku kesal di buatnya. Tapi ia sangat royal padaku. Sebagai seorang sahabat memang seharusnya saling memberi dan bercerita keluh kesah yang ada. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Disetiap statusnya di Facebook yang selalu binal dan nakal membuat teman dumaynya menghujankan like, bahkan tidak jarang berkomentar negatif bahkan ada juga yang mengirimkan poto tak bermoral seperti pentungan hansip hihihihi...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kini aku tahu kenapa ia selalu mempromosikan nomer hapenya seperti ini:</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aduh...memekku gatel nih... Uh....esssst....ah...phonsex nyo, tapi pulsa 10 yah..pasti Rosa puasin, minat di order garuk memek 085891464290"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Seperti itu mempromosikan nya. Aku tertarik juga untuk mempelajari itu. Em... Kini aku mengerti apa itu onani, yah, ternyata aku menjadi candu masturbasi ketika itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Berawal dari ingin tahu merabah memekku, meskipun masih memakai celana dalam. Aku rabah perlahan belahan memekku dari atas kebawah. Ahhh... Terasa geli menggelitik, aku merasakan ada yang lain ketika memekku berdenyut, spontan aku melebarkan pahaku dan terus aku usap perlahan bibir memekku sambil aku rasakan sensasinya membuat tubuhku bergelinjang tak karuan ooooh .... Sssss ... Rosa benar ternyata memang enak mainin memek uuh...aku merasakan pipis sehingga terlihat basah celana dalam ku yang merangsek kedalam memekku. Uh....enaakk..ah....inikah yang namanya onani.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Aku coba membuka celana dalam ku. Dalam posisi jongkok lalu aku perlahan mulai memasukan jari tengahku sedikit demi sedikit lalu aku putar-putar seperti mengorek lobang.. Ooh... Saking enaknya aku tak sadar dalam posisi menungging, tanganku melalui di bawah perut untuk mengobel memekku. Yah....memang enakk....emm..enakk...memekku jadi enak ketika kocokan jari ku semakin cepat. Uh...uh...uh... Oh....memek jadi berlendir dan licin...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tidak terasa aku menyemburkan air pipis. Tapi aneh air pipis itu seperti keras tertahan ketika belum keluar, tapi setelah muncrat, aku laksana melayang jauh enak aku rasakan. Memekku cenat-cenut basah penuh buncah.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Aku sadar itu adalah perbuatan yang tak pantas untuk seorang gadis kecil seperti ku yang baru berangkat dewasa. Tapi entah kenapa setiap aku melihat memekku ketika mandi, ingin rasanya memainkan memekku dengan jariku. Dan itu berlangsung setiap aku mandi, bahkan bukan hanya mandi, ketika tidur pun aku melakukannya sambil berimajinasi aku melakukan itu bersama cowok hayalanku seperti aktor korea hihihi...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rosa menelponku. "Hai Yula, aku punya trik nih, cara onani menggunakan hape. Wiihh....tambah enak, uh...aku jamin dah memek loe meleleh keenakan," ujar Rosa kepadaku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Gimana tuh?!" tanyaku menjawab.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Pake hape!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ah..pake hape!" aku jadi binggung kok onani pakai hape bisa buat memek enak. Em....ada-ada aja Rosa ini.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ya Yula, asalkan kamu punya dua hape,!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Terus di apain?" kataku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Gini loh... hape yang satu di masukin ke memek atau di selipkan di calana mengganjel memek kaya makai pembalut gitu. Tapi hape dalam posisi bergetar. Nah hape satunya lagi untuk menelpon ke nomer hape yang nyelip di memek itu hihihi," Rosa bercerita sambil tertawa mengikik. "Wih...enak bingiit...Yull...ketika hape itu bergetar di memek kita hihihi"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Gilaaaa...ide gilaaa....!" aku berteriak menghardiknya. "Uh... Dasar kalau otaknya pecandu ngobel memek hahaha" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lalu aku pikir apa salahnya aku coba ide gila itu. Ternyata memang ada khas tersendiri ketika hape yang bergetar di memekku membuat seperti di jilatin sama cowok..uuuh...enak banget.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ah gila temenku itu memang briliant...entah dapat dari mana ide itu. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Onani tampa lebih seru lagi kalau di lakukan berdua. "Maksudnya," kata ku bertanya. "Ya itu phonsex, onani berdua!" jawab Rosa. "Yah....ide lagi," ujarku waktu itu karena aku belum pernah melakukan phonsex. Tiba-tiba aku teringat sama Bagas yah Bagas, cowok kampungan itu, emm.. Apa salahnya aku coba sama dia! </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Em... Aku pun menghubungi Bagas, kucoba utuk berbicara wajar, waktu itu pukul 21.00, kebetulan malam itu tidak kemana-mana hanya di kamar sembari mendengarkan lagu-lagu yang ada di hapeku. Heanset aku gunakan, sedikit ada perbedaan memang menelpon pakai handset dengan tidak pakai, suara lebih jelas. Kuberanikan diri untuk menelpon Bagas temen cowok yang suka padaku, tapi aku tidak menanggapinya. Karena aku tidak suka padanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Haloo...sayang...!" sontak ia menyebut sayang, mungkin karena yang menelpon aku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Em... Lagi?" tanyaku. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Lagi dikamar aja," jawabnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Heheheh..sama dong aku juga," kataku cengingis.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Em ...emang gak keluar malam ini?" tanyanya. Ia bertanya seperti itu aku membuka celana dalamku. Kurabah buah dadaku, kuremas dan ku nikmati sambil mendesah ssst...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ei....lagi apa sih, kamu sakit yah?" Bagas bertanya mungkin ia bingung mendengar aku berdesiss. Aku balik bertanya. "Coba tebak aku lagi apa?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Lagi apa sih?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Em... Ssssst....aaah....sayang...oh...!" Aku berdesah sebenarnya. Tampa di buat-buat. Sungguh beda memang melakukan onani di dengar oleh cowok...em sensasi yang sangat luar biasa, bertambah nikmat selangkanganku...oooh....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Yulaa...kamu lagi apa sih...iih....bikin gue takut tau.!" ujar Bagas. Aku tidak perduli, aku ingin malam ini desahan ku didengar oleh seorang cowok. Ide briliant dari Rosa sahabat karibku. Aku mencoba mengeraskan desahanku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sayang...coba tebak dong aku lagi apa...uhhh...eeeesss....enakkk ahhhh!" Memekku mulai terasa berdenyut hebat ketika dinding vagina kutekan dengan ibu jariku, lalu aku karamkan setengahnya membuat aku mengangkang luas... Sangat nikmatnya aku keceplosan.."Oh.... Bagas....sayang...aku...aku...aku...lagi ngobel..ngobel nih!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ngobel apa?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ngobel memek sayang uuh....." jawabku cepat, sembari kucepatkan pula gosokan jariku di liang memekku. "Aduuh.....enaaakkk...ssss...nikmat oh...."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bagas tiba-tiba tidak bersuara... Aku coba bertanya. "Kok diam sih....lagi mainin kontol kamu yah?!" tanyaku binal sambil berdesah manja.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Gila kamu!" Tiba-tiba Bagas berkata menyentak.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Enak tau sayang uh..." balasku. Em...sangat enak aku rasakan onani ku malam ini. Pertama kali aku melakukan yang disebut phonsex. Em...beda rasanya melakukan masturbasi sendiri dengan didengar oleh seorang cowok.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Tau ah, aku jadi gaceng tau..!" Bagas tiba-tiba berucap begitu. "Jadi pengen ngocok juga nih!" seru Bagas membuat ku bangga berhasil bisa mengajaknya onani bersama walau hanya lewat suara. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Di kocok sayang ...!" kata ku. "Memekku sudah pengen pipis nih. Uh....enak...memek yula enakk...memek yula hanget... Uh...aaahh....enakk..enakk baget...memek jadi enakk...eeehh!" Desahanku semakin kuat sekuat kocokan jari ku mengobel memekku..."aduh...Bagas.sayang...memek Yula enaaaakk...aaaah!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Iya sayang oh....Yula...aku juga lagi ngocok nih...uh uh uh uh!" Ternyata Bagas sudah mengocok. Aku bayangkan ia sedang mengocok kontolnya di depanku dan aku pun mengobelnya di depannya.....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ah....sayang....kocok terus sayang....kocok terus...!" sambutku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ia...Yula memeknya diapain...uh uh uh!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Lagi di kobel...memek Yula jadi enak nih." kataku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Iya sama sayang...kontolku juga enaak...uh...pengen ngecrot sayang...pengen ngecerot.." desisi Bagas, rupanya ia ingin keluar. Aku oun demikian. Memekku terasa tebal ada rasa ingin pipis yah ingin pipis enak..oh..</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kuarin sayang...." desis ku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Uh uh uh...pengen keluar...pengen keluar...oh...." Pekik Bagas.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Samaa....aku jugaaa...aaahh...mau pipis..."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ah..ah...ah...aku keluar nih!" ujar Bagas rupanya ia sudah klimaks. "Sayang...aduh tanganku jadi banyak spermaku nihhh.."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bersamaan dengan itu aku pun menyemburkan klimaks ku, airnya muncrat jauh, dan membuat tempat tudurku basah karena pipisku. Aku terkulai lemas... Ah...lemas tubuhku. Pikiranku bleng terasa hampa nikmatnya tiada kira.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Yula.. Akun <a href="https://m.facebook.com/rosa.santika.7505?ref=bookmarks" target="_blank">fb </a>ku... Ponsex bertarif pulsa aja kok 10 rb telpon aku 085891464290</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
****</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-8058935451394350712016-01-23T08:33:00.001+07:002016-02-26T03:13:58.624+07:00Black Forest<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div dir="ltr">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYu0Y6P89dxwDCElN0Hc5YL3GXxQxm1ptlbXxzFaF6dJqcGrOxJgSxXGSFCvW5aBrEWywOEcNJCX7O4WFiwq70inWK30GnGWEd3enxaIKckw3BRB_FpSJdo5-GbjQWhKQhyphenhyphenRGdmf1tMYE/s1600/jar.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" height="366" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYu0Y6P89dxwDCElN0Hc5YL3GXxQxm1ptlbXxzFaF6dJqcGrOxJgSxXGSFCvW5aBrEWywOEcNJCX7O4WFiwq70inWK30GnGWEd3enxaIKckw3BRB_FpSJdo5-GbjQWhKQhyphenhyphenRGdmf1tMYE/s640/jar.jpeg" width="640" /> </a> </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Hutan lebat dan lembab di tumbuhi pepohonan yang menjulang tinggi sehingga menutupi sinar matahari. Cemara dan Pinus bertengger di hutan itu dengan kebesaran alam yang masih alami dan natural tampa ada pernah yang menjamahnya.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jakob dan Welhem dua bersaudara ini sebagai pemburu yang mahir dalam memainkan senapan pembidik target ketika ia berpetualang di tempat-tempat yang terhuni oleh makhluk yang konon bersemayam di hutan Black Forest atau Hutan Hitam di jerman bagian barat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mitos keangkeran mitologi hutan Black Forest tidak mengurungkan niat dua saudara ini. Bertekad untuk menaklukkan alam liar, bukan hanya liar bahkan penuh kemistikan didalamnya. Banyak para pertualangan memburu ke hutan ini tak jarang tidak kembali lagi. Bak seperti ditelan bumi menghilang tampa ada jejak.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dengan persiapan yang matang seperti senapan pemburu berlaras panjang dan tas rangsel berisi peralatan dan makanan untuk bekal didalam sana. Berangkatlah Jakob dan Welhem tampa beban berat dengan hati yang penuh tekad menaklukkan ganasnya alam. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jakob dengan perawakan tubuh besar dan kekar seraya menggunakan rompi dan bercelana ala tentara. Terselip pisau gerigi dan tak kalah pentingnya adalah tas yang berisi butir-butir peluru untuk mencetarkan buruannya. Topi koboy pun menambah keren penampilannya sebagai seorang pemburu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Welhem, seorang mahasiswa jurusan Flora dan Fauna sangat tepat dibidangnya dengan memiliki skil itu tentu sangat dibutuhkan oleh Jakob. Welhem berbadan kurus namun kuat ia berkaca mata seperti halnya seorang pengamat. Ide-idenya sangat briliant dalam membaca keadaan dan sifat binatang dan tumbuhan di dalamnya. Berpakaian elagant sebagaimana mahasiswa adanya. Hanya saja ia sedikit mempunyai rasa takut dan mudah terkejut jika mendengar suara yang membuatnya terkejut.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Welhem!" panggil Jakob, "kita akan memasuki hutan yang belum terjamah manusia sampai kedalam. Apakah persiapan kita sudah cukup untuk berada disana. Apakah menurutmu hutan itu banyak binatang yang akan kita buru.?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Bukan hanya binatang tapi makhluk yang kita tidak duga keberadaannya!" jawab Welhem dengan nada seru, "bisa jadi kita banyak menghadapi rintangan yang dapat menyulitkan kita, entahlah mungkin juga kita bisa tersesat didalam sana!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jakob mendengar perkataan Welhem hanya menyeringai masam. Ia tidak takut apa yang dikatakan saudara sepupuhnya. Tidak akan mundur setapak pun untuk memasuki hutan belantara itu yang konon banyak Mitologi dengan kemistikannya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tiba-tiba Jakob tertawa, "Hahahaha ... Welhem aku bukan anak kecil yang bisa kau takuti. Justru akulah yang mengkhawatirkan kamu suka kagetan, mungkin saja kamu akan terkencing-kencing sebelum mati, hahaha."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Welhem pun ikut tertawa sambil mengejek. "Hahahaha...kentut kaulah yang membuatku terkencing-kencing ketakutan hahahaha!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jakob menyeringai sambil tersenyum nyinyir. "Ya sudah kita berangkat!" katanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jakob melesat dengan cepat jeep yang ia miliki dan selalu dirawat. Mobil jeep itu penuh dengan jasa kepadanya. Jasa selama ini selalu mengantarkan setiap pertualangan masuk hutan keluar hutan rimba yang penuh dengan sensasi hobi sedari kecil. Darah pertualangan di warisi oleh kedua orang tuanya yang kini mengalir didalam tubuh Jakob.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jalan beraspal terlewati. Kini mereka sudah memasuki kawasan penuh liku dan terjal juga curam melewati alam bebas tampa pendudukpun. Di kaki gunung Black Forest mereka beristirahat sejenak. Di sisi sungai dimana air mengalir dari pucuk gunung itu terlihat bening dan bersih. Suasana asri tampak dirasakan. Keindahan alam itu membuat pandangan mata dan hati tergugu. Sangat indah.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Welhem, karena hari sudah mulai gelap bagaimana kita buka tenda untuk beristirahat malam ini!" berkata Jakob sambil mengeker dengan kekeran ukuran kecil kearah ujung hutan yang ditumbuhi pohon-pohon pinus dan cemara itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Baiklah Jakob!" kata Welhem menjawab, ia segera membuka lalu melebarkan kain tenda sebagai tempat berteduh dari dinginnya malam. Sebatang kayu dahan ditancapkan sebagai tiang penyangga kain tenda. Tak lupa juga lampu kecil khusus penerang ketika api unggun padam. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sedangkan Jakob mempersiapkan peralatan untuk berburu nanti. Senjata api juga disiapkan untuk menjaga diri. Dihitungnya peluru senjata api itu, hanya ada 20 butir. Sedangkan peluru lunak serta peluru pembius cukup banyak. "Em ... Welhem sepertinya harus memegang senjata juga. Aku yakin hutan ini sangat berbahaya, yah bahaya, yang aku takutkankan adalah sesosok manusia pemakan manusia, kanibal!" batin Jakob, "bahkan konon di dalam hutan itu ada mahkluk peri, ah pemikiran tahayul!" batinnya lagi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Suara binatang malam terdengar mengalunkan simfoni, terkadang berirama yang mendirikan bulu tengkuk. Jakob dan Welhem duduk berhadapan dengan api unggun ditengahnya. Suara kekresekan kayu terkikis api menambah kehangatan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sambil bersiul-siul Jakob mengusap senjata laras panjang dengan kain pembersih. Sedangkan Welhem menikmati teh hangat yang ia buat sendiri dengan menggunakan cerek yang di letakkan di atas api unggun. Tak ada kata-kata untuk di bicarakan mereka hanya menikmati susana malam yang hening.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tapi tak lama Jakob membuka mulut. "Welhem ... kamu tahu wanita yang bernama Victoria?" betanya Jakob. "Aku dengar wanita itu adalah wanita yang konon bisa merubah dirinya menjadi seekor binatang liar!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ya aku pernah mendengarnya!" jawab Welhem. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Wanita itu pernah ke gunung ini. Lalu ia tersesat kemudian ketika itu dalam keadaan tidak berdaya. Tim penolong datang dan tubuhnya di temukan di temukan di kaki gunung ini. Ya disini dimana kita sekarang berada.!" Jakob bercerita membuat Welhem sedikit mengkernyitkan kening. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Jakob, kamu jangan membuatku takut. Aku tahu atas kematiannya ketika ia sudah berada di rumah sakit, lalu sebelum kematian wanita itu ada tragedi yang aneh. Beberapa perawat dan dokter rumah sakit mati mati secwra misterius dengan luka seperti cakaran binatang buas.!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ya benar. Ketika itu pihak kepolisian menyelidiki tragedi itu yang ternyata adalah wanita itu berubah dirinya menjadi seekor serigala jadi-jadian.!" berujar Jakob.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sedangkan aku tidak tahu kalau wanita bernama Victoria itu ditemukan di tempat ini. Berarti kalau perkataan kamu benar. Bisa jadi kita seperti wanita itu!" yang berkata adalah Welhem. Ia sedikit merinding mendengar cerita itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ah sudahlah. Jangan bicarakan itu!" kata Welhem lagi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hai ... Buatkan aku kopi lah!" Jakob meminta Welhem agar membuatkan kopi. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Jakob, kamu iitu tidak boleh minum kopi terlalu banyak. Kopi itu bahaya buat kesehatan kamu!" ujar Welhem menyeringai.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sok tahu kamu... Sudah buatkan aku kopi. Itu airnya masih panaskan!" kata Jakob sambil menunjuk kearah cerek. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ada," jawab Welhem, "cuma sepertinya harus di panaskan lagi. Airnya sudah tidak panas!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ya sudah panaskan dulu!" berkata Jakob, "tidak enak kalau tidak panas, kurang nendang."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Eh ... rokoknya ada?" kembali berkata Jakob.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ada, tapi tinggal setengah bungkus!" menjawab Welhem.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Guoblook ... " tIba-tiba Jakob menyentak keras. "Kalau gak ada rokok bisa asem mulut. Di sini gunung Welheem... Mana ada warung. Kenapa gak bawa rokok setock!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Lah ... duitnya pas-pasan rokok mahal!" balas Welhem membalas. "Udah berhenti merokok aja!" kilah Welhem, sebenarnya dia jarang merokok. Kecuali habis makan atau sedang ngopi itu juga kalau di tawarin kalau tidak ia tak akan merokok dapat bertahan. Tidak seperti Jakob yang selalu melepus terus ngebul kaya kereta locomotif.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Eh-aku tadi melihat bayangan putih berkelebat dari pohon itu!" kata Welhem sambil menunjuk kearah pohon cemara yang lebat daunnya. Jakob menoleh kearah yang ditunjuk Welhem.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Mana tidak ada apa-apa!" seru Jakob.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Welhem diam sejenak sambil terus mandang lekat kearah dimana bayangan putih berkelebat tadi. "Mungkin hanya halusinasiku saja!" katanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kopi pun selesai di buat. Welhem menyerah kan kopi itu kepada Jakob. Namun baru saja Jakob meraih kopi itu, tiba-tiba burung kelelawar melabrak tangan Jakob. Tentu membuat Jakob terkejut lalu melepaskan gelas kopi itu. 'Praak ...!" kopi tumpah. "Kunyuk!" rutuk Jakob.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Yah ... susah masak airnya malah di tumpahin." berkata Welhem, "apinya hampir padam lagi!" serunya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Burung setan!" hardik Jakob merasa kesal karena kopinya tertumpah sebab kelelawar itu. "Bikin lagi bisa?!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Welhem melebarkan tangan dan dadanya sambil menyeringai pertanda entahlah karena api unggun sudah hampir padam. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Uh ... Sompret banget!" kembali Jakob merutuk. Seraya mengambil gelas itu lalu melemparkan jauh sekuat tenaganya. 'Praak'</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Uhh... Uh... Uh..."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Terdengar suara wanita sedang meringis kesakitan. Suaranya sangat nyata dari arah gelas yang di lemparkan Jakob. "Welhem ... Coba kaku dengar. Apakah kamu mendengar suara wanita menangis?!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Welhem mengangguk lalu berkata, "Ya aku mendengar. Suara wanita menangis. Apakah disini ada penduduk?" bertanya pula Welhem.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Perkiraan wanita menangis itu terkena gelas yang di lemparkan Jakob. "Mungkin ada seorang wanita yang sedang mengintai kita berada disini?" membatin Jakob lalu bergumam pelan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Mari kita lihat!" ujar Welhem. Mereka berdiri laku menghampiri arah suara wanita menangis itu dengan jalan mengendap-ngendap. Ketika langkah mereka sangat dekat dengan suara wanita yang masih saja meringis pelan. Ada rasa takut menyelimuti Welhem. Ia sangat takut dengan keterkejutan, jantungnya mudah berdegup dan membuat lemas lutut. "Kamu duluan Jakob!" kata Welhem sambil mendorong tubuh Jakob.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Benar saja ketika pandangan tertuju pada suara itu, terlihat tubuh wanita membelakanginya. Rambutnya panjang menjuntai. Berbaju merah tipis seperti daster. Merahnya tidak kentara karena gelapnya malam. Jakob sempat terdiam sejenak memandang tampa berkedip. Sambil menoleh kearah Welhem, Jakob berucap pelan berbisik. "Apa yang harus kita lakukan." </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Welhem menggelengkan kepala pertanda tidak tahu apa yang dilakukan. Jakob merabah pistol di pinggangnya bersiap menarik pelatuk jika wanita yang di hadapannya bisa mengancam keselamatan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hai! Siapa kamu?!" bertanya Jakob dengan nada keras. Wanita itu tidak menoleh sedikit pun bahkan suaranya semakin sendu dan berirama menyayat hati. Kembali Jakob bertanya, "hai wanita yang berambut panjang dan sendirian dimalam hari. Kalau kamu manusia pasti menoleh kearahku. Tapi kalau kamu tidak mengatakan siapa kamu, dengan terpaksa aku akan menembak kamu!" kata Jakob sambil mengarahkan pistolnya kearah wanita yang membelakanginya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Wanita itu pun menoleh. Tapi alangkah terkejutnya Jakob dan Welhem melihat wajah wanita itu penuh luka. Lingkaran matanya berwarna biru. Lalu wanita itu membuka mulutnya lebar sehingga tampak gigiya yang caling. Lalu menguarkan suara menggeram "Aarrrgghhh....!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dan terkejutnya bukan kepalang ketika wanita itu ingin menerkam Jakob. Sontak dengan cekat Jakob melepaskan tembakan 'Dooor.." 'claak' Tembus peluru yang di muntahkan dari rongga pistol jakob. Tapi aneh wanita itu hanya beringsutkan badannya, lalu menggeram kembali. Namun wanita itu tidak menyerang, ia berbalik arah kembali membelakangi sambil terus menggeram dan berlari kencang kedalam hutan lalu tubuhnya menghilang cepat tertelan gelap.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dor, dor.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kembali dua peluru di lontarkan jakob menembus kegelapan hilangnya wanita menyeramkan itu. Jakob yakin peluru yang pertama menembus tubuhnya. Tapi aneh wanita itu tidak mati. Jakob dan Welhem saling berpandangan. Perlahan mereka melangkah mundur untuk meninggalkan tempat itu sambil terus waspada memandang dimana wanita itu menghilang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Senter, siapkan senter!" ujar Jakob, sambil melangkah cepat menuju tanda. Diikuti oleh Welhem berlari kecil dibelakangnya. Nafas mereka mulai tidak beraturan. Hati mereka di liputi kebat-kebit. Lamat-lamat helaan nafas Welhem terdengar sesak. Welhem memang mempunyai sedikit asma. Ia mendenguskan nafas sambil berkata berat. "Uh ... Baru di luar hutan sudah semisteri ini. Apalagi di dalam hutan nanti. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mendengar keluhan Welhem, Jakob berkata. "Ingat kita jangan putus semangat. Sesulit apapun, itu adalah resiko yang harus kita nikmati.!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sepertinya kita tidak bisa tidur tenang malam ini!" tukas Welhem dengan nafas tampak naik turun. "Aku haus!" katanya lagi lalu mengambil botol air berisi minuman alkohol. "Jangan di habiskan, aku juga haus!" yang berkata Jakob sambil merabah lampu senternya untuk memeriksa apakah batreinya berfungsi. Setelah Welhem meminum, lalu ia menyerahkan botol minuman itu kepada Jakob.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Baru saja dua teguk Jakob minu air itu. Tiba-tiba dari arah barat di balik pohon cemara terdengar suara gegusrakan. Welhem pun mendengarnya. Mereka langsung palingkan wajah kejurusan suara itu. Sambil menyenter kejurusan suara itu. Lampu senter menyorot tajam. Tampak bayangan hitam dan terlihat banyak sedang berkerumun. Tercekatlah Jakob dan Welhem.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bayangan hitam banyak dan berkerumun itu berlari ketika sorot senter menerangi mereka. Bentuknya seperti manusia kate. Ada tangan dan kaki juga kepala, hanya saja tubuhnya kate. Jakob dan Welhem kembai saling berpandangan melongo. Welhem terkejut ketika pundaknya di tepuk oleh Jakob. "Jangan bengong! Cepat ambil senter satu lagi." </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Welhem segera mengambil lampu senter didalam rangsel tasnya. Kini dua senter cukup untuk menerangi sorotan. Sedangkan Jakob bersiaga penuh dengan pistol ditangan kanan, dan senter di tangan kiri.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kita kejar!" ujar Jakob sambil melompat berlari menuju bayangan hitam manusia kate itu berlari masuk kedalam hutan. Welhem juga turut berlari sambil menyorotkan lampu senter dengan fokus. "Mereka cepat sekali menghilangnya!" Kembali Jakob berujar ketika sampai di tempat awal bayangan hitam manusia kate itu berada.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ambil semua senapan kita!" Jakob memberi perintah kepada Welhem untuk mengambil semua senapan. Segera Welhem menuju tenda kembali. Didalam tenda itu ketika Welhem ingin masuk untuk mengambil tas berisi senapan yang berada di dalamnya, ia melihat sosok bayangan di dalam tenda seperti seorang wanita. Tidak mau ambil resiko Welhem pun berteriak lantang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Jakooob....."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sontak jakob terkejut, ia menoleh dan segera menuju tenda untuk melihat apa yang terjadi dengan Welhem. "Lihat ...!" Pekik Welhem ketika Jakob sudah berada di sampingnya. Di dalam tenda ada bayangan hitam seorang wanita yang sedang nungging. Jelas sekali bayangan itu adalah seorang wanita.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jakob mengira bayangan di dalam tenda itu adalah wanita yang berwajah seram tadi. Hanya saja dia tidak menggeram. Hanya terlihat sedang menungging. Jakob kembali membidik pistolnya kearah bayangan didalam tenda itu! Lalu seraya berteriak keras.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hai yang didalam sana! Siapa kamu?" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tidak ada jawaban. Bayangan seperti wanita sedang menungging itu malah mengayunkan tubuhnya kedepan lalu kebelakang. Sekali lagi Jakob berteriak mengancam, "Dengar yah, kalau masih berada didalam sana akan aku tembakkan peluru ini!" Tapi masih saja bayangan wanita itu tidak menjawab bahkan kini ia menggoyangkan pinggulnya keatas lalu kebawah.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sudah pasti wanita di dalam tenda itu tidak berpakaian, terlihat dari bayangannya lekak-lekuk tubuhnya sangag kentara. Jakob melirik kearah Welhem. Welhem menggelengkan kepala, namun ia memberi isyarat agar Jakob jangan menembaknya. Kembali Welhem memberi isyarat dengan menggunakan gaya tanganna agar tenda itu dirubuhkan sehingga wanita itu terkurung lantas segera menyergapnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jakob mengerti apa yang di isyaratkan Welhem. Ia mengangguk lalu memberi kode dengan jarinya agar bersama-sama untuk menarik tiang penyangga tenda secara bersama-sama agar wanita itu terkurung di dalam tenda. Jakob mulai memberi aba-aba dengan jari telunjuknya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Satu</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dua</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tiga....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Mereka segera dengan cekat mengambil tiang penyangga tenda itu. Jakob sebelah kiri sedangkan Welhem sebelah kanan secara berbarengan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Khuf...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Besss....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tenda pun menguncup. Wanita itu pun terkurung. Jakob dengan cepat mendorong wanita di dalam lilitan kain tenda lalu menyergapnya dengan berani.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Aaahhhhh....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Wanita itu berteriak. Jakob dengan sekuat tenaga menindih tubuh wanita itu hingga tidak bisa bergerak. Welhem tidak tinghal diam, segera memegang kaki wanita itu. "Haiii..." Kini wanita itu berteriak dengan jelas dia adalah seorang wanita. Tetapi Jakob tidak langsung melepaskan dekapannya. Ia bertanya. "Siapa kamu?!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aku Vany!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jawab wanita itu. Jakob menoleh kearah Welhem lalu kembali berkata. "Sekali lagi aku tanya, kamu ini manusia apa mitologi hutan ini?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Manusia.. Aku manusia tuan, namaku Vany!" terang wanita itu memang dia adalah seorang manusia wanita. "Lepaskan aku tuaan...!" pekiknya dengan nada meringism</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jakob melirik ke Welhem. Lantas Welhem mengangguk, maksudnya agar Jakob melepaskan dekapannya. Jakob pun membuka kain tenda yang mengurung tubuh wanita sedang posisi menungging itu. Tentu dengan sigap Jakob mengacungkan pistolnya kearah wanita itu ketika ia mulai terlihat. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kini ketika wanita itu berhasil melepaskan likitan kain tenda itu, Jakob dan Welhem kembali tercengang. Mereka awalnya hati kebat-kebit ketakutan, tapi sekarang malah melongong-longong memandangi tubuh wanita itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kenapa?</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Karena wanita itu tampa sehelai benang pun yang menutupi tubuh putihnya. Di malam yang gelap dan temaram di mulut hutan Black Forest tidak menghapangi indahnya tubuh wanita dengan paras oval rambut panjang sepinggul lembut dan hitam. Wanita itu mengaku bernama Vany. Jakob dan Welhem meleletkan lidah terkesima ketika memandang di hadapannya buah dada yang mengkel juga padat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Vany tersenyum lalu berpura-pura malu seraya menutup buah dadanya, "Jangan memandang payudaraku seperti itu tuan!" Di kata begitu Jakob dan Welhem segera memalingkan wajah. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Apakah ada pakaian untukku?!" bertanya wanita bernama Vany.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sontak Jakob membuka rompinya yang tebal lalu memberikan kepada vany sambil berusaha memalingkan wajah walaupun di hati sempat terbesit ingin mengintip. "Ini pakai!" ujar Jakob.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Vany meraihnya lalu mengenakannya tapi bawahannya tidak pakai jadi selangkanganya terpampang tebal. "Lalu aku pakai celana apa. Masa atas di tutup bawah terbuka.!" berujar Vany.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Welhem segera membuka celana panjangnya. Kini ia hanya mengenakan celana kolor hawai. "Ini pakai!" kata Welhem sambil menyerahkan celana panjang itu. Wanita itu pun mengambilnya lalu di kenakan. "Terima kasih Tuan!" kata Vany.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Walaupun wanita bernama Vany itu sudah memakai celana dan menutup selangkangannya, namun payudaranya masih terlihat menyembul dari balik rompi milik Jakob. Lalu Jakob menawarkan kaos yang di kenakannya untuk di pakai Vany, tapi Vany menolak karena tak tega di malam yang dingin melihat Jakob telanjang dada. "Sudahlah Tuan, ini sudah cukup!" ujar Vany seraya duduk mendeprok di atas kain tenda. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jakob memberanikan diri untuk lebih mendekat lalu bertanya kembali sambil memandang lekat-lekat wajah wanita itu. "Kamu ini dari mana? Kok tiba-tiba ada di dalam tenda kami dengan posisi menungging tampa pakaian pula lagi?!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Wanita itu tersenyum menyeringai dan menjawab. "Aku tersesat tuan! Aku di kejar-kejar oleh makhluk kate, mereka sangat seram dan aneh. Makhluk kate itu berhasil manangkapku lalu seluruh pakaianku di tanggalkan. Aku ingin di perkosa sama mereka. Aku berlari kemari karena melihat tenda tuan. Aku pun masuk untuk bersembunyi!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jakob dan Welhem mendengar cerita wanita bernama Vany itu berpikir sejenak. Ada benar dan masuk akal juga keterangan yang diuraikan. Karena mereka juga melihat makhluk seperti manusia cebol. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Welhem memberikan minuman alkohol kepada wanita itu agar tubuhnya terasa hangat. Di lihat tubuh wanita itu sedikit menggigil. Mungkin saja dingin atau menggigil ketakutan denga peristiwa yang ia alami. "Minum ini!" tawarnya mengulurkan minuman itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Vany meraih botol minuman alkohol itu, lalu meneguknya. Kerongkongannya terasa lega dari dahaga. Dan tubuhnya sedikit terhangatkan. Ia tersenyum kepada Jakob dan Welhem. "Terima kasih tuan. Untung ada kalian. Mungkin kalau tidak ada tuan bagaimana nasib saya ini." ujar Vany panjang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Malam semakin larut. Vany mencoba memejamkan mata dengan berselimut kain tenda. Sedangkan Jakob dan Welhem duduk berjaga sambil memandang dengan tatapan tajam kesetiap penjuru. Welhem melirik kearah Vany yang tertidur pulas. Melihat itu, Jakob manampar pelan pipi Welhem, sambil berucap, "Jangan di lihatin. Nanti kau kepengen!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Welhem meyeringai nyinyir tertawa kecil. "Jakob kali ah yang pikirannya kepingin hahaha..." katanya sambil tertawa kecil. Karena mendengar suara Welhem tertawa membuat Vany terusik tidurnya. Ia merenggangkan ototnya sambil menguap. Kain tenda yang membalutnya lantas tersingkap sehingga kelihatan payudaranya yang besar menyembul. Sontak Welhem menatap lama melihat itu. Baru pertama kali Welhem meliahat payudara tampa penutup di hadapannya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jakob pun demikian, walaupun ia pernah merasakan persetubuhan. Tapi jika melihat itu, ia pun jadi terangsang. Ditambah suasana malam yang mendukung di gerbang hutan Black Forest. Sesaat Jakob dan Welhen saling berpandangan. "Ngelihat doang gak apa-apa kan!" Welhem berbisik pelan. "Hihihihi..." Jakob tertawa menyeringai melihat saudara sepupuhnya itu. "Tahan... Jangan ada niat untuk memperkosanya!" bisik Jakob.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tiba-tiba Vany memicingkan mata kearah mereka sambil berkata. "Perkosa juga gak apa-apa kok.. Aku juga lagi kepingin nih!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Rupanya Vany mendengar pembicaraan kedua lelaki itu. Sontak membuat Jakob dan Welhem terhenyak mendengar perkataan Vany. Kembali mereka saling berpandangan lalu tertawa cekikikan perlahan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kenapa ketawa.. Emang kalian gak kepengen!" kembali Vany berujar.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kamu mau?" tanya Jakob.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Vany mengangguk kepala pertanda mau.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Kalau Three some, kamu mau?" Jakob bertanya lagi, "soalnya Welhem nganggur jika aku saja yang main hihihi!" Jakob bermaksud mengejek Welhem.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Bagaimana kalau gantian, aku dulu!" Welhem menyahut.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Enak aja, aku kan yang lebih tua hahahaha!" balas Jakob tertawa renyah.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hai... bertiga aja. Aku ingin main trhee some!" lantas Vany menyahut menggoda sambil melepaskan rompinya dan langsung melorotkan celana. Tentu membuat Jakob dan Welhem menambah tertantang. Tampak penis Welhem mengacung jelas karena ia hanya mengenakan kolor hawai.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sini!" Vany memanggil mereka berdua. Jakob dan Welhem menghampiri. Vany dalam keadaan berjongkok, menyuruh Jakob dan Welhem berdiri di hadapannya. Lalu Vany membuka celana panjang yang di kenakan Jakob. Juga kolor Welhem yang mudah untuk di lorotkan. Dengan penuh nafsu Vany sudah menelanjangi mereka berdua. Kini kedua penis lelaki itu mengacung di depannya tepat dihadapan wajah Vany.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Uh ... baru kali aku melihat dua penis sekaligus!" gumam Vany.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hai ... Kamu suka yah?!" berkata Jakob. Vany mengangguk sambil mengengam kedua penis itu. Kedua tangannya sangat lihay mengocok-ngocok membuat Jakob dan Welhem menyeringai keenakan. Membuat tubuh kedua lelaki itu bergidik tak karuan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Vany benar-benar mengamati kedua bentuk penis Jakob dan Welhem. Beda-beda bentuknya. Jakob mempunyai penis yang besar tapi melengkung keatas, sedangkan Welhem mempunyai penis kecil tapi panjang. Vany suka sekali memainkan kedua penis lelaki itu, walaupun malam dan kurang jelas, namun Vany sangat menikmati.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Eh-apa ini?" kata Vany bertanya merasakan penis Jakob licin di rongga penisnya. Seraya mempilin-pilin liang penis itu dengan jari jempol. Dirasakan sangat licin. "Emmm .... I like this, fuck ... yes ....!" desis Vany.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sayaang ... hayo dong di kulum!" seru Welhem memberanikan diri mengulurkan penis ke mulut Vany. "Kamu bisa mengkulum kan?!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Vany mendekati bibirnya tepat di kepala penis Welhem. Tangan kirinya tetap mengocok penis Jakob. Sedangkan tangan kanan nya berusaha mengarahkan penis Welhem kearah mulutnya. Perlahan Vany menjilati dengan sedikit ragu. Selama hidupnya ia belum pernah mengkulum penis seorang lelaki. Welhem memaksa. "Hayo sayang di emut-emut."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jakob merasa bosan dengan permainan tangan Vany. Ia melepaskan lalu membungkuk di depa bokong Vany yang sedang berjongkok. "Sayang kamu nungging yah!" Meminta Jakob kepada Vany untuk posisi menungging.. Vany pun menuruti apa yang di katakan Jakob. Lalu ia menungging dengan lutut kiri menopang, lalu kaki kanan di angkat seperti anjing mau kencing.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sambil mersakan cita rasa Penis Welhem, akhirnya Vany memberanikan diri untuk mengkulum penis itu yang semakin membesar dan licin di rongga mulut "Em ... Em ... Em ..." desisnya</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Vany terkejut ketika tiba-tiba selangkangannya disapu-sapu oleh bibir Jakob yang lincah menari-nari genit lagi doyan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b><span style="color: blue;">KENA SENSOR... DI POTONG BAGIAN INI.</span></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Alangkah terkejutnya Jakob ketika mencabut penisnya yang terasa berlender itu memang seperti daging busuk. Nanah berbau amis menguar dari selangkangan Vany. Air kencing Vany pun hitam pekat seperti air comberan yang berbau... "Aahhh .....!" pekik Jakob sambil membersihkan penisnya dengan celananya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tak kalah terkejutnya bukan kepalang dirasakan oleh Welhem. Wanita bernama Vany itu yang mengkulum penisnya ternyata mempunyai wajah buruk rupa. Wajahnya di penuhi luka kulit yang mengelupas. Matanya seperti mau keluar dari rongga. Giginya hitam-hitam dan rambutnya penuh dengan belatung berkerumun memenuhi rambutnya yang kusut, belatung itu berjalan menggerayang sampai kewajah. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Penis Welhem seperti berlendir bau amis yang sangat amat dirasa ingin muntah dan memang benar tak lama kemudia Welhem pun muntah. Sangat jijik melihat wanita itu. Wanita yang cantik kini berubah menjadi seperti mayat hidup.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Awas Welhem..!" teriak Jakob ketika wanita itu ingin menerkam tubuh Welhem dengan kukunya yang panjang. Welhem mengelak menjauh sambil melompat mundur. Dalam keadaan telanjang Welhem lari tunggang langgang seperti orang gila. Jakob pun demikian dalam keadaan tampa sehelai benangpun mencoba sigap untuk mengelak serangan wanita jadi-jadian itu jika menyerangnya. Jakob berusah mengambil pistol nya dekat dimana wanita itu berada.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Welhem bantu aku membunuh wanita ini!" teriak Jakob meminta pertolongan. Welhem hanya celingak-celinguk tergugu bingung apa yang harus ia perbuat. Dilihatnya sebatang balok dan sebongkah batu. Dengan cepat Welhem mengambil balok itu lalu melemparkannya kearah Jakob. "Ambil ini!" seraya berteriak keras. Jakob dengan cekat mengambil balok itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Di saat jakob hendak mengambil balok. Tiba-tiba wanita itu lebih dulu menyerang. Jakob kena sergap dan cakaran wanita itu pun membeset punggung Jakob "aggrr..." teriaknya kesakitan. Aneh luka besetan itu langsung membiru menggores punggung Jakob. Ia merintih kesakitan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Welhem...tolong akuuu.." pekik Jakob ketakutan. Welhem segera mengabil bongkahan batu itu lalu mendekati wanita itu dari belakang. Batu itu diangakat tinggi-tinggi dengan kedua tangan. Saat itu juga...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Praak....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Kepala wanita itu rengkah. Darah keluar dari kepalanya dan mengucur deras. Aneh darahnya berwarna hitam bernyenyeh kental dan bau pula. Wanita itu tersungkur tepat di atas tubuh Jakob dan menindihnya. Jakob sontak mendorong tubuh wanita itu sekeras-kerasnya hingga tubuh nya terpelanting kesamping. Jakob segera bangun dan berlari menjauh, sebelumnya ia mengambil pistolnya lalu menembakan tiga kali ketubuh wanita itu yang sudah tak bernyawa. Penis jakob menggandul ketika ia berlari menjauh membuat Welhem yang melihat iu sedikit tertawa geli.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hahahah Jakoob ... jelek banget kau!" hardik Welhem mengejek.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sama kau juga jelek lah.. Lihat penis kau seperti cacing kedinginan hahahah.." balas Jakob.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Belum saja mengatup mulut tiba-tiba Jakob ada yang menarik dari belakang. Sreeet.....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Agggh....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jakob pun menghilang di balik kegelapan dan buasnya alam Black Forest.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Jakobbb....kemana kau?!" teriak Welhem, ia celingak-celinguk mencari Jakob hilang mendadak. Timbul rasa takut di hati Welhem. "Hai ... jangan becanda... aku tidak suka seperti ini!" ujar Welhem dengan nada keras dan hati kebat-kebit.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Diam dan hening sejenak. Welhem memperhatikan sekelilingnya tidak ada suara yang mencurigakan. Hanya suara desiran dedaunan terhempas angin dan binatang malam bersimfoni dengan nada khasnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Jakobb.... Jakob....!" teriak Welhem sekeras-kerasnya. "Jakob...KOB, KOB, KOB," hanya suara Welhem yang memantul. "Jakob....KOB, KOB, KOB," Gema suara Welhem begitu nyata. Resahlah hati Welhem. Ini bukan permainan dan bercanda, ini kenyataan yang harus ia hadapi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Gggrrr....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Gggrrr...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Gggrrr...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Terdengar suara menggeram. Welhem menoleh kearah suara itu. Geraman itu ternyata wanita jadia-jadian bernama Vany. Ia hidup kembali dengan wajah sangat murka. Matanya terbelalak memandang Welhem. Mulutnya keluar lendir yang menjijikan dan berbau amis. Welhem terkesiap melihat itu. Ia mengambil senapan laras panjang denga peluru bius. Di bidiknya wanita itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Wanita setan! Jangan mendekat!" gertak Welhem membidikkan senapan itu kearah kepala wanita seram. Wanita itu berjalan merangkak pelan tapi lincah. Welhem mundur kebelakang sambil terus menodongkan senapannya. "Hai... aku tidak main-main!" sekali lagi Welhem mengancam dengan keras. Namun wanita jadi-jadian masih terus menghampiri Welhem dengan jalan merangkak. Bahkan gerakannya semakin cepat. Dengan cepat pula Welhem melontarkan senapannya berisi obat bius itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Jllebb.....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Crass....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Peluru bius berbentuk jarum dan berekor bulu ayam itu tepat mengenai ubun-ubun wanita menjijikan itu. Gerakannnya semakin lambat meskipun masih terus merangkak menghampiri Welhem. Tampa mengulur waktu dan kekberikan kesempatan wanita menjijikan itu untuk menyerang, Welhem mengambil sebatang kayu ranting yang cukup keras langung menggeprak tepat di muka.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Prakk..</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Wanita itu beringsut mundur dengan tatapan nanar. Kembali Welhem mengibaskan ranting itu dengan keras kearah wajah. Prak..... agghhh....wanita berteriak. Rupanya ia takut dengan ranting itu. Wanita itupun merangkak mundur dengan cepat lalu menuju kegelapan dan menghilang. Peluru bius yang mengenainya ternyata tidak mempan. Wanita itu sangat kuat. Namun sangat takut dengan ranting sebuah pohon. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Setelah di amati ternyata ranting itu berasal dari negeri timur asia yaitu Indonesia yang kaya dengan jenis tumbuh-tumbuhan dan rempah-rempah. Pohon yang hidup di negeri yang subur makmur dan rojinawi itu adalah bernama Pohon Kelor. Atau biasa di sebut daun kelor.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Selamat lah Welhem dari serangan wanita jadi-jadian itu. Dengan nafas tersengal-sengal dan di selimuti rasa takut yang sangat amat karena sendiri. Jakob telah hilang entah kemana. Ia berpikir keras, apakah harus balik pulang. Apakah harus menolong Jakob di dalam hutan Black Forest yang penuh Mitologi dan terkenal ke angkerannya....TUNGGU </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="http://yenyerrow.blogspot.in/2016/02/black-forest-2.html#more" target="_blank">SAMBUNGANNYA</a>....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-67062847661745104422016-01-09T15:12:00.001+07:002016-04-02T22:34:30.556+07:00Pendekar Kipas Sakti #4<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQnS_3Gqh3SmJeFeN-w9_SDK0tnR6dZBQFlEOTjLNj8Qq5hu5ZGFh8Q-ntQCH9ddP8TtLZ285CdAS6geEF6k8pezftt8o5E6U2sEeooQUwsBw7c3gIgxNJNpqFNTFAsfOgX9kDnyAuEEA/s1600/pendekar.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQnS_3Gqh3SmJeFeN-w9_SDK0tnR6dZBQFlEOTjLNj8Qq5hu5ZGFh8Q-ntQCH9ddP8TtLZ285CdAS6geEF6k8pezftt8o5E6U2sEeooQUwsBw7c3gIgxNJNpqFNTFAsfOgX9kDnyAuEEA/s400/pendekar.jpeg" width="283" /></a></div>
Bukit Maut adalah bukit yang sangat di takuti oleh warga sekitar. Dinamakan Bukit Maut karena segala macam iblis dan raja setan berada disana.<br />
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
(<a href="http://yenyerrow.blogspot.in/2015/10/pendekar-kipas-sakti-eps-pertarungan-di.html" target="_blank">Kisah yang lalu</a>)<br />
<br />
Banyak warga tidak berani melewati sebuah batu berbentuk arca seperti kepala kerbau bertubuh manusia. Batu itu sebagai pembatas dilarangnya para pelintas untuk memasuki bukit itu. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Suatu ketika ada warga yang nekat memasuki bukit itu, namun orang itu tak pernah kembali lagi. Ketika di temukan, jasadnya sudah di hinggapi belatung berkerumun. Tapi aneh kepala jenazah itu masih utuh dan segar, sehingga orang-orang yang menemukannya mudah mengenali karena paras wajahnya masih terbentuk walaupun tubuhnya sudah menjadi tulang belulang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Angin semilir menghembus dari arah barat perlahan menghempaskan rambutnya yang gondrong masay. Seorang pemuda berpenampilan tampan juga keren terselip sebuah kipas di pinggangnya. Pemuda tampan itu adalah Arya Welang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sembari bersiul merdu ia duduk di dahan kayu suren, Arya Welang memicikan mata kearah dimana sesosok wanita paruh baya membawa seikat kayu bakar di pundaknya. Didalam hati Arya Welang berkata. "Sungguh kuat nenek ini, masih saja mencari kayu setua itu."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Nenek penggendong kayu itu berjalan dengan terseok ketika gundukan tanah yang licin menghalanginya. Sempat hampir terjatuh, namun nenek penggendong kayu itu bisa mengimbangi tubuhnya ketika terpeleset membuatnya terpelanting. Tampa menoleh ke arah seorang pemuda yang sedang asik bersiul, ia terus berjalan ringkih.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak jauh Arya welang memandang. Tiba-tiba Nenek itu melompat tinggi untuk menghindari sebilah pisau menghujam lehernya. Ia mengelak kembali melompat kekiri ketika serangan yang kedua datang dari arah yang sama, mendapat serangan mendadak sang nenek memaki lantang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Semprul, keluar kowe!" Nenek itu meyorotkan mata kearah penyerang. Arya Welang welang melihat itu meleletkan lidah lalu berguman didalam hati. "Buset dah tuh nenek, tinggi juga kelihaiannya!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak lama kudian keluar dari pohon asam sesosok lelaki tua yang sebaya dengan si nenek. Ia tertawa menyeringai, lalu tertawa tipis sambil berucap. "Nini ... masih jeli juga penglihatanmu, kesaktianmu masih saja tak bisa di anggap ringan, walaupun badan hanya sebatang sapu lidi he ... he ... he ..."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Si nenek pencongkan bibir. "Akik mesum, sedang apa akik di sini?" si nenek bertanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sudah lama aku tak menyambangimu Ni!" menjawab Akik-akik itu sambil mendekati mulutnya ke arah Nenek." Si nenek layangkan tamparan. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Plok ...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aki nyoman ... Kita ini sudah sama-sama, malu sama gigi kita yang ompong dan tubuh kita yang sudah reot ini harusnya memperbanyak ibadah untuk mengabdi kepada Tuhan, bukan mesum." ujar sang Nenek sembari mengangkat kayu bakarnya kepundak yang sempat merosot.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sedangkan dari kejauhan mendengar nama Ki Nyoman Arya Welang berkata, "Ki nyoman! Perasaan aku pernah mendengar nama itu!" ia menkernyitkan kening lalu memijatnya. "Ah perduli, sudahlah," </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lelaki tua bernama Ki Nyoman itu menyeringai, seraya merangkul tubuh nenek pembawa kayu itu. Si nenek menghentakkan badannya. "Sana Ki! Saya mau segera pulang, lihat hari mulai senja sama dengan usia kita yang sudah senja. Tapi Aki tak pernah berubah seperti dulu, geniiit..." ujar si nenek cengingisan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Baiklah sebelum kita pulang, izinkan aku mencium mu!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ki Nyoman mendekati lalu kembali merangkul dan mencium pipi si nenek. "Muaaach .." Si Nenek bukannya marah dicium malah cengingisan manja.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Arya Welang melihat kelakuan manula itu, tertawa ringan sambil mengumpat, "Nenek sableng, Akinya gila!" sambil menggeleng-gelengkan kepala, "sial aku, uh!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tampak dari kejauhan deru debu berterbangan yang dihentakan dari kaki kuda. Benar memang dua ekor kuda, salah satu penunggang kuda adalah seorang wanita dan yang satunya lagi tidak jelas entah wanita atau lelaki. Di bilang wanita tapi tampak kekar tubuhnya, di bilang lelaki tapi kulitnya putih dan gayanya pun lemah lembut.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Arya Welang turun dari dahan pohon lalu berjalan kearah timur di mana kedua penunggang kuda itupun menuju arah timur. Arya Welang tidak perduli dengan kedua penunggang kuda itu. Ia terus berjalan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Terdengar hentakan kaki kudanya dari arah belakang, semakin lama semakin mendekat. Akhirnya kedua penunggang kuda itu melewati Arya Welang. Namun beberapa meter dari depan Arya Welang, kedua penunggang itu berhenti dan menoleh kebelakang melihat Arya Welang yang sedang berjalan kaki menujunya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Penunggang kuda dengan kelamin tidak jelas turun dari kudanya lantas menegur Arya Welang. "Maaf Kisanak, apakah Kisanak tahu ini daerah mana?" Jelaslah Penunggang kuda yang tidak jelas kelaminnya ternyata seorang lelaki, hanya saja dia berkulit sangat putih dan mepunyai karakter yang lemah lembut.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kalau diperhatikan dari keduanya berpakaian, kedua penunggang kuda ini bukan dari tanah jawa, tetapi dari negeri cina. Mereka mengenakan pakaian sangat halus seperti sutra, dan rambutnya panjang masay menggerai dan menjuntai. Senjatanya berupa pedang samurai lurus. Sedangkan penunggang kuda satunya lagi seorang wanita cantik juga putih jarang terlihat wanita seputih dia di tanah jawa.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Maaf Kisanak apakah nama bukit ini?"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wanita itu bertanya sambil sunggingkan seyum, Arya Welang sambut dengan seyuman khasnya. Lalu Arya Welang menjawab pertanyaan yang dilontarkan kepadanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ini kawasan Bukit Maut!" jawab Arya Welang, "Sedangkan Bukit Maut itu yang disana ..." Arya Welang menunjuk kearah dimana Bukit Maut bertengger.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tetapi Bukit maut itu adalah kawasan terlarang. Tidak ada yang berani masuk kebukit itu." ujar Arya Welang panjang. "Sebaiknya kisanak jangan kesana kalau ingin selamat, Kisanak bisa lewat Bukit Cinta setelah prapatan di depan sana." terang Arya Welang sambil menunjuk kearah prapatan di mana perbatasan antara Bukit Maut dan Bukit Cinta.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oh yah, sebenarnya Kisanak mau kemana?" sambung Arya Welang lagi.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kami mau menuju bukit itu hanya untuk mencari seorang wanita yang sedang di cari-cari oleh pihak kerajaan karena telah membuat keonaran dan meresahkan warga desa. Wanita itu telah membunuh selusin prajurit kami. Sedangkan kami berdua di bayar oleh pihak kerajaan untuk memenggal kepalanya dan membawanya kehadapan raja!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Arya Welang membatin, kenapa kedua pendekar ini harus menuju Bukit maut. Sedangkan warga setampat tidak berani masuk ke bukit itu. Apakah kedua pendekar ini tidak tahu. "Ah ... Aku sendiri tidak pernah masuk kedalam bukit maut itu!" Arya Welang berkata di dalam hati. Sebenarnya ia juga baru dengar desas-desus tentang Bukit Maut itu. Dan benar dia juga ingin menangkap wanita iblis itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Timbul ingin turut serta untuk masuk kedalam bukit maut itu, apa benar di bukit maut itu panuh dengan misteri, sehingga warga setempat menjuluki Bukit Maut.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ah-sebenarnya saya juga mau kesana!?" kata Arya Welang, "bagaimana kalau kita sama-sama menuju kesana!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
""Ah-dengan senang hati Kisanak," jawab orang lelaki yang mirip wanita. "Sebelumnya saya ucapkan terima kasih, atas kesedian Kisanak mengantarkan kami!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jangan begitu, aku sendiri belum pernah masuk ke Bukit Maut itu!" ujar Arya Welang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oh yah, kenapa di juluki Bukit maut, padahal kalau di lihat dari sini, bukit itu sangat indah dan rimbun."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Konon kata Masyarakat setempat, tidak ada yang berani masuk kebukit itu, ada seorang wanita iblis yang sangat jahat!" Berujar Arya Welang sambil berjalan pelan menuju Bukit itu. Sedangkan dua penunggang kuda itu pun turut berjalan kaki dengan menarik kekang kuda di leher.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ah-itukan hanya katanya!" Lelaki mirip perempuan itu berkilah.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lalu penunggang kuda seorang wanita bekata. "Changpo, kau lihat patung itu, apa maknanya?!" Wanita cantik dan putih itu menunjuk ke arah patung berbentuk manusia berkepala kerbau.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Em ... Tidak tahu Meymey," jawab lelaki mirip perempuan itu yang ternyata bernama Changpo, dan wanita cantik dan putih bernama Memey sebagai istrinya. Arya Welang mendengar nama itu, ia kini mengerti kalau dua pendekar ini berasal dari negeri tirai bambu, Chines.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Baiklah Kisanak! Apapun kata warga disini ini adalah bukit maut, apa salahnya kita menyelidiki lebih lanjut." Yang berkata Changpo.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Mari suamiku," jawab Memey.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Arya Welang hanya bergumam didalam hati. "Indah benar mereka berdua. Sedangkan aku belum pernah merasakan cinta."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hayo Kisanak kenapa melamun!" Changpo bertanya tiba-tiba membuat Arya Welang terbangun dari lamunannya. "Kisanak takut dengan bukit maut ini?"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Arya Welang tersenyum lalu kembali melanjutkan langkahnya. Kini ia berada posisi terdepan. Arya Welang tidak mau berada di belakang karena membuat dia iri hati akan ke-romantisan pendekar dari dari tirai bambu itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Patung kepala kerbau berbadan manusia dilewati. Karena bukit itu cukup tinggi dan untuk menghormati Arya Welang, Changpo berujar pada istrinya, "Memey, kita tanggalkan saja kuda kita di sini. Kita jalan kaki menuju bukit itu." Memey mengangguk lalu mereka mengekang kuda mereka terikat di dahan pohon seri. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Setelah mereka mengikat kudanya dengan kuat, lalu berjalan kembali keatas bukit. Banyak ilalang yang tumbuh lebat. Serumpun pohon putri malu juga membuat aral perjalan mereka sampai kebukit maut. Namun dengan ilmu keahlian masing-masing perjalan yang penuh rintangan itu dapat dilalui.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tidak jauh dari mata memandang tampak rumah dengan ornamen anyaman bambu dan bergenting dari ijuk itu dirasa sangat seram. Hanya satu rumah yang berada di bukit itu. Mereka yakin penghuni rumah itu adalah wanita yang dimaksud Changpo dan Memey.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Arya Welang hanya tertegun melihat rumah yang penuh aura mistis itu. Apa benar rumah itu adalah rumah Sutini, wanita berjuluk berhati iblis pemangsa lelaki remaja yang akan di jadikan tumbal keabadian dan kecantikannya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Changpo dan Memey berhenti sejenak didepan rumah itu lalu berkata kepada Arya Welang. "Kisanak, apakah mungkin ini rumah wanita berhati iblis itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Arya Welang menggelengkan kepala pertanda tidak tahu. "Sebaik kita panggil saja Tuan!" ujar Arya Welang memanggil dengan sebutan Tuan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kenapa kisanak memanggil Tuan kepadaku?" bertanya Changpo.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Karena tuan seperti saudagar pedagang gitu." jawab Arya Welang singkat.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ah-emang aneh penulis cerita ini, sok tahu ilmu sastra, bilang aja apa kalau memang gak tau." Berujar Changpo, mengejek penulis. Namun penulis tidak takut untuk menulis sebuah cerita fantasi. Karena semua karakter yang ada di cerita blog ini adalah kekuasaan penulis, mau di apain kek, seterah.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Di bawah batang pohon besar itu, terlihat tubuh kerbau berkepala manusia. Entah kepala siapa yang terpenggal lalu di satukan dengan badan kerbau. Ihh ... sungguh mengerikan. Lalu kemana tubuhnya dan di manakah badan kerbaunya. Changpo dan Memey baru teringat, sungguh kejam memang orang yang membuat patung dengan cara disilang, tukar badan dan tukar kepala antara kerbau dan manusia.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Patung yang berada di pintu ketika masuk ke bukit maut, tertancap patung badan manusia kepala kerbau. Sedangkan yang di bawah pohon lebat di samping rumah seorang wanita berhati iblis bernama Sutini ini, terikat kerbau berkepala manusia. "Sungguh aneh dan kejam kelakuan orang yang berbuat seperti itu!" Membatin Arya Welang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak lama keluar terdengar suara derik pintu lalu keluar seorang wanita dengan pakaian terbuat dari dedaunan. Hanya menututupi buah dada dan selangkangannya saja. Ketiga pendekar terhenyak melihat wanita cantik tapi berpakaian ala orang pedalaman. Sungguh unik lihat pakaiannya yang modif. Dengan suara lemah lembut wanita itu berkata:</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ada keperluan apa kalian kamari.?" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Changpo, Memey dan Arya Welang sejenak saling berpandangan. Arya Welang melirik Chingpo untuk menjawab maksudnya kemari untuk bertemu dengannya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kami kemari mau bertemu dengan kamu. Kami ingin membawa kamu untuk diserahkan kekerajaan karena sudah banyak dosa yang kamu perbuat" berkata Changpo. "Ya benar kami kemari ingin bertemu kau hai wanita iblis!" yang berkata demikian adalah Memey. "Apakah Anda bernama Sutini itu!" sambung Arya Welang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ha ... ha ... ha ..." Wanita iti alias Sutini tertawa gelak-gelak. "Manusia bodoh, lancang sekali mulutmu. Dengar kalian sudah tidak sopan masuk kedaerahku!</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Arya Welang menyeringai lalu menjawab dingin. "Benar, aku kemari hanya ingin tahu apakah kamu sebagai wanita yang berjuluk hati iblis?!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sebutan iblis berhak di cantumkan oleh orang-orang yang jahat dan berotak mesum!" Berkata Wanita itu. "Sebaiknya kalian hengkang dari hadapanku sebelum kesabaranku habis. Dan segera keluar dari bukit ini sebelum aku kehabisan kesabaran." ancam wanita itu, dengan perkataan keras dan perkataan yang di bulak-balik, yang sebelumnya terdengar lemah lembut.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sebenarnya Changpo dan Memey merasa takut. Mereka tak mau menjadi korban kejahatannya. Changpo meraih hulu pedang bersiap melepaskan dari sarungnya</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tiba-tiba wanita itu melototkan mata sambil menguarkan suara menggeram</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tampak murka rupanya. Sehingga wajah yang cantik kini menjadi sangat menyeramkan. Chingpo dan Memey sedikit ketakutan melihat wajah seramnya. Rupanya apa yang dikatakan warga itu benar adanya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Namun Changpo dan Memey tidak takut menghadapi setiap rintangan di dunia persilatan. Mereka sudah terbiasa bertemu dengan para pendekar baik dari golongan hitam maupun golongan putih.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sementara itu Arya Welang menyeringai. Ia senang apa yang di hadapannya</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ternyata orang yang ia cari selama ini yaitu wanita cantik berhati iblis, berada di hadapannya. Sehingga ia tidak susah-susah mencarinya. Dengan merangkapkan tangan di dada, Arya Welang berujar kepada wanita berhati iblis itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hai wanita berhati iblis. Sudah saatnya kau harus bertobat menghentikan kejahatanmu!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Arya Welang berkata demikian, sontak wanita berhati iblis itu tertawa cekikikan, "hi... hi ... hi ... Pemuda bodoh! Keren sekali kata-katamu. Aku di sebut wanita berhati iblis. Uh ...!" Lantas wanita itu melompat kemuka mendekati Arya Welang. Dan berkata kembali dengan mata menyorot tajam, "Dengar pemuda culun, aku tidak akan mati, aku abadi, justru kalianlah yang akan menjadi hiasan dindingku.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Apa yang kamu maksud dengan hiasan di dinding?" yang berkata Memey. Changpo lalu berbisik pelan. "Sudah Memey jangan ikut campur, kita lihat saja apa yang akan terjadi!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tapi suamiku! Wanita itu telah membuatku geram karena menganggap ringan, dia tidak kenal siapa kita!" Semakin murka Memey. "aku akan coba ketangguhan ilmunya!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jangan Memey!" cegah Changpo seraya mencekal tangan Memey agar tidak terbawa emosi. "Kamu lihat pemuda itu!" sambil menunjuk ke arah Arya Welang, "aku yakin ia bukan manusia sembarangan!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Memey mengurungkan niatnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wanita berhati iblis yang hanya berpakaian dengan dedaunan dan menyelipkan bunga melati disela telinga itu, berdengus memandang Arya Welang. Wanita itu memang sangat beringat melihat laki-laki oleh karenanya yang paling di incar adalah Arya Welang. Sedangkan Changpo tidak kentara karena memiliki tubuh seperti wanita.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Arya Welang beringsut mundur. Sekira satu tombak, wanita itu tiba-tiba menggeram, suaranya yang lemah lembut kini menjadi menakutkan. Tatapan matanya penuh nafsu dan kejahatan. Ia menggaruk-garuk tanah dengan kukunya seperti mau menerkam.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Siapa yang masuk kebukit ini, tidak akan selamat, gggrrr" gertaknya dan terus menggeram. Lalu ia meompat tinggi sambil melebarkan telapak tangannya dengan jari-jari panjang ingin membeset tubuh mangsanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Arya Welang melompat kesamping untuk menghindar cakaran wanita itu. Entah apa yang membuatnya murka terhadap Arya Welang. Dengan perlawanan dasar Arya Welang hanya mengelak untuk membaca kelihayan wanita seperti iblis itu. Tak ada serangan yang membahayakan dirinya. Dengan santai Arya Welang mengeles kekiri dan kekanan mengelak sambil merunduk lalu melompat. Tentu membuat wanita itu bertambah geram dan murka. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sekira tiga jurus tiba-tiba terdengar suara angin bersiur dari sebelah kiri. Sontak Arya Welang mengelak dari suara. Berkelebat cepat tahu-tahu sudah berada di hadapan wanita berhati iblis. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Murid durhaka kembali lah ke asalmu sebagai manusia!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Yang berkelebat lalu berkata itu adalah manusia kate bernama Ki Jamprit.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sambil mencekal rambut wanita itu. "Sudah lama aku mencarimu Sutini. Sudah cukup kejahatanmu yang terkutuk ini!" Lelaki kate itu menguarkan sinar putih dari lengannya. Lalu menggulung-gulung tepat di kepala Wanita berhati iblis itu yang tidak lain bernama Sutini anak murid dari manusia kate alias Ki Jamprit.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sontak membuat wanita iblis itu meronta-ronta seraya berteriak keras sambil mencoba berontak keluar dari sinar yang ditimbulkan oleh Ki Jamprit. Badannya bergetar hebat, matanya menyorot tajam lalu mendelik keatas. Rupanya wanita itu berusaha melepaskan diri cengkraman tenaga dalam dari gurunya sendiri.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wanita itu menggeram laksana kerasukan setan. Gigi mengancing terdengar suara bletekan. Kesempatan ini tidak dibiarkan begitu saja oleh sang guru. Wanita itu dengan rambut terjambak tentu dengan dialiri tenaga dalam sehingga wanita berhati iblis bernama Sutini itu tidak bisa bergerak.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sebaiknya, kau harus mati muridku!" Lelaki kate itu menarik tangannya kebelakang dengan keras, sehingga Wanita berhati iblis itu terpelanting melosoh kebelakang lalu jatuh terlentang di hadapan lelaki kate itu. Sangat mudah lelaki kate itu menginjak keras kepala wanita berhati iblis, sehingga terdengar suara kepala pecah "preek" di iringi jerit kesakitan wanita berhati iblis.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Arya Welang melihat itu terasa ngeri. Dia melengoskan wajahnya ke jurusan lain. Sama halnya dengan Changpo dan Memey, mereka memejamkan mata karena takut. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Darah keluar deras dari rongga hidung, hidung telinga dan mulutnya. Tampa ampun lagi wanita itu mati seketika dengan mata mendelik keatas. "Mampus kau murid durhaka!" kata lelaki kate itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wanita itu benar-benar sudah tidak bergerak lagi. Ki Jamprit melepaskan genggaman di rambutnya, ketika itu juga kepalanya terjatuh dan tidak bergerak lagi alias mati. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Maaf Kisanak, wanita ini adalah muridku yang durhaka. Terpaksa aku membunuhnya karena dosa yang sudah terlewat batas." berujar lelaki kate itu lalu berkata kembali, "silahkan pupus kepalanya dan bawa ke kota raja.!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sebentar Pak tua!" cegah Arya Welang ketika ia mau beranjak pergi. "Aku Arya Welang apakah Pak Tua kenal ibuku, Ning Warsih? </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lelaki kate bernama Ki Jamprit itu menoleh kearah Arya Welang. "Aha kau rupanya anak Pendekar wanita itu!" Lalu Lelaki kate itu mendekati Arya Welang. "Aku kenal ibumu. Ia adalah pendekar yang tangguh memiliki kipas yang sekarang berada di tanganmu." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ki Jamprit menepuk pundak Arya Welang. "Baiklah anak muda aku pergi dulu. Urus jenazah muridku.!" setelah berkata demikian lelaki kate itu bergegas melompat dan berlari dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh, tahu-tahu sudah hilang di balik rumput ilalang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kisanak!" panggil Changpo, "lihat kemana tubuh wanita itu. Arya Welang menoleh alangkah terkejutnya ia melihat tubuh wanita berhati iblis yang sudah tak bernyawa itu menghilang. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Memey kamu melihatnya?" tanya Changpo kepada Memey. Wanita itu yang tidak lain istrinya geleng-geleng kepala. Arya Welang menoleh menatap tajam kebeberapa jurusan. Tetapi tidak ada yang mencurigakan. Mayat wanita berhati iblis hilang begitu saja.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Memey melompat kedalam rumah wanita berhati iblis itu lalu masuk kedalam, tapi tak berapa lama ia keluar kembali sambil memegang perutnya dan ingin muntah. "Uwekk..uwek..uwek.."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kenapa Meymey?" Changpo bertanya dengan nanar. "Lihat saja kedalam!" jawab Memey sambil melompat keluar. Changpo penasaran ingin melihat apa isi dari rumah itu yang membuat memey termuntah-muntah.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Alangkah menjijikan isi ruangan rumah itu. Banyak tulang-belulang yang sudah terpisah-pisah. Namun yang sangat mengerikan adalah banyak penis yang sudah terpotong menggantung berjejer di langit-langit ruangan itu. "Manusia jadah!" hardik Changpo. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Yang membuat Arya Welang bingung, jenazah wanita itu mendadak menghilang secara tiba-tiba tidak ada jejak sedikit pun bagaikan hilang ditelan bumi. Berbarengan dengan perginya pendekar kate itu bernama Ki Jamprit.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sudahlah Memey, kita pulang saja ke kota raja," yang berkata Changpo, "yang terpenting kita sudah menjalankan perintah ini, walaupun tidak membawa bukti berupa kepala wanita iblis itu.!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Bagaimana orang-orang kota raja kita bawa kemari, dan kita ceritakan sebenarnya yang terjadi." Berkata Memey. Arya Welang mengerti dengan dua pendekar dari tirai bambu ini adalah pendekar bayaran dari kota raja untuk mencari Wanita berhati iblis.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Baklah kita kembali turun bukit ini," kata Changpo. "Mari Kisanak!" sambil menoleh kearah Arya Welang lalu bergegas turun bukit.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
***</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Suara daun kekresekan terhempas angin membuat suasana malam di kaki gunung merapi terasa indah. Alunan binatang malam juga turut serta mendendangkan irama simfoni alam yang dapat menentramkan jiwa. Wanita berkuncir kuda duduk termenung di anak tangga rumah panggung. Pikirannya menerawang pada sosok lelaki yang yang dulu pernah menghiasi hatinya. Lelaki itu bernama Braja Anom.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wanita yang sedang termenung dan berkuncir kuda itu adalah Ning Warsih Bunda Arya Welang, pendekar wanita yang disegani dengan Kipas Sakti yang dimilikinya yang sekarang diserahkan oleh putranya bernama Arya Welang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kang Braja, aku kengen sama kamu. Di malam ini aku teringat kembali akan hubungan kita dulu. Engkaulah lelaki yang mengisi hatiku luar dan dalam. Walau banyak lelaki yang aku tiduri, itu semua hanya karena nafsu bukan berdasarkan cinta. Sedangkan engkau Kang Braja, telah membuat hatiku berbunga dan hidup ini menjadi berarti karena kehadiranmu."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wanita berkuncir kuda itu bergumam didalam hati sambil mendongakkan wajah kelangit. Menatap rembulan bersinar dan bintang berkelap-kelip.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kang, sungguh aku merindukanmu!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Bergumam demikian tiba-tiba bayangan hitam berkelebat dari arah timur dan menuju pohon vinus sehingga terdengar suara gegusrakan. Ning Warsih tersentak dari lamunannya seraya langsung membentak. "Eh-siapa itu! Jangan coba membuat kegaduhan dirumahku.!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wanita berkuncir kuda alias Ning Warsih berdiri bersiap pasang kuda-kuda.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Bayangan itu kembali berkelebat secepat kilat menuju dahan pohon disebelahnya. Ning Warsih terkesiap, lalu menyentak dengan keras, "Kutu bunting, jangan membokongi aku." Sehabis berkata begitu, Ning Warsih menarik tangannya seraya menarik nafas panjang tampak sinar putih menyertai ketika tangan itu ditarik kedadanya. Sinar putih itu siap di hempaskan kebayangan yang berkelebat itu. Tetapi sebelum Ning Warsih menghentakkan ilmu tenaga dalamnya. Tiba-tiba bayangan itu turun dengan cepat dihadapan Ning Warsih, saat itu juga Ning Warsih menurunkan kembali tangannya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hehehehe..." Bayangan itu malah tertawa. Jelaslah siapa yang datang dan tertawa menyeringai dihadapan Ning Warsih</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kang Braja Anom!" seru Ning Warsih ternyata bayangan hitam itu adalah Braja Anom, lelaki yang pernah mengisi hatinya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Benar Nyai, ah-kamu masih ingat juga wajahku yang sudah hampir senja ini!" Berkata Braja Anom.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kang Braja!" Ning Warsih tertegun. Baru saja ia bayangkan tentang lelaki itu tahu-tahu sudah berada didepannya. "Akang... ah akang, aku seperti sedang bermimpi bertemu Akang!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Nyai, kamu masih terlihat cantik dan muda," Braja Anom berkata membuat Ning Warsih memerah wajahnya. "Body kamu masih saja seperti yang dulu. Masih padat dan berisi. Bahkan aku pikir kamu itu semakin seksi dan bohay. Ah gila kamu nyai. Sungguh baru ketemu kembali, kamu sudah membuatku gila... yah uh hasratku naik Nyai!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Terima kasih Kang Braja!" ucap Ning Warsih tersenyum. Masih tampak wajahnya memerah karena malu. "Aku juga melihat kamu tidak berubah. Kamu masih tampan Kang Braja. Tubuhmu masih terlihat kekar. Wajahmu pun masih segar tidak keriput. Ah... aku senang sekali kamu bisa menyambangi aku ketika aku mengenang kembali masa-masa dulu. Akang ooh .... aku pun ingin mengulangi kembali apa yang kira rasakan dahulu." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lelaki bernama Braja Anom itu mendekati Ning Warsih lalu memandang wajahnya lekat-lekat sembari sunggingkan senyum. Ning Warsih terpana malu, ia munundukan wajah. Braja Anom mengangkat dengan jarinya, Ning Warsih mengangkat kepala. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Bagaikan kejatuhan bintang sangat beruntung malam penuh kegalauan kini sirna dengan hadirnya lelaki yang dulu pernah dicintainya. "Akang Braja jangan menatapku seperti itu aku malu!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Apa yang kamu malukan. Malam ini hanya kita berdua. Bolehkah aku minta sesuatu darimu?!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Apa itu Akang?" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Menciummu!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aaaahhh... Akang mah!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Braja Anom mendekatkan bibirnya. Ning Warsih menyambut dengan lembut. Mereka pun merasakan kehangatan di bawah sinar rembulan dan gemerlap bintang yang bertebaran di langit. Juga di selimuti suara berdesir angin melambai menambah hangat meskipun udara dingin.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Akang kita kedalam nyu..." Ning Warsih mengajak dengan manja. Mereka pun berjalan rangkulan laksana anak muda baru pertama kali jatuh cinta walau usia mereka sudah pada uzur.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sesampai didalam ruangan tamu, Ning Warsih berujar. "Kang di dalam kamar aja nyu...!" Braja Anom menjawab, "Ah-kamu memang dari dulu otak mesummu selalu melekat di otakmu nyai..!" "Tapi akang juga kepingin juga kaaan...!" balas Ning Warsih menyeringai. "Eh-eh!" jawab Braja Anom.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dengan semangat Wanita berjuluk Pendekar Kipas Sakti itu memasuki ruang kamar lebih dulu disusul oleh Braja Anom. Lalu Ning Warsih perlahan membuka pakaiannya dengan membelakangi Braja Anom. Setelah semua pakaian tertanggalkan tampa sehelai benang pun, Ning Warsih membalikkan badannya tepat di hadapan Braja Anom yang memang sebelumnya berada di belakangnnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Weeh....bajill....jelas sekali Nyai.." Braja Anom menyeringai ketika melihat Buah dada Ning Warsih terlihat mengkel mirip pepaya harum manis. Warna putih berurat lembut di putingnya berwarna coklat ranum dan sangat menggoda membuat Braja Anom menelan ludah juga melototkan mata.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oh .... gila kamu Nyai baru ini lagi aku melihat payudara wanita, aaah...., aku jadi gaceng nih Nyai...!" berujar Braja Anom. "Lima tahun aku bertapa di pucuk gunung gede. Kini aku melihat gunung gede di hadapanku.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Akang, aku ingin malam ini menikmati cinta sampai matari terbit dari ufuk barat!" berkata Ning Warsih sambil senyum menggoda. "Baiklah sekarang buka semua pakaian yang akang kenakan. Kita akan mengadu kekuatan, apakah akang Braja siap!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aku siap Nyai memang itu yang aku mau." jawab Braja Anom. Lalu lelaki itupun turut menanggalkan pakaiannya. Sehingga tampak tubuhnya yang tampak masih kekar walaupun usianya sudah hampir senja. Namun ketika semua pakaiannya tertanggalkan. Ada keunikkan tersendiri di mata Ning Warsih. Ternyata penis Kang Braja bertambah besar dan panjang, tidak seperti sepuluh tahun yang silam. Ning Warsih berkata.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Akang, pakai apa, kok keihatannya tambah besar!" Bertanya Ning Warsih penuh kagum melihat penis Braja Anom yang mengeras sedari tadi. "Pasti akang memakai ramuan khusus pembesar penis.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Braja Anom menjawab, "Iya Nyai.. mau tau kenapa penisku bertambah besar dan panjang?" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Iya Akang Braja!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aku selalu push up setiap pagi dengan menggunakan penisku.!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mendengar penuturan Braja Anom, Ning Warsib tertawa mengikik. "Hihihihi... Akang bisa aja. Masa push up pakai penis. Terus tangannya di kemanain." tanya Ning Warsih.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Di kebelakangin. Yang dimaksud Push up, bukan push up seperti pakai tangan. Tapi push up dengan kepala penis sebagai penopangnya ditancapkan ketanah tentu dengan keseimbangan tubuh dengan cermat agar tidak terjatuh. Selama penis masih berdiri tegang, terus saja bertahan sampai penis itu terkulai.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Terus Akang berapa jam paling lama?"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tiga jam!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Wah... Pasti akang hebat!" berkata Ning Warsih dengan tatapan membuncah penuh syahwat. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Berarti kalau satu babak tiga jam. Lalu kalau sampai tiga babak waaah...pasti lecet memekku akang...."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Heheheh .... Braja Anom tertawa menyeringai. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Apa perlu aku tambahkan dengan ilmu ...?()"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tidak usah Nyai... Sekalian aku mau tes ilmuku yang akan merontokan semua isi memek mu hahaha..." Braja Anom tertawa gelak-gelak membuat Ning Warsih menyorotkan mata karena dianggap rendah ilmunya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oh...gitu, mau coba ilmuku!" balas Ning Warsih pencongkan bibir. "Justru aku akan melunakkan penismu dan akan aku buat penis akang bertekuk lutut dihadapan memekku., hihiihi."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Baik lah, kalau memang Nyai merasa mampu menghadapi ilmu perkutut mengkukur dipagi hari...!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hahahaha...nama ilmumu lucu sekali akang..!" umpat Ning Warsih, "sekalian aja namanya di ganti Beo ngoceh keselek karet hahahah!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sudah Nyai jangan banyak congor, buktikan dulu kekuatan ilmu kita masing-masing!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Baiklah akang! Siaap..!" seru Ning Warsih.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Siap Nyai!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Braja Anom bersiap menguarkan ilmu Perkutut mengkukur di pagi hari. Sedangkan Ning Warsih menguarkan ilmu KESAT MESEM. Ilmu olah-olah dasyatnya membuat vagina rapat serapat-rapatnya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Braja Anom mengangkat tangannya keatas sambil mendongak. Lalu disatukan telapak telapak tangan dan di usap-usap sehingga tampak seperti debu keluar dari sela-sela telapak tangannya. Tak lama kemudian Braja Anom menurunkan tangannya itu lalu mengusapkan ke penis. Berubahlah penis itu membesar dan memanjang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ning Warsih melihat itu melongo-longo. Ada rasa takut juga di hatinya. Ditambah sudah lama dia tidak pernah melakukan hubungan badan selama ini. Walaupun Ning Warsih mempunyai ilmu kesat mesem kemungkina jebol juga pertahanannya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sudah siap nyai!" tegur Braja Anom.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Siap Akang..."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ning Warsih mengangkat kaki kanan ke pundak Braja Anom. Tangan kiri merangkul leher sedangakan tangan kanan memegang tiang untuk menopang badannya agar tidak terjatuh. Perlahan Braja Anom mengarahkan penisnya tepat ditengah belahan vagina Ning Warsih yang kini meletek belah.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tampa aba-aba lagi Braja Anom menghujamkan penisnya dengan cepat.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Cluuk...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ditarik sengan perlahan, namun ketika kepala penis hampir keluar dari liang vagina, Braja Anom kembali menghujamkan penisnya dengan cepat dan keras.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Cluuk...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dan itu di lakukan sebanyak tujuh kali, Sebagai ritual pembuka. Rasa hangat menyelimuti di selangkangan masing-masih. Ning warsih tertahan rasanya seperti menggumpal di liang vaginanya. Ilmu kesat mesem yang ia kuarkan menghimpit penis Braja Anom. Sedangkan Penis yang terhimpit terasa di apit dua batu gunung keras, padat juga kesat bergerigi.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Braja Anom terus menggoyangkan pinggulnya menyentak kedepan lalu ditarik kembali dengan irama mengikuti angin berderu tak tentu terkadang cepat terkadang perlahan. Ning Warsih bertahan sambil menikmati vaginanya baru merasakan kembali di kocok dengan penis lelaki yang sempat vakum beberapa tahun kebelakang. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ya ... Ahhh... Eeh... " ringis Ning Warsih bergelinjang kelojotan ketika Braja Anom memainkan penisnya dengan irama cepat. 'Plok, plok, plok, plok," terdengar santar memekak telinga ketika dua alat kelamin mengadu ketangguhan ilmu masing-masing.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Braja Anom tersenyum nyinyir ketika melihat mimik wajah Ning Warsih terlihat nanar merem melek.."Ayo Nyai...keluarkan Ilmu Nyai.."berkata Braja Anom membuncah hebat. Ia pun merasa gelimpangan ketika penis terasa ba'al, tidak terasa karena seperti terhimpit batu cadas sungai ceherang, kasar tetapi lembut.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Akang... Oh... Aku baru ini merasakan di ewek akang... Oh... Enak... Aah... Enak...ah...nikmat....iyaaa sssst.... Enaaakk....ohh.... Terus akang.." desis Ning Warsih.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Braja Anom menjawab terbata-bata, "egghh...iya...nyai... memek...kamu .... enakkk...ah...!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sleb, bleb, sleb, bleb, </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Satu jam sudah mereka mengadu ilmu dalam posisi berdiri. Keduanya masih bertahan dengan kelihayan ilmu mereia masing-masing. Ruangan sempit itu yang terbuat dari anyaman bambu sempat bergoyang seperti terkena angin puting beliung. Serta merta ruangan kurang penerangan kini terlihat terang kerena sinar kekuningan yang keluar dari selangkangan masing-masing.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Uh uh uh uh uh</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dengan irama cepat Braja Anom mengobrak-abrik isi vagina Ning Warsih. Ug ug ug ug ug, tersentak suara Ning Warsih seolah-olah nafas berada di kerongkongan. Ag ag ag ag ag ag, "uuuh...oh...kontol... eah...oh...enak....ea....ea....enak....ah....." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kang... sudah... satu jam... posisi...si...si... berdiri." kata Ning Warsih terputus-putus. "Ganti...posisi....ah....enaaak..!" berdesis hebat Ning Warsih merasakan selangkangannya terasa padat seperti di sumpal.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Braja Anom menegerti apa yang di maksud Ning Warsih mengganti posisi. Dia menarik penisnya sejenak lalu membalikkan tubuh Ning dalam keadaan membokonginya. Tampat pantat Ning Warsih masih gempal dan padat. Liang anusnya sanga sensaional. Bulu lembutnya pun tak kalah menarik. Braja Anom kembali menghujamkan penisnya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ning Warsih merasakan liang duburnya seperti ditempel sesuatu. "Kamu mau lewat bo'ol Braja!" sentak Ning Warsih, ia tahu Lelaki pujaannya ingin mengentotnya lewat dubur. Tapi dengan cepat Ning Warsih menghentakkan pantatnya kesamping sehingga membuat Penis Braja melengos kekiri meleset target.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jangan lewat Bo'ol akang, aku gak suka!" tukas Ning Warsih dengan nada sengit. "Lewat yang ada aja... aku dak mau bo'olku melodot." tukas Ning Warsih. Seraya mengangkangkan kedua pahanya sehingga melebar. Tentu dengan mudahnya Braja Anom memasukan kembali penisnya. Tampak sinar biru menggulung di penis Braja Anom, rupanya ia menguarkan ilmu Ular Kadut menggelepar Lapar. Ilmu tidak olah-olah hebatnya dalam bersenggama.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ning Warsih tidak mau kalah, dengan cekat pula ia menguarkan ilmu Rongga Seribu Jin, ilmu khusus penarik sperma ketika sang wanita sudah lelah dalam senggama, dengan ilmu ini, dapat menghisap seluruh sperma laki-laki yang bersenggama dengannya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Terima ini Nyai!" ujar Braja Anom. Sambil mengocok kembali penisnya di liang vagina Ning Warsih. Goyangan yang menggeparkan ringkup ruangan yang hanya terbuat dari anyaman bambu itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Braja senang sekali melihat bokong Ning Warsih yang gempal ambul-ambulan ketika ia melabraknya. Tampak pula bulu vagina menjutai lebat keriting itu sudah lembab basah. Suara teprok itu mengiringi simfoni keindahan malam itu. Plok plok plok plok plok.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dalam posisi menungging sembari berpegangan tiang penyangga. Ning Warsih merasakan nikmat tiada tara ketika selangkangannya di tusuk-tusuk penis. Sensasi terbaru menurutnya dengan posisi itu. Matanya mendelik keatas, lalu di pincingkan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Diturunkan sedkit bokongnya bertambah lebarlah bokong dan vagina itu. Braja Anom terus menghujamkan penis itu dengan cepat dan keras. Ia merasakan ada kekuatan menghimpitnya. Seolah-olah ada magnet yang terus menghisap dan memaksakan spermanya untuk keluar. "Sungguh hebat ilmu Ronggga seribu Jin yang dimiliki Ning Warsih!" batin Braja Anom.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ssst...aaahhh....ssss.....aaahhh" desis Braja Anom keenakan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ehhh..ehhh...ehhh....akang....oh...oh....yaa....ya...ya..." buncah nikmat berdesir hebat didalam darah Ning Warsih. "Ohh....ohh... enaakk.....aahhh...eankkk .... Teruus akang...entot...aku kang...oh enak..memek...ku...memekku...oh..emek aku enaakk akang....gurihhh...ahhh"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Iya Nyai..kontol akang juga enak nih...uh..uh..uh..uh"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kontol akang...ssst...enaaak...uuhh....nikmat...akang...kotollll....uuh..."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ning Warsih geleng-geleng kepala saking merasakan nikmatnya. Vaginanya berdenyut hebat, kalau seperti itu tentu Ilmu Rongga Seribu Jin tak akan bekerja maksimal karena Ning Warsih benar-benar pasrah dalam merasakan kenikmatan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ayo akang, genjot terus sampai pagi...uuhh...ugg....ah...genjot terus.." kata Ning Warsih berdesis. "Oh...kang..memek mau pipis...oh...aku kalah kang memekku mau pipis...ahh..." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ning Warsih merasakan ada yang mau menyembur dari ringga vaginanya. Dia tertahan ketika di kedennin. Tubuhnya menggelepar hebat sehingga palang kayu untuk tiang hampir berkretekan mau patah. Hanya saja Ning Warsih tahu ia segera memegang palang kayu lainnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Hal yang sama dirasakan oleh Braja Anom. Penisnya mengencang hebat. Rasa linu dirasakan ketika ia menembak dengar air kental memutih. Pelicinnya mulai menjalar ke batangnya. Di tambah peraduan air pelicin yang diberikan oleh Ning Warsih. Tampa di sadari permainan sudah tiga jam belum ada yang kalah dari kedua pihak.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Akang aku mau keluaaaar...." Ning Warsih berdesah.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sama Nyai...oh...aku juga. Dikit lagi Nyaai....uh uh uh uh.."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak lama kemudian...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sleeeser.....cruuuut....crot.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Bareng, ya mereka berbarengan keluarnya. Sehingga membuat banjir di selangkangan masing-masing. Ilmu yang mereka gunakan pun makin lama makin melemah, hingga akhirnya luntur menghilang. "Uh...udah Akang, aku udah keluar...uh..enak bangeeet kang...." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Iya Nyai...aku juga keluar...uh...memek nyai gurih...memek nyai hebat....ah..." Braja Anom terkulau lemas dan memeluk tubuh Ning warsih dari belakang. Ning Warsih pun lunglai membungkuk lalu dibiarkan Braja Anom bersandar di pundaknya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="http://yenyerrow.blogspot.in/2016/04/pendekar-kipas-sakti5.html#more" target="_blank">Sambungannya</a></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-68595817152784825992016-01-04T21:00:00.002+07:002016-02-04T20:43:14.639+07:00Wanita Bangsawan Rachel Nadelson<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDGV9lb8FQUhs2DbfEdx5eTNH0drsaOSAuM8nkQKjWRyXATAtecuJF4IisX1HP04yhbIIFeDyLZ1Lm1h_4XujyxsZG9zTdbr9egNRBS1bZ9lCqsWjd6KiqraMdSEKnAsVqlbP_zmba6zw/s1600/horor.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDGV9lb8FQUhs2DbfEdx5eTNH0drsaOSAuM8nkQKjWRyXATAtecuJF4IisX1HP04yhbIIFeDyLZ1Lm1h_4XujyxsZG9zTdbr9egNRBS1bZ9lCqsWjd6KiqraMdSEKnAsVqlbP_zmba6zw/s400/horor.jpeg" width="400" /></a></div>
Wilis Robard adalah Tuan tanah di Kuntacky. Hidup sebagai hartawan tidak serta membuat lelaki terkaya ini bahagia. Lamunannya tertuju kepada seorang wanita Bangsawan Rachel Danelson.<br />
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Malam terasa indah di langit Virginia. Wanita di balik jendela istana termangu menopang dagu dengan wajah penuh harapan akan cinta kapan dan dimana ia temukan. Wanita itu seperti burung dalam sangkar emas. Segalanya ia dapatkan. Hanya saja kebebasan dalam berinteraksi di dunia luar terbatasi. Pihak kerajaan tidak mengizinkan keluaga raja hidup di tengah-tengah rakyat jelata. Dengan alasan demi keselamatan.<br />
<a name='more'></a></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wilis Robard pemuda kaya raya itu mempunyai kekayaan berupa berhektar-hektar tanah. Dia berpikir harta yang ia miliki masih kurang di rasa. Bukan berupa materi tapi kesenangan batin yaitu Cinta.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Alangkah baiknya aku ke Virginia untuk menghibur diriku!" pikirnya didalam hati. "Aku bosan dengan semua ini, aku butuh hiburan, yah hiburan!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sampailah ia memandang istana dimana seorang wanita bernama Rachel Danelson sedang termenung. Terbesit Wilis Robard ingin menyapanya. Dari balik jendela wajahnya memandang kejurusan depan dimana Wilis Robard sedang berjalan didepan istananya itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wilis Robard melambaikan tangan untuk menggoda. Tentu membuat hati Rachel Danelson menyeringai tak tentu, apakah membalasnya atau tidak lambaian lelaki itu. Ia masih tergugu dengan keadaan sebagai wanita pingit. Dengan perasaan grogi tak menentu, baru pertama kali ia dilambaikan tangan oleh seorang lelaki. Entah kenapa tangannya spontan menyambut untuk membalas lambaian lelaki itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wilis Robard kembali melambaikan tangan sembari tersenyum. Rachelpun membalas lambaian dengan senyuman pula. Lalu Wilis Robard menepuk dadanya perlahan lalu menunjuk kearah pintu istana, maksudnya dengan bahasa isyarat bahwa ia mau masuk bertamu dan menemui wanita itu ialah Rachel Danelson.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Spontan pula Rachel Danelson mengangguk. Lalu ia berbalik badan dan menghilang dari balik jendela.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wilis Robard menunggu didepan pintu gerbang istana. Sang penjaga dengan bersenjata laras panjang menghampirinya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Maaf Bapak siapa dan ada keperluan apa?" sang penjaga istana bertanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wilis Robard memberanikan diri menjawab. "Aku ingin bertemu Nyonya Rachel Danelson! Keperluanku ingin berbicara bisnis tentang pembuatan sertifikat tanah!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Penjaga itu menatap Wilis Robard lekat-lekat. Penjagaan yang begitu ketat terkadang membuat risih para tamu. Tidak ada tujuan yang pasti dan tak penting dengan urusan kerajaan tidak di izinkan untuk menemui siapapun.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Namun Wilis Robard memberanikan diri dengan yakin dan percaya diri. Tentu ada alasannya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Baik Bapak tunggu sini. Saya hubungi dulu Nyonya Rachel!" kata penjaga itu, seraya segera balik badan untuk menghubungi Rachel Danelson.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak lama penjaga itu balik kembali menghampiri Wilis Robard. Lalu membuka pintu gerbang istana. "Silahkan masuk, Bapak di izinkan!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wilis Robard segera masuk dengan hati berharap Nyonya Rachel tidak kaku dalam menerimanya. Wilis Robard tahu, Rachel Danelson adalah wanita terhormat, wanita bangsawan. Harus ada adab dan etika dalam bertemu kepadanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Istana yang indah dengan halaman penuh taman bunga dan kolam ikan itu untuk menghibur keluarga istana ketika sedang senggang dari urusan kenegaraan. Pintu istana yang besar dan luas terbuat dari lapisan emas 24 karat. Dengan karpet primadani motif kembang berwarna merah menghampar dilantai.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Seorang sahaya wanita pesuruh istana menemani Wilis Robard untuk menemui Rachel Danelson. Terlihat beberapa pintu ruangan berjejer sangat rapinya. Di ujung lantai dasar kamar dimana Rachel Danelson berada diruangan itu. Ruangan khusus tamu pribadi keluarga istana. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rachel Danelson terlihat duduk di sofa ruang tamu itu. Wajahnya sangat cantik nan rupawan memakai gaun sebagaimana wanita bangsawan. Ia torehkan senyum sumringah ketika melihat Wilis Robard datang menghampiri.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Selamat malam Nyonya Rachel!" ucap Wilis lebih dulu. Rachel hanya lontarkan senyum. Lalu Wilis Robard menjamah tangan Rachel dan mencium telapak tangannya seperti adat istiadat adanya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hai!" kata Rachel menyahut. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aku Wilis Robard dari Kuntacky." ujar Wilis Robard memperkenalkan diri, "Tujuanku menemuimu untuk mengurus surat tanah yang belum bersertifikat. Sekiranya pertemuan kita bisa melancarkan urusan itu." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oh yah!" ucap Rachel, "aku yakin kamu kemari tujuannya bukan untuk itu. Kamu berbohong!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wilis Robard menyeringai, lalu tersenyum kecil. Rupanya Rachel mengetahui alasannya. Memang benar dia berbohong mengatakan ingin mengurus sertifikat tanah. Sebenarnya hanya ingin bertemu Rachel Danelson.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ya kalau tidak berbohong, aku tidak bisa masuk kemari." Berkata Wilis Robard, "aku sebenarnya ingin sekali menatap wajahmu. Sebenarnya kamu lah wanita imajinasiku selama ini." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rachel Danelson merasa tersanjung. Ia memang mengenal tuan tanah itu bernama Wilis Robard sejak lama, semanjak ia berkunjung ke daerah Kuntacky. Pemuda tuan tanah itu terkenal dengan kekayaannya. Bukan hanya terkaya, namun ia juga tampan dan elegant. Membuat wanita yang memandangnya terpana, baik dari golongan rakyat kecil maupun wanita bangsawan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rachel mempersilahkan Wilis Robard duduk di hadapannya. "Silahkan Tuan!" kata Rachel sembari menjentikan tangan kepada pengawal untuk meninggalkan mereka berdua. Lalu tak lama datang sahaya (pesuruh) wanita membawakan minuman semacam Bir. Sahaya itu menjura hormat lalu meletakan minuman itu dihadapan Wilis Rabard.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Suasana pun menjadi romantis ketika sang Sahaya itu meninggalkan mereka berdua. Senangnya Wilis Robard mendapat perhatian Rachel Nadelson wanita yang selama ini ia selalu memimpikannya, kini sudah berada di hadapannya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Silahkan diminum Tuan Wilis Robard!" Rachel berucap menawarkan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Terima kasih Nyonya Rachel!" balas Wilis Robard menjawab.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rachel Nadelson pun meraih gelas yang sudah berisi minuman sampen. Dengan mengangkat gelas secara bersama-sama mereka melakukan tos yaitu mengadu gelas sehingga berbunyi "Triing"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mereka lalu minum bersama pula menikmati air yang beraroma dan menghangatkan badan itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Nyonya Rachel!" panggil Wilis Robard.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Emm ..." jawab Rachel Danelson.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Malam ini kamu sangat cantik!" Rayu Wilis Robard.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Terima kasih Tuan Wilis!" Rachel menjawab dengan raut wajah sumringah malu memerah. "Tuan juga sangat tampan!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sungguh malam ini aku sangat bahagia bertemu dengan kamu. Dinner ini sangat berkesan yang akan menjadi memori untukku selamanya!" ujar Wilis Robard, "engkaulah Nyonya Rachel wanita pujaanku. Engaku mimpiku dan engkau jiwa ku!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hai ... Tuan Wilis jangan berlebih gitu.!" tukas Rachel.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Benar Nyonya Rachel," kata Wilis Robard pula. "Aku yakin engkaulah pendampingku yang diberikan Tuhan!" Rachel Nadelson menundukkan wajah lalu terdiam sejenak. Diambilnya tissue untuk megusap bibirnya yang basah. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wilis Robard melirik penuh buncah ketika Rachel mengusap bibirnya dengan tissue. Bibirnya penuh pesona dan seksi. Membuat Wilis Robard melongo menatapnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tuan Wilis kenapa tuan menatapku seperti itu!" seru Rachel Nadelson membuat Wilis Robard tersentak bangun dari rasa kagum memandang wajahnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oh tidak, maaf!!!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Malam semakin larut mereka tampak asik berbahas ucap. Tampa waktu sudah menunjukan 21.23, waktu yang yidak lazim bagi wanita Bangsawan untuk tidur terlalu larut. Namun malam ini terasa cepat oleh Rachel Nadelson, sama halnya dengan Wilis Robard, dia tidak percaya waktu secepat ini.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tuan!" panggil Rachel. "Sepertinya kita sudahi pertemuan kita malam ini. Malam sudah larut.!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oh ... baiklah," Wilis Robard menjawab lalu berdiri dari duduknya. Rachel pun berdiri pula. "Yah sepertinya aku pamit untuk pulang. Boleh kah suatu ketika bisa bertemu kembali?" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rachel mengangguk. "Ya Tuan Wilis!" katanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wilis Robard melangkah keluar dengan senyuman menyeringai kebahagian. Malam ini adalah malam penuh sejarah yang akan menjadi memori terindah akan cintanya. Malam yang tak akan di lupakan. Begitupun Rachel Nadelson, ia sangat senang sekali baru pertama kalinya di kunjungi oleh seorang lelaki.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Setelah tubuh Wilis Robard hilang dari balik pintu gerbang istana, Rachel Nadelson pun kembali beranjak keruang kamarnya. Sang sahaya menyapanya. "Nyonya Rachel, selamat istirahat!" sambil membukukkan badan. Rachel Nadelson mengangguk, "Emm ..."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Di ruang kamar peraduan Rachel Nadelson yang luas lagi megah dengan perhiasan dinding lukisan keluarga kerajaan juga banyak bunga yang menghiasi kamar Rachel Nadelson.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wanita bangsawan itu merebahkan tubuhnya di atas bed yang empuk. Pakaian luar di tanggalkannya, hanya pakaian dalam seperti daster tipis transparan sehingga terlihat cawat dan bra yang dikenakannya. Lalu wanita bangsawan itu mencoba memejamkan mata, namun wajah lelaki yang baru saja ditemui membayang kembali pelupuk matanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Wilis Robard itu sangat tampan!" Rachel Nadelson membatin di dalam hati. Rasa hasrat timbul di dadanya. Gejolak asmara yang ia rasakan malam itu sangat berkesan. Ia yakin bahwa lelaki bernama Wilis Robard itu adalah jodohnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rachel Nadelson membalikan badan posisi telentang dan lutut di angkat keatas, sehingga daster tipis itu tersingkap, terlihatlah paha yang putih dan mulus bahkan cawat yang dikenakan terlihat seksi.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tok, tok, Tok.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Terdengar suara pintu terketuk. "Masuk saja Sahaya, pintu tidak terkunci!" pekik Rachel Nadelson, ia berpikir yang mengetuk pintu adalah Sahaya wanitanya. Derik pintu terdengar perlahan. Alangkah terkejutnya Rachel Nadelson ketika yang masuk bukan Sahaya tetapi tubuh seorang lelaki bertopeng. "Hai siapa kamu!" teriaknya sambil menyingkap pakaian yang terbuka.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lelaki bertopeng itu masuk lalu mengunci pintu dari dalam. Rachel Nadelson sangat ketakutan. "Hai keluar dari kamarku!" bentaknya lagi. "Jangan sampai aku teriak keras! Baru berkata demikian, lelaki bertopeng itu segera membuka topengnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tuan Wilis Robard!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ya, Aku Wilis Robard Nyonya!" Ternyata lelaki bertopeng itu Wilis Robard. "Maaf terpaksa aku menemuimu dengan cara begini. Aku belum puas pertemuan kita tadi. Aku ingin malam ini bersamamu sampai pagi!" Wilis Robard berujar.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rachel Nadelson bangun dari tempat tidurnya lalu menuju ke jendela sambil melihat kebawah luar jendela, apakah ada penjaga istana yang melihat kehadiran Wliis Robard dengan cara diam-diam. Terlihat para penjaga istana tidak ada reaksi curiga. Para penjaga itu hanya diam dipos penjaga sebagaimana mestinya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rachel pun segera menutup kordeng rapat-rapat. Lalu berkata kepada Wilis Robard, "Uh ... berani sekali Tuan datang dengan cara seperti ini?"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wilis Robard menyeringai, "Kekuatan cintalah aku berani masuk secara diam-diam, he ..." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Nakal kamu Tuan Wilis," kata Rachel, "bagaimana kalau Tuan ketahuan, nanti Tuan bisa masuk penjara!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tenang saja Nyonya Rachel, tidak usah takut." Wilis Robard meraih tangan Rachel lalu menatap matanya dengan nanar cinta. Rachel pun demikian, dia tidak sanggup memalingkan pandangan dari seorang lelaki Wilis Robard. Dadanya bergetar hebat ketika Wilis Robard mendekati bibirnya. Aroma mewangi dengusan nafas masing-masing. Tapi tak lama Rachel mendorong tubuh Wilis Robard dan berkata, "Jangan Tuan aku takut!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Apa yang kamu takuti?" kata Wilis Robard bertanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aku takut kita ada yang memergoki. Bisa bahaya dengan hubungan kita. Alangkah baiknya kita berhubungan yang wajar-wajar saja!" ujar Rachel Nadelson.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tenang Nyonya, aku yang bertanggung jawab!" Setelah berkata demikian. Wilis Robard kembali mencium bibir Rachel. Kali ini sangat cepat sehingga Rachel tak sempat mengelak tahu-tahu sudah hangat di bibirnya. Ditambah pula dengan dekapan tubuh Wilis yang erat manambah jantungnya berdegup kencang. Rasa hangat mengalir deras setiap aliran darahnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Nafasnya tersengal ketika lumatan bibir Wilis menutup semua rongga mulutnya. Belaian lembut tangan Wilis Robard mambuat Rachel tak berdaya. Semakin lama semakin hangat dirasa, semakin membucah gelora syahwat hingga ia harus memasrahkan diri untuk ditelanjangi.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rachel Nadelson menjatuhkan tubuhnya ditempat tidur. Ia tak berdaya untuk menolak ketika tangan Wilis Robard menggerayangi kedua kakinya. Mengusap lembut dari ujung kaki, lutut lalu kedua pahanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tampa disadari Rachel, hanya mengikuti irama belaian tangan Wilis Robard ketika meminta untuk melebarkan kedua pahanya. Kini jelas terlihat selangkangan menyembul lembut dari balik cawat Rachel Nadelson. Paha memutihnya membuat Wilis Robard menggila merabah dan mencium lalu menjilat setiap detail tak terlewatkan</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rachel nadelson bergelinjang hebat dijilati kedua pahanya. Nafasnya tersengal membuncah syahwat yang meninggi. Rachel tampa daya melebarkan dan membiarkan paha putihnya dijilati oleh lelaki yang itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Semakin berani Wilis Robard menjamah tangannya ke arah sensitiv Rachel Nadelson. Cawat yang ia kenakan ditarik kebawah melorot lalu terlepas cawat sebagai penutup selangkangan Rachel Nadelson. Dengan menatap nanar penuh liar Wilis Robard menyeringai ketika belahan selangkangan terbuka lebar. Tampak warna orange yang sangat indah dan kelentit yang menjura manja.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rachel Nadelson hanya menikmati kehangatannya. Wajahnya mendongak tak karuan menoleh kekanan kekiri lalu mendelikkan mata ketika dirasa vaginanya mulai berdenyut hebat. Jilatan lidah Wilis Robard menjalar dari paha kini vagina itu. Belaian lidah Wilis Robard sangat penuh sensasi yang ia rasakan. Usapan bibir di rongga vagina membuat Rachel Nadelson tertahan ingin menguarkan air buncah.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Benar saja tak lama air buncah itu menyembur keluar tepat di lidah Wils Robard. "Ohh .... Uuh .. Tuaan .... Ma, ma, maafkan aku aahh ... essst.."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wilis Robard merasakan lidahnya basah dan hangat lendir dengan bau yang khas. Lelaki itu sangat suka denga aroma nyinyir yang disemburkan dari rongga selangkangan Rachel Nadelson.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Emm ... emm ... emm ..." desis Wilis Robard ketika mengusap bibirnya yang berlendir dari air buncah Rachel Nadelson.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rachel bangun dari telentangnya dengan posisi duduk laku Wilis Robard menarik baju yang dikenakannya. Kini Rachael hanya memakai bra berwarna pink. Tak mau lambat bra itu pun di tanggalkannya. Kini Rachel pasrah bertelanjang tampa sehelai benangpun.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Posisi wajah tepat di hadapan selangkangan lelaki bernama Wilis Robard. "Jangan aku tidak mau!" yang berkata Rachel Nadelson. "Kita punya adab dan istiadat tidak pantas sebagai keluarga kerajaan bersenggama seperti anjing liar di pinggir jalan!" ujarnya Rachel Nadelson. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oh ... Baiklah!" yang berkata itu adalah Wilis Robard. Ia kembali posisi kebawah dengan merungkuk seraya mencium bibir Rachel dan Rachel menanggapi sambil menarik tubuh Wilis Robard sehingga ia tertindih tubuhnya. "Kalau ini sudah umum Tuan!" kata Rachel Nadelson.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Maaf aku Nyonya Rachel!" berujar Wilis Robard, lalu ia mengarahkan zakarnya ke vagina Rachel. Sedangkan Rachel mencoba untuk membuka lebar agar zakar Tuan Wilis mudah masuk. Tapi sial liangnya sempit sehingga dengan susah payah Wilis mengarahkan agar zakarnya tenggelam keliang vagina Nyonya Rachel namun beberapa kali gagal.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rachel kembali melebarkan kedua pahanya dengan cara mengangkat kedua kakinya kelangit-langit tetapi masih sulit juga. Rachel Nadelson bergumam. "Ini punyaku yang sempit, apa punya Tuan sih yang kegedean!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wilis Robard menyeringai lalu menjawab. "Mungkin punya Nyonya yang sempit. Kan Nyonya masih perawan!" "Punyamu besar juga kalii ..." balas Rachel Nadelson.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"_Ah kamu cerita ini serius kenapa di lucu-lucuin sih!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kembali Wilis mengarahkan kepala zakarnya dengan ditempelkan kebibir vagina Rachel. "Nyonya hentakan keatas!" kata Wilis. "Mulai dari satu sampai tiga yah ..." "eh, eh!" desis Rachel.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
1, 2, 3.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Khuuf...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ah ... Meleset lagi" ujar Wilis Robard dengan keringat mengucur deras.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ayo dong Tuan Usaha!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ini juga lagi usaha!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sekali lagi Wilis Robard menempelkan kepala zakarnya di bibir vagina Rachel. Seperti tadi hitungan ketiga Rachel harus menyentakkan pinggulnya keatas. "Satu, dua, tiiii"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Gaaa ...."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Khuf....</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aaaaagh ...... Meleset lagi!" pekik Wilis Nadelson. "Suee!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Nyonya," panggil Wilis pelan, "bagaimana ini, dari tadi kok susah bingit masuknya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Coba Tuan angkat pinggul Tuan, aku mau pegang punya Tuan lalu aku arahkan ke punya ku!" berkata Rachel Nadelson.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wilis Robard menuruti apa yang dikata Rachel. Dia mengangkat pinggulnya keatas lalu Rachel merabah untuk memegang zakar Wilis Robard. Setelah terpegang, Rachel mengarahkan zakar Wilis kearah liang vaginannya. Sambil membuka luas-luas rongga selangkangannya. "Nah! sekarang Tuan yang menghujamkan punya Tuan dengan disentak." "Iya!" kata Wilis Robard.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wilis Robard bersiap untuk menghentakkan zakarnya. Sedangkan Rachel memcekram zakar Wilis sambil menghitung mundur. "3, 2, saaa ..."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tuu ...."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Khuuf...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Egggg...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ah ... " Akhirnya masuk juga tapi sayang baru kepalanya saja. Wilis Robard meringis kesakitan karena batang Zakarnya melengkung, kalau dipaksakan bisa patah. "Adaw ..." teriak Wilis meringis. "Uh ... gagal lagi. Ia segera mencabut zakarnya kembali.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Yah ... kenapa dicabut,!" kata Rachel protes.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kalau diterusin bisa patah!" jawab Wilis Robard. "Coba di ulang lagi Nyonya Rachel!" Sambil mengangkat kembali pinggulnya. Rachel pun mengulang kembali dengan memegang zakar Wilis Robard. "Siap yah," ujar Rachel seraya mengarahkan kembali kepala zakar Wilis Robard ke bibir vaginannya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Khuuf...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
1</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
2</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
3</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ugh.... </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ahh ....!" Wilis berdeisis meringis. Blebeg.... Breeb...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hajar Tuan Wiliiiiliiiis ......" pekik Rachel. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Cuk, cuk, cuk, cuk, cuk, </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ug, ug, ug, ug, ug, ug, ug.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wilis Robard pun anjut-anjutan. Sedangkan Rachel merasa ambul-ambulan..</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Yes,,,!" ujar Rachel. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"No,,,!" desah Wilis nyinyir.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aku mau keluar sayang...!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aku belum mauuu...tahan sayang....!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Beberapa menit setelah Wilis berkata demikian, zakarnya muntah tak tertahan. Rachel berdesir vaginanya terasa hangat dan lembab. Mereka pun terbuai lunglai tak berdaya ketika selangkangan Rachel mencicit air orgasme tak tertahan enaknya membuat Rachel mendelik merem melek mirip orang kelilipan debu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wilis Robard terasa terkuras tenaganya sehingga lunglai diatas tubuh Rachel dan di biarkan zakarnya tertanam rapi di rongga selangkangan itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Terima kasih Nyonya Rachel!" bisik lembut Wilis Robard ditelinga Rachel.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sama-sama aku juga terima kasih Tuan Wilis Robard. Kamu sungguh hebat membuat selangkanganku terasa tebal cenat-cenut.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Setelah berkata begitu mereka pun diam sejenak beristirahat sambil terus berdekapan tampa harus mencabut zakar Wilis Robard, dan memang Rachel yang meminta, "Jangan di cabut Tuan Wilis biarkan punyamu mengeram di selangkanganku!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="color: red;"><b>***</b></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Perlu diketahui ketika mereka sedang terlena dengan permainan ambul-ambulan, dari balik pintu sepasang mata sedang mengintip. Sepasang mata itu adalah sang Sahaya wanita alias pesuruh atau disebut dayang-dayang. Walaupun Sahaya itu mengintip, tapi dia tidak terangsang, bahkan mual melihatnya. Hanya saja ia menggunakan kesempatan untuk mengintip direkam dengan menggunakan kamera pada zamannya. Sahaya itu merekam perbuatan Rachel Nadelson dan Wilis Robard hanya untuk di jual oleh lawan politik orang tua Rachel Nadelson.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Maksudnya untuk di tukar berupa materi hasil dari rekaman itu. Tentu dengan bayaran yang cukup besar. Sahaya itu menyeringai lalu bergumam di dalam hati, "Aku akan punya uang yang banyak untuk ku jual oleh tuan JOHN QUINS ADAMS."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Setelah puas dan rekamannya sudah tersimpan di kartu memori Sahaya itu bergegas dari balik pintu, dan segera menyimpannya rapat-rapat tampa di ketahui orang-orang istana.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="color: #134f5c;">***</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Setahun lagi pemilihan President akan diselanggarakan. Kandidat yang terpilih menjadi calon pemimpin rakyat Amerika Serikat tersaring sisa dua orang yaitu: </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="color: blue;"><b style="color: blue;">John Quins Adams </b>d</span>an<span style="color: #660000;"> <b>Andrew Jackson</b></span>.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kedua kandidat itu akan bersaing sengit untuk mendulang suara rakyat Amerika. Berbagai cara di gunakan mereka, namun yang sangat kentara berbuat licik adalah John Quins Adams. Selain dia bermain suap menyuap kepada rakyat kecil agar memilihnya juga dia suka mendatangai paranormal.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sedangkan Andrew Jackson dia adalah kandidat yang jujur hanya saja dia dapat di kenal masyarakat karena suka blusukan. Hanya saja ia tidak fokus terhadap misinya. Pemikirannya terpecah hanya karena ia suka sama wanita partai yang mendukungnya yaitu Rachel Nadelson. Tampa sepengetahuannya kalau Rachel Danelson sudah menyukai seorang lelaki Hartawan bernama Wilis Robard pengusaha tanah dari Kuntacky.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sambungannya #<a href="http://yenyerrow.blogspot.in/2016/02/rachel-nadelson-sang-wanita-bangsawan-2.html#more" target="_blank">Dua</a></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: sans-serif;"><br /></span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-62197672088668230172015-12-29T10:07:00.001+07:002015-12-29T10:07:51.432+07:00Tanaka (no sex)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div dir="ltr">
<br /></div>
<div dir="ltr">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOloYMKAT8oeI5sKRJ3YdEDdVFziGq3c4COWLAZNxjJHHROAB5Y7gHkVkGgx9wXQQMr-AMyf9KyTV5P4pTzz4J9ZNKVx1D7TFPBkkLuLo9BGs63omKdVZhD-Vb_q4QdP695Lo3dfFpKos/s1600/9f8e5fab-efc5-48ec-bb4b-b9d667e0eba0.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOloYMKAT8oeI5sKRJ3YdEDdVFziGq3c4COWLAZNxjJHHROAB5Y7gHkVkGgx9wXQQMr-AMyf9KyTV5P4pTzz4J9ZNKVx1D7TFPBkkLuLo9BGs63omKdVZhD-Vb_q4QdP695Lo3dfFpKos/s400/9f8e5fab-efc5-48ec-bb4b-b9d667e0eba0.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Aku coba untuk bersabar menunggunya. Tanaka aku ingin sekali malam ini kita bercinta. Aku ingin kau datang awal waktu agar kita mempunyai waktu yang panjang untuk bercinta..emm... Pikirku gila.</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Namaku Chika aku suka dengan cowok keturunan jepang bernama Tanaka. Ya Tanaka. Aku memanggilnya 'Naka'. Aku suka padanya bukan karna dia orang jepang, tapi karena... karena... mirip aja orang jepang gitu. Tapi sih... Jepang miskin. Dia hanya memiliki sepeda motor, itupun sepertinya boleh kridit he... he... he...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Hanya saja dia baik hatinya, suka mentraktirku makan walaupun hanya baso di pinggir jalan. Em... sungguh unik wajahnya, jarang loh... Orang jepang, yang banyak orang cina. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ningtolingning... ningtolining...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tiba-tiba saja hape ku berdering. "Ah.. ini dia!" batinku. Tapi aku lihat bukan dari Tanaka tapi dari teman wanitaku bernama Olivea "Haloo..." jawabku malas. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hai Chik... lagi apa, jalan nyok gue lagi bete nih!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Olivea adalah teman sekolahku hanya saja beda kelas ia 2a sedangkan aku 2c. Dia memang teman yang aku seganin, dan aku hormatin karena dia selalu membelaku ketika aku di bully oleh teman-teman yang lain, walaupun hanya sekedar becanda.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Live... sori yah... aku lagi nunggu temen special nih!" jawabku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Cie, cie, cie, yang lagi nunggu pujaan hati..!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Iyaa... sori yah...!" jawabku mengiba agar ia tidak merasa lara karena tidak bisa mengajakku jalan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Oke dah Olive... selamat nyes-nyes yah..." pungkasnya walaupun terdengar lara.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aku tahu kamu butuh teman malam ini. Tapi aku tak bisa maaf!" gumamku didalam hati.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Waktu menunjukan pukul 20.00, Tanaka belum juga terlihat memakirkan motornya di depan rumahku. Padahal ia sudah sms aku akan datang sebelum jam delapan malam, tapi ini sudah lewat Lima menit. "Mungkin dijalan macet, soalnya malam minggu!" batinku, berharap ia datang dan tidak ingkar.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tak lama benar ia datang walah telat sepuluh menit. Tanaka, ia lelaki lebih tua dari ku. Namun aku tak perduli. Cinta tak memandang usia. Lagi juga hanya beda tiga tahun kok! </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hai...!" sapanya. Aku sunggingkan senyum. "Sudah siap kita jalan malam ini!" Aku mengangguk. "Kamu cantik sekali..." katanya. Aku tersipu malu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ia pun kembali menyalahkan motornya. Tampa di suruh lagi, aku lansung menaiki motor besarnya. Dengan menggerung keras suara yang keluar dari knalpot penuh bising. Dan aku paling tidak suka kalau di boncengin jok motornya turun, sehingga membuat posisiku menungging he... Tapi gak apalah yang penting malam ini aku bisa menikmati dengannya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Roda dua pun melaju melesat dengan cepat tampa ukuran standar pengguna jalan yang baik. Aku sendiri merasa dag dig dug jika berboncengan dengan kecepatan tinggi. Perasaan ruhku melayang sebelum waktunya. Tapi janganlah aku minta sih selamat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Uh, dasar mentang-mentang motornya keren di bawa kebut." hardikku dalam hati. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tanaka memang lelaki yang romantis, ternyata aku di bawa ke suatu tempat yang tidak aku tahu sebelumnya. Ya, tempat asing bagiku, yaitu pintu air. Aku melihat pintu air dimana air itu digunakan untuk mengatur air agar tidak terjadi kebanjiran dan merata mengalirnya. "Emang ada-ada aja nih si jepang, ngapain ... coba masa pacaran di pintu air." pikirku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Eh-ngapain sih ngajakin gue kesini. Emang gak ada lagi apa tempat yang romantis!" kata ku dengan nada keras.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bukannya mikir dia malah tersenyum.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Yah... dia malah ketawa." ujarku, "tambah sipit dah tuh mata!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ini adalah tempat yang paling romantis untuk kita berdua!" kata Tanaka, sambil menatap kedepan dimana air itu jatuh dari sela-sela palang pintu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Mas sih romantis!" jawabku o'on. "Tapi iya juga sih, apalagi suara gemuruh air itu sangat indah. Ditambah bintang kelap-kelip di atas sana." Aku mendongakkan wajah kelangit. "Em.. Lihat ada bintang berjalan!" kataku pula sambil menunjuk keatas.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tanaka tertawa, "Itu bukan bintang jalan sayaang... itu besi terbang alias kapal!" ujarnya sambil mengusap kepalaku dengan keras, membuat rambutku jadi terkoyak.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Et dah, berantakan nih rambut!" ucapku sambil merapikan kembali rambutku yang acak-acakan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Eh-malah ketawa bukannya mikir!" hardikku kesal. "Coba loe tuh kaya kurang kerjaan tau gak, masa ngajakin gue ketempat gelap begini di pintu air. Udah sepi lagi cuma kita berdua!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sekali-kali lah ketempat yang sepi, bosan ditempat yang ramai!" Tanaka menjawab demikian. Lalu aku menoleh kekanan, kekiri dan memang tampak sepi gak ada satu hidung manusia pun yang terlihat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Emm...maksudnya apa sih mengajak aku ketempat seperti ini?" Aku bertanya serius.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tanaka menjawab yang membuatku kesal. "Ingin mencium kamu!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Yee... mau ciuman aja gak gini-gini amat kelees...!" sentakku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Aku curiga nih sama kamu?" Aku mencoba memancing. "jangan-jangan kamu ada niat buruk yah?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Buruk apa?!" jawabnya dengan keras.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Itu mau minta yang enggak-enggak!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Apa sih maksudnya!" tampak bingung di raut wajahnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Mau minta yang lebih selain ciuman kaan!" cecarku menebak.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Yee... negatif nih pikirannya?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Emm... Aku menunduk malu, rupanya Tanaka lelaki yang tahu etika juga." batinku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Eh lihat apa itu?" pekik Tanaka sambil menunjuk kebawah air, "apaan tuh ya?!"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Apaan?",kataku bingung, kulihat tidak ada apa-apa. "Mana... apaan sih?"</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Itu loh.." serunya sambil menunjuk kembali, "tuuhh...ah mata loe juling sih, jadi gak bisa liihat dah!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sue! Aku di bilang juling, "Mata loe tuh sipit, gak ketawa aja merem apalagi ketawa!" hardikku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ternyata dia hanya mengajaku becanda agar tidak terlalu serius. Orang Jepang itu ternyata suka humor juga yah.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tiba-tiba hape ku berdering, Olivea menelponku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Helo..." jawabku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Cie, cie maaf ganggu yah...!" kata Olivea mengejek, "lagi di mana nih, lagi ngamar yah... Di upload dongg...!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sialan si Olive," batinku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Loe dimana?" balasku bertanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Dikamar aja Chik... abis gak mau yang ngajak jalan, huk... huk... huk..!" Olive pura-pura menangis manja.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Aku diam, kasihan juga dia gak ada teman curhat. "Eh... besok aja kita jalan kepantai bagaimana mau?" Aku menghiburnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sama siapa?" tanya Olive.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Emm.. sama yayangku he... he... he... " Balasku menyeringai.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Janji yah...!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Iya aku janji...!" tukas ku. Tak lama Olivea mengakhiri percakapannya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Malam sudah sangat larut, kami hanya mengobrol kepribadian masing-masing di pintu air itu. "Pulang nyo!" ajaknya. Aku mengangguk. Kami pun beranjak pulang dari pintu air yang tidak aku tahu sebelumnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Esoknya aku segera menelpon Olivea untuk memenuhi janjiku. Lalu aku pun menelpon Tanaka agar ia mau ikut serta. Dia menjawab dengan senang hati. Aku pun bersiap mempersiapkan segalanya untuk refreshing kepantai.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tanaka menjemputku tak lama kemudian. Lalu kami menuju ke rumah Olivea untuk menjemputnya. Ditengah perjalanan menuju rumah Olivea, sempat mampir ketempat warung tenda padagang See food. Kami membeli kerang bulu tiga porsi untuk makan bersama di rumah Olivea. Kebetulan perutku belum terisi dengan makanan. Apa salahnya membeli makanan untuk makan bersama di rumah Olivea sebelum berangkat kepantai.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Aku bertanya kepada Tanaka, "Kenapa membeli kerang bulu. Bukan ikan bakar atau udang caos tiram?" Tanaka menjawab, "Kerang bulu itu bagus buat sperma laki-laki."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Aku bingung lalu kembali bertanya, "Loh, apa hubungannya kerang bulu dengan laki-laki, sedangkan aku kan cewek?!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tanaka sunggingkan senyum lalu menjawab kembali, "Rahasia doog...nanti kamu juga tahu!" Jawaban yang aneh, pikirku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lalu Tanaka mendekati pedagang see food itu lalu berucap, "Bang, banyakkin yah lalap daun kemanginya."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ahh... orang jepang suka sama lalap-lalapan!" Aku berteriak kecil didalam hati. "Jepang aspal nih. Baru ini gue nemuin orang jepang tahu yang namanya daun kemangi. Jepang parah nih. Jangan-jangan mukanya doang kaya orang jepang. Hatinya mah Indonesia habis, hihihihi.."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Selesai sudah sang pedagang see food membungkus pesanan kami. Tanaka melirikku, aku pun segera kembali naik ke jok motornya. 'Breem...' Motorpun mengacir cepat secepat kilat dengan membawa bungkusan See Food di setang motornya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"A'a pelan-pelan napa, Chika takut niih...!" ujarku agar ia mau melambatkan kendaraanya. "Tenang sayang... pegangan aja yang kencang!" jawabnya kaya punya nyawa seribu aja. 'Berrem...breeem.....!" semakin di gerung semakin kencang. Di bilangin malah disengajain bikin aku kesal. Aku berpikir gimana biar Tanaka mau mengendurkan gas motornya. "Ah... Akal bulus pasti berhasil! Pikirku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Aku peluk erat pinggangnya. Sambil berbisik ketelinganya. "Pelanin gak," lalu aku tekan keras-keras penisnya. "Uh...!" Dia teriak ADAW..." "Kena loe... Hayo pelanin gak!" sambil aku tekan terus penisnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Saking keselnya aku tekan sekuat-kuatnya. Akhirnya dia ngalah juga, kesakitan kali yaaah...aku tekan gantungan kuncinya..</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hebat... Chika hebat..." batinku bangga bisa membuat sadar dalam mengendarai motornya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Di depan ada lampu merah dan berwarna merah Tanaka menghentikan motornya. Disaat sedang menunggu lampu hijau, dia megang-megang penisnya, mungkin kesakitan ketika aku tekan dengan keras, lalu aku bertanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"A'a kenapa punya mu di pegang-pegang!" Dia jawab; "Akiiit...uh, kutu kupret. Punya cewek ngeselin banget" ujarnya sambil meringis. Aku ketawa hihihi... Emang enak, makan tuh.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Lampu hijau pun menyalah. Ia mulai melajukan motornya, tapi kali ini agak santai. Dan aku menikmati perjalanan itu. Sambil aku menoleh kekanan terus kekiri. Banyak rupa dan bentuk umat manusia. Dari yang yang biasa-biasa sampai yang luar biaza. Tampa aku sadari, tahu-tahu sudah sampai kerumah Olivea.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hai...!" sambut Olivea. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hai juga...! Jawabku. "Kenalin cowok gue. Aku menyuruh Tanaka untuk mengulurkan tangannya. Olivea menyambut tangan Tanaka. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Olivea temanku yang cantik. Dia anak manja kepada orang tuanya. Dengan ciri khas selalu memakai kaca mata min alias rabun dan memang matanya sudah kurang jelas alias min. Taulah gak ngerti bahas dokternya apa namanya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Walaupun bicaranya sering blak-blakan tapi dia mempunyai sifat yang pemalu dan kurang bergaul. Sehari-harinya selalu memainkan dejetnya. Bisa jadi dia kurang gaul di dunia nyata tapi gaul di dunia maya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Bahkan aku seringkali bertanya sama Olivea! Suka baget sih mainin gejet. Jawabnya; "Suka-suka gue... Gejet-gejet gue, pulsa-pulsa gue, seterah gue, masbulo..." </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Gak gitu-gitu amat keleees..." kilah ku sedikit sensi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tapi dia anak yang baik. Juga pintar dan jenius. Saking jeniusnya terkadang dia ngomong sendirian hihihi... Lucu juga temanku ini.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Eh-bengong hayo masuk!" sentaknya, membuatku terkejut. Kami pun masuk kedalam rumah Olivea. "Sebentar yah aku kekamar dulu nyiapin pakaian pantainya." ujar Olivea, lalu ia masuk kedalam kamarnya. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tanaka tengak-tengok mirip orang culun memperhatikan rumah Olivea. Aku pun menegurnya, "Ngapain sih...aneh yah, liat rumah temanku. Karena merasa rumah kamu paling bagus jadi aneh lihat rumah sederhana ini." </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Dia malah tersenyum kecil, sehingga terlihat lesung pipit jika tersenyum, sehingga menambah tampan dia dipandangnya. Lalu aku menggodanya. "Eh-tadi enak gak punya (penis) kamu di pencet."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Tau ah...!" jawabnya pencongkan bibir.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Uh dasar jepang abal-abal!" batinku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tak lama Olivea keluar dari kamarnya dengan mengenakan pakaian renang didalamnya. Maksudnya pakai celana panjang, hanya saja ia memakai pakaian renang langsung dipakai agar tidak ribet kali yah ... jadi simple tinggal menanggalkan pakaian luarnya saja ketika di pantai nanti.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Nyok ... Kita cabut!" Olivea berkata, sambil membawa tas peralatan kebersihan tubuh dan pakaian pengganti. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Nanti dulu bagaimana kita makan dulu. Nih kebetulan gue bawa tiga bungkus kerang bulu dengan caos tiram." kataku sambil membuka bungkusan makanan itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ihh ...norak amat sih, segala bawa makanan bungkusan! kata Olivea. "Makan dijalan aja kelees...lebih seru.!" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hemat ah!!" balasku menyeringai. "Dah makan dulu, udah di beliin juga, kasihan nih yang beliin kalau gak di makan!" kataku lagi sembari menepuk pundak Tanaka. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tanaka sunggingkan senyum tampa bersuara. Maklum ia pemalu kalau di kerumunin perempuan. "Eh-tadi apa manfaatnya kerang bulu?" Aku bertanya pada Tanaka, agar ia mau bicara.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Yang ditanya bukannya menjawab malah cengengesan. "Eh-bolot kali ya!" sentakku, "tadi nih kata kamu kerang bulu sama lalapan kemangi manfaatnya buat apa?" </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tanaka masih saja tersenyum membuatku efiel. "Buset dah nih cowok ganteng-ganteng budek ye..!" saking sewotnya lihat Tanaka hanya cengangas-cengenges, aku jadi menyentaknya. Olivea melihat kelakuanku ikut tertawa pelan sambil menutup rongga mulutnya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Ya sudah!" Ucap Olivea, "kita makan ntar kesiangan berangkatnya."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Akhirnya kami pun makan bersama. Sangat indah aku rasakan menikmati kebersamaan. Bersama pacarku dan bersama sahabat karibku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
***</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Di pantai terasa sejuk terhempas angin laut. Aku, Tanaka dan Olivea berjalan berjajar menikmati ombak yang melabrak kaki kami. Pasir pantai yang lembut membuatku teringat sewaktu kecil dulu ketika baru pertama kali kepantai bersama keluarga. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ketika itu aku suka membuat rumah-rumahan dari pasir. Atau membuat lubang lalu aku masuk kedalamnya kemudian badanku diuruk pasir, hanya kepala yang tampak. Orang tuaku sangat senang dan bahagia melihat anak-anaknya bergembira.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Hai lihat... kita sewa perahu nyo!" Olivea melihat perahu mainan untuk disewakan kepada pengunjung pantai itu. "Wah, boleh tuh.. " jawabku. "Eh-kaya anak kecil aja segala pakai gituan!" sambung Tanaka.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Sekali-kali lah, mengenang masa kecil!" ujar ku. "Em... kamu gak malu naiknya." kata Tanaka. "Gak, ngapain malu.!" jawabku keras. "Ya udah kita sewa!" jawab Tanaka.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Aku dan Olivea tersipu geli, liat orang jepang se o'on Tanaka. "Uh, dasar jepang-jepangan."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Eh-ganti pakaian renang dulu, masa basah-basahan." kataku. "Gak usah, telanjang aja!" Olivea menyahut. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Uh... emangnya pantai di bali apa, bule pada bekangkang," sahut Tanaka.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Wiih... Benar-benar tau adab juga orang jepang. "Abal-abal!" batinku meneyrinai.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
"Bukannya kamu suka kalau lihat cewek pada bekangkang!" Aku menggodanya. "Gak, geli gue liatnya!" sahutnya cepat.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Sontak Aku dan Olivea tertawa. "Ini baru cowok beradab!" batinku.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Tamat</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-10878159558711084932015-12-19T10:56:00.001+07:002015-12-19T10:56:56.404+07:00Ghost Casstle part 4 (Selesai)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEik3P0BrCOKOJ-VDKTDZscZCA5Ax1O17WYaNc96IVahWlsUT1ki12H_3lJ49YER1-BzDLSiLRYMVaa7U5CNxRz6WdsDiQJktZLRuGcQcdUCHVIewoZx6dttw0wiMa9EK8VAy4AQI4fZTdY/s1600/rumah+hantu.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="250" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEik3P0BrCOKOJ-VDKTDZscZCA5Ax1O17WYaNc96IVahWlsUT1ki12H_3lJ49YER1-BzDLSiLRYMVaa7U5CNxRz6WdsDiQJktZLRuGcQcdUCHVIewoZx6dttw0wiMa9EK8VAy4AQI4fZTdY/s400/rumah+hantu.jpeg" width="400" /></a></div>
Di ceritakan kisah yang lalu. Jose, Chesy dan Briant terkejut ketika Rose terlihat tergantung di kayu palang atap rumah itu. Darah dari pegelangan tangan yang kuntung berdecak deras. Seharusnya telapak tangan Rose ada di bawah lantai. Namun benar-benar tidak terlihat. (Baca kisah <a href="http://yenyerrow.blogspot.co.id/2015/11/ghost-castle-bag-3.html#more" target="_blank">sebelumnya</a>)<br />
<a name='more'></a><br />
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Chesy menangis terseguk-seguk, tidak berani manatap tubuh rose yang menggantung. Begitupun Briant dia tergugu mematung ketika pertama kali apa yang dilihatnya ternyata Rose. Sungguh terpukul hatinya. Tak ada kata-kata lagi yang terucap dari bibirnya. Di dalam tangisnya Briant berkata. "Rose ... kenapa kamu mati secara mengenaskan seperti ini!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kecuali Jose, walaupun terpukul hatinya dengan kematian Rose, dia tetap mawas diri untuk mengungkapkan semua rentetan peristiwa ini. Ia melihat tubuh Rose lekat-lekat. Lalu kearah wajahnya, kemudian mempertegas pandangannya ketika tertuju pada bentuk mata yang sangat beda. Di lihat matanya seperti mata wanita yang berada di lukisan ruang tamu rumah itu. Mirip sekali, dan beda dengan Rose, ia mempunyai mata sedikit juling.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tapi aneh, kenapa ia memakai pakaian Rose?" pikir Jose sambil terus menatap tajam-tajam untuk menemukan keanehan. "Lalu kalau bukan Rose! Yang menggantung itu siapa?" Jose memberanikan diri untuk mendekati jenazah menggantung itu. Dia mengambil kursi yang berada di samping ruangan. Lalu di letakan di bawab jenazah Rose. Di sentuhnya pegelangan tangan yang kuntung itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ada keanehan warna darah ini," pikir Jose. Lalu Jose mencoba mengangkat tubuh jenazah itu dengan cara di peluk tubuhnya, serta diangkat. "Ah ... ringan sekali tubuhnya. Tidak mungkin Rose seringan ini. Jenazah ini seperti boneka. Yah! Seperti boneka seks, boneka seks untuk pria kesepian. Boneka masturbasi." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose lalu menurunkan jenazah itu. Chesy dan Briant yang masih tergugu melihat kejadian itu, turut membantu memegang kursi sedangkan Briant membantu menopang ketika jenazah Rose itu diturunkan dari tali yang menggantungnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Pegang Briant!" ucap Jose, sambil menyerahkan tubuh yang sudah menjadi jenazah itu. Dirasakan dan Jose yakin kalau jenazah yang mirip Rose itu adalah sebuah boneka seks. Briant menjemputnya menopang jenazah Rose. "Khuuf .."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Seperti membawa boneka saja, Briant menopang jenazah itu lalu meletakannya di lantai yang sudah bercecak darah. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose bertanya pada Briant. "Briant ... apa yang kamu rasakan ketika mengangkat tubuh Rose?!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant menjawab cepat. "Ringan, enteng seperti boneka!?"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Maksudnya?" Tiba-tiba Chesy bertanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Coba Chesy kamu angkat tubuh Rose ini?!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Chesy pun memberanikan diri mengangkat tubuh Rose. Dengan sedikit takut, diangkatnya perlahan dari dadanya. Terangkatlah sangat ringan, lalu Chesy mengangkat lebih tinggi lagi secara perlahan, benar pula tubuh Rose seperti boneka, sangat ringan sekali. Di goyang-goyang tubuh itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ini boneka Jose!" sentak Chesy sambil mengangkat boneka itu posisi berdiri. "Jadi kemana Rose?!" Chesy terlihat panik lalu melemparkan boneka mirip wajah Rose itu. "Rose ... Rose ... Rose ... Dimana kamuu ..." teriak Chesy kebat-kebit.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant yang masih penasaran dengan boneka seks itu, melihat darah yang keluar dari pegelangan yang kuntung itu seperti sepuhan berwarna merah. Ya benar itu darah palsu yang di buat oleh seseorang. Namun siapa orang itu dan di mana Rose berada. Sedangkan pakaian yang dikenakan boneka seks itu adalah baju asli yang dikenakan Rose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kita Flash Back kebelakang</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ketika Rose ingin mengambil boneka Barbienya, ia menuju ruang tengah di mana boneka Barbienya berada. Ternyata boneka Barbie itu hilang. Lalu ia menuju ruang makan, tetapi ketika baru melangkah tiba-tiba telapak tangan lelaki dewasa mendekapnya. Rose pun pingsan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Saat itulah Chesy menyusul dari belakang dan melihat Rose sudah menggantung dengan seutas tali yang terikat di kayu palang flapon.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Siapakah lelaki yang mendekap dan menculik Rose?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dan siapakah sebenarnya jenazah lelaki gemuk pendek yang berada di lorong itu?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sungguh bingung, penulis pun bingung meneruskan ceritanya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
***</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Di ruangan yang gelap dan banyak barang-barang bekas seperti kardus, sepertinya gudang penyimpanan barang-barang bekas. Rose tersadar, ia memandang seluruh ruangan yang redup, hanya satu lampu tempel yang menerangi ringkup ruangan yang sempit itu. Bau debu membuat Rose bersin. Lalu dia berteriak memanggil Chesy, Jose dan Briant</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jose ... Chesy ... Briant ...dimana kamu ...?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Namun tidak ada yang menjawab. Rose coba bangkit dari duduknya. Namun ketika ia berdiri, alangkah terkejutnya Rose sudah tidak berpakaian. Ia tutup selangkangan dan peyudaranya, takut ada orang yang melihat.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Di mana aku ...?" teriaknya lagi dengan nanar ketakutan. "Chesy, Jose, Briant ... Di mana kamu?" Rose benar-benar bingung, kenapa dia tiba-tiba berada disini?. "Ruangan apa ini?!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Suara derik pintu terdengar. Rose segera berlari ke pojok tembok sambil duduk mendeprok dan merapatkan tubuhnya dengan memeluk kedua pahanya. Tampak lelaki berbadan tegap masuk lalu menghampirinya. Rose sangat takut.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Trek ...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lelaki itu menyalahkan lampu. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Paman George!" Rose terperanjat melihat paman George. "Paman ah, Paman Georage tolong aku!" Rose segera berlari menghampiri Paman George. Tetapi ketika Rose ingin memeluk tubuh Paman George, saat itu juga Paman George mendorong tubuhnya sehingga terpelanting kebelakang hingga jatuh duduk. "Paman ...!" katanya menyentak.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Paman George tertawa lalu menatap tubuh Rose dengan pandangan penuh syahwat membuncah. Rose tersadar kalau dia tidak berpakaian. Ia segera beringsut kebelakang sambil menutup selangkangannya. "Paman. Apa yang paman lakukan?" ucap Rose dengan mata nanar penuh ketakutan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Paman George menghampiri Rose yang masih duduk dilantai. Di pegangnya kepala Rose, lalu turun ke leher. Rose merasa geli. Hatinya penuh ketakutan dan tanda tanya, apa maksud Paman George dengan semua ini?</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Paman! Apa mau Paman?" ucap Rose dengan nada keras. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Yang di tanya malah tersenyum nyinyir penuh buncah. Paman George menarik lengan Rose, sehingga membuat Rose tersentak kedepan dan berhadapan dengan tubuh Paman George. Saat itu juga Paman George dengan cepat mendekap erat tubuh Rose. Tentu membuat Rose gelagapan, dan juga Rose dalam keadaan tampa benang sehelai pun.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Paman George mencium paksa bibir Rose. Ketika itu juga Rose berusaha melawan dengan memalingkan wajah. "Jangan Paman ... Paman mau apa?" kata Rose. Tetapi Paman Jose tidak perduli apa yang dikatakan Rose, ia terus mencium dengan liar.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rose terus meronta, ia berteriak namun tak sempat, Paman George terlebih dahulu menutup mulutnya lalu mencium membuat Rose tak bisa bernafas. Ditambah dekapan tangan Paman George yang begitu keras. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ugghh ... Ugghh ..." rintih Rose sambil terus berusaha melepaskan diri. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Paman George mengancam dengan berbisik ditelinga Rose. "Jangan berteriak dan berontak kalau kamu mau selamat dari rumah ini!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Paman George sedikit melenturkan dekapannya lalu berkata kembali. "Biar pun kamu berteriak kencang, tidak akan mendengar, ini kamar rahasia, belum pernah ada orang yang masuk kemari kecuali aku sendiri."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Bertambah kecut lah hati Rose. Ia kembali berteriak, "Tolong ... Jose... Tolong..." Paman George tertawa keras "Ha ... ha ... ha ... Teriaklah yang keras tidak ada yang mendengar kamu! </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Paman George mempunyai tubuh gemuk menambah angker dan seram dilihat Rose ketika ia melepaskan pakaiannya. Rose hanya bisa memojokan diri ketembok sambil menutupi kedua payudara dan selangkangannya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jangan Paman George, jangan ...!" Rintih Rose, dengan wajah nanar. "Hikz ... Hikz ... Hikz .."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Paman george tak perduli tangisan Rose. Kini ia sudah keadaan bertelanjang. Sangat jelek dilihatnya lelaki paruh baya ini dalam keadaan telanjang bulat. Perutnya gendut seperti badut, kulitnya melember keriput, tapi yang paling jelek dan tdak punya malu adalah; ketika penis yang sudah habis masa aktifnya dan tinggal menunggu masa tenggang ini seperti belut ketakutan dipaksa untuk keluar dari lobang tanah.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hai sayang ... lihat nih punya paman!" Tampa malu dengan umurnya Paman George mengancung-ngacungkan penisnya dihadapan Rose. Sedangkan Rose hanya menunduk dan memejamkan mata.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jangan sakiti aku paman George!" rintihnya memohon. "Ku mohon Paman, jangan sakiti aku!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Paman george hanya cengingis nafsu, "Hayo sayang ... lihat ini punya Paman!?" Tampa etika Paman George menggoyang-goyangkan penisnya. Rupanya Paman George memaksakan diri agar penisnya berdiri. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Setengah terangsang sempat berdiri tegang namun kembali menguncup. Kemudian Paman George mengulurkan penisnya tepat didepan wajah Rose sambil berkata. "Eh-hayo pegang, buat Paman mu berdiri keras!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rose mendongakkan wajah, "Paman jadah, udah tua-tua gak tau diri," semprot Rose memaki lalu menunduk kembali enggan melihat penis Paman George yang keriput cacing.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Plok ...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tamparan mendarat di pipi Rose. Rupanya Paman George naik pitam. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Plok</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kembali Paman George menampar. "Cepat atau aku bunuh kamu.!" Paman George mengancam. Namun tetap saja Rose merengkut sambil memeluk kakinya menopang paha dengan kedua tangannya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Akhirnya Paman George menarik tubuh Rose yang sedang merungkut, lalu kembali memeluk tubuh Rose dengan memaksakan diri. Karena mereka sama-sama tidak menggunakan pakaian sehinga dirasakan hangat oleh Rose. Tetapi yang membuat mengejutkan Rose adalah, ketika penis paman George menyentuh perutnya. Rose bergidik geli.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Plak ...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tamparan balasan dilayangkan tepat mengenai pipi Paman George. Tidak puas sakali tampar, Rose memukul perut Paman george yang gendut seperti badut.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Buuk ...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Paman Geoerge ingat, Paman itu punya keponakan seumuran aku, Paman Tahu bagaimana perasaan Chesy sebagai keponakan Paman jika di perlakukan seperti aku sama orang lain. Sentak Rose setelah menampar. "Paman pasti akan marah jika keponakan Paman di perlakukan tidak senonoh bahkan berakibat pemerkosaan dan berlanjut ke pembunuhan. Pasti Paman sangat terpukul, apalagi Chesy adalah keponakan Paman yang paman sayangi."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Paman George berdiam lalu berdehem, "Emm ... " kemudian melepaskan dekapannya. Ada benarnya juga pikir Paman George. Chesy adalah keponakan yang paling ia sayangi, Chesy adalah keponakan yang ia besarkan sedari kecil karena kedua orang tuanya berpisah lalu keduanya meninggal dalam kecelakaan sewaktu bertengkar di dalam mobil, sehingga mobil yang ditumpangi menabrak tiang listrik.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ketika itu juga Paman George membalikkan tubuhnya tampa kata-kata, lalu ia mengenakan pakaiannya kembali yang sempat ia tanggalkan. Setelah memakai pakaiannya. Paman George, menatap wajah Rose seraya berkata. "Maaf, maafkan Paman!" Tampak di pelupuk mata Paman penuh penyesalan, kemudian ia berkata kembali, "Sebentar aku ambilkan pakaianmu yang baru!" Lalu paman beranjak untuk keluar ruangan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tapi sebelum menghilang dari balik pintu, Rose memanggil dengan nada tinggi, "Paman George!" Paman George pun menoleh ke arah Rose. "Pakaianku yang Paman tanggalkan di taruh di mana?" Paman Geoge hanya menoleh lalu menatap kosong tidak menjawab lalau beranjak dan menghilang dari balik pintu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
***</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose, Briant dan Chesy duduk saling berjejer di sudut tembok, sambil memandang boneka yang mirip dengan Rose. Mereka sedang berpikir penuh kebingungan "Kemanakah Rose berada?" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Cari kemana kita Jose?!",Briant membuka pembicaraan. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Entahlah," jawab Jose. "Semua penuh misteri, dari kematian seorang lelaki di lorong itu. Boneka yang bisa bangun sendiri lalu menguarkan darah dari tangan kuntungnya, terus Rose kerasukan sekarang Rose menghilang, sampai boneka yang menggantung mirip wajah Rose dan pakaian yang Rose gunakan."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kemudian Briant berdiri menuju muka, ia menghadapap dinding penuh coretan. Terlihat ditembok yang sudah kusam berlumut itu tertera bacaan "Jiwaku tak akan senang sampai kamu merasakan sakitnya dan mengembalikan telapak tanganku!" lalu di bawahnya tertulis nama Rachael.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Apa yang kamu lihat di tembok itu Briant?" Bertanya Jose kepada Briant. Jose mendekati Briant yang masih termangu melihat coretan di dinding.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Coba lihat?" kata Briant. Sepertinya coretan ini adalah pesan terakhir yang dituliskan oleh sosok misteri dirumah ini!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose memandang tulisan itu lekat-lekat lalu berkata, "Sepertinya ya! Ini adalah pesan terakhir bernama Rachael. Em ... Siapa Rachael itu. Dan siapa yang membunuhnya?" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Chesy pun menyambangi Jose dan Briant, ia membaca pesan di dinding itu. "Rachael!" celetuk Chesy. "Aku pernah ingat nama itu, yah Paman George pernah bercerita padaku, tentang wanita yang bernama Rachael!" ujar Chesy seraya mengkernyitkan dahi.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Coba kamu ingat-ingat!" kata Briant. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Chesy berdiam sejenak, ia mengingat-ngingat tentang wanita yang bernama Rachael yang di ceritakan Paman George. Tampak wajah Rachael terlihat serius mengingat itu. Kemudian wajahnya sumringah sambil mengetuk-ngetuk keningnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aku ingat!" seru Chesy.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Apa?" Jose dan Brian berkata berbarengan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Dia ... dia ... Ahh ... !" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Siapa dia?" sontak Jose bertanya tegas.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Dia ... Dia adalah wanita simpanan ayahku!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Setelah berkata begitu, tampak di wajah Chesy meringis sinis. Lalu meneruskan ucapannya. "Wanita yang bernama Rachael itu adalah wanita simpanan ayahku. Mulai dari situlah pertengkaran orang tuaku, yang berakhir dengan kematian keduanya akibat mobil yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan. Dan kedua orang tuaku meningal.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Pelupuk mata Chesy berkaca-kaca petanda mau menderai air mata. Lalu Jose mendekati Chesy seraya membelai rambutnya kemudian berbisik lembut.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ya sudah, jangan kamu ingat lagi." Jose pun memeluk Chesy lalu mencium keningnya. "Sekarang tugas kita adalah, mengungkap semua misteri ini. Termasuk kita cari di mana telapak tangan yang bernama Rachael itu!" Jose berujar. "Agar wanita dan kedua orang tuamu tenang di alam sana.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Chesy merenggangkan pelukan Jose dan berusaha untuk menyembunyikan kesedihannya dengan tersenyum, ia pun berkata, "Ya sudah, mari kita bongkar misteri ini. Juga kita cari dimana Rose berada?!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tiba-tiba Briant teringat akan jenazah yang berada di lorong itu. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jose! Bagaimana kita kembali kelorong itu!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Lorong mana," tukas Jose sedikit lupa, termasuk penulisnya hampir lupa alur ceritanya akibat kebanyakan Part. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Itu Jose, waktu kata kamu ada mayat, di lorong dapur!" Jose pun ingat.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Lalu kenapa dengan lorong dan mayat itu?" ujar Jose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aku yakin dialah pembunuhnya,?" ungkap Briant. " Bagaimana kalau kita kembali ke lorong itu, lalu kita tarik mayat itu agar keluar, lantas kita bisa mengenali wajahnya. Mungkin Paman George kenal!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ya benar," sambung Chesy pula.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose sempat berpikir sejenak lalu mengatakan, "Baiklah."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mereka pun segera menuju kedapur di mana lorong itu berada. Tapi baru tiga langkah Jose menghentikan langkahnya. "Bentar dulu!" kayanya. "Aku gak mau ah, masuk lagi ke lorong itu. Apalagi ada mayat yang mungkin sudah membusuk, iih .... Aku gelian suka uwek-uwekan kalau melihat yang jijik-jijik!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Lalu siapa yang masuk dong?!" kilah Briant, "Sedangkan aku tidak muat masuk ke lorong itu."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Chesy tiba-tiba menyentak, "Ribut aja, kapan selesai nih cerita kalau berebutan omong melulu. Sudah aku saja yang masuk!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant dan Jose saling berpandangan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jangan Chesy!" Jose mencegah. "Kamu gak bakal kuat menguarkan mayat lelaki itu. Badannya gendut kaya buntelan kentut!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Habis siapa yang akan masuk!" ucap Chesy sambil menoleh ke mereka. "Kalian tuh, beraninya cuma lobang memek doang. Uh ... Kalau memek aja loe cepat kerjanya!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose dan Briant tertawa cengingisan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ya sudah kalau ga ada yang mau biar aku aja," ujar Chesy menyentak lantas bergegas ke ruang dapur di mana lorong itu berada. Jose dan Briant mengikuti sambil menertawakan perkataan Chesy tadi. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sesampai di lorong itu, Chesy segera membuka penutup lorong, sempat terdiam lalu ia berkata kepada Jose, "Aku butuh, penutup hidung, pakai apa yah?" Jose dan Briant berpandangan, lalu Briant berkata, "Pakai kaos aku aja!" Brian lantas membuka kaos yang ia kenakan. Tapi baru sampai lehernya, Chika menyentak, "jangaaan ... Bau bawang bombay badanmu Briant!" Jose mendengar begitu tertawa mengikik, "Hi ... hi ... hi ... Bau bawang bombay masih mending dari pada bau bandot!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant mengumpat, "Sompret!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Chika membuka kaos t-shirt, hanya Branya saja terpampang menutupi gunung kembar. Jose melihat itu meleletkan lidah dan menelan ludah, "Wooow .... Fantastik!" kata Jose dengan mata menyorot tajam. "Wihhh ... ubuy ... Bangke abiiis ...." sambung Briant.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Bangke, noh bangke di dalam lorong l!" celetuk Chika kesal.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Chika segera masuk kedalam lorong diiringi gelak tawa Jose dan Briant. Dengan jalan merayap, Chika berusaha sampai ketengah di mana mayat lelaki itu berada. Tapi Chika terkejut, mayat lelaki itu sudah tidak ada. Ia menoleh kedepan sambil memicikan mata, ternyata memang tidak ada. Chika pun berteriak, "Jose .... Mayat nya ngilaang ...!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Apaa ..." jawab Jose dari ujung lorong.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Mayatnya gak ada!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose dan Briant berpandangan. Mereka mau tidak mau harus mengikuti Chesy untuk kedalam lorong untuk melihat benar tidaknya mayat itu menghilang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tunggu disana Chees ... Aku menyusul." ujar Jose. "Briant kamu tunggu di sini!" kata Jose pula, Briant mengangguk. Sengaja Briant tidak masuk, karena tubuh Briant terlalu besar untuk masuk kedalam lorong itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Seperti cicak-cicak di dinding diam-diam merayap, Jose menuju ketengah lorong menyusul Chesy. Chesy yang berdiam di tengah lorong, hanya melongong-longong menunggu Jose menyusul.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sesampainya Jose, Chesy berucap, "Jose tadi disini bukan mayatnya?"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose menjawab, "Benar Ches .. Tapi kemana mayat itu?" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Lalu bagaimana ini?!" seru Chesy.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Terus aja kita kesana!" ujar Jose sambil merayap kedepan. Ia mau meneruskan sampai keujung Lorong. "Hayo Ches .. Kamu jalan!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Chesy pun menuruti apa yang dikata Jose, ia terus merayap menuju ujung lorong. Tampak sebilah kayu dan terlihat sinar pantulan dari lobangnya kecil-kecil. "Itu sepertinya pintu keluar Jose!" Berujar Chesy.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ya! Sepertinya itu pintu keluar dari lorong ini, ini semacam lorong rahasia dan berhubungan dengan rumah itu.!" Jose menyidik. "Eh ... kita intip dulu, jangan sampai kita celaka!" katanya lagi. "Bisa jadi mayat itu masih hidup alias tidak jadi mayat alias mati. Orang itu menuju kemari ruang rahasia!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Chika lebih dulu sampak ke pintu yang terbuat dari kayu berguna untuk menutup palang lorong itu. Chesy mengintip lalu berbisik kepada Jose perlahan. "BenarJose, ini sebuah kamar." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose lebih maju kedepan ikut mengintip, tetapi karena lorong sangat sempit akhirnya mengurungkan diri, ia hanya mengorek informasi dari Chesy yang berada di depannya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jose, kamu lihat dah, biar aku mundur." kata Chesy.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Lewat mana?" jawab Jose bertanya, "Masa aku menindih kamu."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ga papa asal jangan di tekan aja, aku tahan Jose!" ujar Chesy.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oke kalau begitu!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose berusaha merayap dengam cara menindih tubuh Chesy yang sedang telungkup. Chesy menahan dari bawah, "Jangan gaceng kamu Jose!" berujar Chesy.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose menyeringai. "Jangan becanda apa! Ha ..."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Itu, di pantatku nonjol-nonjol apaan?" kata Chesy, ia merasakan penis Jose menyentuh bokongnya. Sedangkan Jose menagambil kesempatan dalam kesempitan. Sempat merasakan hangatnya tubuh Chesy dalam keadaan tampa busana, hanya Bra yang ia kenakan. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tu kan gaceng jadinya!" kata Joss sedikit cengingis. "Kamu sih bilang gaceng jadi gaceng beneran dah!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ah,,kamu aja Jose otakmu kotor!" kilah Chesy. "Dah buruan berat tahuu..."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose tertawa pelan, ada rasa geli luar dalam dirasakan Jose. "Ah ... Wanita memang seperti magnet. Di diemin dia narik.. Di tempelin dia nempel!" ujar Jose di dalam hati.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rongga itu sedikit sekali melobang. Jose berusaha menfokuskan pandangannya. Tiba-tiba terlihat kaki seorang lelaki lewat tepat di lobang itu. Hanya kakinya saja. Lalu orang itu masuk keruangan sebelah. Rupanya, Rongga itu menuju dapur juga, semacam lorong yang menghubungkan antar dapur dan dapur lainya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sungguh kreatif orang ini membuat sebuah lorong yang saling berhubungan antara dapur yang satu kedapur lainya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose berpikir jarak antara dapur satu kedapur lainnya lumayan jauh walaupun terasa dekat. Pasti ini dapur satu rumah, atau dua rumah yang saling berdekatan. "Ah ... Sungguh pintar penulis cerita ini!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
***</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sementara itu dimana Rose sedang di sekap oleh Paman George, dalam keadaan tampa sehelai benangpun Rose teringat akan boneka Barbienya, ia sedih sekali dengan boneka Barbie itu yang punya nilai hitoris baginya, Boneka pemberian dari sang Ayah ketika ia mau masuk sekolah ketika itu hadiah atas keberhasilannya dalam menjalani ulangan umum. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kreeek ...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Derik pintu terdengar. Paman George kembali masuk dengan membawa se-setel pakaian wanita. Ia memberikannya kepada Rose. "Pakai ini!" kata Paman George sembari mengulurkan baju itu untuk dikenakan Rose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Terima kasih Paman!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rose lantas memakai pakaian itu. Tampak sangat indah gaun itu, sepertinya gaun itu adalah gaun untuk kepesta. Rose senang sekali memakainya walau keadaan ruangan agak redup. Paman George berkata.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kamu cantik sekali mengenakan pakaian itu Rose!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rose tersenyum lalu menjawab. "Pakaian ini cantik dan membuatku bahagia. Namun yang sangat amat membuat ku bahagia adalah, berubahnya Paman terhadap diriku. Paman telah melepaskan aku dari cengkraman nafsu bejat Paman, itulah sebenarnya yang membuat Rose bahagia." Ujar Rose panjang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Paman George tertunduk malu lalu kembali berucap, "Maafkan Paman Rose! Aku khilaf, selama ini, selama ini!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Selama ini apa Paman?"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tiba-tiba Paman George manangis sedu sedan. Ia tak tahan menahan air mata, Rose menjadi bingung lalu kembali mempertegas pertanyaan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Paman, kenapa paman menangis? Memangnya selama ini kenapa?"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Paman George mengusap air matanya. Dengan nada berat dan terbata-bata Paman George menerangkan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Selama ini paman selalu di liputi ketakutan yang sangat amat!" berujar Paman George memulai untuk bercerita selama ini yang ia rasakan, "Semenjak mendengar berita mantu Paman Yang bernama Regan berselingkuh dengan wanita lain."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Regan itu siapa Paman?" tukas Rose memotong.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Regan adalah ayahnya Chika," jawab Paman George.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Terus!" seru Rose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sedangkan Viky adalah anak perempuan satu-satunya Paman."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Viky siapa?" Rose bertanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Viky adalah bundanya Chika. Setelah Chika berusia satu tahun, Regan ayahnga Chika bermain gila, dia selingkuh bersama wanita lain yang bernama Rachael."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Lalu Rachael itu?" kembali Rose bertanya dengan mimik seru.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Rachael adalah selingkuhannya Ayahnya Chika. Dia tinggal di sebelah ruangan ini. Sedangkan ruangan ini asalnya tempat Paman bekerja sebagai penjaga ladang milik Nyonya Rachael."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tiba-tiba Rose teringat akan lukisan di rumah hantu itu. Lukisan wanita cantik dengan gaun berwarna putih, lukisan yang aneh di ruang tamu itu. Walaupun wajahnya terlihat cantik, namun bila di lihat lekat-lekat wajahnya seperti menahan rasa sakit yang sangat perih."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Berarti Paman bekerja sama perempuan yang bernama Rachael itu?" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Paman George mengangguk.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Terus kenapa mantu Paman tertarik sama wanita itu."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Justru itu, Paman tidak tahu kenapa Regan sebagai mantu yang Paman sayangin berselingkuh dengan wanita itu, tentu ini sangat menyakitkan hati anakku Viky bundanya Chika." Kembali Paman George menangis ketika menyebut nama Viky.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sudah Paman, cerita dulu!" berkata Rose. Ia merangkul tubuh Paman George, lalu mengajaknya untuk duduk mendeprok di lantai.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Teruskan Paman ceritanya!?"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oleh karena itu, aku sakit hati dengan wanita ini sebagai majikanku. Sehingga aku merencanakan untuk membunuhnya. Sebelum aku membunuhnya, Pamanmu ini membuat terowongan yang menghubungkan antara rumah Rachael dan kamar paman ini!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mendengar cerita Paman George, Rose berseru sedih namun mengerikan di rasakan Rose. "Terus Paman?"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ya, setelah terowongan itu selesai, barulah Paman membunuhnya dengan cara di gantung di rumah itu, lalu Paman potong pegelangan tangannya!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Stop ...!" seru Rose. "Maksud Paman telapak tangan wanita yang bernama Rachael itu?" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Benar Rose. Telapak tangan itu paman simpan, namun sebelumnya Paman siram dulu dengan air keras, sehingga tidak membusuk, tapi menjadi keras. Lalu Paman simpan di kotak lalu Paman taruh dan di simpan di lemari kamar Paman di rumah sana!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kini Rose mengerti, keanehan selama di rumah hantu itu, dengan kuntungnya tangan Boneka Barbie saat itu, dan mimpinya yang seperti nyata melihat sesosok wanita mati tergantung yang wajahnya mirip boneka Barbie kesayangannya. Semua itu hanya petunjuk! Rose membatin seperti itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
***</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sementara itu Briant di rumah yang penuh misteri belum terungkap itu, merasa gelisah di tinggal sendirian. Apalagi Briant mempunyai sifat penakut dengan yang namanya makhluk astral. Sewaktu kecil ia anak yang manja, paling tidak suka kalau ditinggal mamahnya walau hanya sebentar. Namun kini ia benar-benar ditinggal sendirian.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sialan, pada kemana gak nongol lagi si bedul Jose sama si jablay Chesy!" rutuk Brian, sambil menggaruk pipinya. Lalu ia melongok kedalam lorong dan berteriak lantang. "Woe ... cepetan lah, gue sendirian. Ngapain loe disana lama-lama." pekik Briant. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Di tunggu beberapa menit belum juga ada jawaban, Rasa kesal pun datang, kembali ia melongok ke rongga lorong itu lalu berteriak kembali.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jose, Chika ... Loe ngapain sih disana betah amat. Mati apa-apa sih lama amat! Jawablah!" Tak ada jawaban. Sekali lagi Briant berteriak lebih keras lagi, </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Woe, kalau mau ngentot jangan di dalam lah." bahasa kasar keluar dari mulut Briant, ia sudah habis kesabaran. "Di hotel banyak noh yang murah. Ngapain ngentot di tempat yang sempit, gelap lagi mana enak!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Masih juga tak ada jawaban dengan kesal nya Briant keluar kata-kata kebun binatang. "Woe setan, anjing keluar napa! Jangan becanda dah,!" tak ada jawaban juga.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sompreeeet... Kecoa bunting, buntut hideng, gue sumpahin pada nempel loe alat kelamin loe! Akhirnya sumpah serapah keluar juga. Tapi tetap aja gak ada jawaban dari Jose dan Chesy di dalam sana. Akhirnya Briant menangis.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Uh ... Uhhh ... Uhh ... Emaaak .... Briant di tinggalin.. Mak....takut....!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Seperti halnya anak kecil yang sedang ngambek minta di belikan mainan, Briant menangis meraung-raung saking takutnya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
***</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Chesy dan Jose berusaha membongkar palang penutup lorong itu. Namun tidak berhasil, Diketuk sekuatnya, sehingga terdengar suara sampai keruang dimana Rose dan Paman George berada.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Paman suara apa itu?!" tanya Ross.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Paman George pun terkejut. Pikirannya tertuju pada Jose, Briant dan Chesy. Pucatlah wajah Paman George. Apa jadinya apabila ketahuan kalau selama ini ia yang melakukan misteri ini. Rose melihat wajah Paman George berubah pasi, lalu ia bertanya, "Paman ada apa?"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Paman George tidak menjawab. Rose kembali bertanya, namun kali ini suaranya keras menyentak. "Paman ada apa? Suara apa itu?" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Mungkin tikus," kata Paman George dengan gugup.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tidak mungkin itu suara tikus," ujar Rose, ia segera bangkit dari duduknya untuk mendatangi arah suara itu. Tetapi ketika Rose beberapa langkah, Paman George menarik tangannya. "Jangan Rose, itu suara ...!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Suara apa paman?" tegas Rose. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Itu suara hantu Nyonya Rachael. Arwahnya selalu menghantui Paman selama ini!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rose mengurungkan niatnya untuk melihat suara itu berasal. Sedikit takut didalam hatinya ketika menyebut nama wanita itu yang memang arwahnya masih penasaran mencari telapak tangannya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tok ... Tok ... Tok ...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Suara ketukan itu semakin keras. Rose tergugu mendengar suara itu. Lantas telinganya didekatkan kearah suara itu, ia menguping lekat-lekat. Lalu Rose kembali menoleh ke Paman George. Dan berkata. "Paman! Sepertinya itu bukan suara hantu, kata mamahku kalau suara hantu itu, terdengar mengambang. Suaranya dekat tapi kalau didekatkan suara itu seperti jauh!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dengan penuh antara yakin dan ragu Rose terus menyiapkan batinnya. Rasa takutnya kini barganti penasaran. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Suaranya ada di dapur, biar aku saja yang kesana kalau Paman takut!" kata Rose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Paman George kembali menarik lengan Rose. "Jangan Rose, dibiarkan saja!" cegah Paman George. "Itu pasti suara hantu Nyonya Rachael!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tidak Paman! Rose harus melihat kedapur, Lagi pula, aku ingin sekali keluar dari rumah ini. Aku ingin pulang Paman!" Rose merontakan diri agar Paman George melepaskan tangannya. Ia pun segera menuju ruang dapur sebelah dari ruangan kamar ini.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Paman George sebenarnya berbohong tentang suara itu kalau berasal dari hantu Rachael. Ia hanya takut kalau yang mengetuk pintu lorong itu adalah anak-anak. Paman George takut ketahuan kalau selama ini ia yang membunuh Nyonya Rachael. Sudah sepuluh tahun semenjak pembunuhan itu, selama itu tidak ada yang tahu. Walaupun ia selalu di hantui arwah Rachael</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
***</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sesampai di dapur dimana suara itu berasal, Rose menoleh kekanan dan kekiri. Ia cari arah suara itu. Ternyata benar, suara itu berasal dari bawah tempat memasak. Rose membukukkan badan, terlihatlah pintu palang penutup lorong itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sedangkan Jose dan Chesy yang berada di dalam lorong itu tentu sangat terkejut ketika Rose menampakan wajahnya. Sontak Jose dan Chesy berteriak berbarengan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Roseee ...!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Namun tak kalah kagetnya Rose, ketika mendengar suara Jose dan Chesy dengan memekik keras. Rose terperanjat kaget menyentak kebelakang sambil ngelus-ngelus dadanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Bangun, banguun ... makan nasi pakai garem!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Rose ... Ini aku Jose!" Berteriak Jose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aku Chesy Rose ... Aku ada di dalam lorong, bukain pintunya!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mendengar itu yakinlah Rose kalau itu benar suara Jose dan Chesy. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jose ... Chesy ... Benarkah itu kalian!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Iya benar ...!" jawab Jose. Lalu disusul Chesy. "Benar Rose, ini akau Chesy!</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rose kembali membukukkan badan. Di rabahnya pintu itu, ternyata mudah untuk dibuka, kerena memang tidak di kunci, hanya di kailkan dengan paku ukuran 7 centi. Terbukalah pintu lorog itu. Rose segera melambaikan tangannya untuk menarik tangan Jose, karena Jose masih berada di atas tubuh Chesy dalam posisi telungkup.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ahh ... " Legalah Jose ketika berhasil keluar. Kini giliran Chesy untuk di tarik keluar. Rose mengulurkan tangan. "Pegang Ches ... tanganku!" seru Rose. Chesy pun mengulurkan tangan untuk meraih telapak tangan Rose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Setelah Chesy berhasil dikuarkan. Bahagialah Rose bisa bertemu dengan Chesy dan Jose. Hal yang sama juga dirasakan oleh Jose dan Chesy, ternyata Rose masih hidup, tidak seperti diperkirakan sebelumnya, tentang wanita yang mati menggantung yang ternyata boneka seks.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ches ... kamu kenapa gak pakai baju.?" Rose bertanya sambil menahan tawa. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oh iyah!" jawab Chesy lalu membuka penutup mulutnya dengan baju yang ia kenakan, lalu di pakainya kembali.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tampak Raut wajah Rose sumringah, tapi tiba-tiba Rose menunjuk kearah Jose, kemudian menunjuk kearah Chesy. Tak lama kemudian raut wajahnya kembali tegang. Chesy melihat wajah Rose yang tiba-tiba berubah lantas bertanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ada apa Rose?"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Briant mana?" kata Rose dengan nada keras.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Buset dah, benar sampai lupa sama Briant!" celetuk Jose. "Ia di ujung lorong ini!" Jose kembali menunjuk kearah lorong. "Rose ini kita berada dimana?" tanya Jose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ross menggelengkan kepala, lalu berucap, "Tanya saja sama Paman George di sana!" sambil menunjukan jarinya kearah ruangan kamar yang sebelumnya Rose disekap oleh Paman George.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Apa ... Paman George!" Sontak Chesy memekik. "Paman George ada disini!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Iya, nanti saja aku ceritakan kalau kita sudah pulang," </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Lalu bagaimana dengan Briant," ujar Chesy, menoleh kearah Jose. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose garuk-garuk kepala. "Males ah balik lagi kelorong itu capek merayap!" katanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose berkata begitu membuat Chesy kembali kesal ia menyentak ia mengancam keras. "Dengar kamu Joss!" ancamnya sambil memencet payudara. "Kalau nanti kita pulang, kamu gak bakal aku kasih yang namanya beginian!" Ujar Chesy sambil mengangkang terus menggerakan pinggulnya kedepan lalu kebelakang sebanyak dua kali.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rose tertawa geli melihat tingkah laku Chesy yang kurang sopan dan menjijikan. Begitupun dengan Jose, ia hanya menyeringai kecil sambil memegang perutnya karena geli menahan tawa.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Okelah, kalian disini saja, biar aku yang kembali merayap mirip tokek untuk menyusul Briant." Jose berkata lantas ia segera masuk lagi kedalam lorong itu untuk menjemput Briant. Tetapi Jose berbalik badan lagi. "Eh ... nanti aku kembali kesininya lewat mana? Sedangkan Briant tidak bisa merayap lewat lorong ini, kan tubuhnya besar!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tenang nanti aku jemput kamu di rumah hantu itu. Pasti ruangan ini tak jauh dari rumah hantu itu." ujar Rose. "Sudah sana jemput Briant, ntar gak di kasih memek loe sama Chesy!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ross ... jaga mulut yah, kamu ini wanita, gak pantas berkata begitu!" Chesy memberikan nasehat. "Wanita itu ... harus bisa jaga diri dan jual mahal, jangan di obral!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ia kakak ... " jawab Rose bercanda. Chesy pun tersenyum.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
***</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant berhasil di jempu oleh Jose, sedangkan Chesy dan Rose menemui Paman George di ruang kamar dimana Rose tersekap disana. Setelah Chesy bertemu dengan Paman George, Paman George menangis seraya memeluk tubuh Chesy sambil menguraikan pemasalahan yang sebenarnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mereka pun keluar dari ruangan itu, lalu menjemput Briant dan Jose kerumah hantu yang tidak jauh dari ruangan Paman Geoerge ketika bekerja dulu sebagai penjaga kebun Nyonya Rachael yang ia bunuh lalu telapak tangannya di simpan di rumahnya yang sekarang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Merekanpun pulang ke rumah Paman George di Detroit Michigan. Lalu keesokan harinya Paman George bersepakat dengan anak-anak untuk mengembalikan telapak tangan Rachael untuk dikuburkan bersama jasadnya di samping rumah hantu itu. Agar Paman George tidak di hantui oleh arwah Rachael.<br />
<br />
Sekian</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-3064892913973559562015-12-07T14:04:00.002+07:002016-01-07T11:26:52.896+07:00Diktetif Jhon 009 (eps. Jihad Sex)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEit3qq4Kw1pmMFJcAhDSCFczXg2i2WV8i-OZkaPg45QfOCwgnHNcZq_FH6boaeIY5WSxBQ82VoifgjuTzZ54hdr8TzVMfJRRfEgnxiExPE3S6ZMEsM5xO-ds7_YTS4WTKtOGX-O6eHHuYE/s1600/dktetif.png" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="296" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEit3qq4Kw1pmMFJcAhDSCFczXg2i2WV8i-OZkaPg45QfOCwgnHNcZq_FH6boaeIY5WSxBQ82VoifgjuTzZ54hdr8TzVMfJRRfEgnxiExPE3S6ZMEsM5xO-ds7_YTS4WTKtOGX-O6eHHuYE/s320/dktetif.png" width="320" /></a></div>
<span style="color: red;">Hempasan angin di negeri penuh konflik dan peperangan antar sekte ini, dirasa dingin mencucuk sampai ke tulang sum-sum. Negeri berjuluk Seribu Satu Malam ini diliputi ketakutan dari setiap rakyatnya. Peperangan yang sebenarnya tidak di inginkan itu masih saja berlanjut. Entah sampai kapan peperangan ini berakhir. Haruskah kiamat itu diciptakan oleh mereka sendiri yang konon membela nama Tuhan, mensucikan atas nama Agama. Apakah mereka memang sudah bosan akan hidup di dunia? Apa memang otak mereka sudah kurang seliter alias gila? sehingga suka yang namanya perang. Sungguh kegilaan itu bukan kehendak Tuhannya.</span><br />
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jhoon...!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Suara itu terdengar dari ruang kamar. Seorang wanita cantik dan body aduhai keluar dari kamar itu hanya dengan melilitkan kain sepray yang ia kenakan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hai Rachael," jawab Diktetif Jhon kepada wanita itu yang bernama Rachael.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jhon! semalam kamu minum obat apa sih?" bertanya Rachael kepada Jhon. "Kamu itu kuat sekali Jhon. Sampai aku tidak mengimbangi kamu. Pasti kamu pakai Pil Biru yah?!" cecar Rachael. Yang ditanya malah cengengesan nyengir. "Apakah perlu aku jawab?!" Jhon berbalik bertanya. "Maaf Rachael. Aku tidak main obat kuat seperti itu. Aku takut efeknya." ujar Jhon, seraya memakai celana levis dan kaos t-shirt ketat sehingga tampak dadanya yang bidang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kenapa Jhon? Terus pakai apa dong semalam kamu..?"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Iya Say, pernah cerita di desa ku tentang seseorang yang mati diatas perut jablay." terang Jhon berseru.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Emm.. Sepertinya bagus tuh ceritanya!" seru Rachael pula. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Yah gara-gara minum obat tuh, akik-akik mati setelah menggenjot sekira dua kali genjotan."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Baru mendengar awalnya saja membuat Rachael tertawa geli. "Xixixixi... Aki-aki lagian ngapain mainin jablay segala pakai obat kuat lagi." Rachael menyeringai. "Terusin Jhon ceritanya!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jadi ceritanya tuh Akik-akik dapat uang dari warisan. Saking bangganya ia ingin bercinta. Akhirnya ia berangkat ketempat pelacuran. Karena ia ingin bermain top seperti Donjuan, ada yang mengusulkan minum obat viagra. Dibelilah obat kuat itu. Yah namanya obat kuat, akhirnya ketika ia main jantungnya berdebar hebat. Dan tidak tertolong ketika ia sedang menggenjot tuh jablay." "Terus," kata Rachael berseru. "Si jablay bingung. Kok ini lelaki diam aja. Padahal tuh jablay dah ngangkang habis. Akhirnya pas di bangunin udah gak ada nafasnya." terang Jhon bercerita panjang sambil mengisap rokoknya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Terus kalau kamu kenapa bisa kuat dan tahan lama semalam itu," Rachael bertanya kembali.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Rahasia doong..."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aahh... Ayo dong Jhoon.." cecar Rachael manja.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Mau tahu?!" seru Jhon.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Iya!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aku selalu makan kerang bulu!" ujar Jhon. "Tahukan kerang bulu?" Rachael menggelengkan kepala petanda tidak tahu. "Itu loh, kerang laut, kan ada tiga jenis." kembali Jhon menerangkan. "Pertama kerang ijo, terus kerang dara yang kecil warna kuning, nah yang ketiga namanya kerang bulu. Kerangnya besar-besar kalau di bekek kulitnya seperti memek kamu! He... He... He..." Jhon tertawa.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rachael hanya pencongkan muka. Lalu menyentak "Tau ah gak lucu!" kilahnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jhon... Mau gak kontolmu bisa lebih besar lagi?!" tiba-tiba Rachael memberikan tips. Jhon hanya nyengir mendengar tips itu. "Emang punyaku kurang besar yah." kata Jhon. Rachael menjawab, "Besaaar... Tapi mau gak lebih besar lagi." tukas Rachael serius. Jhon mengangguk sambil cengar-cengir melihat Rachael seperti ahli specialis seks. "Iyaaa!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Celupin kontolmu Jhon kelobang semut," Jhon mendengar itu langsung tertawa gelak-gelak. "Ha.. Ha.. Ha.. Sompret....gue kena tipu.. Bengkak dong..!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rachael pun ikut tertawa mengikik. "xixixixi kena tipu, kena tipu, kena tipu," Jhon sontak mencubit hidung Rachael. "Becanda aja loe, kapan ceritanya?!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Say boleh gak aku minta lagi," Berkata Jhon kembali.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Minta apa?" Jawab Rachael dengan nada lembut. "Mau lihat punya kamu lagi!" jawab Jhon pula. "Ih....udah pagi keles...." Rachael berkata begitu sambil mendorong penis Jhon.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ih..kamu gak tau yah kalau melakukan hubungan seks di pagi hari itu bagus lohh.." "kata siape.!"Rachael langsung menyentak. "Kata pengamat seks. Konon apabila berhubungan badan di pagi hari, bukan hanya menyuburkan kandungan tapi juga bedan terasa fit, yang berdampak pada kekuatan seks kita." ujar Jhon panjang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rachael mendengar serius berkilah. "Alaah... Emang mau mu Jhon, minta nambah." Jhon jadi tertawa hi... hi... hi... Ya udah kalau gak di kasih mah." Jhon pun pergi untuk keluar menghirup udara pagi.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sementara itu ketika Jhon menikmati susana pagi di teras rumah, terlihat dari kejauhan seseorang mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi. Orang yang mengendarainya berpakaian serba hitam serta merta helm yang dikenakannya. Melihat itu Jhon siaga jika ada hal yang tidak diinginkan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Benar saja, ketika motor trail itu mendekat, tiba-tiba orang yang mengendarainya melemparkan sesuatu kedalam rumah Jhon, tepat didepannya. Jhon terkesiap dengan benda yang dilemparkan itu, berupa seperti tabung berukuran segenggam telapak tangan. Benda itu diikat dengan sebuah pita yang sangat rapi. Jhon mendekati lalu mengambilnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tampak benda itu tidak mencurigakan, setelah mengamati beberapa saat untuk mamastikan benda itu tidak berbahaya, Jhon pun yakin ia segera meraihnya. "Ah... Biasa paling tugas rahasia dari President." gumam Diktetif Jhon 009 di dalam hati.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Penutup benda itu dibuka. Ternyata berisi sebuah Hape jadul merk Nokia. Lalu berkata menyeringai. "Ada-ada aja Pak President ini, gak ada lagi apa, alat yang lebih keren gitu untuk ngasih surat perintah. Android kek, nih mah malah Nokia jadul hitam putih, sekalian aja hape cina!" hardik Diktetif Jhon didalam hati.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Setelah hape jadul itu di genggam, tak lama hape itu berdering dan membuat Diktetif Jhon terkejut. Jhon pun mengangkatnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Halo... Disini diktetif dengan Kode 009!" menjawab Jhon.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Suara dibalik hape itu pun langsung berkata dengan nada semangat.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hai Jhon... Apa kabarnya ini pagi. Somoga bahagia selalu. Ada tugas untukmu Jhon. Salah satu Profesor terhebat dari Timur-Tengah telah membuat obat kuat yang sangat bahaya. Dan obat perangsang untuk kaum wanita itu adalah awal dari penyebarnya virus AIDS yang sangat cepat matikan dan menulari bagi siapa saja yang sudah terinfeksi dengan virus itu."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Lalu apa yang saya kerjakan dengan tugas ini?" tanya Jhon.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tangkap Profesor yang bernama Prof. Regan, ia dari Rusia, melakukan ini hanya bisnis semata. Hanya diedarkannya kepada kelompok ekstrimis islam ISIS. Sedangkan yang dijadikan boneka adalah kaum wanitanya. Mereka terdoktrin atas nama jihad, menghalalkan seks walaupun ia mati karena terjangkit Virus AIDS yang menjangkitinya, yang terpenting bisa menyebar virus itu dan membunuh dengan cepat bagi yang telah berhubungan seks padanya. Dan sebagai target tentara-tentara di sebut kaum kafir." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jhon mengerti apa yang dimaksud suara misterius itu dari dalam telepon celulernya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sekarang 5 jam dari sekarang, kamu harus sampai keperbatasan. Nanti kamu akan di jemput setelah sampai bandara." suara itu lalu sunyi sejenak. Jhon mengocok-ngocok hape jadul itu, ia pikir rusak. Tapi tak berapa lama kembali suara itu terdengar. Hanya nadanya semacam ancaman!</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jhon!.. Dalam lima detik, hape ini akan meledak, tolong buang hape ini ke tong sampah, lalu tutup segera dengan karung goni, agar suaranya tidak mengejutkan tetangga.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mendengar itu, Jhon segera membuang hape jadul itu ke tong sampah. Lalu ia mencari karung goni, tapi tidak ada, akhirnya ia tutup dengan beberapa pakaian basahnya saat baru dijemur.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Blebeb...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Bluuk...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Syukur,!" kata Jhon, walaupun beberapa setel pakaiannya menjadi korban. "Sialan, habis dah pakaian gue!" rutuk Diktetif Jhon 009.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="color: blue;"><b>***</b></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sementara itu di perbatasan antara Suriah dan dan Irak tepatnya di daerah Deir el-Zour, Suriah timur, provinsi Hoams. Pasukan bernama Semut Hitam Tuhan, atau dikenal dengan nama ISIS ini berbaris laksana semut-semut yang sedang beriringan. Kebanggaan umbul-umbul dan bendera dengan warna hitamnya. Juga pasukan ini suka memamerkan senjata breen dengan cara diangkat keataas sambil meneriakan yel-yel pasukanTuhan siap mati Syahid.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Pasukan ini di pimpim oleh Abu Umar al-Baghdadi. Tampangnya garang dengan bawuk lebat menggerai, ia juga mengenakan baju serba hitam serta memakai ikat kepala berwarna hitam. Tentu lain sendiri dengan islam lainnya yang pada umumnya memakai ikat kepala berwarna putih.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Arabnya fasih, teriakannya lantang ketika berpidato tentang jihad dan surga, tentu dengan bidadarinya yang disediakan Tuhan, bagi siapa saja yang berjuang dijalannya. Katanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sementara itu salah satu komandan berkuasa di sebelah timur datang mengahadap kepadanya. Komandan itu memakai penutup kepala ala ninja dengan menenteng senjata laras panjang di pinggangnya, seraya berkata kepada ketua ISIS Abu Umar al-Bagjdadi.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Lapor syeh! Kilang minyak disebelah timur telah kita kuasai," ujar komandan bertopeng ninja itu "kami semua telah memenggal kepala bagi siapa saja yang tidak mengakui perjuangan kita!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Bagus," jawab Abu Umar dengan nada dingin. "Lalu apa lagi?"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hanya di daerah barat, markas kita telah diluluh lantakan oleh tentara kafir!" tegas komandan bertopeng ninja itu. "Bahkan pasukan kita telah di pukul mundur oleh pasukan musrikin syiah rezim Suriah!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Terdengar suara menggeram keluar dari ketua pasukan Semut Hitam itu. Tiba-tiba ketua Pasukan Semut Hitam itu, yang tidak lain adalah Abu Umar al-Baghdadi, berkata keras. "Kita akan balas itu semua. Tuhan bersama kita itu janji Tuhan. Pasukan kafir itu harus kita penggal kepalanya. Dan kaum musrikin syiah lebih dulu kita lumatkan!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Semua yang mendengar tertunduk hening. Namun dari belakang sontak terdengar teriakan "Hidupkan Khilafah, segala puji bagi Tuhan, panjang umur untukmu ya Syeh Abu Umar al-Baghdadi. Bidadari menunggu kita di surga!!" Sontak yang lain pun darahnya mendidih dan serta merta meneriakan yel-yel perjuangan. Mereka bangga menjadi pejuang walaupun di cap Teroris dan pengacau di dunia. Bukan hanya negara-negara barat yang mengutuk mereka. Negara islam pun demikian. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
***</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sementara itu Diktetif Jhon segera berkemas membenahi barang-barang dan bekal untuk menjalani misi ini. Sebenarnya ia malas berurusan dengan yang namanya perang, apalagi masalah agama yang tidak ada ujung pangkal terutama agama Islam yang selau perang ideologi dan amaliah. Diktetif Jhon lebih senang menyelidiki bandar narkoba atau menggerebek sarang pelacuran, dari pada mendapat tugas seperti ini. Tapi itu sudah tugasnya sebagai intelegen negara.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jhon!..</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Terdengar lagi suara wanita penuh kelembutan dan manja.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hai Rachael!" kata Jhon sambil menyisipkan pistol kaliber F21.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kamu langsung berangkat ke suriah?" tanya Rachael, Jhon mengangguk. "Kapan pulangnya?" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Emm... Jhon berdehem lalu menjawab. "Tidak tahu, sampai tugas ini selesai. Kamu hati-hati disini. Jaga rumah yah!" seru Jhon. Rachael sedikit berkaca-kaca dipelupuk matanya, rupanya ia tidak tahan melepas Jhon akhirnya air mata itu pun jatuh berderai. Melihat itu Jhon langsung memeluk tubuh Rachael. "Maafkan aku sayang, doakan aku agar selamat,!" pinta Jhon sambil membelai rambut Rachael.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rachael kembali memeluk Jhon, lalu Jhon menepuk-nepuk bahu Rachael untuk tidak menangis dalam kepergiannya. Cukup lama mereka berpelukan. Lalu Jhon merenggangkan tubuhnya, seraya membelai pipi Rachael yang telah basah karena air mata. "Ini tugas yang harus aku emban, demi perdamaian dunia!" pungkas Jhon lalu ia meraih tasnya dan melangkah pergi menuju mobil yang telah menungu sedari tadi. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jhon pun segera masuk kedalam mobil sedan hitam, ia masuk dan duduk di bangku belakang. Ketika pantat Jhon menyentuh bangku mobil, alangkah terkejutnya ia, tahu-tahu ada seorang Akik-akik dengan kumis baplang, rongga mata cekung dan mulut bau tembakau daun kaung itu, duduk santai sambil menatap kedepan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Si, siapa bapak ini?!" tanya Jhon dengan mimik nanar.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Yang ditanya malah sunggingkan senyum walau wajahnya masih terus menatap kedepan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jhon akhirnya melengoskan wajah, dan duduk manis lalu mobil pun berjalan dengan kecepatan tinggi untuk mengejar waktu. Namun ditengah perjalanan Akik-akik tua itu pun akhirnya membuka mulut.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hai anak muda." kata Akik-akik itu. Jhon pun menoleh kearahnya. "Kamu mau tau siapa aku?" kata Akik-akik itu lagi. Jhon menoleh kepadanya, lalu menatap lekat-lekat wajah Akik-akik itu dari samping. Diktetif Jhon 009 benar-benar tidak mengenalnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ya, siapa kamu hai Bapak?" Lalu Jhon terpaksa bertanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Akik-akik itu menoleh sejenak, lalu membalikan kembali wajahnya menatap arah depan. Jhon jadi bingung dengan Bapak tua ini? Wajahnya cekung, tampak bola mata yang bulat seakan-akan mau keluar dari rongga matanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Badannya pun kurus hanya kulit yang menutupi tulangnya. Tapi sungguh aneh, Akik-akik ini berpenampilan keren dan elegant. Tampak wibawa ketika menoleh kearah Jhon. Tak lama kemudian Akik-akik itu pun berkata.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aku adalah akik-akik yang kau ceritakan pada istrimu tadi pagi!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Apaa!",Jhon tersentak kaget. Ber... Ber... Berarti bapak ini, han, han, han, setaaaaan...!" Teriak Jhon menjerit keras sambil beringsut kebelakang memojok.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ha... Ha... Ha... " Akik-akik tertawa gelak-gelak melihat melihat wajah Diktetif Jhon 009 yang culun mirip Mr. Bean. "Ya! Akulah renkernasi Aki-akik yang kau ceritakan kematian ku di atas perut jablay kepada istrimu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jhon mengucek-ngucek mata, apakah ia mimpi buruk apa memang nyata. Merasa gila Jhon lalu menguarkan senjata pistolnya F21, lalu mengancam,</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jangan membuat aku seperti orang dongo yah!" Jhon menyentak keras sambil mengarahkan hulu pistol kekening akik-akik itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tenang Jhon!" kata akik-akik itu sambil memegang hulu pistol yang ditempelkan kekeningnya, lalu ia menurunkannya. "Aku ini adalah suruhan President, yang akan mendampingimu." ujar akik-akik itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lega lah hati Jhon, kalau bapak tua yang di sampingnya itu adalah patnernya yang diutus oleh Presiden untuk menemaninya didalam tugas yang sangat bahaya ini. Tapi Jhon masih bingung, kenapa akik-akik ini bisa tahu kalau ia bercerita tentang akik-akik yang mati diatas perut jablay. "Sungguh aneh?!" batin Jhon. Dan lagi, biasanya Jhon kalau bertugas selalu ditemani oleh wanita yang cantik, tapi kenapa sekarang harus sama akik-akik.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sepertinya dalam episode cerita ini, Jhon merasa akan sial kembali seperti episode sebelumnya, bahkan lebih sial lagi.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="color: red;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="color: red;">***</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sesampainya di bandara, Jhon segera menuju kapal pribadi dengan tenaga jet menuju turky. Akik-akik yang memdampinginya pun demikian. Terbanglah mereka menuju turky. Dari depan kabin pintu pilot keluar seorang wanita cantik berseragam yang tidak lain seorang pramugari. Memang Jhon lelaki mata keranjang, melihat pramugari secantik itu ia memandangnya sampai melongo-longo. Persis kaya ayam ketelen karet.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Mau minum apa Tuan?" tanya pramugari itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jhon sambil lemparkan senyum menjawab, "Ah, kopi hitam aja."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Baik Tuan!" Pramugari itu kembali menuju pintu dimana ia tadi keluar.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sesekali Jhon menoleh kearah akik-akik sebagai patnernya. Akik-akik itu tetap dingin. Tidak ada kata-kata yang terucap dari bibirnya walau hanya sekedar menyapa. Jhon tidak perduli, ia sendiri masih bingung apa maksud semua ini.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak lama pramugari itu pun datang kembali dengan membawa secangkir kopi nikmat. Melihat itu Jhon bertanya. "Kopi apa itu?" yang ditanya sunggingkan senyum lalu menjawab. "Kopi kesukaan tuan, yaitu kapal api."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Bagus." ucap Jhon, sambil menerima kopi itu lalu dihirupnya dengan perasaan 'Slusurrrp, aaah... Nikmat..." Segarlah mata Jhon, lalu ia tersenyum genit kepada Prmugari itu. "Nikmat sekali kopi buatan kamu," ujar Jhon menyeringai. Pramugari itu tertawa genit. "Biasa Tuan, itu kopi mix sachetan,"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak lama kemudian terdengar suara pemberitahuan agar seluruh penumpang, mengenakan sabuk pengaman karena kapal akan mendarat. Jhon melihat jam dipegelangaan tangannya. Waktu menunjukan jam 13.00.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Cepat sekali sampainya?!" pikir Jhon.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Akik-akik tampak tertidur, rupanya ia tidak mendengar kalau pesawat sudah mendarat, Jhon pun membangunkannya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ki, aki, bangun ki dah sampai tuh!" kata Jhon sembari menggoyang-goyangkan tubuhnya. "Lihat kita sudah sampai di turky." Akik-akik itu masih saja memejamkan matanya. Seraya mendengkur dengan amat sangat. Jhon jadi bingung apa yang harus ia perbuat. Kebetulan pramugari tadi lewat menghampirinya. "Ses, ini bagaimana, orang tua bangka ini tidur pulas banget." Pramugari itu malah ketawa kecil lalu berkata. "Sudah tuan saja yang turun, biar bapak tua ini saya yang ngurus." tukas pramugari itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Bertambah bingunglah Jhon.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tadi bapak tua ini, memesan sesuatu kepada saya untuk diberikan kepadamu." kata Pramugari pula, seraya menguarkan benda berbentuk tabung kecil seperti tempat obat. Jhon mengambilnya, lalu dibuka tutupnya, ternyata memang benar itu sebuah obat. Di dalamnya tertera selembar kertas kecil semacam resep. Jhon membacanya tulisan itu, bunyinya seperti ini: </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<b><i>JHON! INI OBAT KAMU BAWA SELALU UNTUK MENJAGA SERANGAN VIRUS ITU, APABILA KAMU TERBUJUK RAYU OLEH WANITA MILISI EKSTRIMIS YANG AKAN MENGAJAKMU TIDUR. OBAT ITU SEBAGAI PENANGKAL VIRUS YANG DIBUAT Dr. Regan.</i></b></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<b>TTD: MR. SMITH</b></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Begitulah isi dari surat itu, akhirnya Jhon percaya dan mengantonginya lalu turun dari pesawat jet itu meninggalkan akik-akik misterius itu yang sedang tidur pulas dan mendengkur pula.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<b><span style="color: lime;">***</span></b></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kabar tersiar akan ada penyerangan melalui udara oleh tentara Perancis. Penyerangan ini dengan dalil aksi balas dendam akibat pengeboman milisi ISIS di Perancis dengan menyerang membabi buta lalu diakhiri dengan aksi bom bunuh diri.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Pasukan Semut Hitam merasa ketar-ketir juga mendengar kabar itu. Mereka merasa membangunkan macan tidur. Akhirnya sebagian dari mereka tidak berani mengenakan pakaian militernya yang berwarna hitam dan menurunkan segala umbul-umbul hitam untuk menghindari target pesawat tempur dari negara-negara koalisi, yang akan menjadikan mereka bulan-bulanan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Abu Umar al-Baghdadi tidak gentar mendengar itu. Ia pun memberi komando pasukan elitenya untuk berjuang sampai sahid menjemputnya. Termasuk simpatisan kaum hawa. Mereka sudah di suntik virus HIV AIDS untuk dijadikan wanita-wanita mujahadah dengan cara menyebar virus itu melalui hubungan sekz, dengan target para tentara yang mereka sebut kaum kafir dan thogut. Walaupun mereka juga akan tewas dengan sendirinya karena virus itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mereka menjadi seperti itu karena sudah di Baiat atau sumpah suci dari ketuanya sendiri yaitu Abu Umar al-Baghdadi. Mereka dijanjikan akan masuk surga tampa hisab apabila melakukan jihad ini. Yang diberi nama JIHAD SEX.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Di persiapkan juga segala kendaraan mobil pick up merek terkenal buatan negara...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dengan senjata breen super canggih bisa meluncurkan seratus peluru dalam satu detik. Entah dari mana senjata itu didapatkan, sudah pasti ada yang menyokong senjata itu sebagai bisnis. Padahal kalau di pikir, mereka bisa dapat dari mana senjata itu. Membuatnya tidak mungkin. Pasti ada yang mendanai. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Seseorang bernama Abu Sayif datang dengan nafas tersengal-sengal. Tubuhnya lunglai sedikit darah membecak didadanya, ia segera melapor kapada Abu Umar al Baghdadi. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ya syeh! Pasukan kita diserang oleh kafir. Mereka telah membantai pasukan kita sehingga syahid." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ketua ISIS itu hanya menatap kosong kedepan. Seraya mengepalkan tangan lalu berujar keras. "Kalau memang begitu keadaannya, suruh semua pasukan untuk berdiam selama waktu yang ditentukan. Biarkan mujahidah-mujahida yang bekerja." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Maksudnya apa? Ya syeh!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Bersembunyi untuk kaum lelaki. Dan sebar untum kaum wanita, tentu dengan surga janjinya. (Maksudnya aksi sex jihad yang berujung pada kematian wanita itu pula.) Abu Sayif sebagai komandan panglima kawasan barat mengerti apa yang di maksud atasannya. Oleh karena itu Abu Sayif segera memerintahkah bagi ketua Mujahid sex yang di pimpin oleh Siti Rokayah wanita simpatisan dari Indonesia. Namun sebelum Abu Syayif melangkah. Abu Umar al-Baghdadi memanggilnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Abu Sayif...! Panggilnya dengan suara keras lagi parau. "Jangan lupa, sebarkan juga berita ini pada pasukan ahli sosial media. Kita harus merengkut simpatisan melalui media on line. Dan ingat, buat berita ini seolah-olah jihad yang sesungguhnya." Abu Sayif mengangguk petanda mengerti, ia pun segera beranjak kembali walahpun darah masih mencecak di tubuhnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="color: orange;"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="color: orange;">***</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sementara itu, di perbatasan Rusia dan Turkiy sedang terjadi gejolak kedua negara itu, disebabkan tertembaknya pesawat rusia yang diduga secara sengaja menembak jatuh pesawat Rusia oleh turky. Kedua negara bersitegang. Kekisruhan ini di pakai kesempatan oleh Mr. Regan untuk memperbanyak ramuan Virus HiIV AIDS, yang akan di jual oleh lelompoki milisi terutama kaum perempuan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mr. Regan sangat mahir dalam meracik ramuan, terutama ramuan obat kuat dan perangsang. Bahkan ia bisa memciptakan obat perangsang yang menyerupai permen. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Di laboratariumnya ia sibuk dengan ramuan bakteri virus HIV nya. Pesanan harus segera diselesaikan segera, tentu dengan bayaran yang besar. Virus bakteri HIV itu dibuat menyerupai spray atau alat semprot, dengan cara disemprotkan kepenis laki-laki. Maka dalam hitungan menit, virus itu akan menyebar dan bisa membunuh serta menularkan hanya hitungan hari.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mr. Regan tertawa senang ketika virus itu telah diselesaikannya. Dan dengan bangganya ia mendapatkan uang yang sangat besar jumlahnya dari pembeli virus itu yang tidak lain adalah kelompok radikal teroris ISIS. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Terdengar suara ketukan dari luar pintu. Tok, tok, tok. "Siapa?" ucap Mr. Regan. "Saya Salma Tuan!" jawab yang mengetuk pintu, asisten Mr. Regan. "Oh... Silahkan masuk." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Salma pun masuk. "Ada apa?" kata Mr. Regan. "Ada yang mau ketemu sama doktor," jawab salma. "Siapa?" "Sepertinya orang suruhan Abu Umar al-Baghdadi." Mendengar itu Mr. Regan segera menemui orang itu dengan gembira. Orang itu adalah pemesan terbesar dari hasil penemuannya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Seorang wanita mengenakan cadar dengan pakaian serba hitam. Lalu wanita itu berdiri melihat Mr. Regan datang. "Silahkan duduk," kata Mr. Regan. Wanita bercadar itu pun duduk kembali. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Nama saya Siti Rokayah. Saya di utus untuk mengambil barang yang sudah dipesan oleh Syeh kami," ujar wanita bercadar itu. Mr. Regan mengerti ia menyuruh asistennya bernama Salma untuk mengambil kotak obat di laboratariumnya. Tak lama kemudian asisten yang bernama Salma pun datang dengan membawa sekotak obat yang dipesan. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ini!" kata Mr. Regan menyerahkan kotak itu kepada wanita bercadar. Lalu wanita bercadar itu menguarkan keping uang emas dan memberikan kepada Mr. Regan. Uang itu berjumlah besar, tentu membuat Mr. Regan tersenyum senang apa yang ia dapatkan. Transaksi telah selesai. Wanita bercadar itupun pamit dengan membawa sekotak virus HIV yang sangat mematikan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Diluar sana tampak keramaian bergerumur disuatu tempat. Terlihat banyak orang berlarian dan berteriak histeris meronta-ronta sambil memeluk jenazah manusia yang sudah hampir terpisah-pisah badannya. Suara isak tangis sangat santar ketika seorang wartawan Al Zajirah mendekati apa yang sedang terjadi.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wartawan Al Zajirah itu bernama Hasim Hamid. Ia mendapat kabar baru saja terjadi serangan bom bunuh diri yang menewaskan puluhan orang. Belum ada yang bertanggung jawan atas kejadian itu. Hasim Hamid mendekati seorang ibu-ibu yang sedang meratapi anaknya terbujur kaku dengan darah bersimbah di perutnya. Hasim Hamid pun bertanya pada ibu itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Apa yang terjadi dengan jasad ini ibu?," Ibu itu tidak langsung menjawab, ia masih memeluk jasad itu sambil menangis meraung-raung. Kembali Hasim Hamid mempertegas pertanyaannya dengan mendekati ibu itu dan berbisik. "Ibu.. Sudahlah. Ini semua sudah takdir tuhan. Sekarang kita kuburkan jenazah ini agar ia tenang di alam sana!" Ibu itu di nasehati malah tambah berteriak histeris sehingga memekakkan telinga Hasim Hamid.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tidak....haram jadah... Laknat Tuhan akan terbalas untukmu..!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wanita paruh baya itu menyumpah.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Isis... Pergilah kau keneraka, surga tak akan menerimamu."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mendengar nama ISIS mengertilah Hamid Hasim, bahwa yang terjadi adalah ulah gerombolan pengacau keamanan. Radikalisme islam garis keras ISIS. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aku bersumpah dengan Nasabku dengan keturunanku. Akan aku balas kejahatanmu ISIIIIS....laknat tuhan untukmu." kembali wanita paruh baya itu kutuk sarapah.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Baru saja begitu, beberapa detik kemudian terdengar suara rentetan senjata. Mendengar itu, wartawan Al Zajirah itu langsung memeluk tubub wanita paruh baya bermaksud melindungi dari muntahan senjata dari sebelah timur. Suara desingan peluru memekakkan gendang telinga. Bau asap misiu tercium sangat santar ke rongga hidung. Hasim Hamid menarik tubuh ibu itu untuk berlindung di balik tembok.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tapi yang paling terpenting untuk lelaki ini adalah keselamatan kameranya. Ia selalu menjaga itu sebagai wartawan tv yang paling ditunggu kabar beritanya di seluruh dunia tentang dunia islam di timur tengah. Stan by dalam bidikan lensa camera. Ia selalu up date setiap peristiwa terjadi. Walaupun nyawa taruhannya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ibu.. Jangan melongok, sebaiknya ibu tetap berlindung di belakang tembok ini sampai keadaan aman." ujar Hasim Hamid sambil terus membidik lensa camera. "Mudah-mudahan ini tidak terlalu genting." katanya lagi pula.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dalam kesempatan membidik cameranya, Hasim Hamid mencoba bertanya pada wanita paruh baya itu. "Ibu ini daerah apa?." Ibu itu masih menunduk sambil menutup rongga telinganya. Ia seperti trauma mendengar suara desingan senjata yang menggidikan bulu tengkuk. "Apakah yang menyerang itu kelompok ISIS?" Ibu itu tidak menjawab. Hasim Hamid memaklumi. Keadaan memang semakin genting dan menakutkan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Serangan rentetan entah dari mana membabi buta peluru berhamburan disusul ledakan yang sangat keras membuat jantung berdegub mau copot. Nasim Hamid menutup telinganya sambil merunduk bersembunyi dibalik tembok. Walaupun peperangan itu sangat membahayakan dirinya, Nasim Hamid masih saja memberanikan diri untuk mengabadikan gambar. Gerakan cameranya begitu cepat, ketika fokus datang ia segera merekamnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dari sebelah barat datang bergerak pakaian serba hitam menyerang membabi buta, menembak tidak tentu arah. Semua warga yang berada di sekitar berhamburan kucar-kacir. Ada rasa kecut di hati Nasim Hamid kalau-kalau yang datang itu pasukan ISIS lalu menangkapnya "Matklah aku!" membatin Nasim Hamid.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sang ibu masih saja bersembunyi sambil menangis terseguk-seguk. Ia sudah putus asa. Nasim Hamid berkata, "Ibu, apa yang harus kita lakukan. Apakah kita harus bersembunyi terus disini?!" Si ibu hanya menggelengkan kepala. Ia sudah pasrah apa yang akan terjadi. Namun tak berapa lama si ibu pun berucap.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Adik bersembunyi aja disana!" sambil menunjuk kearah bangunan yang hampir rubuh. "Disana ada lorong bawah tanah yang akan keluar dari tempat ini kearah selatan." Nasim Hamid menoleh apa yang dikatakan ibu itu. Emang benar, ada bangunan yang hampir rubuh, namun temboknya masih kuat untuk menopang genting yang hanya terbuat dari coran semen.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Lantas ibu mau kemana?" tanya Hasim Hamid kepada ibu itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jangan hiarukan aku. Aku sudah pasrah. Aku tidak punya siapa-siapa lagi. Putra ibu tubuhnya sudah hancur, lihat itu," seraya menunjuk kearah tubuh yang sudah terpotong-potong akibat terkena bom aksi bunuh diri. "Haram jadah, ISIS laknatullah. Kalian akan masuk kedalam kerak neraka," Sumpah serapah keluar dari mulut ibu itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Apakah orang-orang yang menyerang itu pasukan ISIS," Nasim Hamid menunjuk kearah pasukan semut hitam yang tidak lain pasukan ISIS. Si ibu mengangguk. "Mereka itu pengacau, bukan mujahid, juga bukan pejuang islam. Mereka hanyalah benalu yang menggerogoti panji-panji islam yang sebenarnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Baru saja begitu, udara yang cerah tiba-tiba terdengar raungan suara besi terbang. Pesawat tempur Eagle f16 meliuk-liuk lincah keataa lalu turun dengan tajam kearah pasukan semut hitam itu. "Celaka!" pekik Nasim Hamid. "Ayo bu! Kita sembunyi di bangunan itu." Nasim Hamid lalu menarik lengan ibu itu, menuju bangunan yang kata si ibu ada lorong menuju keluar dari daerah itu, di dalam bangunan yang hampir rubub itu. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Baru saja Nasim Hamid dan ibu itu masuk kedalam bangunan itu. Suara ledakan yang berasal dari pesawat tempur itu membumi lantakan seluruh bangunan dimana Pasukan Semut Hitam alias ISIS berada. Beruntung Nasim Hamid segera berlari berlidung dari tempat yang awal ia sembunyi. Kalau tidak, pasti dia dan ibu itu akan terkena hantaman bom dari pesawat itu. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Pasukan Semut Hitam kocar-kacir, darah tercecer di aspal yang hitam. Teriakan kesakitan dan murka menguar menghiasi langit yang kelam di profinsi Hoamz. Mereka tak kenal siapa lawan dan siapa kawan. Semua diliputi rasa ketakutan yang sangat amat. Jiwa mereka terguncang. Psikologis mereka rentan, aksi balas dendam. Peperangan yang tidak berkesudahan antar sekte atas nama ideologi dan agama.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kita kembali ke<b> <span style="color: blue;">Diktetif Jhon 009</span></b></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sesampainya di Bandara Istambul Turky, Diktetif Jhon 009 segera disambut dengan menggunakan Helicopter Puma. Tak lama kemudian Jhon pun terbang kembali menuju perbatasan Surya dan Turky. Didalam Helicopter anti peluru itu Jhon segera mengganti dengan pakaian ala arabian, maksudnya menyamar sebagai warga pribumi. Sorban berwarna merah dengan ikat kepala terbuat dari kulit onta dan pakaian gamis berwarna putih seperti bangsawan saudi arabia.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ketika sampai kepada kordinat 10 kira-kira 100 meter dari perbatasan, Jhon diturunkan. Dengan berbekal keyakinan juga peralatan canggih seperti penyadap suara untuk merekam obrolan oleh Mr. Regan nanti dengannya. Juga tak kalah pentingnya alat sinyal GPS sehingga Jhon akan terpantau dimana saja melalui satelit angkasa</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tampak dari kejauhan terlihat warung kopi, Jhon merasa butuh kopi untuk menghilangkan rasa pusingnya. Maklum Jhon suka sekali dengan kopi, terutama kopi hitam. Karena menurut Jhon kopi hitam adalah sebenar-benarnya kopi. Tidak seperti kopi susu atau kopi luwak crime. Menurut Jhon, minum kopi susu atau luwak sama saja seperti munum sirop.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Segera ia masuk kedalam kedai kopi itu lalu memesan. " Tolong buatkan kopi kapal api hitam," Pemilik warung sumringah senang ada pembeli, segera ia membuatkan kopi untuk Jhon. Dipandangnya sekeliling, banyak insan manusia berlalu-lalang dengan kesibukan masing-masing. Semua manusia sama juga bentuknya. Dikirain Jhon manusia di barat dan ditimur tengah berbeda. Ternyata sama, semua punya organ tubuh dan pikiran.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Pelayan warung kopi keluar dengan membawa secangkir kopi panas. Terbukti terlihat asap membumbung dari cangkir itu. "Sttt... mantaap," seru Jhon menyeringai sambil mengambil kopi dari tangan pelayan itu, lalu menghirupnya penuh perasaan dan cita rasa tinggi. "Sungguh indah hidup kalau begini. Ahhh..."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tampak dari arah barat seseorang berbadan tegap tapi mempunyai wajah culun berjalan kearah warung kopi. Jhon sempat melirik sejenak. Tampang culun begitu gak mungkin seorang teroris. Apalagi dia tidak berjenggot, berarti bukan dari kelompok radikal. Maklum setiap yang berjenggot pasti dikatan teroris, padahal mah jenggot emang lagi ngetrand.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Setelah sampai di warung orang itu segera duduk lalu memesan minuman. Tampak mimik katakutan terpancar dari wajah pemilik warung. Jhon merasakan, ada yang disembunyikan oleh tukang warung kepada orang culun itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jhon memperhatikan lekat-lekat orang itu. Dia seperti bukan orang arab. Seperti orang Rusia terlihat wajahnya yang dingin membeku seperti kutub es. Terlihat dia menguarkan sesuatu dari kantong sakunya. Jhon mempicikkan mata agar terlihat jelas apa yang dia kuarkan dari kantong bajunya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jelaslah ia menguarkan uang recehan sambil mengulurkan tangan ke pemilik warung. "Ini saya bayar hutang yang kemaren. Kebetulan saya habis mendapatkan rizki." Jhon jadi malu dengan dirinya sendiri merasa Suhudzon pada orang culun itu yang ternyata menguarkan uang receh untuk membayar hutang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Uh... tampangnya doang keren, gak taunya hutangnya banyak." merutuk Diktetif Jhon didalam hatinya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tuan, kemaren ada yang mencari tuan!" ujar pemilik warung kopi kepada orang culun itu. "Namanya Abu Sayif. Tapi sebelum kemari dia ada telpon sehingga harus bergegas kembali." Mendengar keterangan dari pemilik warung, lelaki culun itu diam sambil menikmati teh hangat dan goreng pisang. Lalu ia berdiri untuk kembali pulang. Sebelumnya ia sempat melirik lalu tersenyum melihat Jhon. Ia tidak kenal, karena Jhon menyamar sebagai orang arab.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ketika orang culun berlalu, Jhon mencoba bertanya pada pemilik warung kopi. "Itu siapa bu? Sepertinya bukan orang sini!?"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Si ibu melengoskan wajah, ia berpura-pura tidak mendengar apa yang dikata Jhon. "Bu,!" panggil Jhon sedikit keras. Tapi masih saja si ibu diam membisu. "Bolot," hardik Jhon didalam hati. Karena penasaran ia pun mengikuti orang itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Baru saja beberapa langkah Jhon berhenti. Ia melihat lelaki culun itu masuk kedalam rumah yang cukup bagus dari pada rumah disekitarnya. Bahkan di rumah itu dijaga oleh dua orang bersenjaga laras panjang. Lalu Jhon melihat seorang wanita yang keluar dari rumah itu. Jhon curiga melihat wanita bercadar membawa kotak obat berjalan dengan tergesa-gesa. Menghilangkan rasa penasarannya, lalu Jhon membututinya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak jauh dari Jhon berdiri mengintai, dua mobil pick up sudah menjemputnya. Jelaslah wanita bercadar itu adalah anggota ISIS, terbukti dari bendera hitam yang dipasang di antena mobil pick up itu. Namun tugas Jhon bukan untuk mengikuti kelompok ISIS, ia ditugaskan untuk menyelidiki Dokter pembuat virus HIV untuk dijadikan senjata oleh kelompok ekstrimis ISIS.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tiba-tiba Jhon terperanjat kaget ketika pundaknya ada yang menepuk</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Et.." sontak Jhon menoleh kebelakang sambil memainkan jurus karena terkejut. "Buset dah loe ki! Ngagetin gue aja!" hardik Jhon yang menepuk pundaknya ternyata Aki-aki yang menjadi patnernya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Akik-akik itu hanya sunggingkan senyum lebar, sehingga tampak giginya yang ompong. "He... he... he... Kaget ya Tong!?" ejek Aki-aki. "Dah sana, loe masuk ke Laboratorium Mr. Regan." ujarnya. Maksudnya rumah yang baru saja wanita bercadar itu keluar.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ki minta rokok dong!" JHon meminta Rokok. Aki-aki pencongkan bibir. "Beliii... minta!" ujar Aki-aki lalu tinggalkan Jhon yang merasa dongkol gak dikasih rokok.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Diktetif Jhon 009, segera menuju ketempat yang di maksud. Dengan bergaya seperti orang arab, Jhon berpura-pura sebagai utusan dari kelompok radikal ISIS. Ia menjadi seorang kurier tentu dengan alasan yang tepat dan sudah direncanakan. Jhon sebagai Abu Dani simpatisan Yaman.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ana dari Yaman," Abu Dani memperkanalkan diri yang tidak lain adalah Diktetif Jhon. "Kemari untuk mengambil obat obat perangsang TQ2 (Sandi untuk obat senjata Jihad Sex). Mr. Regan tertegun, ia tidak pernah berhubungan dengan Cabang ISIS di Yaman. Dia hanya menerima order dari utusan pusat Abu Umar al-Baghdady. Tetapi ini tiba-tiba kedatangan tamu untuk membeli obat senjata dengan kode sandi yang cukup rahasia yaitu Obat Perangsang TQ2.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kenalkan nama saya Abu Dani!" kata Jhon lagi. Cepet waktu saya tidak panjang. Banyak mata-mata diluar sana. Kalau sampai ketahuan misi ini, kamu akan dipenggal kepala." ancam Jhon membuat Mr. Regan ketar-ketir hatinya mendengar hukum pancung. Jhon buka hanya mengancam tapi dia juga menguarkan uang emas untuk membayar obat itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Berubahlah prasangka Mr. Regan, ia meyakini bahwa orang di hadapannya, benar-benar anggota ISIS cabang Yaman. Akhirnya ia pun memberikan obat itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Perlu diketahui. Semua obrolan antara Mr. Regan dengan Diktetif Jhon yang sebagai Abu Dani itu telah direkam. Dan juga terpasang mata satelit apa yang dilihat Jhon bisa juga dilihat di markas besar pertahanan Amerika Serikat. Jhon telah berhasil mengumpulkan semua data yang di milki Mr. Regan. Saat itu juga penyerangan telah disiapkan dari kapal induk angkatan laut amerika.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Serangan kali ini menggunakan pesawat tampa awak, yang di kontrol melalui satelit. Sekira 10 pesawat tampa awak itu meluncur dengan kecepatan menuju perbatasan. Tentu dengan membawa berton-ton bom siap di luncurkan mengenai target. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sebelum serangan udara tampa awak itu sampai ke target, kita Flash Back keatas, sebagaimana telah diceritakan ketika terjadi aksi bom bunuh diri dekat rumah Mr. Regan tidak jauh. Sebelum wanita pembawa obat perangsang itu keluar dari laboratarium Mr. Regan. Lalu disebutkan ada wartawan dari Al zazirah yang sedang berlindung ketika serangan itu terjadi bersama seorang ibu yang anaknya menjadi korban aksi bunuh diri. Lalu datang pasukan ISIS menyerang dengan membabi buta, lalu tak lama serangan dari kapal tampa awak itu terjadi.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dan penulis menggambarkan kejadian semua dari atas sampai paragraf ini, Jhon sedang berada didalam laboratorium Mr. Regan. Karena serangan bom bunuh diri terjadi oleh kaum syiah dan secara mendadak serangan Kelompok sparatis ekstrimis ISIS terjadi. Maka Diktetif Jhon yang menyamar sebagai Abu Dani itu segera meringkus Mr. Regan dan di bawa dahulu kedalam warung kopi untuk di amankan. Lalu tak lama kemudian mobil lapis baja datang untuk membawa Mr. Regan ke pengadilan Internasional atas tuduhan kejahatan perang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lalu Diktetif Jhon 009 dan Aki-aki sebagai pathnernya sempat ngopi dulu di warung itu. Mereka saling bercanda ria menyambut keberhasilan di dalam tugas.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Aki-aki berkata kepada Jhon. "Jhon... bayar kopinya!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jhon menjawab. "Bayar ndiri..."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jhon pun segera beranjak pergi meninggalkan Aki-aki itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<b><i>SEKIAN</i></b></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<br />
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-47643479465529994352015-11-26T15:05:00.001+07:002015-12-19T11:02:17.865+07:00Ghost Castle bag 3<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhqTJE_N3o1htyuHVaKTLPhJpoKaKt57WQJvMqa1mIH0R2-zL5NlxTNeN2fvji34cRP2YhMZdae_MsBQ-7reg61pZh6H77ghGweL9lRj0XUgeoijGl_ECz-pIXpH5E527yW2uvgDwHC8o/s1600/seram.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="299" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhqTJE_N3o1htyuHVaKTLPhJpoKaKt57WQJvMqa1mIH0R2-zL5NlxTNeN2fvji34cRP2YhMZdae_MsBQ-7reg61pZh6H77ghGweL9lRj0XUgeoijGl_ECz-pIXpH5E527yW2uvgDwHC8o/s400/seram.jpeg" width="400" /></a></div>
<a href="http://yenyerrow.blogspot.co.id/2015/09/blog-post.html#more" target="_blank">Kisah yang lalu</a><br />
<br />
Suasana mencekam menyelimuti mereka. Misteri terus hadir membuat mereka selalu tanda tanya. Jose dan Chesy menjadi menciut hatinya. Karena baru pertama kali mereka selama berpetualang hanya di rumah hantu ini yang penuh misteri.<br />
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sementara itu Rose kembali siuman dari kerasukannya. Hantu wanita yang merasukinya seolah-olah ingin menunjuki siapa pembunuhnya kepada mereka. Dan boneka Barbie dengan tangan kuntung serta menguarkan darah itu, seolah-olah ingin mencari telapak tangannya yang hilang. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7345620624764498087" name="more"></a><br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ya sudah kita istirahat dulu di ruang tengah. " ujar Jose. "Sekalian kita makan, kebetulan aku sudah lapar."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ya benar," sambung Chesy. "Aku juga sudah lapar.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mendengar kata lapar, Briant dan Rose pun tiba-tiba perutnya terasa lapar. "Oke ... Kita makan dulu, bekal kita juga sepertinya sudah hampir basi!" kata Briant.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lalu merekapun menuju ruang tengah. Di sana ada sebuah meja besar dan sebelahnya ada kamar makan khusus buat keluarga. Karena mereka ingin makan bersama, akhirnya mereka makan di meja makan yang berada di ruang makan. Chesy mengeluarkan beberapa lilin yang sudah disiapkan sebelum berangkat. Lilin itu dinyalahkan empat buah ditengah meja. Jelaslah isi ruangan itu. Terlihat sangat kotor dan berdebu. Rose duduk bersama Briant sebelah kiri, sedangkan Jose dan Chesy didepannya mereka saling berhadapan. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Lauknya apa?" tanya Briant. "Aku suka lalap-lalapan!" sambungnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ada nih, petay cina muda," jawab Chesy. "Aku metik dari kebun Paman George sebelum berangkat. Aku tahu kalau Briant suka sama lalap-lalapan, makanya aku bawa lalap petey cina muda ini untuk kamu Biant!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Briant tersenyum. "Makasih Chesy ..." katanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rose yang masih letih sehabis kerasukan tampak wajahnya tidak mempunyai gairah melihat makanan didepannya. Ia hanya memandang dengan tatapan kosong seolah-olah ada sesuatu dihadapannya. Jose yang melihat itu bertanya. "Rose, hayo dimakan jangan dilihatin aja!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mendengar Jose berkata begitu Briant pun menyahut. "Benar apa yang dikatakan Jose, makan dulu semenjak di perjalanan kamu belum makan!" Rose masih saja diam membesi. "Sudahlah kita makan duluan aja!" kata Chesy. "Perutku sudah lapar nih!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aku tidak mau kalau Rose belum makan!" sahut Briant, seraya membelai rambut Rose. "Ayolah Rose kita makan. Aku suapin yah!" Briant mengambil nasi dan lauknya, lalu mengarahkan ke mulut Rose. "Makan Rose, sedikit aja!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rose pun membuka mulutnya perlahan, lalu Briant mulai masukan makanan itu penuh perhatian dan kasih sayang. Jose dan Chesy yang melihat hanya tersenyum saling melirik. "Em ... romantisnya," Chesy menggoda. Jose pun tertawa kecil melihat itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose dan Chesy lalu menyantap hidangan yang tersedia di meja. Dengan lahapnya Jose menikmati makanan dengan lauk tempe goreng di totol dengan sambal yang di bungkus dengan daun pisang. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oh iya aku lupa!" kata Chesy membuat Jose terkejut. "Ada apa sayang? apa yang membuatmu lupa?" jawab Jose menyeringai. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ini, aku lupa membawa ikan asin. Aku mebuat ikan asin bakar semalam bersama Paman George. Ia kangen sekali sama ikan asin bakar, sudah lama Paman George tidak makan ikan asin bakar." Chesy menguarkan bungkusan kantung kresek berwarna hitam. "Lihat ini! Nyem, nyem, nyem," seru Chesy sambil menunjukan ikan asin yang sudah dibakar.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Waah ... mantap!" ujar Jose</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Yoi ..."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Bagilah!" Tiba-tiba Briant berkata meminta. "Aku juga kepengen, apalagi di tambah pakai lalap petay cina, uuhh ... pasti nambah selera makan!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Nih!" Chesy mengulurkan tangannya untuk memberikan ikan asin itu kepada Briant. Namun belum sampai ke tangan Briant, tiba-tiba Rose yang berada disamping Briant mencengkal tangannya dengan wajah kaku dan mata menyorot tajam seolah-olah ia marah kepada Briant. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ada apa Rose!" seru Briant terkejut. Rose masih saja memegang erat tangan Briant. Karena terlalu kuat genggaman telapak tangan Rose akhirnya Briant menarik kembali tangannya tidak jadi menerima ikan asin yang diberikan kepada Chesy. Sama halnya dengan Chesy ia pun kembali pulang tangannya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jose, apakah Rose masih kerasukan," tanya Chesy berbisik kepada Jose. "Aku takut melihat wajahnya yang seram, itu seperti bukan wajah Rose."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sepertinya hantu itu masuk lagi ketubuh Rose," terang Jose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sedangkan Briant menatap wajah Rose sangat dalam, ia mencoba mempelajari ekspresi Rose yang sebenarnya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sayang! Kamu jangan seperti itu apa ... Jangan nakut-nakutin kami!" ujar Briant. Namun wajah Rose masih saja menyorot dingin beku.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak lama kemudian, Rose memandang ke arah Chesy yang sedang menyicipi ikan asin. Rose lalu berdiri lalu membukukkan tubuhnya, lalu secepat kilat, ia menyambar ikan asin itu yang di pegang Chesy 'Sreet.." Tentu membuat Chesy terperanjat. Chesy sedikit beringsut duduknya kebelakang dengan mendorongnya dengan hentakan kaki dan bokong.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sejenak Rose melihat tajam ikan asin itu sambil di putar-putar memandang detail bentuk ikan asin itu. "Ada apa ikan asin itu Rose?" sentak Briant bertanya. Saat itu juga ikan asin itu di lempar jauh. Setelah ikan asin itu dibuang, rose kembali menghadap Chesy dengan pandangan yang masih menyeramkan. Chesy menjadi takut lalu mengenggam tangan Jose. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak berapa lama seperti marah Rose menatap kantong kresek hitam yang masih ada ikan asinnya. Secepat kilat pula kantong plastik hitam itu dirampasnya lalu kembali dibuang jauh. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant, Jose dan Chesy bingung apa yang harus diperbuat. "Jose coba kamu tenangin Rose!" ucap Briant. Jose lalu menghampiri mendekati dari samping. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hai Rose, coba kamu lihat siapakah aku?!" kata Jose sambil menatap kewajah dan mata Rose dengan menunjukan badannya. "Kalau kamu kenal aku, berarti kamu sadar tapi kalau kamu tidak mengenal aku, berarti yang berada di dalam tubuh ini adalah hantu. Maka keluarlah jangan kamu sakiti tubuh ini! (Maksudnya tubuh Rose).</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tetapi Rose masih saja diam membisu dengan mata tetap menyorot tajam. Jose memegang kepala Rose sambil berkata. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aku hitung sampai tiga, kalau kamu tidak mau keluar dari tubuh ini jangan salahkan aku!" sentak Jose. Rupanya Jose sudah mengetahui kalau Rose masih keadaan kerasukan. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aku hitung dari sekarang!" kembali Jose mengancam. "1, 2, tii ..." Belum saja selesai mengucapakan nomer tiga, tiba-tiba Rosa menampar lengan Jose. Dengan menguarkan suara mengerang, Rose menyerang Jose sehingga Jose terperanjat lalu ia mundur kebelakang untuk mengimbangi tubuhnya dari amukan Rose yang semakin ganas dengan wajah penuh murka.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant mencoba menolong Jose dengan memegang tubuh Rose. Chesy pun menghampiri untuk membantu. Dengan suara menggerung dan tubuh yang sangat kuat, membuat Briant kewalahan memegangnya. Chesy menarik tangan Rose agar tidak menyerang Jose. Tapi yang ditarik malah membalikan tubuh ke arah Chesy. "Awaas ... Chees..!" Jose berteriak. Tentu membuat Chesy terkesiap.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Karena keadaan semakin kebat-kebit terpaksa Briant menendang tubuh Rose agar tidak membahayakan Chesy. Rose pun yang sedang kerasukan itu terpelanting dengan posisi telungkup karen Briant menendang tubuhnya dari belakang. "Kamu jangan dekat-dekat Chees ..." ujar Briant. Melihat itu Jose segera menegrap dari belakang tubuh Rose. Dengan kaki di piting lalu kedua tangannya disilangkan kebelakang Jose berhasil membuat Rose tidak meronta-ronta. Jose mengapit kaki Rose dengan kedua kakinya. Chesy pun tak tinggal diam, ia membantu dengan memegang rambutnya agar tidak bergerak. Briant pun demikian, walaupun ia tidak tega melihat Rose diperlakukan seperti itu, namun ia tidak punya daya dan upaya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose menyuruh Chesy dan Briant untuk menekan sendi-sendinya seperti telapak kaki, paha dan jari-jari tangan agar ruh yang merasuki tubuh Rose dapat keluar. Terasa tubuh Rose kerasnya seperti batu, otot-ototnya merenggang kaku, jari-jemarinya mengepal kaku. Tampak juga warna pucat disisi rongga matanya. Sungguh Rose yang sangat menakutkan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose berteriak lantang tepat di telinga Rose. "Hai yang didalam sana! Cepat keluar!" kata Jose dengan nada keras. "Atau kamu akan saya bakar." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mendengar Jose berkata begitu Briant dan Chesy jadi tersenyum geli. Ia ingat acara Bukan Dunia Lain acara yang paling ditunggu bagi pecinta horor. Hanya bedanya kalau Bukan Dunia Lain setannya di cari untuk uji nyali. Tapi ini bukan acara tivi, tapi cerita horor bersambung di situs yenyerrow.blogspot.com.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
*Penulis cerita ini awalnya di tulis oleh dua orang yang satu lelaki yang satunya lagi perempuan. Tadinya situs ini hanya menceritakan masalah sekz, namun semenjak berpisah antara penulis akhirnya menulis solo. Dan menjadi pindah haluan yang tadinya tentang sekz tapi sekarang menjadi cerita fantasi.*</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dengan tubuh meronta-ronta dan mata menyorot tajam Rose mencoba melawan apa yang merasuki dirinya. Terkadang dia diam lalu tak lama kembali mengamuk. Namun Jose yang sedikit punya pengalaman dalam soal ghaib tidak menyerah begitu saja, dengan nada keras ia berkata. "Kalau kamu tidak mau keluar dari tubuh ini akan aku kasih tahi ayam mau!" sentak Jose. Tetapi ruh yang merasuki tubuh Rose malah semakin buas. Jose pun berujar pada Briant dan Chesy untuk mencarikan tahi ayam, namun Briant menjawab. "Mana ada ayam di sini?" seru Briant. "Ada juga tahi cicak banyak di atas lemari." "Ga papa ambil cepat siapa tahu manjur. Asalkan jangan tahi loe aja kasian Rose kebauan!" tukas Jose, membuat Chesy sedikit tertawa di dalam hati."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dengan cepat Chesy dan Briant mencari tahi cicak yang memenuhi diatas lemari. Dengan benda tipis untuk meraihnya, namun sebelumnya disapukan dulu agar terkumpul. "Sudah Briant," kata Chesy. "Ya cukup!" jawab Briant, ia segera membawa serbuk tahi cicak kepada Jose. "Ini Jose," kata Briant berseru sambil memberikan tahi cicak itu. Oh maaf maksudnya bukan tahi cicak tapi telur cicak.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose dengan sangat kesal segera menaburi serbuk tahi cicak itu di depan rongga hidung Rose. Tahi cicak itupun sedikit masuk kerongga hidung Rose sehingga membuat Rosa mengejang ingin bersin. Benar tak berapa lama Rose mengangkat wajahnya sambil menga-ngap untuk bangkis bersin. Jose membiarkannya. "Aaaciiih... Aaaciiih... "Rose pun bangkis bersin lalu tak lama kemudian ia jatuh lemas. Jose segera memangku tubuh Rose agar tidak jatuh kelantai.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Rose... Rose... Bangun Rose!" kata Jose membangunkan Rose yang masih terkulai lemas. Terlihat wajah Rose kembali normal tidak seperti ketika ia kerasukan. Kini wajah itu kembali seperti wajab Rose semula.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Syukurlah akhirnya kamu siuman juga!" seru Briant. Rose melirik kekanan dan kekiri untu melihat sekitarnya. Tatapannya masih kosong tapi wajahnya sedikit cerah tidak tidak seperti tadi ketika kerasukan. Dengan tergopoh-gopoh Jose dan Briant merangkul tubuh Rose untuk kembali ke meja makan. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Rose, sekarang kamu makan dulu yah biar perut kamu terisi." rayu Briant. Rose pun mengangguk, lalu perlahan makan dengan disuapin Briant. Sedangkan Jose dan Chesy meneruskan makanan yang tadi sempat tertunda.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
***</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Susana hening ditengah malam. Saat itu jam menunjukan pukul 00.30, tidak ada teror yang menyeramkan sesudah makan. Akhirnya mereka tertidur karena kelelahan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Disaat mereka tidur pulas. Sesosok tubuh manusia seorang laki-laki dengan badan gemuk sedikit pendek dan berpakaian serba hitam menghampiri mereka. Saat itu Jose tidur disisi Chesy dan Briant sama Rose tidur di bangku panjang, Rose berada di atas bangku sedangkan Briant dibawahnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lelaki itu menghampiri Rose, dengan tatapan tajam. Ia mengambil sebilah pisau dari saku bajunya. Lalu memegang pegelangan tangan Rose yang sedang tertidur pulas. Pisau itu diarahkan ke pegelangan tangan tepatnya di urat nadi. Sekira beberapa centi meter untuk membeset pegelangan tangan Rose, ia terkejut dibelakang bahu menempel sebuah boneka Barbie yang bisa berbicara. Barbie itu menempel di bahu sebelah kiri tepat di samping telinga, Barbie itu berbicara. "Kembalikan telapak tanganku!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sontak membuat lelaki misterius itu terkejut ketakutan. Ia mencoba menepak boneka itu dengan keras, tapi boneka Barbie itu sagat kuat mencengkram bahunya bahkan mencekik lehernya, tentu membuat lelaki itu gelagapan. Tapi untuk tidak bersuara agar tidak terdengar anak-anak yang sedang tidur pulas, akhirnya pelaki itu menjauh dari anak-anak dan menuju ruang dapur. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Setan! Lekas lepaskan bahuku!" sentak lelaki itu sambil mencekal kepala boneka Barbie itu. Namun boneka itu masih saja mencekik lehernya sambil terus berucap. "Kembalikan telapak tanganku..." Lelaki itu tak perduli dengan permintaan Boneka itu. Lantas ia mengambil pisaunya dan mengarahkan ke leher boneka itu dengan cekat dan keras. 'Sleeek...'</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Boneka Barbie itupun kuntung lalu kepalanya mencelat sambil menguarkan suara mengerang. Tapi aneh Boneka itu bisa menguarkan darah seperti manusia dari lehernya yang terpapas pisau lelaki itu. Tentu menambah aneh dirasakan oleh lelaki misterius itu. Ia pun segera mengambil badan Boneka itu yang sudah tampa kepala dan menguarkan darah, lalu membantingnya ke lantai. 'Ngeek...'</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Karena merasakan keanehan dan ia tidak mau ketahuan oleh anak-anak ia segera berlari kesebuah pintu yang berada di bawah lantai di kolong meja tempat masak yang terbuat dari tanah liat. Pintu itu seperti menuju kelorong rahasia yang sangat dalam seperti terowongan. Lelaki itu segera membuka pintunya dan masuk dengan cara bertiarap kerena lubang itu hanya berukuran tubuhnya. Namun ketika ia menoleh kebelakang, boneka itu masih saja mengikutinya walau tampa kepalanya. Boneka itu pun jalan merangkak dan jalannya sangat cepat.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sialan boneka setan!," gumamnya. Ia pun terus bertiarap, dan merayap dengan cepat. Hatinya kebat-kebit ketika ia menoleh kebelakang, boneka itu masih saja membututinya. Beberapa menit kemudian, nafasnya mulai tersengal kelelahan, namun ia masih terus berusaha untuk segera keluar dari lorong rahasianya itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Di lorong yang gelap dan sempit itu, lelaki dengan tubuh tubuh gemuk pendek itu tercekat hatinya ketika ia merasakan ada sesuatu di telapak tangannya. Sebesar kepalan telapak tangannya. Lalu ia membukanya. Terkejutlah ia apa yang di telapak tangannya ternyata kepala boneka Barbie yang kuntung itu. Dan yang membuat lelaki itu segera melempar kepala boneka itu, karena boneka itu bisa bersuara seperti tadi. "Kembalikan telapak tangan sayaa!" Tetapi lelaki itu tidak memperdulikan, ia bergegas kembali merayap dengan nafas tersengal-sengal.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sementara itu Jose, Chesy, Rose dan Briant masih tertidur pulas. Mereka kelelahan. Tiba-tiba terdengar suara yang sangat keras dari dapur. "Arrghhh ..." Sontak merekapun terbangun. Jose terlebih dulu bangun sambil menatap Briant yang masih menjentikan matanya karena kantuk yang masih dirasa.. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Briant... Bangun ada suara orang berteriak!" kata Jose. Chesy pun beranjak dari tidurnya. "Jose ... Coba kamu lihat suara itu dari arah dapur." sambut Chesy. Jose pun segera berdiri lalu menuju ruang dapur.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Chesy membututi dari belakang dengan hati sedikit takut. Jose melihat dilantai ada lubang seukuran tubuh orang dewasa, ia pun melongok kebawahnya. "Sepertinya ada lorong," ujar Jose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose sejenak memandang Chesy dengan wajah nanar. Di hatinya penuh keraguan untuk masuk kedalam lorong itu. Jose menyuruh Chesy untuk membangunkan Briant dan Rose. Chesy segera menuju Briant yang masih tertidur. Tak lama kemudian Briant pun datang dengan wajah lunglai akibat kantuk yang menyelimuti matanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ada apa Jose?" tanya Briant. "Uh! Mataku tak mau terbuka."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Lihat!?" Jose menunjuk kelorong itu. "Sekiranya pakah kita harus masuk untuk menyelidiki lorong apa ini?" seru Jose. "Ya sebaiknya kita selidiki," ujar Briant. "Tunggu!" lanjutnya. "Bawa ini!" Briant menguarkan senter kecil dari sakunya, lalu memberikan kepada Jose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Baiklah, aku dan Briant akan masuk kedalam lorong ini." terang Jose. "Sedangkan kalian tunggu disini sambil berjaga!" Sambil menoleh kepada Chesy dan Rose. Kedua wanita remaja itu mengangguk.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose lebih dulu masuk kedalam lorong itu disusul oleh Briant. Tapi sial tubuh Brian terlalu gemuk untuk masuk kerongga lorong itu. "Jose, tubuhku tidak muat!" seru Briant datar. Briant mencoba untuk memaksakan masuk, tapi tubuhnya yang gemuk membuat membuat Briant sesak nafas. "Jose, sepertinya aku tidak bisa masuk!" kata Briant.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ya sudah suruh chesy saja yang masuk!" Jose berucap. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant segera keluarkan tubuhnya dari lorong yang sempit, lalu menyuruh Chesy masuk mengikuti Jose. Sempat ragu di hati Chesy untuk masuk, tapi kasihan juga Jose sendiri didalam sana, chesy pun masuk kedalam lorong itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ia mengekori bokong Jose dengan berjalan diatas lututnya. Sambil merangkak Chesy yang berada di belakang Jose berkata. "Jangan kentut ya sayang! Soalnya pantat kamu tepat di hidungku!" Mendengar itu Jose jadi tertawa kecil. "Hi... Hi... Hi... Paling keluar angin doang!" jawab Jose, berbarengan dengan tamparan Chesy di bokongnya. Plook.. "Awas... Kentut gak gue kasih memek!" Chesy tersenyum sambil berkata begitu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Lagi genting gini jangan mesum dulu," ujar Jose sambil terus menuju ketengah lorong itu dimana terdengar suara lelaki itu terdengar.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sekira 2 meter Jose Jose samar-samar melihat sesosok tubuh sedang telungkup. Karena gelap akhirnya Jose berteriak. "Haloo... Orang bukan itu?!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Karena tidak ada jawaban Jose terus maju mendekati tubuh itu. "Khuuf... " Jose meraih tubuh itu, ia berhasil menggenggam tubuhnya. Dirasa masih hangat tubuh itu lalu Jose merasakan detak di dadanya, ternyata orang ini sudah tak bernyawa. Tecekatlah Jose. "O, o, o, orang matiii..." teriak Jose gelagapan. "Keluar Chesy..cepat... Mundur kamu!" Jose menyuruh Chesy untuk kembali mundur untuk keluar dari lorong itu. Chesy pun dengan susah payah berusaha untuk kembali merayap kebelakang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tolong... Tarik aku!" Teriak Chesy ketika kakinya sudah keluar dari rongga lorong. Briant dan Rose melihat itu segera menarik kaki Chesy dengan cepat. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Cepet Rose, bantu aku!" kata Briant kepada Rose. Rose pun membantu Briant dengan menarik sebelah kaki Chesy sebelah kanan sedangkan Briant menarik kaki kiri secara bebarengan. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Chesy berhasil dikuarkan. Tak lama kemudian terlihat kaki Jose menyembul dari lobang, dengan cepat Briant dan Rose menarik kaki Jose. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Khuuf..." Jose berhasil dikeluarkan. "Arghhh... " Jose berteriak melepas nafasnya. Dadanya kembang-kempis. Nafasnya sengal-sengal. Lalu Briant berkata. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ada apa Jose? tanya Briant. Yang ditanya terdiam sambil mengatur nafas. Chesy memberikan minum. Setelah nafasnya telah teratur Jose pun berkata.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ada mayat didalam?" sambil menunjuk kearah liang rolong. "Sepertinya baru terjadi pembunuhan!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Lalu siapa orang itu Jose?" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose menggeleng kepala petanda tidak tahu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose menceritakan bahwa tubuhnya sedikit gemuk dan masih hangat petanda mayat itu baru saja tewas. Setelah itu mereka saling berpandangan satu sama lain. Ada rasa kengerian pada hati mereka. "Lantas apa yang harus kita lakukan sekarang?!" ucap Chesy. "Yah, apa yang harus kita lakukan dengan mayat lelaki itu?!" sambung Briant pula. Jose berdiam sejenak untuk berpikir. Sedangkan Rose tampak pucat ketakutan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tiba-tiba Rose teringat akan boneka Barbienya. "Barbieku!" kata Rose dengan suara menyentak, lalu ia berlari keruang tengah untuk mengambil bonekanya disana. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Rose.. Tunggu!" Chesy memanggil lalu mengikuti Rose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Bagaimana kalau kita menunggu pagi untuk mengeluarkan mayat itu dari lorong ini!" seru Briant. "Tapi mana mungkin menunggu besok, bisa bau mayatnya!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Apa kita menelpon Paman George untuk meminta pendapatnya." kata Jose. "Mana hapeku,!" Jose merogoh kantong celananya, segera ia menyalahkan hape untuk menghubungi Paman Geoerge, tapi naas batu hapenya lowbet. "Sial!" hardik Jose pada dirinya sendiri.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Arrghh...."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Terdengar suara Chesy dan Rose berteriak keras. Sontak membuat Jose dan Briant terkejut lalu segera menuju keruang tengah dimana Chesy dan Rose berada.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ada apa kalian?!" tanya Jose. Tampak Chesy menutup wajah dengan tangannya. "Aku takut Jose...!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ada apa sayang?" kembali Jose bertanya. "Mana Rose?" Rose tidak terlihat. "Chesy dimana Rose!" Jose bertanya tegas dengan wajah nanar. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lalu Briant menghampiri. "Ada apa Jose?" tanyanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Mana Rose?" kali ini yang bertanya adalah Briant. "Jose, Rose kemana?"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose memandang Chesy yang masih menutup wajahnya dengan telapak tangan. Lalu Jose memeluk erat. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sayang, ada apa, sudah jangan takut, ada aku!" seru Jose. "Coba lihat wajah aku!" Jose perlahan membuka lengan Chesy perlahan sambil terus memeluk erat tubuhnya. "Coba cerita apa yang kamu lihat. Dan dimana Rose?" Chesy pun membuka matanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Rose ... rose ... rose," Chesy mencoba untuk berbicara dengan terbata-bata, apa yang ia lihat. Namun bibirnya keluh. "Rose .., rose ... rose." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ada apa dengan Rose. Kemana dia?" Yang berkata adalah Briant, ia sangat panik. "Cepat Chees, ada apa sebenarnya yang terjadi?" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lalu Chesy mengangkat tangannya perlahan sambil menunjuk keatas langit-langit rumah itu. Alangkah terkejutnya Jose dan Briant apa yang dilihatnya. Rose tergantung dengan seutas tali di lehernya. Matanya mendelik seolah-olah ingin keluar dari rongganya. Lidahnya menjulur panjang, Rose tewas dalam keadaan tergantung.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tampak kuntung telapak tangannya dan darah pun menetes kelantai. Tapi aneh telapak tangannya tidak terlihat.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Bersambung ke<a href="http://yenyerrow.blogspot.co.id/2015/12/ghost-casstle-part-4-selesai.html#more" target="_blank"> Part 4</a><br />
<br />
Bag :<br />
<br />
<a href="http://yenyerrow.blogspot.co.id/2015/04/ghost-castle.html#more" target="_blank">Satu</a><br />
<br />
<a href="http://yenyerrow.blogspot.co.id/2015/09/blog-post.html#more" target="_blank">Dua</a><br />
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-1841498774467569192015-11-26T14:58:00.001+07:002015-12-07T14:03:44.868+07:00Nista<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibJ59SY6_sPAGzAJWnGc7Y1bSiHp7-L4hGecsgTKW4RSN4HCSkYpwkoFbhIxdOFSiNNVdsFycMGDSeGzfraufr7V9aXptURRHKiidCOxk6vIicxch9Tp5_5qGAaeZu2vF0cqk2_9Tf6dY/s1600/roman.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="186" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibJ59SY6_sPAGzAJWnGc7Y1bSiHp7-L4hGecsgTKW4RSN4HCSkYpwkoFbhIxdOFSiNNVdsFycMGDSeGzfraufr7V9aXptURRHKiidCOxk6vIicxch9Tp5_5qGAaeZu2vF0cqk2_9Tf6dY/s320/roman.jpeg" width="320" /></a></div>
Siang dirasa sangat panas menyengat tubuh. Peluh mengalir deras tak di rasa oleh lelaki berperawakan kurus namun terisi. Penampilan cukup sederhana dan usia terlihat setengah tua, bisa di kirakan lelaki itu berusia 44 tahun. Aku yang duduk disampingnya didalam bis yang penuh sesak dan bau aroma yang keluar dari tubuh penumpang bus itu sangat menusuk hidung.<br />
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Raut wajah lelaki itu, sangat lesuh terlihat, seperti ada beban yang ia rasakan. Aku pun memberanikan diri untuk bertanya padanya: "Bapak mau kemana?" tanyaku. Ia menoleh dan tersenyum tipis, ia menjawab: "Mau kebogor dek, nyari anak saya!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Lah..emang kemana anak bapak!?" ucapku sedikit bingung.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
"Anakku menghilang seminggu yang lalu," ujar bapak itu kepadaku dengan wajah nanar dan mata yang berkaca-kaca. Aku terdiam sejenak, lalu mencoba untuk bertanya lagi. "Terakhir bapak lihat sama siapa dia berjalan atau bermain," kata ku penuh perhatian. Bapak itu menggelengkan kepala lalu berkata. " Semua teman-temannya bapak tanya tidak ada yang tahu."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Aku menghela nafas panjang. Aku merasakan beban yang sangat berat terpancar dari raut wajah bapak peruh baya itu. Kesedihannya sangat aku rasakan. Betapa sedihnya orang tua kehilangan anaknya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tiba-tiba aku teringat wajah kedua orang tuaku yang sudah tiada meninggalkan dunia ini. Timbullah rasa kengen dan rindu aku rasakan di hati ini. Ingin rasanya aku merasakan kasih sayang mereka. Namun kini mereka lebih dulu meninggalkan dunia ini. Dan aku menyesal belum bisa membahagiakan mereka secara finansial mapun batin.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Namanya siapa pak?" tanyaku kembali.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Namanya Ari. Ia baru saja lulus sekolah setahun yang lalu. Berniat ingin mencari pekerjaan di kota, tapi kabar beritanya sampai sekarang bapak tidak mengetahui ia ada di mana!?" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Terlihat matanya berkaca-kaca. Aku yang mendengarnya jadi terharu. Ku coba untuk berdiam untuk mendengarkan apa yang ia uraikan. Tapi bapak itu malah berdiam membesi. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Mungkin dia belum mau memberi tahu bapak kalau dia belum sukses," sambungku bertanya. "Ya mudah-mudahan!" Jawab Bapak itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mobil Bus yang ku tumpangi melaju dengan cepat. Tikungan begitu tajam sang supir sangat lihay dalam mengendarai kendaraannya. Walaupun tampak lihay, ada tasa takut dihati ini. Was-was akan terjadi kecelakaan tentu sangat fatal, mungkin Bus ini akan terjun bebas kedalam jurang. Aku hanya berpegang erat dari sisi jendela sambil terus berdoa akan keselamatan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Beberapa jarak lagi, terminal Bus terlihat. Deru mesin di kota jakarta sangat membisingkan telingaku. Debu bercampur pekatnya asap knalpot kendaraan, serta bau bensin yang menusuk hidung membuat kepala ku pusing. "Ah ... Panas sekali kota jakarta disiang hari. Tidak seperti di desa, sejuk nyaman dan terasa damai aku rasakan."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kepergianku ke kota Jakarta untuk mengadu nasib, sama halnya mungkin dengan anak bapak tadi yang bercerita kepadaku. Hanya ia seorang lelaki, mungkin langkahnya lebih leluasa ketimbang aku seorang perempuan. Namun kepergianku atas restu orang-orang terdekatku, yang menyayangiku. Tidak seperti Ari, anak bapak tadi.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ia pergi tampa sepengetahuan kedua orang tuanya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sampailah aku di tempat orang yang akan memperkerjakanku. Seorang ibu muda yang akan mencarikan aku pekerjaan. Katanya pekerjaan itu dengan gaji yang lumayan besar, bahkan lebih dari pekerja buruh pabrik. Tawarannya itu membuat aku tergiur, sehingga aku memberanikan diri untuk menjalani pekerjaan itu. Pekerjaan sebagai pelayan Cafe di kota Jakarta.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rumahnya sangat besar dan indah. Aku tertegun memandang di depan pintu gerbang tertutup rapat dan dijaga oleh dua orang berpakaian Satpam. Kedua orang itu memperhatikan aku, ketika aku berdiri didepan gerbang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ada apa dek?" Salah satu satpam itu bertanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Apakah ini rumah ibu Soraya!" aku balik bertanya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ya benar!" jawab satpam itu, "Apakah mau bertemu dengan Ibu Soraya!?" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Aku mengangguk</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak lama satpam itu menguarkan handpon, rupanya ia menghubungi Ibu Soraya sebagai majikannya. Lalu ia membukakan pintu gerbang dan mempersilahkan aku untuk masuk. Kedua satpam itu sangat tampan, juga masih terlihat muda. Aku sempat terkesima ketika ia tersenyum padaku.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak lama kemudian seorang wanita berpakaian sangat seksi dan minim rok yang dikenakannya, terlihat pahanya putih mulus dan gempal. Walaupun aku sama-sama wanita, ada takjub juga dengan cara Ibu Soraya itu berpakaian. Ia menghampiriku. "Apakah ini adek Sari," sapanya. Aku tersenyum, "Ya bu ... Aku Sari," jawabku. Lalu ia mempersilahkan untuk kedalam rumahnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sangat indah istana ini, pikirku di dalam hati. Perabotan rumah sangat indah mungkin harganya mahal-mahal. Guci besar itu mungkin di impor dari luar negeri. Ah, aku tidak terpikat dengan semua ini. Toh aku merantau ke jakarta untuk mencari pekerjaan, bukan untuk mengagumi harta orang lain. Sebenarnya aku lebih suka tinggal di desa. Namun karena kebutuhan hidup, terpaksa aku harus keluar dari desa ku.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Dek Sari duduk dulu disini!" Bu Soraya menyuruhku duduk di sofa cukup empuk aku rasakan. "Sebentar, Ibu siapkan minuman untuk kamu." sambungnya. Lalu ia beranjak kedapur.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak lama datang seorang wanita paru baya membawakan minuman dingin kepadaku. "Silahkan diminum neng!" tawarnya sambil menjulurkan minuman itu di depanku. Boleh jadi wanita ini sebagai pembantu di rumah ini. Ia tersenyum ikhlas kepadaku, lalu ia kembali lagi kedapur.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Beberapa menit kemudia Ibu Soraya kembali, kali ini ia berpakaian seperti anak ABG, celana jiens biru, kaos t-shirt ketat sehingga terlihat buah dada yang menyembul, sedikit jengah aku melihatnya. Wanita ini terlihat seperti anak gadis dari penampilan yang seharusnya ia harus menutup rapat lekukkan tubuhnya itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kamu sudah makan," katanya membuka obrolan. "Kalau belum bagaimana kita makan di luar, ditempat cafe Tante."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aku... Belum lapar Bu!" jawabku malu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Us ... Jangan panggil ibu dong, kesannya aku sudah tua." ujarnya. "Panggil Tante aja."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Iya bu ... Eh ... Iya tante," jawabku gugup.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oke ... Kita makan di luar yah," katanya lagi. "Pasti kamu belum tahu kota Jakarta dimalam hari. Jadi sekalian kita jalan-jalan keliling kota Jakarta."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sangat baik wanita ini, yang tidak mau kupanggil ibu, dia lebih nyaman ku panggil Tante. Senang juga hatiku, punya calon bos baik hati, mengajakku jalan-jalan keliling kota jakarta. Maklum aku gadis desa, baru pertama kali menginjak kota yang penuh dengan lampu kerlap-kerlip di malam hari, di kota yang konon kalau mau sukses harus pergi merantau dulu kekota Jakarta.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
***</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Laju mobil sedan yang aku tumpangi bersama Tante Soraya melaju merayap. Jalan kota jakarta sudah tidak luas lagi kerena banyaknya kendaraan yang berlalu lalang. Aku gadis kampung baru pertama kali menaiki mobil ber AC ini. Kepalaku terasa pusing bahkan terasa mual, sehingga ingin muntah ku rasakan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kenapa dek Sari. Kamu sakit?" Tente Soraya bertanya. "Gak Tante!" jawabku, mencoba menutupi sifat norak ku. "Sebentar lagi sampai kok." Tante Soraya memandang keluar jendela.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak lama kemudian mobil pun menepi di sebuah Cafe. Tampak lampu warna-warni di dalam Cafe itu. Suara denting musik terdengar memekak di telinga. Aku merasa grogi ketika Tante Soraya menarik lenganku untuk masuk mengikutinya kedalam Cafe. Aku merasa riskan di tempat itu. Jauh dari kata kesunyian yang aku rasakan di kampung halamanku.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kita sudah sampai. Kita makan dulu di Cafe ini." ujar Tante Soraya kepadaku. "Ingat kalau bisa kamu jangan diam saja kalau ada seorang cowok menyapamu." Ujar tante Soraya membuatku bertambah riskan mendengar nama cowok, aku jarang sekali berbicara bersama seorang lelaki di desaku, apalagi ini di kota.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oh yah Tante ... Sebenarnya aku mau di kerjakan di mana? Di Cafe ini ya tante?" tanyaku memberanikan diri. Ada rasa bingung di dalam hati, kenapa aku di ajak ketempat seperti ini.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tante Soraya hanya tersenyum, ia minum seteguk lalu berucap. "Iya .. kamu kerja di sini sebagai penerima tamu, kamu cukup duduk yang manis, oh yah! kalau kamu sudah mulai bekerja besok, Tante mohon pakaiannya yang mecing yah, juga dandanan kamu, besok kita ke salon untuk berhias diri."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tambah bingung lagi aku dengan perkataannya, di suruh kerja tapi kerjanya hanya duduk yang manis? Em... perasaanku tidak enak.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kerlap-kerlip lampu di ruangan tempat itu sangat menyilaukan pandanganku, baru pertama kali aku melihat lampu seperti itu, di desa gelap, sepi dan mencekam, tapi di sini sudah larut malam masih saja ramai.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Seorang pemuda dengan pakaian ala kadarnya, celana terbuka sobek di lututnya dan bergaya seperti anak musik menurutku, menghampiri Tante Soraya. Ia berbisik, mungkin karena terlalu keras musik yang didengarkan di ruangan itu. Aku pun berbicara dengan Tante Soraya harus bersuara keras agar ia mendengar.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Entah apa yang di lakukan Tante Soraya kepada lelaki itu. Ia menguarkan semacam obat, lalu Tante Soraya memberinya uang, entah berapa lembar uang yang di berikan Tante Soraya. Tak lama kemudian Tante Soraya kembali ke meja di mana kami duduk. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Neng ... minumannya di habiskan, kita pulang," katanya. "Lagi juga kamu pasti lelah di perjalanan tadi." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tidak apa tante, kalau tante masih betah di tempat ini, neng akan nungguin." jawabku norak.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Iya makasih, tapi tante sudah ngantuk, kita pulang aja, besok kita jalan lagi, sekalian kita ke-salon me-manjakan tubuh kita." katanya, Lalu ia beranjak dari duduknya namun sebelumnya uang di teruh di atas meja di bawah kertas bon yang diletakan oleh karyawan Cafe itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
***</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ruang kamar yang di sediakan Tante Soraya sangat luas tidak seperti kamarku di Desa. Kasurnya empuk, bantal gulingnya yang hangat membuat ku malas untuk beranjak bangun di pagi ini. Wanita paruh baya mengetuk pintu kamarku yang memang tidak terkunci. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Permisi neng, Ibu Soraya memanggil eneng!" katanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Iya ibu!" jawabku memanggil ibu, karena ia seperti ibuku, tidak pantas aku memanggil Bibi karena memang aku bukan anak Tante Soraya, karena aku berpikir ia sama saja dengan aku sebagai pekerja di Rumah Tente Soraya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Aku bangun menuju ruang tengah dimana meja untuk makan bersama tersedia. Ku lihat Tante Soraya duduk sambil membaca majalah kesukaannya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Pemirsi tante," kataku. "Tante memanggil. Ia melirik kepadaku lalu berkata. "Kamu mandi dulu sana! Setelah itu kita sarapan dan siap-siap kita jalan ke Salon." Ia berujar kepadaku, aku pun segera menuju kamar mandi di sebelah ruangan tengah itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Senang sekali aku merasakan mandi dirumah ini. Bersih dan airnya bisa didinginkan juga bisa di panaskan, ah sungguh norak aku. Ketika aku sedang asik bermain sabun yang melumuri tubuhku, terdengar suara mengetuk pintu, aku berteriak bertanya, ternyata yang mengetuk pintu Tante Soraya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Mau apa tante?" tanyaku sedikt keras.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Bolehkah tante masuk," katanya. "Tante mau mandi juga nih. Boleh yah mandi bareng." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Aku sempat diam, berpikir masa mandi bareng, aku jengah. Namun Tante Soraya tetap memanggilku agar aku membukakan pintu dan mengizinkan ia agar mandi bersamaku. "Tante... Aku gak biasa mandi bareng-bareng begini, walaupun sama-sama perempuan!" kataku serius. "Ia... Tante juga tahu, tapi ini sudah siang biar cepat yah kita mandi bareng-bareng aja." jawabnya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mau tidak mau akhirnya aku membukakan pintu untuknya. Aku dalam keadaan bugil dan gelembung sabun yang masih melumuri tubuhku karena belum sempat aku bilas. Terpaksa aku memberanikan bugil di depan Tante Soraya. Toh aku pikir sama-sama wanita ini jadi apa yang di malukan?.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Aku kembali membilas tubuhku dengan shower yang aku gunakan. Sedangkan Tante Soraya mulai melepaskan pakaiannya. Tampak bodynya yang putih mulus dan padat. Aku sempat iri padanya, walaupun sudah setua itu terlihat langsing dan seksi. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tente Soraya melirikku sambil tersenyum. Aku menunduk sambil ku gosok-gosok selangkangnku hanya untuk berpura-pura agar ia tidak melihat memekku yang kecil, karena aku lihat memek Tante Soraya sangat tebal apalagi di tumbuhi bulu-bulu keriting lebat di sekililing rongga memeknya. Ah.. Mungkin lelaki akan ngiler di buatnya kalau melihat memek Tante Soraya yang gemuk itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sambil membasuh air perlahan Tante Soraya berkata kepadaku. "Dek Sari sudah punya pacar?" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Em... Pertanyaan aneh menurutku, walaupun aku ingin sekali mempunyai pasangan juga siih...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Belum tante," jawabku segera untuk menutupi keculunankku.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Masa sih ... belum ada yang suka sama kamu? Kamu cantik loh ...!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ah Tante bisa aja," Aku berkillah.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Benar kok! Kamu itu selain cantik juga body kamu ramping tapi berisi dan kulit kamu juga putih."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Pujiannya membuatku terbuai juga. Dan aku pun menjadi nyaman berbicara sama Tante Soraya, wanita yang bari aku kenal itu yang akan menjadi bos ku.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oh yah ... gak enak loh gak punya pacar," kembali Tante Soraya bertanya. "Emang kamu gak mau kaya orang-orang gitu, berduaan setiap malam dan ada teman ngobol."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Em ... belum ada jodohnya kali tan ..." kataku mengelak.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Aku lihat Tante Soraya mulai menyabuni tubuhnya. Busa melumuri kulitnya yang putih. Terkadang ia berlama-lama mengusap selangkangannya dengan sabun lalu busanya di putar-putar sehingga buih busa menutupi rongga dan bibir selangkangannya yang tebal itu. Ku lihat Dia menikmati busa itu di selangkangannya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tante ... sepertinya aku duluan mandinya." Aku berkata sambil mematikan shower.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ih ... emangnya sudah bersih ... " Tante Soraya berkata begitu sambil mendekatiku yang sedang handukkan untuk mengeringkan tubuhku.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sudah Tante ...!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sarii ... Temenin tante mandi dulu, jangan buru-buru selesai," katanya lagi. "Coba Tante lihat!" Ia menjamah tubuhku lalu di lihat belakang punduk dan pinggangku. Aku menjadi tidak enak dirasa, karena selama ini aku jarang sekali tubuhku dilihat walaupun sama perempuan pun.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Agar nanti ketika kamu di salon terlihat fres dan tentu nanti kamu akan nyaman jika di pijat sama petugasnya. Alangkah baiknya mandi yang bersih. Coba lihat ini! Tante rasa kurang bersih, masih ada bercak hitam di atat pantat kamu." terang Tante Soraya menambah aku risih. Bercak hitam itu memang tanda aku semenjak lahir.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aku sabunin lagi yah ... " Katanya pula. Ia mengambil sabun yang baru saja aku pakai. Aku sempat ingin menolak, namun karena Tante Soraya memaksa akhirnya aku hanya tersenyum meng-angguk. Sungguh Dia memperlakukan aku seperti anak putrinya. Em ... aku merasa nyaman sih ... Dan memang Tante Soraya ini sangat perhatian semenjak kedatanganku. Aku juga merasa tidak enak kalau tidak menuruti perintahnya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ia mulai melumuri busa dengan sabun ketubuhku. Bermula dari belakang pundak dan leherku. Lalu turun ke pinggul. Aku terenyak ketika ia mulai menyentuh dua gundukan bokongku. Namun kali ini tidak lagi membuatku risih dan jengah, justru aku bertambah nyaman. Aku merasa di mandikan oleh ibuku sendiri. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tante ... sudah tante Sari gelii..." kataku sambil menoleh kepadanya. Namun tante Soraya semakin bersemangat menggosok badanku dengan sabun. "Ini juga sudah, sekarang giliran yang depan," kata Tante Soraya pula sambil memutar pinggulku yang kecil. Cukup malu dan jengah aku merasakannya ketika vaginaku dekat dengan wajahnya, apalagi Tante Soraya terus mengusap-ngusap dari leher, buah dadaku, perutku dan yang membuat aku bergelinjang geli ketika Tante Soraya merabah-rabah selangkanganku. Ahh ... vaginaku terasa ada beda kurasakan, karena baru pertama kali vaginaku disentuh oleh tangan orang lain. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Dek Sari rambut bulu kamu masih tipis hihihi ... " kata tante Soraya sambil tertawa ia menoleh kepadaku. "Coba, kamu agak ngangkang dikit," sambungnya. "Sekalian dalamannya pakai oli khusus yahh ...." lalu tante Soraya mengambil minyak oil miliknya, mungkin sering ia gunakan buat vaginanya. "Udah tante ah ... aku malu, gak usah," tampikku, dengan mendorong tangannya ketika mulai membalurkan minyak oil itu ke vaginaku. "Sebentar aja, ini minyak khusus wanita loh ..." jawab tante Soraya. Aku hanya meringis bergidik ketika Tante Soraya mulai mengusap bibir vagianaku.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Aku menuruti apa yang diperintahkan Tante Soraya untuk mengangkang dalam keadaan berdiri. Aku lebarkan kedua pahaku, dan sedikit aku turunkan bokongku sambil memegang tembok. Ketika itu juga Tante Soraya memasukan jarinya tengahnya yang lembut dan secara perlahan. Aku merasakan kelentitku keangkat oleh jarinya, buncah aku rasakan. "Tanteee ... Sudah tante Sari geli ..." rintihku. Tapi Tante Soraya hanya bilang. "Iya ... Ini juga sedikit lagi." "Tante gak jijik nyentuh Sari punya memek?!" kucoba bertanya untuk menghilangkan rasa linuku. "Ini kan buat kamu juga, agar memek kamu ini wangi," ujar Tante Soraya. "Pasti kamu belum pernah memakai sabun khusus wanita ini!" lanjutnya. "Coba liat nanti pasti memek kamu putih gak seperti tadi hitam di bibir memek kamu."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ku akui memang vaginaku sedikit berwarna hitam di pinggiran rongganya. Maklum aku kalau mandi di desa terburu-buru dan tidak bersih. "Tantee ... jangan di tusuk-tusuk apa," risihku berdesah. Tusukan jari Tante Soraya membuatku bergelinjang tak karuan. Ada yang lain aku rasakan. Aku belum pernah menusuk-nusuk vaginaku ketika mandi. Tapi tusukan jari Tante Soraya membuatku merenggang otot-otot ku, "Aahh ... tante ... uuh ... Ssssst ... Eghhht ... " Aku rasakan sedikit rasa nikmat walau terasa sedikit sakit. Namun sakit itu di barengi rasa enak yang sangat amat baru aku rasakan. Spontan aku semakin menurunkan bokong ku dan kulebarkan pahaku, tentu menambah mudah jari Tante Soraya masuk lebih dalam lagi bersama busa sabun khusus wanita itu. Bahkan ia sudah memasukan tiga jari sekaligus. "Uhhh ... Egght ... " Tambah besar aku rasa, padat selangkanganku, "Emm ... tantee ... Aemmm... " Aku meracau tak karuan. Tante Soraya hanya tersenyum menatapku tampa ada kata yang keluar. Rupanya ia sangat menikmati sekali dengan memainkan jari jemarinya ke vaginaku. "Uuhh ... enaak ... ahh ... nikmat ... ooohh ... yaagh ... " Desahku di dalam hati. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak lama kemudian Tante Soraya menarik jarinya dari vaginaku lalu ia berucap. "Sekarang tinggal dibilas, pasti hasilnya memek kamu terlihat putih sudah pasti akan wangi baunya." Lalu Tante Soraya mengambil shower untuk membilas vaginaku. Dan ia menyiramnya sambil berkata. "Kalau sudah putih dan wangi, pasti banya lelaki yang akan memboking kamu!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Aku terenyak ketika Tante Soraya mengatakan mem-boking. Aku tidak mengerti maksudnya. Aku pun bertanya. "Boking apa Tante?" "Em ... " Tante Soraya hanya menguarkan suara deheman, lalu kembali tersenyum kepadaku sambil menyiramkan air ke vaginaku. Terkadang aku kembali mengangkang lebar ketika ujung shower itu berada di depan rongga vaginaku, aku merasakan geli menggelitik ketika air semprotan yang keluar sedikit kencang menyembur bibir dan klitoris vaginaku.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sudah tante!" kataku menampik lengan Tante Soraya agar ia tidak terlalu dalam merogok selangkanganku, sehingga membuatku kehilangan kontrol akibat nikmat yang kurasa. "Bagaimana segarkan memek kamu?" tanya Tante Soraya. Memang benar aku rasa, selangkanganku terasa fresh dan bersih. "Em ... " Aku mengangguk.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kami pun memakai handuk masing-masing lalu melangkah keluar kamar mandi. Tante Soraya berjalan pebih dulu sedangkan aku di belakangnya. Namun Tante Soraya tidak langsung masuk kamarnya, ia duduk dulu di sofa ruang tamu dengan handuk masih melilit tubuhnya yang padat. Sedangkan aku langsung masuk kamar untuk mengganti pakaian.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
***</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Suasana Spa juga salon tampak sepi dari pengunjung. Aku dan Tante Soraya segera masuk. Sebelumnya seorang wanita penjaga buku tamu mendaftarkan Aku dan Tante Soraya. Karena memang kami adalah pengunjung pertama, kami pun tidak lama menunggu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Suasana di dalam sangat sejuk karena pendingin AC berhembus sejuk menerpa tubuhku. Sebelum petugas salon datang untuk memanjakan kami, Tante Soraya berkata. "Sari, ini adalah salon langganan Tante, disini kita akan di manja dalam merawat tubuh kita. Kamu nanti akan di pijat refreksi agar tubuh kamu fit dan segar." Aku hanya diam sambil memandang sekeliling ruangan itu. Maklum aku baru pertama kali masuk kedalam Spa ini. "Tante juga nanti di pijit juga," tanyaku. "Ia lah, Tante juga kan ingin fit dan terlihat cantik." jawabnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak lama kemudian seorang lelaki berpakaian rapi berwarna putih datang menghampiri kami. "Halo Tante Soraya ... " sapanya sambil tersenyum kepada Tante Soraya. "Hai Bang Salmon ... aku baik Bang!" jawab Tante Soraya kepada lelaki itu dengan panggilan Abang. "Bagaimana Tante mau di pijat," kata lelaki yang bernama Salmon itu. Tante Soraya lemparkan senyum genit. "Ia dong ... lagi kepingin nih di pijat sama Abang!" seru Tante Soraya kepada lelaki itu. Bang Salmon namanya. Orangnya sedikit terlihat tua tapi tampan dan energik. Lalu Ia melirikku sambil lemparkan senyum, aku pun membalas senyumnya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oh iya ... kenalkan ini adik ku," kata Tante Soraya, ia mengaku aku sebagai adiknya. "Bang Herman mana?" Tante Soraya bertanya kepada Bang Salmon sambil menoleh kearah pintu ruang petugas. "Ada Tante di dalam," jawab Bang Salmon "kenapa Tante," lanjutanya balik bertanya. "Iya aku butuh kamu sama Bang Herman," tukas Tante Soraya. "Oke Tantee, aku panggilkan dia!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Bang Salmon segera masuk keruang petugas salon itu. Kini aku tahu ternyata lelaki itu sebagai pekerja. Entah apa pekerjaannya, aku tidak tahu. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak lama kemudian lelaki yang di panggil Bang Herman oleh Tante Soraya keluar dari kamar itu dengan pakaian warna yang sama di kenakan Bang Salmon. Lalu ia menghampiri Tante Soraya seraya tersenyum lalu berkata. "Hai Soraya ... emm baru terlihat lagi sudah lama kamu tidak kesini. Sudah punya tampat yang lain yah ..." katanya menyeringai. Tante Soraya pun lemparkan senyum. "Gak ... aku sibuk aja, jadi belum sempat kemari untuk merawat tubuhku." ujar Tante Soraya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lelaki itu menoleh kepadaku. "Ini siapa?" tanya lelaki yang bernama Bang Herman. "Oh ... Ini adikku dari jawa, kenalkan namanya Sari!" jawab Tante Soraya sambil memperkenalkan aku. Lelaki itu mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, aku pun menyambutnya. "Kami ingin di pijat refreksi tentu paket plus," sambung Tante Soraya. Ku lihat Tante Soraya mengedipkan mata kepada lelaki itu. "Oh ... oke silahkan ganti pakaian kalian dengan handuk yang sudah disediakan di sana!" Lelaki itu menunjuk kearah lemari tempat penyimpanan handuk. Tante Soraya segera beranjak dari duduknya lalu berkata kepadaku. "Sari ... kamu ganti pakaian kamu dengan handuk itu. Jadi hanya pakai dalaman saja, soalnya kita mau di pijit refleksi oleh kedua lelaki itu." Ternyata kedua lelaki itu yang bernama Bang Salmon dan Bang Herman adalah petugas pijat refleksinya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oh ya ... mau satu kamar sekalian apa pisah dengan adik kamu?" tawar lelaki bernama Bang Herman. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ah ... satu kamar saja," jawab Tante Soraya. "Soalnya adikku ini baru pertama kali di pijat refleksi. Lelaki itu mengangguk.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lalu Tante Soraya menarik aku ke lemari tempak handuk itu. "Ayo Sari ... buka semua pakaian kamu. Kalau bisa telanjang." kata Tante Soraya, yang membuatku bingung, masa di pijit sama lelaki segala gak pakai baju. Emang tukang pijit wanitanya gak ada apa! Pikirku.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sedikit ragu aku untuk menanggalkan pakaian yang hanya di baluti handuk itu. Walaupun handuk itu lebar menutupi tubuhku, tapi aku jengah merasakan, lebih-lebih di pijat oleh seorang lelaki dewasa, ah ... Apa rasanya. Ku lihat Tante Soraya sudah mengenakan handuk. Karena ku pikir bersama Tante Soraya dalam satu kamar, maka aku memberanikan diri untuk bertelanjang walau celana dalam dan bra masih kukenakan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Dek Sari ... kamu disana," kata Tante Soraya sambil menunjuk ke tempat tidur ukuran kecil yang hanya untuk satu orang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ku lihat Tante Soraya tidur telungkup sambil menopang dagu, aku pun mengikutinya. Tak lama kemudian data dua lelaki itu, Bang Salmon dan Bang Herman dengan pakaian seragam putih seperti yang tadi. Bang Salmon mendatangi Tante Soraya sedangkan Bang Herman menghampiriku. Namun sebelumnya aku sempat melihat Tante Soraya berbicara pelan kepada Bang Salmon, lalu melirik Bang herman, enatah apa maksudnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dengan posisi telungkup kami pun mulai di pijat perlahan. Berawal dari telapak kaki hingga sampai betisku. Nyaman kurasakan pijitannya. Perlahan namun terasa. Apalagi ketika seluruh betis kakiku di lumuri minyak urut, rasanya hangat merasakannya. Ketika aku rasakan Bang Herman mulai memijat pahaku, ia coba menyingkap handukku, aku merasa risih lalu aku tepak tangannya agar tidak terlalu keatas karena aku merasa kurang nyaman disentuh tangan laki-laki. Lalu Bang Herman berbisik kepadaku.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Maaf... ini sudah tugas kami dalam memuaskan pasien kami. Hal seperti ini sudah terbiasa pada pasien kami yang lainnya. Lalu aku minta padanya agar memijat kakiku saja, jangan masuk ke atas paha ku. Bang Herman pun berkata. "Baiklah!" Ia pun hanya memijat kaki ku saja. Ia melanjutkan. Dengan baluran minyal oil entah apa namanya aku benar-benar terasa di manja. Belaiannya sungguh melemaskan urat-uratku. Dari telapak kaki sampai lutut Bang Herman terus memanjakan dengan sentuhan kelembutan tangannya. Tidak terasa aku seperti dibuainya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Aku melirik dimana Tante Soraya di pijat. Ketika aku memandangnya Tante Soraya pun memandangku. Ia berkata. "Bagaimana? Enak gak di pijat sama Bang Herman?" Aku hanya sunggingkan senyum. "Bang Herman di pijatnya jangan kakinya aja doong..." ujar Tante Soraya kepada Bang Herman. "Permintaan Dek Sari Tante!" jawab Bang Herman. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Aku melihat Bang Salmon membuka ikatan handuk yang dikenakan Tante Soraya. Sedangkan Tante Soraya hanya berdiam saja ketika handuknya di buka bahkan malah ia sengaja agar Bang Salmon membukanya. Benar saja, tak berapa lama Tante sudah dalam keadaan bugil. Tampak bokongnya yang gempal menggoda. Lalu Tante Soraya berucap kepadaku. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Dek Sari... Izinkan Bang Herman membuka handukmu." Aku menggelengkan petanda tidak mau. "Begini sudah biasa Dek sar.. Jangan malu-malu gak di apa-apain kok sama Bang Herman. Paling hanya di pegang-pegang doang!" sambung Tante Soraya kepadaku. "Bukan begitu Bang Herman!?" sambil menoleh ke Bang Herman. "Mereka propesional loh Dek Sar...Gak mungkin mereka memperkosa kamu. Tugas mereka adalah hanya memijat kamu." Tante Soraya berujar. "Tapi aku malu Tante.." kataku.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Aku tetap seperti semula hanya meminta di pijat kakinya saja. Bang Hermanpun melakukannya. Hanya sebatas lututku Bang Herman memijatku. Namun aku terperanjat ketika melihat Bang Salmon memijat paha Tante Soraya yang sudah tidak tertutup lagi tubuhnya di biarkan telanjang bebas. Secara perlahan dan lembut Bang Salmon membelai paha Tante Soraya dari atas ke bawah. Aku melihatnya jadi terhenyak tidak enak, tapi karena tempat tidur khusus pijat sangat dekat dan rasa ingin tahu di hatiku akhirnya aku melihat juga. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Bokong Tante Soraya yang tebal dan bohay membuat aku melihatnya tertegun begitu indah. Mungkin Tante Soraya suka berolah raga sehingga tubuhnya masih terlihat gempal dan padat juga putih. Bang Salmon menyuruh Tante Soraya untuk membuka pahanya yang sebelah kiri sedangkan yang kanan dibiarkan lurus. Lalu Bang Salmon kembali membalurkan oil, tampak licin dan mengkilap paha dan pantat Tante Soraya. Setelah itu perlahan secara lembut Bang Salmon membelai paha Tante Soraya lalu naik ke bokongnya. Ku lihat Tante Soraya sempat bergidik karena geli. Terdengar ia mendesah. "Eesss... " </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak lama kemudian Tante Soraya membuka lagi paha yang sebelah kanan, sehingga ia dalam posisi mengangkat telungkup, sudah pasti liang vaginannya terlihat jelas oleh Bang Salmon. Bahkan pantatnya sempat di angkat. Bang Salmon ku lihat sempat melirik vagina Tante Soraya sambil membalur oil ke telapak tangannya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Bang... Jangan cepet-cepet yah!" kata Tante Soraya perlahan. Kembali Tante Soraya mengangkat bokongnya sambil melebarkan pahanya. Kembali Bang Salmon mengusap perlahan dari paha hingga naik ke bokong Tante Soraya. Dan kembali aku terhenyak ketika telapak tangan Bang Salmon merabah vagina Tante Soraya. "Egghhtt...," desis Tante Soray ketika belahan vaginannya disetuh Bang Salmon. "Egghhtt...," Aku mendengarnya sangat risih sehingga aku reflek ikut berdesis perlahan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Terdengar samar-samar Bang Salmon membisik ketelinga Tante Soraya, "Gimana...teruskan." Tante Soraya mengangguk. Kembali Bang Salmon merabah selangkangan Tante Soraya. Kali ini semakin liar, jari jemari memainkan selangkangan Tante Soraya. Ku lihat tubuh Tante Soraya bergetar hebat ketika vaginanya di pijat Bang Salmon. Usapan di vaginanya membuat kakinya tak bisa diam, sambil manaikan bokongnya sungguh Tante Soraya sangat menikmati vaginanya di sentuh dengan lembut oleh jari jemari Bang Salmon. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tiba-tiba aku merasakan tubuhku ikut bergetar merasakan ketika Tante Soraya berdesah dan bergelinjang aku pun ikut menikmati belaian dan pijatan Bang Herman, walaupun ia masih memijat di sekitar kakiku saja. Tapi aku ikut terbawa irama kehangatan dari belaian dan usapan yang di lakukan oleh Bang Salmon kepada Tante Soraya. Tampa aku sadari aku pun ikut melebarkan kedua pahaku. Ku biarkan pahaku sedikit terbuka, walaupun handuk masih melingkar di tubuhku. Nafasku tak beraturan ketika Bang Herman mengusap di atas lututku. Hangat menjalar melalui darahku. Aku bergelinjang. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kembali ku melihat Tante Soraya yang menikmati pijatan Bang Salmon dalam leadaan bugil. Perlahan bokong Tante Soraya di baluri oil. Tapi kali ini Bang Salmon melepaskan seluruh pakaianya, ia pun bugil dan aku sempat memalingkan wajahku untuk tidak melihat. Kembali aku merasakan usapan dan belaian tangan Bang Herman yang sudah menjalar keatas pahaku. "Bolehkah aku memijat pahamu!" bisik Bang Herman perlahan ditelingaku. Karena pikiranku terbawa irama apa yang aku lihat yang dilakukan Tante Soraya, aku pun mengangguk petanda mengiyakan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Bang Herman menyingkap handukku. Kini celana dalamku terlihat jelas. Ia pun kembali membalurkan oil disekitar pahaku. Hangat aku rasakan ketika Bang Herman memijat lembut kedua pahaku sampai lipatan bokong. Aku menikmatinya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kembali ku melirik ke arah Tante Soraya. "Gila!" pikirku. Dalam posisi telentang Tante Soraya membiarkan Bang Salmon merabah payudaranya bahkan dengan gerakan seolah-olah ingin menjilati seluruh tubuhnya. Buah dadanya yang besar di remas-remas. Tente Soraya bergelinjang nikmat ketika lipatan pahanya di buai dengan usapan lembut dari tangan lelaki yang bernama Bang Salmon.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Apalagi mereka berdua sudah keadaan tampa sebenang pun yang menutupi tubuhnya. Aku coba melihat penis Bang Salmon yang memanjang kekar, baru kali ini aku melihat penis lelaki. Oh... Aku melinu di sekujur tubuhku ketika membayangkan seandainya penis lelaki itu masuk kedalam vaginaku. Sakitkah, ah "Gilaa.." pikirku kembali. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ah..Bang Salmon memukul penisnya ke buah dada Tante Soraya. Plak.. Plak.. Plak.. Terdengar jelas tamparan penis Bang Salmon. Tapi Tante Soraya sangat menikmati tamparan penis lelaki itu ke buah dadanya. Uh... Aku jengah melihatnya tapi aku penasaran dan aku terus melirik walau agak malu aku rasakan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Aku ingin melawan semua dari suasana ini. Tapi aku tak kuasa, entah kenapa harusnya aku keluar dari sini.Tapi seakan-akan hati ini terpatri sehingga aku terbawa suasana yang seharusnya aku tidak merasakan dan melihatnya. "Ah... Gilaa..." batinku berteriak.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lain halnya dengan Tante Soraya, ia benar-benar menikmati. Walaupun ia tidak melakukan apa-apa tapi tubuhnya di gerayangi tangan Bang Salmon. Buah dadanya yang besar itu di baluri minyak oil, sehingga terlihat licin memutih. Bang Salmon menaruh penisnya di tengah-tengan buah dadanya. Lalu secara perlahan disentuhnya secara lembut lalu di himpitkan penis Bang Salmon, karena licin penis Bang Salmon perlahan di gosok-gosok dengan cara maju-mundur di himpitan payudara Tante Soraya, sehingga kepala penisnya menyembul keluar masuk di himpitan payudaranya. Aku melihatnya menelan ludah. "Kontol Bang Salman besar sekali!" batinku. Indah aku pandang benda ajaib sang lelaki, ada rasa ingin memegangnya lalu dimainkan. "Uh.... " Aku sedikit berhayal.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tiba-tiba Bang Herman membisik ditelingaku, membuatku terkejut. "Apakah ingin mencoba seperti tantemu?!" "Ehmm.. Ehmm.. " Aku hanya berdehem isyarat kalau aku ingin di perlakukan seperti Tante Soraya. Rupanya Bang Herman mengerti maksudku. Ia melepaskan handukku yang sedari tadi masih melilit di setengah tubuhku. Ah.. Kini tingga Bra dan Celana dalamku yang tipis. Bang Herman tidak semua membukanya, ia kembali membalurkan minyak oli. Namun kali ini ia membalurkan di belakang tubuhku dari pundak hinggg pinggang. Tapi ketika ia mencoba membuka celana dalamku, aku sedikit terhenyak, lantas Bang Herman berkata. "Izinkan aku membuka penutup ini! (Maksudnya celana dalam yang dikenakan Sari). Aku mengangguk pasrah.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ku biarkan tangan Bang Herman membukanya. Lalu aku merasakan usapan telapak tangan Bang herman ketika ia mulai meremas-remas bokongku. Dan ketika ia menyuruhku untuk melebarkan sedikit pahaku, aku menuruti. Kutarik keatas pahaku sebelah kiri sehingga posisi seperti huruf d, sudah pasti belahan vaginaku sangat jelas. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sentuhan sangat lembut dari tangan Bang Herman membuatku merasakan melayang sehingga ingin tertidur dan kubiarkan Bang Herman menjamah seluruh tubuhku. Bahkan Bang Herman berani membelai selangkangnku. Ku lebarkan mengikuti irama belaiannya. "Emmmm...ahhhh."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lalu aku mendengar suara Tante Soraya berdesah hebat. Ketika ku menoleh padanya, ternyata Tante Soraya dalam keadaan menungging sedangkan Bang Salmon memasukan penisnya dari belakang. Tante Soraya bergelinjang nikmat. "Ah.. Ah.. Ah.. " Tante Soraya berdesah. Plok.. Plok.. Plok.. Terdengar santar suara kulit mereka masing. Sleb bleb sleb bleb. Aku mendengarnya cukup melinukan telingaku.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Bang...ohh..kamu kuat sekalii.." rintih Tante Soraya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Memek kamu enaak sayang..oh." jawab Bang Salmon.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Bang...kontol..enakk...ssst ... Eght..."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Eah...uh.. Uh.. Uh.." Bang Salmon mempercepat gerakannya. Bokongnya mundur maju dengan irama cepat. Plok, plok, plok, </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Bang...kuarin.dong...ssst...cepeet ahh.." desah Tante Soraya, terlihat ringisan dari mimik wajahnya rasa kesakitan. Namun tak berapa lama ia kembali mendesah perlahan dengan kedua mata melirik keatas sayu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oh....yeah...ah...ssst...enak... Uh... Enak....sss...."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tante Soraya menurunkan kepalanya bersandar di bantal dalam keadaan masih menungging. Bokongnya menjulang tinggi sehingga Bang Salmon begitu leluasa memandangnya, juga lebih mudah untuk menusuk penisnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Bang Salmon menarik penisnya lalu di arahkan ke liang anus Tante Soraya. "Gila... Apakah lubang anusnya di pakai juga," batinku, penuh rasa nyeri melihatnya. Ternyata benar Bang Salmon ingin memasukan penisnya yang besar dan panjang ke dalam anus Tante Soraya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Bang...mau apa?" tanya Tante Soraya. Bang Salmon tidak menjawab.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ih....abang..mau lewat dubur yah.?" kembali Tante Soraya berucap. "Jangan Bang...aku belum pernah melakukan ini." Tante Soraya memohon agar Bang Salmon tidak melewati dubur. Tapi Bang Salmon tidak perduli ia masih saja memasukan penisnya perlahan ke rongga dubur Tante Soraya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Eggh..." seru Tante Soraya dengan suara tertahan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Siap yah Tante..." kata Bang Salmon.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ah, kunyuk kau Bang!" hardik Tante Soraya, namun Tanten Soraya malah memberinya dengan cara mengangkat tinggi-tinggi pantatnya. Bang Salmon berdiri di atas bokong Tante Soraya, lalu menurunkan perlahan dengan mengarahkan penisnya ke liang anus. Bang Salmon sudah pengalaman, ia meludahi lubang anus itu sehingga menjadi licin. Kepala penisnya di tempelkan di bibir vagina. Di gosok perlahan lalu di tekan sedikit hanya sampai leher kepala penis. Tante Soraya sempat tersentak ketika kepala penis Bang Salmon sedikit masuk. Rupanya Tante Soraya baru pertama kali di senggama melalui lubang dubur.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ngentot..loe Bang mainnya lewat bo'ol." cecar Tante Soraya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ught.." panis Bang Salmon setengah karam, ditarik kembali perlahan lalu di ulur lagi perlahan. Secara pelan-pelan agar lubang anus Tante Soraya bisa menyerasikan benda yang akan masuk kedalam liang anusny.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sayang... Bo'ol kamu seret..."ucap Bang Salmon sambil merasakan penisnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Pelan-pelan bang..ahh.. Baru pertama kali gue di entot lewat dubur!" jawab Tante Soraya. "Ssst ea....ahh...entot....bo'ol gue serasa pengen berak," celoteh Tante Soraya sambil bergelinjang. "Ssst....egh..."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Bang Salmon segera menusul penisnya lebih dalam lagi. Tante Soraya tersentak merasakan duburnya padat. "Ahhhh..."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sleb...blebeb..</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Uhh..uhh..uh..." Bang Salmon menggoyangkan pinggulnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Uuh.....pelan-pelan bang uh...sakit...uh..." Rintih tante Soraya. "Oh....eah... Ssst...bang....oh...enak..gak..ngentot bo'ol." tanya Tante Soraya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Enaaak...seret ...sayang..emm...ssst...ah..."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Karena sudah merasa beradaptasi, tante Soraya meminta agar Bang Salmon menggoyangkannya lebih cepat. Saat itu juga Bang Salmon menghujam penisnya dengan irama cepat..sleb..blebeb..sleb...blebeb..</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ah..ah..ah..ah," desah Tante Soraya. "Bang...oh... Enak juga di ewek dubur...oh...terus ...bang..entot yang cepat...oh..."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sst...tiba-tiba aku merasakan memek ku ikut berdenyut. Aku pipis sedikit. Entah apa pipis itu, aku merasakan pipis yang aneh. Rerasa basah kasur nya aku merasa gak enak dan malu pada Bang Herman, tapi Pak Herman hanya diam saja sambil focus mengurut kedua belah pahaku hingga sampai bokong. Kare merasa risih akhirnya aku berujar padanya. "Bang! Aku mau pipis dulu, boleh yah, udah gak tahan nih."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Bang Herman tersenyum lalu berkata. "Apakah perlu di ganti spreynya. "Oh...may good.. Ternyata Bang Herman tahu kalau aku pipis karena terangsang melihat Tante Soraya dan Bang Salmon bergumul mesra, di tambah pijatan Bang Herman yang lembut menyentuh organ sensitiv ku." batinku merasa malu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Boleh.." jawabku. Aku pun segera kekamar kecil.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Di dalam kamar kecil aku nelangsah apa yang baru saja aku alami dan kulihat sungguh pengalaman pertama membuat hatiku kebat-kebit. Sungguh nista apa yang aku lihat, aku gadis desa harus tersesat kedalam dunia nista. Apakah ini petanda buruk untuk masa selanjutnya. "Kenapa berniat bekerja di suatu cafe milik Tante Soraya, namun aku di perlakukan begini rupa di manjakan oleh calon bos ku sendiri." batinku penuh tanda tanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak lama kemudian aku keluar dari kamar kecil, dan kembali keruangan pijat dimana Bang Herman menungguku untuk kembali di pijat. Ketika aku mau masuk, aku terkejut saat itu Bang Herman ternyata ikut bergumul bersama Tante Soraya dan Bang Salmon. Mereka bertiga seperti tak kenal jijik. Dalam posisi menungging Tante Soraya menghisap penis Bang Herman yang dalam keadaan berdiri di hadapannya. Sedangkan Bang Salmon mainkan penisnya melalu dubur Tante Soraya dari belakang. Aku tak sanggup melihatnya, karena mereka tidak sempat melihat aku masuk, aku mencoba untuk keluar, namun sebelumnya aku mengambil pakaianku terlebih dahulu, lalu aku pun beranjak keluar.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Aku merasa mual melihat tingkah laku mereka seperti binatang. Dan akj berpikir sepertinya Tante Soraya akan memperalatku, sudah kurasakan semenjak aku datang, aku seperti dimanja bahkan seperti anaknya sendiri. Kedua semenjak aku mandi bareng dia seperti tidak malu dan jengah bahkan ia mau menggosok tubuhku seperti memandikan anak kecil. Aku yakin pasti Tante Soraya ada maksud kepadaku.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
***</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Malam itu terasa dingin, mungkin akan turun hujan. Kota yang penuh sesak tidak biasanya menguarkan udara dingin. Ku duduk di sebuah warung kopi di pinggiran trotoar jalan. Pikiranku melayang ke kampung halaman. Apakah aku harus kembali pulang dengan membawa kegagalan untuk bekerja di kota jakarta. Apakah aku harus tergantung kembali pada keluargaku sehingga menambah beban bagi mereka. "Ah... Jangan, aku harus mencari pekerjaan kembali dengan cara dan usahaku sendiri." batinku.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak lama kemudian seorang lelaki menghampiriku. Tubuhnya profosional, atletis juga tampan. Ia melirikku, dan sunggingkan senyum lalu duduk disampingku. "Hai... Sepertinya ada yang perlu dibantu," katanya mengejutkanku. "Kalau aku lihat kamu seperti orang yang sedang kebingungan." katanya lagi.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Aku hanya diam</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kalau ada yang bisa aku bantu, bicara saja siapa tahu aku bisa membantumu!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rupanya lelaki ini memperhatikan aku. Ia tahu kalau aku sedang kebingungan, mungkin ia melihat mimik wajahku yang kusam dan penuh beban.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jangan malu-malu untuk berujar kepadaku!" kata lelaki itu lagi. "Ini kota jakarta mbak, banyak orang jahat."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lelaki itu sangat mengerti dan perhatian kepadaku. Alangkah baiknya berterus terang saja apa yang aku rasakan. Toh siapa tahu ia bisa membantu dengan mencarikan pekerjaan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aku kesini hanya ingin mencari pekerjaan," kataku dengan nada rendah. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oh..gitu," ucap lelaki itu. "Oh yah kita belum berkenalan, kenalkan namaku Ari!" Ia mengulurkan tanga. Aku pun menyambutnya sambil tersenyum. "Namaku Sari, kepanjangannya Sari Ningsi." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oh yah..makasih," katanya. "Emang mau cari pekerjaan seperti apa!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Apa aja yang penting aku bisa bekerja dan menghasilkan uang."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lelaki itu bernama Ary berpikir. Lalu aku teringat dengan seorang lelaki paruh baya ketika ketemu dan sempat mengobrol masalah anaknya yang tidak tahu entah kemana perginya, di dalam bis ketika mau ke Jakarta. Lelaki peru baya itu bercerita tentang anaknya bernama Ary. "Apakah Ary yang di maksud lalaki yang berada didepan ku ini!" batinku.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aku punya pekerjaan untukmu," kata lelaki yang bernama Ary. "Kalau kamu mau, upahnya sangat besar lumayanlah buat hidup sebulan di kota Jakarta." katanya pula.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Pekerjaan apa tuh?" tanyaku.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hanya mengantarkan barang itu," Sambil menunjuk kearah motornya yang terpakir. "Kamu antarkan barang itu dengan menggunakan mobil umum, nanti aku kasih alamatny." Ku lihat barang itu seukuran kardus mie instan, entah apa isi di dalam kardus itu. Lalu aku bertanya. "Emang itu isinya apa?" "Kamu tak perlu tahu, yang terpenting adalah barang itu sampai ketujuan. Nanti setelah itu kamu dapat bayarannya." ujarnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Bang Ary!" Aku memanggilnya dengan sebutan abang. "Lalu hanya itu,?" kataku bertanya. Bang Ary mengangguk. "Terus bayarannya berapa?" tanyaku lagi. "2 juta kalau barangnya sudah sampai.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Aku berpikir apa salahnya mencoba, toh cuma mengantarkan barang. Akhirnya aku pun menjalankan pekerjaan itu. Ary memberi ku ongkos 500 ribu, sedangkan jarak sangat dekat. Berarti masih ada tersisa banyak uang yang aku terima kelebihan ongkos yang ia berikan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
***</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rumah itu cukup besar berada di ujung jalan sebuah komplek perumahan. Taksi yang aku tumpagi berhenti didepannya. Aju pun keluar setelah membayar ongkos yang aku berikan pada supir. Berdiam sejenak didepannya, tak lama keluar dua orang lelaki dengan penampilan yang sangat seram. Wajahnya buruk seperti penjahat jalanan. Aku sempat takut, dan mereka langusung membukakan pintu dan menyuruhku segera masuk. Rupanya mereka sudah tahu akan kehadiranku. Setelah aku menyerahkan barang itu, akupun pamit untuk pulang tapi seseorang menahanku. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jangan pulang dulu mbak," cegah seseorang dengan postur tubuh agak gemuk. "Saya harus minta dulu keterangan diri mbak!?" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Aku diam. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Nama mbak siapa?" tanyanya lagi. "Dan dari mana asalanya, punya KTP?" Aku pun menyerahkan tanda pengenalku. "Boleh aku periksa tubuh kamu?" kembali lelaki agk gemuk bertanya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Maaf pak. Saya kesini hanya ditugaskan mengantarkan barang dari Bang Ary orang yang baru aku kenal," Aku menjawab tegas.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ia tapi kami harus menggeledah tubuh Mbak dulu!" kata lelaki satunya lagi, ia agak kurus. "Demi keamanan kita bersama kami harus memeriksa tubuh Mbak." "Aku tidak mau," sentakku. "Ini namanya pelecehan!" Aku langsung balik tubuh untuk keluat dari rumah itu. Tapi tangan lelaki itu mencekal lenganku dan menariknya sangat keras sehingga aku terasa kesakitan. "Kamu jangan coba-coba melawan kami." Lelaki gemuk menghentakku, aku ketakutan. "Jangan sakiti saya pak!" pintaku dengan tubuh gemetar.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kami tidak akan menyakitimu kalau kamu menuruti peraturan yang ada disini!" ujar lelaki agak kurus. "Saya harus bagaimana?" jawabku. "Lepaskan semua pakaian mu!" Aku terkejut, tak mungkin aku lakukan bertelanjang didepan mereka. "Cepaat..." sentaknya lagi. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Pikiranku kacau dan tak menentu, akhirnya aku pun menuruti perintah kedua lelaki itu. Perasaan takut menyelimuti hatiku. Ku tanggalkan semua pakaian yang menutup tubuhku, kecuali celana dalam dan bra, namun mereka meminta semua untuk ku lepasakan tampa sehelai benang pun.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Uuhh...lihat, body men masih padet," kata lelaki berbadan gemuk. Sedangkan yang kurus berada di belakang, ia berjongkok memandang bokongku. "Em... coba aku pegang dulu yah!" kata lelaki berbadan gemuk. Ia merabah vaginaku dengan belaian lembut tangannya. "Esss... Indah full tampa bulu," </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Aku kegelian ketika mereka merabah dari dua arah, yang gemuk merabah vaginaku sedangkan yang kurus memijit dua bokongku. Mereka menikmati keindahan tubuhku, aku hanya menangis kecil, hatiku pasrah akan terjadi yang akan membuatku nista. Aku yakin aku akan di perkosa.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dan itu benar adanya, aku dalam keadaan tak berdaya karena mereka mencengramku dalam keadaan tampa busana selembarpun membuat mereka bebas menggerayangi tubuhku. Diatas meja aku direbahkan lelaki berbadan sedikit kurus menahanku dari atas, sedangkan lelaki sedikit gemuk mencekal kedua kaki ku.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kaki kiriku di angkat sehingga sampai pada pundak lelaki gemuk itu. Sedangkan kaki kananku ditekan oleh pahanya yang sudah menghimpitku sehingga aku tak kuasa untuk meronta. Lelaki itu dengan ganasnya mencoba memasuki penisnya ke rongga vaginaku. Perlahan kepala penis membelai bibir vaginaku. Lalu tak lama ia menghujamkan dala-dalam sehingga aku tersentak sakit ketika vaginaku menelan benda yang belum pernah aku rasakan. Sakit di barengi rasa nyeri ketika penis lelaki itu menarik keatas lalu kembali menghunusnya, bahkan ia bergoyang lebih cepat membuat nafasku tak karuan..</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sempat aku tahan rasa sakit itu. Namun kini terasa ada yang lain ketika rasa sakit hilang, kini berganti nikmat pertama kali aku rasakan vaginaku seperti tersumbat. Rasa itu membuat aku bergelinjang "Egh ..." desahku.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lelaki sedikit gemuk terus menggesek-gesekan penisnya dengan cepas. Nafasku megap-megap ketika ia menghujam terlalu dalam sehingga karam seluruh batang penisnya. "Ohh ... enaakkk ... memek ... memek ... ohhh ..." sambil berkata begitu ia mendongak keatas. Aku pun bergelinjang ku coba mendorong tubuhku keatas agar ketka ia menyentakan penisnya tidak terlalu mentok. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Penisnya yang padat menyumpal penisku. Terasa tebal liang vaginaku, Aku merasakan seperti ada kenikmatan sehingga aku biarkan lelaki itu menusuk-nusuk selangkanganku. Walaupun aku berontak hanya untuk mengimbangi agar lebih terasa dan tidak nyerih aku rasakan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Bersambung</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-31083035436505699982015-10-13T11:28:00.000+07:002016-01-09T15:30:25.484+07:00Pendekar Kipas Sakti eps. #3<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXXNvSjShaJx0z7VSB1F5GavfN5d3zgSMLefblNwXbzhTRPDt3EWnWQWIj_yCrQnfQCDwSBERQyOSSsH01eUxaxV61ncB4LBTFe4CoMdfXRUg4OWJpC6Y-AGKl7VvVipyWfBRDqMyB89E/s1600/sadis+bingit.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="299" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXXNvSjShaJx0z7VSB1F5GavfN5d3zgSMLefblNwXbzhTRPDt3EWnWQWIj_yCrQnfQCDwSBERQyOSSsH01eUxaxV61ncB4LBTFe4CoMdfXRUg4OWJpC6Y-AGKl7VvVipyWfBRDqMyB89E/s400/sadis+bingit.jpeg" width="400" /></a></div>
Suara riuh dari hentakan kaki kuda terdengar sangat jelas. Tampak pula debu tipis berhamburan dari kaki-kaki kuda itu. Lelaki bawuk lebat, perut besar seperti badut dan ada tanda goresan luka di wajah sebelah kiri menambah angker penampilannya. Hanya saja pakaian yang dikenakannya pakaian ala abdi kerajaan, sehingga penampilan yang garang tertutup dengan pakaian itu, sebagai prajurit kelas satu, dan pemimpin pasukan yang sangat di segani karena ketinggian ilmunya.<br />
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sedangkan penunggang kuda yang satunya lagi berpakaian rapi, terlihat kalau orang itu bukan dari pihak kerajaan. Pemuda itu dengan ikat kepala putih dan mengenakan jubah biru, terselip Kipas di pinggangnya. Pemuda itu adalah Arya Welang, putra pewaris Kipas Sakti yang diturun kan oleh Ning Warsih bundanya sendiri. (<a href="http://yenyerrow.blogspot.co.id/2015/05/pendekar-kipas-sakti-berotak-mesum-part.html#more" target="_blank">baca kisah sebelumnya</a>)<br />
<a name='more'></a><br />
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kita sudah sampai di bukit cinta kisanak!" Kata prajurit itu kepada Arya Welang. "Kita kepung cecunguk itu di bukit ini. Aku yakin ia berada di sini bersama Wulansari!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Baru saja berkata begitu orang yang berpakaian abdi kerajaan, tiba-tiba terdengar suara ringkik kuda sangat panjang. Semua terkejut mendengarnya termasuk Arya Welang. Ringkikan kuda itu seperti tidak biasa. Suara ringkik kuda yang membuat bulu tengkuk berdiri, seram mendengarnya. Semua yang berada di situ menoleh kearah tujuan suara ringkik kuda itu datang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tampak lelaki paruh baya berpakaian serba putih, serta jenggotnya yang menggerai panjang juga berwarna putih. Orang ini tampak angker mempunyai kumis juga panjang bergerai putih, sehingga rongga mulutnya tak terlihat, bahkan alis matanya pun putih, juga terlihat sayatan bekas luka bergaris di pipi kirinya. Sungguh menyeramkan orang ini laksana manusia tampa darah.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Arya Welang terperangah melihat orang itu. Tak kalah kesiap juga dirasakan ketua pemimpin pasukan kerajaan dan pasukannya. Dengan hati tercekat mereka bersiap menghunus senjata. Ketua pasukan kerajaan itu turun dari kudanya. Seraya lalu bertanya lantang. "Wahai Kisanak! Siapa Kisanak?" Yang di tanya menatap dingin.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Pemuda hati-hati," kata ketua pemimpin pasukan kerajaan. "Sepertinya orang ini bukan orang sembarangan!" ujarnya pula.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Arya Welang menjawab. "Benar Rogoyono, kita harus perhitungkan orang tua serba putih itu." Rupanya pemimpin pasukan kerajaan itu bernama Ronggoyono. Lalu Arya Welang ikut turun dari kudanya. Melihat pemimpin mereka turun dari punggung kuda, prajurit yang melihat itu ikut turun pula dengan siap siaga bertempur.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Maaf Pak tua!" ucap Arya Welang. "Bolehkah kami bertanya siapakah Pak tua ini?" Arya Welang bertanya sambil mendekati orang tua serba putih itu. Orang tua itu menyeringai dengan mata redup tapi terpancar sinar mematikan. Lalu ia pun mulai mengucapkan kata-kata yang sumbang didengar oleh lainnya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Namaku adalah Rengaslawe berjuluk Belut Putih penyebar maut." Sontak pemimpin prajurit tertawa gelak-gelak mendengar pengakuan Pak tua itu. "Hahahaha.. keren sekali julukanmu pak tua yang sudah bau tanah, hahahaha." sontak pula yang lain ikut ketawa. Mendengar ditertawakan Pak tua yang berjuluk Belut Putih penyebar maut, menggeram, lalu berkata. "Siapa yang masuk di bukit ini, tidak akan keluar lagi dengan tubuh utuh!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mendengar ancaman itu Pasukan kerajaan saling berpandangan, kecuali Arya Welang ia hanya tersenyum nyi-nyir. "Kisanak, sebaiknya kita berhati-hati, aku yakin orang tua di depan kita ini bukan manusia sembarangan." ucap Arya Welang. "Aku sendiri baru mendengar julukan Pendekar Belut Putih."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Pemimpin prajurit bawuk itu menghembuskan nafas. "Hai, orang tua! Aku peringatkan!" ujarnya. "Kami dari kota raja, kemari mau mencari orang yang berjuluk pendekar halilintar, apakah pak tua melihat atau mengenalnya.?!" Orang tua itu yang berjuluk Pendekar Belut Putih menyeringai lalu berucap. "Tidak ada orang yang berani kemari. Kalian tersesat. Aku tidak mengenal Pendekar Halilintar yang kau maksud. Aku tidak perduli apa yang kau cari. Kalian telah membangunkan aku, oleh karena itu kalian harus mati ditanganku!." ancam Pendekar Belut Putih. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ck..ck..ck..ck..keren sekali Pak tua ini," Pemimpin prajurit itu mengepalkan tangannya. Rahangnya naik-turun petanda marah. Sambil menoleh kearah prajurit siap memberi aba-aba meyerang. Para prajurit pun bersiaga penuh dengan senjatanya masing-masing. Sebilah golok besar terhunus di pinggang Ronggoyono. "Kepung, cecunguk ini!" Ronggoyono memberi komando penyergapan. Sontak prajurit berhamburan turun dari kudanya dan mengelilingi Pak Tua yang berjuluk Pendekar Belut Putih.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Salah satu prajurit menyerang lebih dulu ke muka Pendekar Belut putih itu. Ia hanya memalingkan muka sedikit, pukulan Prajurit itu mengaenai angin kosong. Dari belakang seseorang dengan cepat membabat kepalanya tapi kasip Ia pun mengelak kesamping dengan lembut. "Benar-benar hebat orang tua ini " gumam Ronggoyono. Dengan golok besarnya Ronggoyono memapas batang leher Pendekar Belut Putih itu. Tampa alih-alih serangan itu juga terelakan. Bahkan yang membuat Ronggoyono meleletkan lidah adalah, ia tidak bergeming sedikit pun dari tempatnya berdiri. Bahkan beberapa prajuritnya terkena pukulan sehingga terpelanting hanya dengan jentikan saja.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ronggoyono terkejut bukan kepalang melihat prajurit yang dipimpinnya bergelimpangan tewas mengenaskan dengan tubuh tiba-tiba berubah mengecil. "Ilmu apa yang di miliki Pak tua ini?" batin Ronggoyono sambil mengambil kuda-kuda untuk bertindak. Ia berinsut kebelakang sekira dua langkah. Kedua tangannya ditarim keatas sambil menghirup nafas panjang, Ronggoyono berkata. "Tunjukan kepandaianmu Pak tua. Lihat ini, pukulan Pembelah Danau akan menghantammu!" Setelah berkata begitu, Ronggoyono menghentakan kedua tangannya ke muka. Sinar kuning melesat cepat keluar dari telapak tangannya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Pak tua serba putih dengan julukan Pendekar Belut itu sempat tertegun dengan ilmu tenaga dalam yang di miliki Ronggoyono, namun dengan tenang Pak tua ini siap menghadang dengan ilmu Penghalang Guntur. Ketika sinar kuning itu menghantam tubuhnya dengan cepat pula Ilmu Penghalang Guntur melabraknya, sehingga menguarkan suara yang sangat keras berdentum. Kedua manusia ini mencelat kebelakang sekira tiga langkah.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Arya Welang melihat pertarungan dua manusia itu sempat terkesiap. Arya Welang merasa tingkatan ilmunya belum sehebat mereka, dia hanya mengandalkan senjata sakti dari Bundanya berupa Kipas Sakti yang diwarisi olehnya. Tapi ia tidak gentar dan menciut melihat pertarungan yang begitu hebat didepan matanya. Karena ia yakin di atas langit ada langit.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ronggoyono jatuh ngedeprok sambil berusaha untuk menopang dengan kedua tangannya. Sedangkan dikala bersamaan Pak tua yang berjuluk Pendekar Belut putih hanya beringsut sambil menahan dengan kedua kakinya. Lalu secepat kilat Pak tua itu menarik lengan bajunya, terlihat sinar putih menyelimuti seluruh tangannya. Sambil melompat kemuka Pak tua itu menggeram sambil menghantam separuh tenaga dalamnya dengan menggunakan ilmu Belut Penghisap darah. Ilmu itu dasyatnya tidak olah-olah, walaupun hanya separuh tenaga dalamnya, namun apabila terkena pukulan itu, maka orang itu akan terhisap darahnya sehinga menjadi kurus kering hanya kulit penutup tulang. Bukan hanya itu, tapi ia akan menyerap tenaga dalam dari korbannya sehingga menambah saktilah Pak tua ini.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Karena Ronggoyono terlihat terpojok, Arya Welang tak tinggal diam. Dengan ilmu Penghancur Tanggul yang dimilikinya, Arya Welang pasang badan didepan Ronggoyono. "Maafkan aku Pak tua," kata Arya Welang menyeringai sambil mengulurkan kedua tangannya untuk menguarkan ilmu Penghancur Tanggul.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Duaar...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Suara keras terdengar lalu di ikuti asap mengepula akibat benturan kedua ilmu masing-masing. Pendekar Belut Putih tersentak ke belakang lalu tertegun sejenak, ia bergumam dengan nada tinggi. "Hai anak muda. Kalau mau mu ingin mati lebih dulu dari orang ini, aku akan senang hati mengantarkanmu ke akherat. Orang tua itu melompat tinggi tau-tau sudah berada di depan Arya Welang, seraya memukul kedepan. Arya Welang mengelak ke kiri. Hempasan anginnya sangat terasa. Arya Welang tidak mau kecolongan, ia segera melompat kesamping untuk mengambil gerakan dan mengatur nafas.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dengan ilmu meringankan tubuh, Arya Welang bersalto kedepan sambil memukul dengan separuh tenaganya. Pak tua itu mengelak tapi tampa disadarinya pukulan itu justru mengarah keperutnya. 'Buuuk' Pendekar Belut putih meringis sejenak lalu mundur kebelakang, sambil menendang kearah tubuh Arya Welang. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Arya Welang bersiap dengan Ilmu Monyet Pelempar Kelapa. Dengan gerakan seperti monyet, Arya Welang berhasil mengelak. Lalu kesempatan Arya Welang untuk memukul balik. Sambil melompat keatas sambil menggaruk kepalanya laksana monyet lapar, Arya Welang menghantam pukulannya tepat di batok kepala Pak tua yang berjuluk Pendekar Belut Putih itu. Namun kasip gerakan Arya Welang bisa dibaca oleh Pak tua itu sehingga hanya mengenai angin kosong.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dengan cepat pula Pak tua itu belik menyerang dengan gerakan Belut Meleok-leok sehingga membuat Arya Welang meleletkan lidah kagum. Gerakannya sangat lincah walaupun Pendekar Belut Putih sudah berusia uzur. Namun gerakannya sangat kuat dan cepat. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Saatnya kamu menjadi korbanku anak muda!" ancam Pendekar Belut Putih.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dengan tenaga dalam penuh, Pak tua itu mendongakan wajahnya kelangit sambil mulut komat-kamit. Entah apa yang terjadi pada Arya Welang jika ia harus kecele dan tewas ditangan Pak tua itu. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tidak tinggal diam Arya Welang bersiap menguarkan Kipas Saktinya untuk menangkis serangan dari Pak tua itu. Dengan sigap ia mengambil kuda-kuda menguar jurus belalak jatuh. Saat itu juga Pendekar Belut Putih kembali menarik tangannya kedada siap menghempaskan ilmu Belut penyebar maut. Sekali sentak menjulur kedepan telapak tangannya, sinar putih keluar dari jari-jemarinya seperti seekor belut. Sinar itu menyerang Arya Welang. Dengan cepat pula Arya Welang menguarkan Kipas Sakti berwarna kuning emas dengan gambar bunga rose. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sinar yang melabraknya disapu dengan kipas itu sehingga menguarkan angin yang sangat dasyat dan panas. Benturan hawa panas yang keluar dari kekuatan masing-masing sangat menggidikan bulu kuduk. Ronggoyono dan prajuritnya terperangah melihatnya. Dengan hati diliputi rasa takut yang amat sangat. Celakalah mereka apabila Arya Welang tewas dalam adu kekuatan itu. Namun ketika sinar putih berbentuk belut itu melesat ketubuh Arya Welang, ketika itu juga sinar kuning yang di hempaskan kibasan dari Kipas Sakti merontokan gerombolan sinar putih berbentuk belut yang mematikan. Terkejutlah Pendekar Belut Putih ilmunya dapat di elakan oleh seorang anak muda itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Arya Welang menyeingai dengan dirinya sendiri. Baru pertama kali ia menggunakan kipas sakti itu didalam pertarungan. Namun itu tidak seberapa dasyatnya. Baru ilmu dasar yang dikuarkannya. Melihat itu Pak tua yang berjuluk Pendekar Belut putih menciutlah hatinya. Namun karena sudah pengalaman di dunia persilatan, orang itu tidak patah arang. Apalagi di usia yang sudah banyak mengalami manis-pahitnya hidup tidak mau ambil malu hanya karena terkalahkan oleh anak muda yang baru terjun ke dunia persilatan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sambil mengerung tampak rahangnya naik-turun menahan amarah, Orang tua itu kembali mengambil kuda-kuda kali ini ia menguarkan ilmu pemungkasnya. Selama ia berterung selama ini, ilmu itu jarang sekali ia gunakan kecuali dalam keadaan terpojok oleh musuh. Tapi kali ini ia sangat menyesal menguarkan ilmu itu hanya karena ingin membunuh anak ingusan seperti Arya Welang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dengan mata menyorot tajam, tubuhnya diliuk-liukan lalu melompat salto sekira dua putaran sambil menghempaskan Ilmu Raja Belut Berduka. Pak tua itu dengan suara melengking langsung membabat ke kanan dengan tenaga dalam yang sudah di aliri ilmu Raja Belut Berduka. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Arya Welang bersiap mengkibaskan kembali Kipas Saktinya dengan cekat dan tepat mengenai batang leher kepala Pak tua itu setelah Pak tua itu gagal membabat tubuh Arya Welang dengan ilmu kesaktiannya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Craaas...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sontak semua yang menyaksilan bergidik ngeri keika kepala Pak tua itu berjuluk Pendekar Belut putih mencelat dari tubuhnya. Lehernya kuntung, darah menyembur deras dari batang lehar yang sudah tampa kepala itu. Mnggelinding tepat di depan Ronggoyono. Lama memandang kepala kuntung itu, Ronggoyono geleng-geleng kepalnya "ck... Ck... Ck... "serunya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
***</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Suasana kampung Ceringin saat itu sedang dilanda ketakutan oleh seorang pendekar wanita separuh iblis. Hatinya kejam walaupun ia berparas cantik dan lemah lembut. Namun dibalik itu semua wanita ini sangat kejam dan sadis dalam membunuh tidak pandang bulu. Sutini namanya. Ia Pendekar wanita dari golongan hitam berjuluk Wanita Cantik Berhati Iblis. Julukan itu sangat ditakuti oleh warga kampung Ceringin, yang selama ini membuat teror warga, yaitu menculik anak remaja jejaka intuk dijadikan pelampiasan nafsunya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Banyak laki-laki remaja seusia 15 sampai 17 tahun yang menjadi korbannya. Anak remaja lelaki itu diculik lalu dijadikan budak seks untuk melayani nafsu bejatnya. Setelah puas anak remaja itu dibunuhnya secara sadis seperti penisnya dipotong lalu dijadikan pajangan untuk ritual ilmu kesaktiannya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Nama Sutini adalah nama samaran agar warga tidak mengetahui kekejamannya. Bahkan kecantikannya dijadikan pemikat untuk menculik remaja laki-laki yang baru mengenal cinta. Tentu sangat mudah bagi Sutini untuk menggoda setiap lelaki remaja.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Siang itu dirasa sangat panas. Banyak warga berteduh diluar rumah hanya untuk mencari angin. Sama hal nya para remaja Kampung Ceringin. Mereka sering sekali main di tanggul pematang sawah sekedar untuk mengobrol dengan rekannya bahkan ada juga untuk memadu cinta di tanggul itu. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jakaole, pria remaja berusia 16 tahun sedang terpaku dibawah pohon suren. Daunnya yang rindang dan batangnya yang kuat dan banyak cabang dahan, membuat Jakaole senang bermain dibawah pohon itu. Dengan seruling kesayangannya, ia melantunkan suara yang sangat merdu keluar dari serulingnya. Didalam hatinya ia berkata. "Alangkah indahnya orang yang sudah mempunyai sepasang kekasih. Mereka saling bercumbu rayu, sedangkan aku, sampai sekarang belum juga mendapatkan pautan hati ini. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Alangkah senangnya ia apabila bisa mendapatkan seorang pujaan hati, mungkin tidak sendiri duduk dibawah pohon suren ini.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tiba-tiba dari jurusan timur tampak sesosok wanita dengan pakaian putih tipis dan lebar seperti daster tapi memakai ikat pinggang sehingga lekuk tubuhnya tampak terlihat jelas. Jakaole terpanah dengan wanita itu, tapi sayang wanita itu terlihat dewasa sehingga Jakaole tidak berani untuk menyapanya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ketika langkah wanita itu mendekat, Jakaole gelagapan melihat wanita itu lemparkan senyum padanya, ia pun membalasnya dengan senyum menyeringai. Sungguh sangat cantik wanita itu, ditambah pakaiannya sedikit tembus pandang karena mengenakan pakaian rajutan jarang sehingga buah dadanya tampak menyembul tampa aling, tampak puting susunya coklat menggoda, buah dadanya padat serta putih pula, tentu membuat Jakaole tak berkedip menelan ludah. Jantungnya berdegup kencang ketika pakaian pihak bawa tertiup angin sehingga pahanya yang gempal putih menggoda terlihat jelas.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Namun yang membuat Jakaole semakin kencang jantungnya berdetak tidak karuan adalah ia baru pertama kali memandang tubuh seorang wanita. Sungguh indah dipandang, bahkan ada yang aneh pada dirinya, terutama alat vitalnya, Jakaole baru pertama kali penisnya mengencang hanya dengan melihat tubuh wanita itu. Wanita itu pun mendekati Jakaole.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Permisi adek, apakah ini yang bernama kampung Ceringin?" Wanita itu bertanya kepada Jakaole. Dengan gugup dan mata nanar Jakaole menjawab. "I, i, iya benar!" Mendengar itu, wanita itu hanya tersenyum, matanya menoleh kesekitarnya. Ada rasa kagum pada pemandangan ditanggul itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Emm... aku mau kerumah Pak Dusun Ceringin ini, maukah adek mengantarkan?" ucap wanita itu lagi meminta. Tentulah sangat senang Jakaole untuk mengantar kan wanita itu. Ia berpikir bisa lama-lama menikmati keindahan tubuhnya yang meliak-liuk kalau berjalan. "Sangat senang hati kakak." jawab Jakaole berseru.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rumah Pak Kades Desa Ceringin memang cukup jauh, dibatasi dengan berhektar sawah. Entah apa niat wanita itu ingin bertemu dengan Kepala Desa. Maksud menolong Jakaole pun mengantarkan wanita itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mereka pun berjalan menuju rumah Kepala Dusun Ceringin yang cukup jauh sehingga harus melewati beberapa petak sawah yang sedang meninggi batang daunnya karena hampir menguning.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jakaole berjalan lebih dulu. Melangkah di pematang sawah hanya cukup setapak kaki itu terpaksa membuat mereka berjalan beringan. Sesekali Jakaole menoleh kebelakang untul melihat wanita itu. Yang dilihat melemparkan senyum manja, membuat Jakaole terpana dan selalu ingin mandang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Angin yang cukup kencang ditengah sawah membuat pakaian yang dikenakan wanita itu menggelebar-gelebar terkadang terangkat keatas sehinga sebatat lutut dan pahanya terlihat jelas. Tiba-tiba wanita itu memanggil.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sebentar adek, kita istirahat dulu!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jakaole menurutinya. Ia dan wanita itu berhenti sejenak, kebetulan ditengah sawah itu ada rumah kecil tempat istirahat buat petani yang sedang bercocok tanam. Dengan melepas lelah wanita itu duduk dirumah kecil itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Adek sungguh indah pemandangan di desa ini." ujar wanita itu. "Persawahan yang membentang luas diiringi angin berhembus sepoi-sepoi membuat aku takzim melihat semua ini!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jakaole mencoba memberanikan diri untuk duduk disampingnya. Ia berdiam tidak berani membuka kata-kata, tak lama kemudian wanita itu menegurnya. "Kenapa adik diam," Jakaole menoleh lalu merunduk malu. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oh yah, berapa usia kamu? Tanyanya kembali.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Karena Jakaole juga ingin berbicara, kesempatan ia menjawab untuk membuka pembicaraan. "Aku, aku..16 tahun kak!" seru Jakaole sedikit gugup.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oh ... sudah cukup umur dan sedang matang-matangnya." wanita itu menyeringai. "Sudah punya pacar yaah?"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ditanya begitu memerahlah wajah Jakaole karena malu. "Belum kak, he...he...he..." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Padahal kamu tampan loh..."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Terbuailah Jakaole disebut begitu. "Makasih kak, kakak juga cantik!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hi...hi...hi... Benar juga kan, kamu ini sudah mulai genit. Terbukti kamu sudah mengetahui mana wanita cantik." Wanita itu tertawa mengiikik. "Pasti adik ini sudah tahu lekuk tubuh wanita, benarkah?" Jakaole tersenyum malu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sudah kak, jangan diteruskan, aku malu." Jakaole turun dari duduknya dan mencoba menghilangkan rasa malunya ia berkata kepada wanita itu. "Bagaimana kalau kita teruskan kerumah Kepala Dusun!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Nanti kakak masih lelah," jawab wanita itu sambil menarik lengan Jakaole untuk kembali duduk disampingnya. "Sini istirahat dulu sama kakak, kamu gak usah malu dan grogi begitu didepan kakak!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Karena tarikannya tangannya cukup keras, Jakole pun akhirnya kembali duduk disampingnya. Lalu wanita itu tidur bertelentang disampingnya. Terlihatlah buah dada yang menyembul. Wanita itu mengangkat kakinya sehingga tersingkap baju lebarnya keatas membuat paha putihnya tampak menantang sangat jelas dipandang. Guratan-guratan kulitnya di tumbuhi bulu-bulu tipis lembut manambah pesona dan menggetarkan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jakaole termangu sejenak, darahnya berdesir hebat, baru kali ini ia melihat dengan jelas biologi tubuh seorang wanita. Bahkan ada yang aneh ia rasakan ketika itu penisnya berdiri namun tertahan oleh celana yang ia kenakan. Jakaole pun menjadi salah tingkah. Dipandang malu gak dipandang sayang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wanita pengalaman dan berhati busuk tentu sudah tahu ekspresi korbannya. Dengan sengaja ia singkapkan baju lebarnya sampai terlihat batok memeknya yang menyembul unik. Jakaole pun meleletkan lidah, matanya tidak berkedip, ia pun menelan ludah terlihat dari rahangnya yang naik turun.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kakak... oh... kok kakak berani sih!?" ujar Jakaole. "Emang adik gak suka kalau melihat ini!" seru wanita itu yang bernaman Sutini alias Wanita Berhati Iblis, seraya malah membuka lebar kedua pahanya, lalu membuka ikat pinggang, sehingga wanita itu sudah separuh telanjang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Melihat itu, Jakaole hanya tertegun melihat tempat-tempat yang dirasa oleh Jakaole sangat menggiurkan birahinya. "Indah sekali batok memekmu kakak!" ujar Jakaole didalam hati. Ia melihat belahan memek wanita itu sangat mempesona walaupun masih mengenakan cawat. Dan yang unik cawat yang dikenakan wanita itu sedikit basah ... "Ah... Kakak memang seksi!" Tegas Jakaole di dalam hati.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Untuk menutupi keburukannya Wanita berhati Iblis ini mencoba pura-pura tidak tahu, dengan sengaja menyingkap bajunya lebih terbuka bermaksud agar anak remaja ini terangsang. Wanita ini tahu, diam-diam Jakaole melirik memeknya. Kurang puas dengan pancingannya, kini wanita itu yang bernama Sutini alias Wanita berhati Iblis mendekati Jakole seraya berkata.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kamu gak gerah apa? Kakak buka baju yah, habis gerah sih!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jakaole hanya diam membesi, dia masih terpana apa yang dilihatnya secara jelas bentuk alat kelamin yang sangat merangsang itu. Penisnya menegang sedari tadi. Terasa ingin sesuatu untuk menyelami vagina wanita itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sutini tahu lelaki remaja di hadapannya sudah mulai merasakan gejolak syahwat. Kesempatan nya untuk menggoda lelaki remaja itu. "Kita telanjang nyu!" Sutini merayu sambil membuka pakaiannya terlebih dahulu. Tentu menambah Jakaole seperti orang dungu, ia hanya diam sambil terus terpana memandang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sutini alias Wanita berhati Iblis, wanita paling ditakuti oleh warga Desa Ceringin karena kesadisannya, kini sudah tampa sehelai benang pun. Jakalole lelaki remaja itu, benar-benar sudah terhipnotis dengan keindahan tubuh wanita itu. Buah dada yang indah lagi putih, dengan puting susu coklat muda, dan lubang pusat yang sangat mempesona, namun tak kalah indahnya ketika Jakole melihat vagina wanita itu. Tembem di kelilingi oleh bulu-bulu tipis disekitar vaginanya. Warnanya merah muda dengan kelentit menjurai, perduli setan disekitarnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Adik buka dong..." Wanita itu menarik pakaian Jakaole yang masih melongong-longong. "Coba lihat baju kamu basah dengan keringat!" Sambil membuka satu-satu pakaian Jakaole. Lelaki remaja itupun hanya pasrah.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lalu Sutini mulai membuka cawat yang dikenakan Jakaole. Tampaklah penis remaja itu. Rupanya sudah tegang keras memanjang. Senanglah Sutini melihat Jakaole sudah tergoda. Ia pun menikmati Penis Jakaole sebagai tumbal dari kesaktiannya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kakak aku malu," ucap Jakaole pertama kali.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kenapa harus malu, kitakan sama-sama telanjang." Sutini menjawab. "Coba lihat, punyamu sama punyaku beda. Tapi punyamu dan punyaku adalah sepasang!" Sambil berkata begitu, Sutini menarik tangan Jakaole dengan maksud agar memegang vaginanya. Jakaole pun menurut. Dipegangnya vagina wanita itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sutini pun tidak tinggal diam, diraihnya penis Jakaole. Sambil merasakan penis remaja yang paling ia suka. Dilihat penis Jakaole sangat beda dengan penis-penis lelaki remaja korban lainnya. Kali ini penis Jakaole sangat cantik dengan bentuk yang elegant. Kepalanya putih kemerah-merahan, jahitan khitan yang sangat rapi. Urat-urat batang penisnya tidak terlalu menonjol,;sehingga sangat lembut tapi keras.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jakaole bergidikan ketika penisnya diusap dan digenggam oleh wanita itu. Ada rasa nikmat dirasakan, Jakaole meracau, "Kakak... aku geli... oh..."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Namun wanita itu tidak mengniraukan. Ia terus mengocok penis Jakaole dengan maju-mundur terkadang pelan terkadang cepat. Jakaole menengadahkan wajah keatas menikmati sentuhan lembut yang mengusap-ngusap penisnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Karena rabahan tangan Jakaole terlalu lembut dikarenakan Jakaole masih konsen dengan kenikmatan kocokan tanganya. Sutini memaklumi itu. Namun perlahan ia mengarahkan jari tengah lelaki remaja itu untuk masuk mengkail vaginanya. Ia pun merasakan sensasi yang sangat luar biasa oleh korbannya yang ke 20 itu. Sudah 19 lelaki remaja yang sudah ia tiduri, tapi kali ini hanya Jakaole yang membuat ia bersensasi hebat.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Adik, kobel memek kakak," kata Sutini pula menyuruh. "Kakak ngocok kontol adik." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mendengar itu, Jakaole tersadar dari kenikmatannya. Ia lalu menuruti apa yang di pinta oleh Sutini. Dengan cekat ia mulai mengobel lebih dalam selangkangan Sutini. Sedangakan Sutini mulai mengocok penis Jakaole dengan irama cepat. "Uh... Uh... Uh... Enak yah dik!" ujar Sutini. Jakole pun mengangguk. "Kobel yang dalam dik memek kakak!" Sutini menyuruh lagi. Jakaole pun segera menusuk-nusuk selangkangan wanita yang lebih tua darinya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kakak, kontol aku jadi enaak!" meracau Jakaole.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sama dik... Memek kakak juga enaak...ditusuk-tusuk, uh... uh... Auh.." balas Sutini bergelinjang nikmat.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kakak..memek..memek kakak basaaah... Ooh..memek...aaah...basaaah..." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ia adiik... Kontol adik juga liciin...kontol... Uh...kontol...aaah..."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sutini berdesah, lalu wajahnya mendekati Jakaole untuk berbisik ditelinganya dan berkata. "Nanti.. Kontoool...kamu..ma...ma...masukin yaaah ke mmemek kakak.." ucapnya berbisik. "Adik entot memek kakak!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kakak... Aku mau pipiss.." ujar Jakaole lugu. Yang sebenarnya ia hampir klimaks.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Samaa...diik... Memek kakak...oh...memeek kaakakk juga...oh...mau pipis...ahhhh" seru Sutini berdesah. "Eaah..enak...kobelan adik enaaak..oh...uuh...ngentot disawah enaaakk.." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak lama kemudian Jakaole mengejang, urat-uratnya mengeras petanda ia akan klimaks. "Kakak...oh...aku..aku..aku.. Mau keluar pipis....eesst"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Croot...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Croot...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Croot...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sutini merasakan hangat dan lengket ditelapak tangannya. Lendir yang keluar dari penis lelaki remaja itu sangat wangi. Ia tahu air sperma lelaki remaja itu baru pertama kali keluar. Berarti ia sudah berhasil mengambil sperma itu untuk dijadikan obat awet muda dan kedikjayaan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Iya adiik, kamu kuarin di telapak tangan kakak!" Sutini berujar lalu menadangkan telapak tangannya didepan penis Jakaole untuk mengambil sperma lelaki remaja itu. Jakaole pun menuruti. Ia menyemburkan spermanya di telapak tangan Sutini</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sungguh banyak sperma yang keluar dari penis Jakaole, maklum lelaki remaja ini baru pertama kali melakukan perbuatan itu. Wajah Sutini sumringah senang mendapatkan sperma dari Jakaole sepenuh telapak tangannya. Lalu ia mendekati sperma itu di rongga hidung dan mencium aroma, wangi sperma dari seorang remaja lelaki yang akan menjadi tumbalnya. Lalu Sutini memandang sejenak sperma itu, mulutnya komat-kamit entah apa yang di baca, lalu meniupkan ke sperma itu yang hampir mengering. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jakaole melihatnya penuh kekaguman, ia melihat Sutini menjilati spermanya seperti kucing minum, tak kenal jijik. Setelah menjilati beberapa jilatan, sperma itu di balurkan kewajahnya dengan rata. Ketika itu juga keluarlah sinar hitam pekat dari wajah wanita itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wajah yang tadinya putih dan cantik kini menjadi hitam menyeramkan. Matanya menyorot tajam berwarna merah lalu lidahnya menjulur keluar seperti ular. Tubuhnya yang telanjang sangat indah kini menjadi bersisik menjijikan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jakaole terkejut bukan alang kepalang. Ia beringsut mudur lalu melompat dari rumah gubuk itu sambil meraih pakaiannya. Tapi telambat wanita dengan wajah buruk rupa itu sudah mencekal lehernya, sehingga Jakaole berbalik memandangnya. Saat itu juga secepat kilat Wanita berhati Iblis itu menarik penis Jakaole dengan cepat sehingga putus. Jakaole berteriak keras kesakitan, suaranya sampai menggema ke Deaa Ceringin.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Aarrgggg.....</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Teriak Jakaole, menangis merasakan sakit diselangkangannya yang kini tampa penis lagi. Darah mengucur dari biji peler yang masih menggantung. Ketka itu juga Jakaole kelojotan seperti ayam di potong matanya mendelik, nafasnya tak teratur.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wanita berhati Iblis dan buruk rupa itu tertawa mengikik puas. "Hiii..hi..hi..hi..kini sudah genap menjadi 20 penis yang akan aku koreksi buat ritual kecantikanku dan kesaktianku. Sambil terus tertawa mengikikk puas, lalu wanita itu mencelat pergi sekejab mata meninggalkan Jakaole yang terkulai pingsan tak sadarkan diri, lalu tak lama kemudian terlepas nyawanya</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
***</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kabar kematian Jakaole dengan mengenaskan membuat gempar Desa Ceringin. Kepala Desa Ceringi kembali kecolongan kesekian kalinya. Dengan wajah merah menahan marah Kepala Desa Ceringin berkata kepada para warga. "Kita harus melaporkan ini ke kota raja." Ujar Kepala Desa Ceringin berapi-api penuh kemarahan. Sedangkan orang tua dari Jakaole menangis terseguk-seguk. Mereka tidak percaya kalau anak lelaki semata wayangnya menjadi korban wanita berhati iblis.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Malam pun telah kelam. Semenjak kejadian itu ronda bergilir diadakan. Masing-masing peronda dibekali senjata. Juga Pendekar tangguh di terjunkan oleh Kepala Desa untuk membantu warga meronda. Bukan hanya peronda yang berjaga malam, kaum ibu pun turut begadang didalam rumah. Lebih-lebih keluarga yang masih punya jejaka atau bujang, mereka sngat takut sekali jika anaknya menjadi korban selanjutnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Berita ini tersiar sampai kekota raja. Adipati setempat pu mengerahkan pasukan untuk menangkap wanita berhati iblis ini. Dengan sekompi prajurit serta Pendekar berilmu tinggi pun dikerahkan untuk menangkap wanita ini hidup-hidup tentu akan mendapat imbalan berupa upeti.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
***</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Puncak Gunung Merapi terlihat cerah. Tidak ada aktifitas alam yang membahayakan penduduk disekitarnya. Asap lahar pun seakan-akan hilang terhembus angin. Di badan gunung dibawah pohon kering akibat tergilas awan panas saat ketika gunung merapi itu, menunjukan estensinya, sebagai makhluk maha dasyat ketika isi perutnya di muntahkan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Di rumah terbuat dari kayu jati yang hanya tertutup ijuk atapnya, terlihat sederhana. Dari dalam rumah itu kekuar wanita paruh baya namun masih tampak seksi dengan body yang sangat ideal sebagaiman wanita muda pada umumnya. Wanita itu mempunyai khas berkuncir kuda. Wanita itu sangat disegani dari segala perguruan silat delapan penjuru mata angin. Wanita itu adalah Ning Warsih, ibunda dari Arya Welang pewaris kipas sakti darinya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ning Warsih berdiri memandang kejurusan mentari pagi bersinar, seraya mengangkat kedua tangannya lalu menaril pulang sambil menarik nafas panjang, lalu disatukan telapak tangannya didada. Rupanya wanita yang bernama Ning Warsih (Baca kisah pertama) itu sedang olahraga yoga pernafasan tenaga inti dasar.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tiba-tiba terdengar suara orang tertawa dari balik batang pohon, tentu membuat Ning Warsih terkejut. Dengan nada keras ia berucap. "Siapa? Jangan coba-coba membuat mata maling!" Setelah berkata itu. Tampak sesosok manusia kate loncat dari batang pohon. Ia tertewa mengekek, lalu manusia kate itu mendekati Ning Warsih.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ki Jamprit rupanya," kata Ning Warsih berucap setelah menoleh manusia kate itu yang bernama Ki Jamprit. "Ada apa akang kemari?!" katanya lagi. "Sudah lama aku tak mendengar kabarmu!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Manusia kate itu menyeringai. "Maaf nyai, aku kemari mau mencari anak muridku, apakah Nyai mendengar tentang keberadaannya. Ning Warsih ditanya malah menengadah kelangit untuk meneruskan yoganya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kenapa dengan muridmu itu," Ning Warsih bertanya sambil terus melakukan olahraga yoga.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aku mencari murid yang murtad itu untuk kuhukum karena perbuatan dosanya terlalu melampaui batas takaran." jawab manusia kate itu yang bernama Ki Jamprit. "Dosa apa yang ia perbuat sehingga kau bilang ia murid murtad," Ning Warsih malah balik bertanya. "Aku dengar ia paling dicari nomer satu oleh prajurit kota raja," jawab Ki Jamprit alias manusia kate.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Siapa nama muridmu? </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sutini. Kini ia berjuluk wanita berhati iblis. Julukan itu diberikan oleh masyarakat karena kekejamannya serta kesesatannya." Manusia kate itu berujar. "Kalau aku ketemu dengan muridku itu, aku akan membawanya pulang dengan paksa walaupun aku mati ditangannya."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ning Warsih menghentikan Yoganya. Ia berjalan kedalam rumah sambil berkata kepada manusia kate itu. "Lebih baik kita ngobrol didalam aja Akang." Manusia kate itu pun mengikuti untuk masuk kedalam rumah.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sudilah Nyai untuk membantu sahabatmu ini," kata manusia kate, duduk bersila. "Muridku mempelajari ilmu iblis, banyak jejaka yang menjadi korban ketumbalannya. Dia sudah membunuh 20 jejaka bahkan ia harus mencapai 50 jejaka yang ia ambil penisnya untuk di jadikan persyaratan untuk mencapai kedigjayaan paling tinggi. Jika semuanya tercapai, maka ia akan abadi dengan kecantikannya. Ilmunya sangat mumpuni kebal dari berbagai senjata."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mendengar penuturan manusia kate alias Ki Jamprit, Ning Warsi kerenyitkan kening. Sebagai sesama wanita, ia harus menyadarkannya. Mungkin Sutini alias wanita berhati iblis itu di pengaruhi oleh kekuatan ghaib. Ning Warsih berpikir, ini memang tak bisa dibiarkan, karena membuat gempar dunia persilatan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Baru membatin begitu, Ning Warsih teringat putranya Arya Welang. Jejaka yang baru angkat dewasa itu, membuat hatinya takut akan keselamatannya, terutama apabila ia juga menjadi korban kebuasan wanita berhati iblis itu. Namun itu tak mungkin, putranya sudah dibekali dengan ilmu kanuragan dan pusaka Kipas sakti. Hanya saja Ning Warsih teringat akan kelemahan putranya itu, apabila perkiraannya benar ia juga akan menuruni mata keranjangnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lalu terbesit dihatinya, sebelum Arya Welang menjadi korban karena rayuan dari wanita berhati iblis itu, sebaiknya ia harus memberitahukan terlebih dahulu kepada Arya Welang, bahwa tugas pokok utamanya dalam menjadi pendekar yaitu menolong yang lemah dan memberantas kejahatan di muka bumi.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Baiklah, saya akan tugaskan anak kandung saya Arya Welang!" ucap Ning Warsih.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Manusia kate itu pun tersenyum. "Terima kasih Nyai." Lalu menjura hormat. "Saya izin pamait Nyai!" Ning Warsih mengangguk. Manusia kate itupun beranjak pergi.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Setelah itu Ning Warsih masuk kedalam kamar khusus ritual. Ia bersila sambil menyatukan tangan lalu di letakkan di dalam depan dada. Matanyanya terpejam, mulutnya tampak komat-kamit, rupanya ia ingin ber-telepati jarak jauh kepada Arya Welang. Ilmu khusus yang dimiliki Ning Warsih untuk menyatikan batin kepada anaknya. Pemanggilan melalui batin ini antara Ning Warsih dan Arya Welang sangat mumpuni, apalagi masih ada ikatan batin antara anak dan ibu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sementara itu Arya Welang yang sedang berada di bukit cinta bersama Ronggoyono dalam pengejaran pendekar Halilintar yaitu Santar Ulung, ia menculik anak adipati Suka Jaya yaitu Wulansari belum menuaikan hasil. Bahkan ia harus berhadapan dengan seorang pendekar yang aneh serba putih yang mati saat bertarung padanya yaitu pendekar Belut Putih. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tiba-tiba hatinya tersentak panas. Ia terbayang dengan wajah bundanya. Dengan wajah tergugu, Arya Welang merasakan kalau ibunya membutuhkannya. Ia pun segera duduk bersila sambil menyilangkan tangan menarik nafas lalu menajamkan pendengaran. Benar ternyata sang bunda memanggilnya. Didalam dialognya secara ghaib, sang bunda menyuruh Arya Welang segera menangkap wanita berhati iblis apa yang di uraikan manusia kate sebagai gurunya. Setelah Arya Welang mengerti apa yang dimaksud sang bunda, ia pun mengakhiri pembicaraan jarak jauh. Kini dia mendapat tugas langsung dari sang bunda. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Saat itu juga Arya Welang memutuskan untuk izin pulang kepada Ronggoyono. Ronggoyono memaklumi. Kini pencarian untuk menangkap pendekar Halilintar hanya Ronggoyono beserta prajuritnya. Secepat kilat Arya Welang pun pergi dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh untuk mencari wanita berhati iblis.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kelanjutannya=> Di <a href="http://yenyerrow.blogspot.in/2016/01/pendekar-kipas-sakti-3.html#more" target="_blank">sini</a><br />
<br />
<a href="http://yenyerrow.blogspot.co.id/2015/03/pendekar-kipas-sakti-berotak-mesum.html" target="_blank">Bag Satu</a><br />
<a href="http://yenyerrow.blogspot.co.id/2015/05/pendekar-kipas-sakti-berotak-mesum-part.html#more" target="_blank">Bag Dua</a></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-16145132657493530972015-10-09T10:08:00.000+07:002015-11-26T15:23:13.869+07:00Ghost Castle part 2<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMP1h-ZUUvo6_Xfp7xkfZsg89MEoMjox1QKXwAcL4FHSBdJxXyWP1YIy3YmDwulvuJjzKICjd_FPr5bYKWOVwPDwkrue7CPlwxmvUo8-gHA1R0bQ57_wMWzsDsZYqknTM-51lZdLMdmdY/s1600/rumah+a.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMP1h-ZUUvo6_Xfp7xkfZsg89MEoMjox1QKXwAcL4FHSBdJxXyWP1YIy3YmDwulvuJjzKICjd_FPr5bYKWOVwPDwkrue7CPlwxmvUo8-gHA1R0bQ57_wMWzsDsZYqknTM-51lZdLMdmdY/s320/rumah+a.jpeg" width="320" /></a></div>
<a href="http://yenyerrow.blogspot.co.id/2015/04/ghost-castle.html#more" target="_blank">Sebelumnya</a><br />
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="color: #cc0000;">SATU</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Pagi itu dirasa sangat indah bagi anak-anak. Mentari pagi menghangatkan tubuh dan suara riuh ayam jantan berkokok, memberi semangat. Seakan-akan menyuruh anak-anak bangun lebih awal dikarenakan perjalanan menuju rumah hantu itu sangatlah jauh serta jalannya berliku penuh terjal. Oleh karena itu, paman George menyuruh agar berangkat di pagi hari, sehingga sampai di sana masih keadaan terang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Paman George khawatir terjadi masalah sebelum sampai ke istana itu, oleh karenanya Paman George menyuruh anak-anak berangkat lebih awal. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
Rose terlebih dulu bangun dari paraduannya. Boneka Barbie kesayangan, di raih lalu dirapikan rambut Boneka Barbie itu penuh dengan kehati-hatian. Sambil mencium bonekanya Rose berkata pada Barbienya; "Em...aku rapikan dulu rambut kamu, dan ku ganti bajumu yah cantik..!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tok tok tok</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant mencoba untuk membangunkan chesy dan Rose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Masukkk..gak di kunci!" kata Rose dari dalam kamar.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant segera masuk. ""Selamat pagi Rose, selamat pagi chesy," sapa Brian. "Pasti tidur kalian sangat lelap?. Oh..yah Jose sudah menunggu di depan. Segeralah bersiap-siap untuk perjalanan kita!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rose dan Chesy segera beranjak. "Yuhuuu...sapa pagi dengan ceria.." kata Chesy semangat. Rose pun segera bangkit, sebelumnya ia merapikan boneka Barbie kedalam tas khusus. "Oke Briant..." kata Rose tersenyum. Briant pun menyambut dengan senyuman hangat.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Peralatan dan persiapan telah lengkap. Mereka bergegas menuju mobil elf. "Hai..! Mana Paman George," seru Jose. Chesy menoleh kekanan dan kekiri untuk mencari keberadaan Paman George. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Barusan sedang duduk santai di ruang belakang," kata Briant. "Ches...coba kamu lihat diruang belakang," kata Briant kembali.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Chesy segera berlari ke ruang belakang. Namun tidak terlihat paman George duduk di bangku ruang belakang itu apa yang dikatakan Briant. Lalu chesy mencari ke sisi timur siapa tahu Paman George sedang berada di samping rumah memberi makan hewan ternaknya. Ternyata tidak ada juga. Akhirnya Chesy kembali bersama anak-anak.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ada gak Chesyy..! Paman Geors?" Jose bertanya lebih dulu. "Iya ada gak?!" sambung Briant. Chesy menggelengkan kepala. "Kemana Paman George!?" gumam Jose kembali. "Sudah, kita cari ramai-ramai. Cari Paman George di di ruang bawah tanah, mungkin Paman George di sana!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mereka pun terpencar untuk mencari keberadaan Paman George. Chesy dan Briant mencari ke sisi rumah dan ladang gandum. Sedangkan Jose dan Rose mencari kedalam ruangan dalam. Jose tahu kalau di ruang dapur terdapat ruang bawah tanah. "Rose kita cari Paman George kedalam ruang bawah tanah itu," seru Jose sambil menunjuk kearah bawah di lantai dapur, terdapat seperti penutup lubang di lantai itu, yang terbuat dari kayu balok yang sangat tebal. "Coba kita lihat!" Rose berseru.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Di angkat penutup lubang itu, namun tidak terbuka seakan-akan terkunci dari dalam lubang itu. "Ah!.. Berat sekali penutup lubang ini!" Kata Jose. "Apakah kita panggil Chesy dan Briant," kata Rose. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Emm..Jose berdehem lalu diam sejenak. Ia berpikir keras cara membuka penutup lubang itu. Ada sela untuk di congkel, tapi masih saja keras tidak bergerak sedikit pun. Lalu Rose mencoba ikut membantu mendongkel menggunakan alat seperti besi panjang. Sial, masih saja tidak bergerak. Rasa penasaran terus dirasakan oleh Jose dan Rose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak lama kemudian, lamat-lamat terdengar suara Chesy dan Briant dari pintu luar.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Josee.. Rose.. Kamu dimana?" yang memanggil adalah Chesy.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kami disini! Didapur," Jose menjawab lantang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant dan Rose menghampiri. "Lihat kawan, sepertinya ada lorong rahasia di bawah sini," ujar Jose. "Coba kita lihat. Tapi sayang! Penutupnya susah sekali di buka!" seru Jose kembali.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant menoleh kekanan, kekiri melihat benda apa saja yang bisa dijadikan alat untuk membuka pintu ruang bawah tanah itu. Ruang yang masih rahasia, apakah benar itu ruang bawah tanah atau bukan. Di hati Briant bertanya, buat apa Paman George membuat ruang dibawah tanah. Pasti ada rahasia yang tersimpan. Tapi kemanakah Paman George pergi. Padahal Paman George tahu kalau pagi ini anak-anak akan berangkat ke rumah berhantu itu. "Sungguh aneh!" gumam Briant didalam hatinya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Briant lihat!" kata Jose. Sambil menunjuk kearah jendela. "Itu ada seikat anak kunci. Coba ambilkan, siapa tahu ada kunci buat membuka pintu rahasia ini."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant segera mengambil ikatan anak kunci yang ditunjukan Jose. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sepertinya salah satu anak kunci ini bisa membuka pintu ruang rahasia itu." kata Briant sambil memberikan anak kunci kepada Jose. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose memilah-milah anak kunci itu dengan teliti, namun kunci itu tidak sama dengan rongga rumah kunci penutup lubang ruangan bawah tanah. Lalu Jose melihat sebuah lubang pahatan berbentuk segi lima, ukuran setelapak tangan. "Pasti ada pasangannya," seru Jose membatin. "Tapi mana! Kunci-kunci ini tidak ada yang sama." Jose berpikir keras.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tiba-tiba terdengar suara Paman George dari arah belakang mereka, mereka pun terkejut! "Sedang apa kalian disini?" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Pa.. Paman! Paman dari mana saja kami cariin, tapi paman tidak ada," ucap Briant. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Iya Paman! Padahal kami menunggu paman, bahwa kami mau berangkat kerumah hantu itu," Chesy menimpal. "Kemana aja sih Paman ini" sambung Chesy bertanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Paman George menyeringai lalu berkata. "Paman baru saja keluar rumah!" jawab Paman George. "Oh yah..maaf kan Paman! Kalau kalian mencari-cari Paman, uh..sudah siang, sudah kalian berangkatlah." ujar Paman George lalu berbalik badan untuk pergi keluar.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tunggu Paman!" kata Briant. Paman George menoleh kembali.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Boleh tanya Paman, ini sepertinya ada ruang bawah tanah, kalau boleh tahu, ruang apa Paman!?" Briant bertanya dengan mimik wajah serius.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Paman George menarik nafas dan sempat terdiam beberapa saat. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oh.. Itu. Bukan apa-apa hanya ruang tempat penyimpanan barang-barang bekas!" jawab Paman George. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant terdiam. Masih tanda-tanya dihatinya mengenai ruang bawah tanah itu. Rupanya Paman George menyimpan rahasia dari anak-anak. Namun Briant tidak gegabah dulu untuk menanyakan lebih detail lagi. Takut paman George tersinggung. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Perasaan yang sama juga dirasaka oleh Jose, Chesy dan Rose. Mereka saling pandang. Lalu Jose berdiri dari tempat itu. "Sudahlah, ayo kita berangkat ke rumah hantu itu," kata Jose. Mereka pun keluar menuju mobil yang sudah terparkir sedari tadi.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sementara anak-anak sedang membereskan barang-barang yang akan dibawa, Paman George memandang anak-anak penuh sesuatu yang tersimpan dihatinya. Perihal Ruang bawah tanah.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Paman kami berangkat," kata Chesy sambil melambaikan tangannya. Paman George pun membalas lambaian tangan, namun Paman terlihat melemparkan senyum kecut. "Daah..Pamaan..." sambung Rose juga melambaikan tangan kepada Paman George.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="color: #6aa84f;">DUA</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Bukit-bukit tampak terlihat indah di pandang mata. Serumpun pepohonan vinus menari-nari seolah-olah menyambut mereka di tengah perjalanan. Daunnya rindang, batangnya kekar lurus menjulang tinggi menambah sejuk, tidak panas. Keempat remaja ini berdiam masing-masing menikmati alam disekitar bukit itu. Rose, sesekali membelai rambut boneka Barbie, terkadang ia cium begitu sayang seperti kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Melihat tingkah laku rose kepada boneka Barbienya, Jose yang melihat itu tertawa menggelitik di dalam hatinya. "Wanita aneh kamu rose," batin Jose. "Ngomong sendiri sama boneka hi hi hi" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Melihat Jose tersenyum simpul sendiri, Chesy menjadi bingung melihat Jose. Terpintas dihati untuk membuat Jose kaget.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Dooor."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hayooo..lamunin apa tersenyum sendir!" sentak Chesy mengejutkan Jose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose pun terkejut sambil mengusap-ngusap dada karena kaget. "Bangun, bangun,, makan nasi pakai lalap petay," kata Jose. "Uh..kamu itu Chesy..ngagetin aku aja." Chesy hanya tertawa kecil, "Hi hi hi iya iya maaf..abisan kamu senyam-senyum sendiri kaya orang gila diperapatan jalan." tukas Chesy manja sambil mencubit hidung Jose. "Ah.. Kamu ini!</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lalu mereka bersandar pundak. Dirasakan sangat hangat tubuh Chesy dirasakan oleh Jose. Seraya membelai rambut Chesy yang terurai dan awut-awutan akibat dikibas angin dari jendela mobil yang sengaja dibuka agar angin masuk. Maklum mobil itu tampa pendingin AC.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Chesy membelai telapak tangan Jose dengan jari-jemarinya. Ada rasa geli menggelitik dirasakan Jose. "Em...em...Chesy..geli sayaang.." kata Jose. Bukan hanya jari-jemari yang menggelitik, tapi telapak kaki Jose serta merta di gelitik oleh kaki Chesy. "Hi..hi..hi..nakal kamu Chesy," ucap Jose sambil mencubit hidung Chesy. Lalu Chesy pun tersenyum manja.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sementara itu, Briant dan Rose duduk dibangku belakang. Mereka hanya berdiam membesi. Tatapan mereka hanya memandang keluar. Sedangkan Rose terkadang berkali-kali mengangguk akibat kantuk. Angin yang masuk melalui kaca jendela mobil mengusap-usap mata Rose. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sedangkan Jose dan Chesy masih bercanda kecil, bercumbu rayu, saling menghangatkan tubuh masing-masing. Tangan Chesy yang nakal membuat Jose tak karuan di buatnya. "Sudah ah, jangan menggelitik!" kata Jose. Namun Chesy masih saja menggoda Jose dengan jari-jemarinya penuh syahwat. "Chesy... Sudah dong.. Aku geli. Kamu suka banget sih gelitikin orang," bisik Jose pelan. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jos..aku mau tanya!" kata Chesy.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tanya apa sayang?" jawab Jose. Kata-kata sayang yang di lontarkan Jose membuat hati Chesy berbunga. Ia pun memerah wajahnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Em... Aku mau tanya.. Menurut kamu aku seksi gak sih!?"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Em...seksi kok, seperti artis-artis di tv gitu," jawab Jose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oh yah..acara apa tuh...?" Chesy balik bertanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Artis Blue Film ha ha ha ha" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Enak aja.. Gak lucu," Chesy memukul pundak Jose. "Emangnya aku wanita apa!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Iya.. Maaf becanda..!" balas Jose. Lalu membelai rambut Chesy yang terurai masay.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose melihat bibir Chesy merah merona. Di pandangnya dalam-dalam. Chesy melihat Jose jadi bingung dan salah tingkah. Ia hanya menunduk malu, tidak berani menatap wajah Jose. Sedangkan Jose masih saja memandang bibir Chesy merah meranum. Dengusan nafasnya sangat terasa menghangatkan wajah Chesy. Tak lama kemudian Jose mengulurkan bibirnya perlahan. Dirasakan ada sesuatu ketika Jose mengulurkan bibirnya. Chesy mengerti, Jose ingin mencium bibirnya. Ia pun menyambut seperti magnet dengan membalas mengulurkan bibir.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Nafasnya sangat dekat dan hangat. Dirasakan oleh Chesy indah ketika bibir Jose menyentuh tipis bibirnya. "Jose...em..." Chesy bergumam desah. "Jose....ahhh...em...em...em..." erangan hangat Chesy menikmati bibir Jose</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sayang jangan berisik dong!..gak enak sama tetangga belakang!" kata Jose, yang dimaksud adalah Briant dan Rose..</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tampa dirasa oleh Chesy, rok yang dikenakannya tersingkap keatas, sehingga tampak jelas paha Chesy mulus merangsang. Jose sempat melirik, namun ciuman Chesy yang menghujam bibirnya membuat tak sempat melirik. Tapi Jose tidak kehilangan akal, tangannya bermain. Di usapnya paha Chesy dengan lemah lembut. "Hayoo.. Mulai nakal!" bisik Chesy di telinga Jose. Jose melepaskan bibirnya dari bibir Chesy.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Spontan sayaang.." kata Jose beralasan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Em...gitu yah.. Masa siih.." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Iya benar. Suer dah,"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Mie apa,?!" cecar Chesy becanda.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Mie ayam pakai baso," jawab Jose menyeringai.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"He.. He.. He.. "</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Chesy tertawa kecil. "Em.. Sebenarnya kamu itu cinta gak sih ama aku?" tanya Chesy.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Cinta sayaang.." jawab Jose. "Emang belum cukupnyah pengorbananku.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kurang!" ucap Chesy.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kurang apanya?" Sambung Jose bingung.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kurang, kurang, kurang, kurang ciumannya sayaang...hihihi." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Chesy kembali mencium Jose. Sedangkan yang dicium terperanjat kaget. "Sompret,, bisa ja kamu Chess..!" batin Jose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Bukan hanya mencium bibir, Chesy lebih nakal dari yang dikira Jose. Tangannya sudah berani merabah-rabah dada Jise dan memaksa agar Jose membuka bajunya. Dengan ciuman lembut, tentu membuat Jose merasa tertantang. Darahnya mengalir deras. Jantungnya berdegub kencang tak karuan, ketika Tangan Jose di tuntun oleh Chesy untuk mengusap pahanya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose tidak menyia-nyiakan itu. Dirabahnya paha Chesy merasakan kelembutannya. Terasa hangat dirasakan telapak tangan Jose ketika merabah penuh membuncah. Sedangkan Chesy menikmati dada Jose perlahan tapi pasti. "Geli sayang.." Ucap Jose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sebelum menemui setan namun setan sudah menggoda kereka lewat aliran darah. Aliran darah yang sudah disusupi dengan nafsu syahwat. Jose mengangkat Rok mini yang di kenakan Chesy. Dengan sentuhan jari-jemarinya Jose memberanikan diri untuk merabah selangkangan Chesy. Dirasa celana dalam Chesy terasab tipis, sehingga terasa belahan vaginanya sangat kentara dirasakan Jose. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Chesy bergeli jang geli. Karena setan sudah menguasainya, justru Chesy mengangkat dan melebarkan pahanya, tentu menambah bebas bagi Jose untuk meng-kail liang vagina Chesy dengan jari tengahnya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jose..oh..kamu nakal.!" bisik chesy lembut ditelinga Jose. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose tidak perduli. Ia terus menikmati hangatnya belahan selangkangan Chesy di jari-jemarinya. "Ia sayang...oh.." Jose mendesah nikmat. "Egh....essst..." Kobelan Jose membuat Chesy semakin menggelepar enak. "Terus Jose....oh...terus...ah...kobel memek aku Jose...aaah.." Chesy meracau didalam hati. Nikmatnya kepalang setan, ketika Jose mengocok-ngocok Vaginanya dengan naik-turun. "Jose...oh...enak...enak josee...oh.." ujar Chesy menyeringai dengan mata merem-melek, naik turun tubuh bergelinjang nikmat tiada tara.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oh...sayang.. Oh...indah...indah...indah aku rasakan memek kamu sayang..oh..." Jose meracau.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Iya... Tangan kamu...oh ..memek aku.. Enak nih...essst terus sayang yang lebih dalam sayang...oh..."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Em...aku buka yah celana dalam kamu," kata Jose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Eh. Eh. " jawab Chesy sambil mengangguk.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose mulai menarik kebawah celana dalam yang dikenakan Chesy. Agar lebih mudah, Chesy mengangkat pantatnya sedikit. Melorotlah celan dalam Chesy. Jose melirik gumpalan daging yang terbelah ditengahnya. Serta disisi liang vagina itu serumpun jembut tipis menghiasi dengan indahnya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ay.. Inikah yang namanya memek?" batin Jose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kembali Jose mengusap-usap Vagina Chesy. Di elus-elus batok vaginanya dengan telapak tangan. Chesy bergelinjang. Di luar kesadarannya, Chesy membuka pahanya dengan mengangkang lebar-lebar. Sehingga belahan vaginanya meletek luas, tampaklah kelentit menjura keluar dari liangnya. Warna kelentitnya merah dan sedikit licin seperti tanduk keong racun. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose sangat beruntung. Di rabah-rabah sisi belahannya seraya berucap; "Chesy...oh...memek...Chesy..oh..memek kamu...oh...memek...uuh.." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tubuh Chesy bergidik nikmat. Ototnya terasa ditarik-tarik. Nikmat yang sangat luar bias dirasakan Chesy. Nikmat pertama kali di rasakan. Nikmat dan enak petala setan. Karena Jose tahu, kalau Chesy berteriak karena keenakan, maka Briant dan Rose yang duduk di belakang akan mendengarnya. Dengan sigap Jose menyumpal bibir Chesy dengan bibirnya. Sehingga hanya suara "eh..eh..ehh" yang sangat kecil.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
~~</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sementara itu dibangku belakang Brian dan Jose masih saja asik dengan lamunannya masing-masing. Tampa ada kata-kata yang keluar hanya sekedar berdialog. Namun melihat gelagat Jose dan Chesy yang berada di bangku depan sangat riskan dilihag oleh Rose dan Briant. Akhirnya merekapun membuka pembicaraan dengan berbisik "Sstt...lihat apa sih yang dilakukan Jose dan Chesy?" tanya Rose kepada Briant. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant pun menoleh kedepan apa yang dikatakan Rose. Briant melihat kelakuan Jose dan Chesy sangat aneh. Sayang pandangan terhalang oleh senderan bangku depan, sehingga hanya kepala jose dan Chesy yang sedang bersandar pundak.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant tersenyum kepada Rose lalu berkata; "Tau ah.. Biarin aja!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Akhirnya mereka pun kembali kelamunan masing-masing.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="color: #274e13;">TIGA</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kita kembali ke cerita Jose dan Rose yang sedang asik memainkan selangkangan maeing-masing. Chesy tidak ambil diam. Ia segera menarik ikat pinggang yang di kenakan Jose, lalu dengan cekatnya segera menurunkan celan dan selempak yang dikenakan Jose. Mencuatlah penis Jose besar dan memanjang, akibat tertahan sedari tadi.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Chesy merasakan sensasi yang sangat luar bias. Sensasi nikmat selangkangannya di bilas habis oleh Jose. Kini ia harua merasakan sensasi yang ada ditelapak tangannya. Penis lelaki yang hanya ia hayalkan selama ini, kini jadi kenyataan didepan mata. Penis yang sangat cantik menurut Chesy. Kepala ujungnya putih lancip dan terbuat dari daging yang sangat lunak. Sedangkan batangnya sangat kekar lagi berurat kecil. Sungguh asik apabila dimainkan. Pikir Chesy.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jose...kontol kamu cantik. Aku suka megangnya!" bisik Chesy ditelinga Jose." "Em...ia nikmatin sayang.. Uh...pegang yang erat rasakan secara mendetail apa yang ada padanya." sambut Jose menyeringai. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sakit ya sayang," ujar Chesy sambil mengocok penis Jose. "Gak..cuma linu aja aku rasakan.." kata Jose menjawab. "Enak banget kocokan tangan kamu sayang."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Uh.. Uh.. Uh.. " desah Chesy.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ah.. Ah.. Ah.. " racau Jose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mereka terbuai dalam alunan permainan tangan mereka masing-masing. "Uhhhh...uhhhh...uhhh..." Gelinjang nikmat yang mereka rasakan seperti membuncah sampai ke ubun-ubun. Darah mereka berdesir hebat. Tibalah klimaks dirasakan mereka berdua. Jose merasa ada yang mau muntah di penisnya, sama halnya dengan Chesy, vaginanya berdenyut hebat kepalang. Chesy pun merasakan ada yang ingin menyembur dari rongga vaginanya. Seperti kau pipis tapi tertahan. Akhirnya secara berbarengan..</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Crot.. Croot.. Crot..</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ser.. Ser.. Ser...</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ahhhh......oh....</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
TIBA-TIBA</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ciiiit.....Braaak.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Adaw..</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mobil elf yang ditumpangi mereka megerem mendadak. Sang supir terkesiap ketika melihat sosok putih menyebrang jalan tiba-tiba.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sialan..!" Hardik sang supir kepada penyebrang itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ada apa pak?!" Tanya Jose sambil memasukan penis, dan merapikan celananya. "Iya kenapa pak?" Sambung Briant.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tidak tau! Barusan ada yang menyebrang, seperti wanita memakai pakaian serba putih dan rambut menjurai panjang sampai kepinggang." jawab sang supir. "tapi kemana wanita itu, kok tiba-tiba menghilang?"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Coba lihat itu!" Ucap Briant, sambil menunjuk kearah dimana wanita menyebrang tadi. "apakah itu rumah yang kita tuju!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ya benar..itu rumahnya!" Kata Chesy meyakini. "ah..rupanya kita sudah sampai!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose mencoba melongok keluar dari jendela mobil untuk memperjelas penglihatannya. "Sepertinya ya!" kata Jose. "bagaimana kawan.. Apakah kita turun disini!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant, Rose dan Chesy mengangguk petanda meng-iyakan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Oke.. Kita turun kawan!" Lanjut Jose sambil membuka pintu mobil. "Bapak boleh pulang!," Jose berujar kepada sang supir sewa itu. Mereka memang menyewa mobil elf itu serta merta supirnya. Sang supir pun mengangguk, sebelumnya menerima uang bayaran sewa mobil dari Jose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="color: yellow;">EMPAT</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jalan setapak menuju istana angker atau bisa dikatakan rumah berhantu itu sangat aral dilewati. Semak belukar, tanaman berduri dan ilalang menghalangi perjalanan mereka. Serumpu pohon bambu juga mengiring langkah mereka dengan irama syahdu tertiup angin. Beberapa meter lagi rumah itu terlihat. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Lihat pagar rumah itu sangat tinggi dan usang. Banyak sarang laba-laba mencengkram pagar rumah itu. Benar-benar sangat angker dirasakan!" Ujar Chesy. Yang lain ikut menoleh kerumah itu. Sangat seram dilihatnya. Kaca jendela berdebu sangat tebal, sampah dedaunan berserakan dihalaman tak pernah disapu. Rumah yang cukup besar dengan dua lantai.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant berlari kecil untuk segera masuki pintu gerbang rumah itu. "Cepat kawan-kawan. Selamat datang di rumah hantu!" kata Briant semangat sambil menunjukan dengan mengayun lengan kearah rumah itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hahaha. Pertama doang loe berani, sampai di dalam mah paling loe kecepirit." hardik Jose kepada Briant. "Hahahaha.. " sambut tertawa gelak-gelak Rose dan Chesy.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Uss... Jangan takabur. Itu pesan Paman George!" Kata Chesy. "Juga jangan berbuat mesum."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Em.."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant, Jose, Chesy dan Rose segera menuju rumah itu dengan jalan perlahan sambil memandang awas di sekelilingnya. Selang berapa lama sampai didepan pintu gerbang. Jose mencoba melongok kedalamnya. Lalu di buka pengaik pintu gerbang itu. Suara derik pintu gerbang terdengar mengilu karena besi yang sudah berkarat. Tapi aneh! Setelah pengait gerbang terbuka, tampa ada yang mendorong, pintu gerbang itu terbuka sendiri seperti ada yang menarik dari sebelah dalam.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mereka saling berpandangan. Sementara Rose tampak keluar keringat dingin. Ia ingin sekali menjerit menangis dan minta pulang. Namun rasa itu dipendam. Sedangkan Briant sedikit rasa takut, ia beringsut mundur. Melihat Rose dan Briant merasa takut. Chesy mencoba meyakini bersama Jose. "Ayo sayang kita masuk." kata Chesy kepada Jose. Jose tersenyum, lalu menggandeng Chesy "Ayo sayang."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mau tidak mau sudah telanjur sampai di situ, Briant dan Rose akhirnya mengekori juga. Karena rasa takut yang sangat amat dirasakan Rose. Ia berpegang tangan Briant spontan. Chesy melihat Rose dan Briant seperti itu, ia pun menggoda. "Cie.. Cie.. Asik nih yee.. Gandengan tangan.." Tentu Briant dan Rose menjadi merah wajahnya. Namun mereka tak perduli. Akhirnya mereka berpasang-pasangan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Pintu rumah itu terbuat dari kayu jati. Hingga terlihat masih kuat dan kokoh, walaupun cat purniturnya sudah mulai pudar. Dan tidak sedikit catnya mengelupas. Mereka berharpa pintu itu tidak dikunci.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ternyata benar, pintu itu tidak terkunci, mereka pun masuk dengan leluasa.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tertegunlah mereka melihat ruang tamu yang begitu besar. Ditengah ruang itu, ada anak tangga melingkar menuju lantai atas.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Lihat itu ada piano,!" Kata Chesy sambil menunjuk kearah dimana piano itu berada disamping tangga. "Aha...asik dong bisa nyanyi kita!" Kata Jose menyeringai. "Sudah ah! Kita disini jangan lama-lama!" Sambung Rose dengan wajah pucat pasi. "Ia , jangan lama-lama kita disini," pungkas Briant.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Baru saja mulut mereka berkatup, tiba-tiba bayangan hitam melesat dari bawah anak tangga menuju ke lantai atas lalu menghilang begitu cepat. "Tadi apa yah! Apakah kalian melihat!" Seru Jose. "Aaaa...udah dong..jangan nakutin dulu," keluh Rose, seraya memgang erat lengan Briant.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Mamah..aku takut.." gumam Rose memanggil Mamahnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sudah tenang aja!" Hibur Briant.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sedangkan Jose dan Chesy yang memang sudah terbiasa dengan pertualangan yang menyeramkan, mereka hanya tenang-tenang saja. Tidak ada tasa takut. "Jose, bagaimana kita naik kelantai dua!" Seru Chesy. Jose mengangguk, lalu ia lebih dulu menaiki anak tangga untuk kelantai atas, disusul Briant dan Rose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sungguh sangat kotor tempat ini. Maklun sudah lama tidak ada yang menghuni. Dibiarkan begitu saja kepada pemiliknya maupun tetangga yang berdekatan. Dilantai dua itu, ada lukisan sangat indah walau warnanya sudah memudar kusam. Lukisan itu bergambar seorang wanita muda memakai mahkota di kepalanya dan bergaun putih seperti gaun pengantin.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Chesy tertegun memandangnya. Dengan mata melekat tajam kearah lukisan itu. Ada keanehan pada lukisan itu, jika dilihat secara mendetail. Tampak guratan tipis di leher lukisan wanita itu. Walaupun wanita itu dalam keadaan tersenyum, tapi kalau di perhatikan secara jelas, tampak wajahnya menahan rasa sakit. "Apakah lukisan ini mengandung pesan bagi wanita yang di lukis ini?" batin chesy didalam hatinya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sementar itu Brian dan Rose melihat-lihat ornamen-ornamen yang ada diruang kamar. Sunguh sangat menkjubkan dengan hiasan dinding dan bunga-bunga yang mehghiasi ruang kamar itu. Entah ruang apa itu, sepertinya ruang tempat keluarga untuk bercengkrama. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Rose..kita duduk dulu disini!" Kata Briant. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant dan Rose pun duduk di kursy itu. Mereka berdiam untuk beristirahat sambil memandang tajam lingkup ruangan itu. Rose menguarkan Boneka Barbienya. Wajah Berbie itu tampak kusam. Rose membersihkan dengan lengan lalu dirapikan rambutnya yang sedikit awut-awutan. "Sayang.. Ganti bajunya yah." kata Rose kepada Barbie.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dikuarkan koleksi baju Barbie itu. Rose memilih gaun boneka Barbie berwarna putih. Lalu dipakaikan kepada boneka Barbie. Setelah terpasang baju Barbie itu, alangkah terkejutnya Rose, ia baru tersada kalau telapak tangan Barbienya hilang. Tangannya kuntung sebatas urat nadi. "Aaggr...." Rose berteriak keras membuat Briant terkejut. "Ada apa Rose?" tanya Briant tertegun. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rose segera melemparkan Boneka Barbie itu. "Ada apa dengan bonekamu Rose?" tanya Briant kembali. Rose tidak menjawab, ia masih saja menutup wajahnya karena ketakutan apa yang dilihatnya. "Lihat..lihat.. Boneka itu.. Boneka iti lengannya yang buntung keluar darah.!" ujar Rose sambil menunjuk kearah Boneka Barbie yang di buangnya kelantai.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant mengambil boneka itu. "Mana ada darahnya Rose..!?" Rose melekatkan pandangannya. Benar tidak ada darah yang keluar dari tangan Barbie yang kuntung itu. Rose terberiak, aneh apa yang dilihatnya. Perasaan tangan Barbie yang kuntung itu keluar darah yangel menyembur deras.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ini kemana telapak tangannya Rose?" tanya Briant. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rose menggelengkan kepapa. "Tidak tahu aku baru sadar kalah Boneka Barbie ku itu kedua leengannya hilang." jawab Rose, seraya membongkar tas khusus tempat menyimpan Boneka Barbienya. Dicari sambil mengacak-ngacak isi tas itu. Siapa tahu telapak tangannya ada didalam tasnya. Namun tidak ada.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Yang membuat Rose ketakutan dan bingung, bukan telapak tangan Barbienya yang hilang. Namun darah yang keluar dari lengan yang kuntung itu. Tapi aneh, setelah Briant mengambilnya tiba-tiba darah itu menghilang. "Ah.. Mungkin halusinasiku!" membatin Rose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Lalu kemana lengannya," Rose membantin. "Briant tolong carikan telapak tangan boneka ku!" Suruh Rose kepada Briant.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant menundukan kepala untuk mencari telapak tangan Boneka Barbie Rose yang hilang. Dicari dikolong kursi tua itu tidak ada. Sedangkan Rose mencari didalam tas nya. Siapa tahu copot ketika Rose mengambil dari dalam tas. Tidak ada juga. "Ah...aneh kemana telapak tangannya," kembali Rose membatin.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant yang disibukan mencari telapak tangan Barbie, tiba-tiba dari balik jendela luar tampak bayanga hitam berkelebat. Seperti sosok wanita. Sosok itu cepat sekali menuju kekanan sebelah jendelah. Briant berdiri bulu tengkuknya. Tapi karena didepan Rose, Briant jaga image kepada Rose. Dia harus berani dan tampil untuk melindungi Rose , gadis pujaannya yang lugu. Walau pernyataan cinta belum Ia sampaikan. Mungkin menunggu waktu yang tepat.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sudahlah, nanti sepulang dari sini kita beli lagi!" bujug Briant. "Nanti akan aku belikan yang lebih mahal dan cantik sepertimu." kata Briant merayu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rose tersenyum. Ternyata Briant cukup perhatian kepadanya. "Benar nih..!" kata Rose manja. "Ia..nanti aku belikan yang lebih bagus dari punyamu!" jawab Briant meyakinkan. "Sudah buang saja yang itu jangan di lihat lagi!" lanjut Briant pula. "Jangan ah..sayang tauuu..." tukas Rose. "Boneka ini hadiah dari ayahku waktu taik-taikan kelas dulu!" Ungkap Rose, seraya memasukan kembali boneka itu yang kuntung kedalam tas khusus Barbie.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briat masih penasaran dengan bayangan sesosok wanita melewati kaca jendela itu. Ia tidak mau Rose mengetahuinga. Ia tak ingin Rose takut. Sementar itu ruangan lantai dua yang cukup luas, tampak di ujung ruang itu ada pintu kecil. Briant sempat melihat Jise dan Chesy membuka pintu itu, lalu mereka masuk dan belum keluar lagi.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Rose, tadi aku lihat Chesy dan Jose masuk kepintj itu," Briant menunjuk kearah pintu. "Bagaimana kalau kita masuk!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Boleh...dari pada berpisah kita, aku takut walaupun ada kamu," kata Rose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dibukanya pintu itu besarnya berukuran sebadan orang dewasa. Dilihat di balik pintu itu tampak anak tangga yang melingkar keatas. Rupanya tangga itu menuju kemenara. Menara rumah yang cukup tinggi. Entah buat apa pemilik rumah itu membuat menara. Briant berteriak memanggil Jose dan Rose. "Jose.. Chesy.. Apakah kalian ada di atas.?" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak ada jawaban, Briant sekali lagi berteriak memanggil. Namun tak ada suara Jose dan Chesy menjawab. "Aneh..padahal ruangan menara itu terlihat sempit, masa Jose tidak mendengar suaraku?" Membatin Briant sejenak.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Lah.. Itu Jos dan Rose!" Rose berseru sambil menunjuk kearah Jose dan Chesy yang tiba-tiba datang dari arah belakang. "Hai Rose.. Sedang apa kalian?" tanya Chesy. "Rupanya kalian mau naik katas menara itu!" sambung Jose. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant hanya diam, hatinya tanda tanya, siapakah yang ia lihat belum lama naik keatas menara. Briant tidak salah lihat, baru saja Jose dan Chesy naik keatas menara itu. "Ah.. Aku sudah gila." batin Briant bingung.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lalu Chesy bertanya pada Rose yang tampak pucat. "Rose.. Wajah kamu pucat ada apa?". Rose menggeleng kepala, rupanya Rose tak mau bercerita dulu kepada Chesy tentang kejadian aneh, terutama tentang Boneka Barbienya yang kuntung di persendian tangan tampa sebab. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kamu sendiri dari mana?" Rose balik bertanya. "kata Briant kalian naik keatas menara." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jadi kalian tidak naik keatas!" sambung Briant bertanya. "Tidak! Kami tadi sedang melihat ruang belakang dan halaman belakang." jawab Jose. "Lalu siapa yang naik keatas mirip sekali seperti kalian!" cecar Briant. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Entahlah.. Memang itu tujuan kita kerumah ini!" Kata Chesy. Jose pun lemparkan senyum kepada Briant dan Rose. "Yah... Tujuan kita adalah menguak misteri dirumah ini!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Karena waktu sudah hampir gelap. Mereka sepakat untuk bersama-sama. Sedangkan makanan malam sudah disiapkan. Berbekal makanan matang dari rumah, membuat mereka ingin sekali menyantapnya. Senja pun hampir redup, petanda malam akan tiba.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Di luar sudah gelap, berarti semakin mencekam kita berada di rumah ini," Ujar Chesy. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kakak Chesy.. Jangan nakut-nakutin dulu apa," kata Rose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tenang Rose.. Kan ada Briant," Chesy menggoda Rose, membuat Rose tersenyum. "Bisa aja ah Kakak Ches..."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Belum saja mereka berhenti berguyon, tiba-tiba terdengar suara irama piano sedang di mainkan. Liriknya terdengar sangat memilukan. Lirik yang berakhir kematian. Yah lirik irama piano itu terdengar sangat menyayat-nyayat hati.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mereka saling berpandangan, tak ada berani yang berbicara. Rose merasa ketakutan, ia mendekat kepada Briant. "Kita lihat kebawah Jose!" kata Chesy memberanikan diri. Jose mengangguk, lalu berdiri bersama Chesy untuk melihat suara piano itu barasal dari lantai bawah. "Namun ketika Jose dan Chesy sampai di anak tangga, suara piano itu tiba-tiba terhenti.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Siapa itu!" sentak Jose dengan lantang. "Aku tahu tempat ini angker, tapi kami tidak takut," lanjut Joss berkata. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak lama kemudian bau amis darah tercium menusuk rongga hidung. Baunya amisnya sangat amat. Seakan-akan tempat pembantaian. Bau amis darah itu semakin lama semakin melekat kehidung. Karena Jose tidak tahan dengan baunya, Ia segera menutup hidung, sama hal nya dengan Chesy, ia hampir muntah dan mual. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tapi anehnya Briant dan Rose tidak merasakan bau amis itu. Mereka sendiri bingung melihat Jose dan Chesy uwek-uwekan, Briant pun bertanya. "Ada apa sih dengan kalian?!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ah..kamu gak mencium bau amis!" Ujar Jose. "Iya..kalian emang gak mencium bau amis darah," sambung Chesy dengan suara cadel, karena rongga hidungnya ditutup.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Aaargghh.......</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tiba-tiba Rose berteriak lantang, membuat yang lainnya terperanjat kaget. "Ada apa sayang?" tanya Briant.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Lihat.. Lihat itu," Rose menunjuk kearah tas boneka Barbie yang di lempar ke lantai. Tas Boneka Barbie itu, tampak merah seperti menyimpan darah yang merembas keluar. Sontak semua terkejut. Memang benar, tas boneka Barbie itu berdarah. Darah itu berasal dari dalam tas itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Rose coba kamu buka tas itu," ujar Chesy. Rose menggeleng kepala petanda takut. Jose menjentikan mata. "Kamu saja yang buka!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Karena Jose yang menyuruh Chesy akhirnya memberanikan diri. Ia menjulurkan tangannya perlahan-lahan ragu. Tengkuknya bergidik ketika jarinya menyentuh tas Barbie itu. Dibuka dengan hati berdebar, ia tekejut ketika tas itu terbuka Boneka Barbie mencelat keluar dengan wajah menyeramkan. Matanya menyolot dengan lidah yang menjulur seolah-olah menahan rasa sakit tercekik. Aneh, padahal Boneka Barbie itu tidak mempunyai lidah.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sontak Jose, Brian dan Rose yang menyaksikan ikut beringsut mundur. Sedangkan Chesy jatuh duduk. "Boneka setaan.." hardik Chesy spontan. Rose menutup wajahnya dengan telapak tangan. Pemandangan sangat menakutkan dilihat.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Namun yang paling menakutkan, tangan Barbie yang kuntung itu kembali berdarah. Chesy yang menyaksikan lebih dekat terasa ingin muntah. Apalagi bau amis darah sangat menyengat.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jose, apa yang akan kita lakukan!" kata Briant. "Ah sungguh gila pengalamanku kali ini." ujar Jose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dengan nekat Jose memberanikan diri untuk meraih boneka kutung itu. Ia keluarkan dari dalam tas. Lalu di bantingnya sehingga Boneka itu mencelat.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tampak Boneka itu seperti bernafas, lalu tak lama kemudian boneka itu diam.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="color: #e06666;">LIMA</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mereka berdiam sejenak untuk mengatur pernafasan. "Sepertinya dalam peristiwa ini ada pesan yang tersirat," kata Chesy membuka pembicaraan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Bisa ada benarnya. Mungkin ada pesan dari arwah yang merasuki boneka Barbie itu!?" sambung Jose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant dan Rose hanya terdiam. Briant menoleh kearah Rose yang sedang menunduk dan masih menutup wajah dengan telapak tangannya. "Rose.. Sudah Rose..jangan takut!" Ucap Briant menghibur. Namun Rose masih saja menutup wajahnya. Briant mendekati Rose sambil perlahan-lahan memegang tangan Rose dengan maksud untuk menurunkan tangannya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sedikit keras dirasakan Briant ketika menurunkan tangan Rose. Tapi ia tetap memaksanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Emmm....."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Terdengar suara menggembor dari rahang Rose. Mendengar itu Briant bergidik. Seraya kembali memanggil "Rose.. Rose.. " kata Briant maksudnya agar Rose membuka matanya. Namun Rose masih saja menunduk sambil memejamkan mata dan terus menguarkan suara menggembor. "Emmm.. Emmm..." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Chesy dan Jose yang menyaksikan kelakuan aneh Rose ikut tercengang. Lalu Chesy mendekati Rose. "Rose.. Eh.. Rose.. Bangun.. Kamu jangan nakut-nakutin kami." ujar Chesy sambil menyentuh pundak Rose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rose mengangakat wajah, dan membuka matanya. Alangkah terkejutnya Briant, Jose dan Chesy. Rose menjadi wajah yang sangat menakutkan. Matanya menyolot merah, mukanya pucat pasi dan tampak lingkaran hitam di sisi rongga matanya. Juga masih saja menguarkan suara menggembor. "Emm..emmm..emmm"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose, Briant dan Chesy saling berpandangan. Tercekatlah hati mereka, bahwa Rose yang dilihatnya adalah bukan Rose, tapi ruh halus yang merasuki jiwanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jose sedikit punya tentang hal Ghaib. Ia mendekati Rose lalu berjongkok didepannya seraya berkata. "Hai makhluk yang merasuki tubuh ini. Siapa kamu?" Jose menyentak. "Jawab!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Suara menggeram yang keluar dari mulut Rose menambah cekam suasana. Apalagi matanya menyolot tajam tapi kosong. "Ayo jawab! Siapa kamu?" kata Jose kembali. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rose sempat berdiam sejenak. Lalu perlahan mulai membuka mulutnya, dan ruh yang merasuki Rose pun berkata: "Aku.. Aku.. Hikz.. Hikz.. Hikz.." tiba-tiba Rose manangis terisak-isak seperti merasakan kesakitan yang sangat amat.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sangat memilukan di dengarnya. Melihat Rose seperti itu membuat Briant iba, seolah-olah Rose yang merasakan penderitaan itu. Jose mencoba bertanya kembali: "Apa yang membuat mu sedih!?"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rose mengangkat tangannya. Lalu di putar-putar pegelangan tangannya. Disusul kepalanya mendongak keatas sambil mata mendelik lalu miring kesamping sambil menyeletkan lidah. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Terbukalah kematian ruh yang merasuki tubuh Rose. Ia dibunuh dengan cara digantung lalu di kutungkan telapak tangannya sebatas urat nadi. Lalu Jose kembali bertanya: "Apa maumu kepada kami, agar kami bisa membantumu!" seru Jose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Emmm...." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ruh itu kembali menguarkan suara menggembor. Lalu memandang ke arah Brian, Chesy dan Jose. Tampak bibirnya bergetar seperti ingin berbicara. "Emm...carikan telapak tanganku..cari..satukan kembali." Terperanjatlah Jose dan lainnya mendengat pernyataan ruh itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Harus dicari kemana telapak tangan kamu!" kata Jose. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Ketika itu juga Rose yang sudah di rasuki ruh itu menunjuk kearah Chesy. Tentu Chesy menjadi ketakutan dan beringsut mundur. "Ada apa dengan Chesy." ujar Jose.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kembali Rose mengerung. "Emm.."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lalu tangannya menunjuk ke arah barat. Arah barat adalah jalan menuju pulang kerumah Paman George. Jose menjadi tanda tanya!l? Apakah ada hubungannya dengan ruang rahasia di dapur Paman George.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Briant pun berpikiran sama. Apakah ini ada hubungannya dengan Paman George. Semenjak perjalanan menuju Paman George, lalu di rumah Paman George yang tiba-tiba menghilang ketika kami mau berangkat ke rumah hantu ini.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Juga di rasa oleh Chesy. Banyak ke anehan dari rumah. Tentang mimpinya yang sangat menyeramkan (Baca kisah pertama), hingga ada sesorang bertopeng hantu yang ingin memperkosanya di rumah Paman George. Walau hanya bermimpi. Mungkin mimpi itu sebagai firasat.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
***</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="http://yenyerrow.blogspot.co.id/2015/11/ghost-castle-bag-3.html#more" target="_blank">Selanjutnya</a></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-2398714768930623462015-06-13T14:04:00.003+07:002015-09-27T11:01:02.915+07:00Diktetif Jhon 009 Eps Lelaki Bertopeng<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvNSLOGcvJPZ8vqwp6g2r9kSGvewjXiv4FB8onI0rQI2noV2LNHUC8wd3H2q5h6Nskz_m3n1WiQdWzj_fWkYUoex9eKZeFPfJY6Dlm3fG7XsysFSvbAHcdeDBAuPoUZAYNyobDLNAgrEM/s1600/juki.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvNSLOGcvJPZ8vqwp6g2r9kSGvewjXiv4FB8onI0rQI2noV2LNHUC8wd3H2q5h6Nskz_m3n1WiQdWzj_fWkYUoex9eKZeFPfJY6Dlm3fG7XsysFSvbAHcdeDBAuPoUZAYNyobDLNAgrEM/s1600/juki.jpeg" /></a></div>
Badai gurun siang itu membuat tubuh terasa penuh tertutupi dengan debu-debu yang bercampur dengan keringat. Di balik tenda penampungan para tentara beberapa lelaki dengan wajah mimik serius memandang ke sebuah kertas di hadapannya. Semua berbadan tegap. Seragam loreng dan bermuka sangar. Salah satu dari lelaki itu dengan suara bernada wibawa berkata, "Katak bangkong, harus di posisi selatan!" ujar lelaki itu, "Setelah kalian dapat mesuk ke gudang mesiu target, kalian harus segera memasang dinamit. Mengerti!!" Lelaki itu memasang wajah serius sambil menatap semua yang hadir di lingkaran meja perundingan. <br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<a href="https://www.blogger.com/null" name="more"></a><br />
<br />
"Siap Pak!" jawab komandan Pasukan kodok bangkong.<br />
<br />
"Selanjutnya untuk tugas Pasukan meyelinap saya serahkan kepada kepercayaan President. Ini tugas rahasia negara," seru pemimpin rapat itu. "Kalian hanya di izinkan menyerang dan membunuh jika di perintahkan," Lalu Pemimpin rapat itu segera mamakai kembali topi kebesarannya, lalu melangkah keluar tenda. Di ikuti komandan lainnya yang berada di bawah kepemimpinannya.<br />
<div>
<br /></div>
<div>
<span style="color: red;">* * *</span></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Matahari menyengat membakar dan memanggang gurun pasir penuh dengan debu yang berhamburan tertiup angin. Suaranya berdesir memapas wajah-wajah penuh harap mendapatkan uranium untuk di jual kembali. Lelaki dengan menggunakan penutup kepala dan berjenggot lebat awut-awutan dengan muka beringas menatap tajam ke arah jongosnya yang sedang mengais pasir. "Ente.." kata lelaki itu. "Ente kalau kerja yang serius, jangan cengar-cengir." Lelaki berujar dengan lugot Arab kampung.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Yang di sentak menundukan wajahnya tampa berani memandang. Mukanya pucat, kulitnya hitam legam serta tubuh yang kurus hanya kulit yang membungkus tulangnya. Dengan kaki gemetar lelaki ini terus mengais pasir untuk mencari uranium. Tiba-tiba "Buuk.." Pundaknya sakit. Ia meringis kesakitan. Tampak merah memar di pundaknya. Satu tendangan yang membuatnya meringis.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Ampun pak...! Jangan tendang saya," pinta lelaki itu memohon.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Ente bahlul wal majnun. Kerja gak serius. Pemalas ! Uh...Buuk..." Satu tendangan lagi mendarat ke arah pinggang lelaki kurus hitam legam itu. Sambil menahan rasa sakit seraya memohon ampun kepada ketua yang mempunyai Jenggot awut-awutan dan bersorban menjurai. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Di sini kerja untuk tuhan. Jihad membela agama tuhan. Kalian hanyalah budak. Cepat kerja yang keras lagi." Dengan nada garang dan mata menyolot tajam membentak orang kurus dan hitam itu.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Buuk..."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sekali lagi tendangan mendarat. Kini tendangan itu, tepat mengenai tulang rusuknya. Tampa ampun lagi. Orang itu tersungkur ketanah, lalu menggelepar tak lama kemudian tubuhnya tidak bergerak lagi alias tewas.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Hai...Ente..! Urus mayat ini. " Mendengar perintah dari ketua itu. Salah satu anak buahnya bernama salim, segera mengurus tubuh yang sudah tidak bernyawa itu.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Seluruh budak terus bekerja. Tampa ada prikemanusian orang ini semena-mena dalam memperlakukan anak buahnya. Sungguh ironis memang. Kalau di zaman modern ini masih ada perbudakan. Seperti terjadi di negara kita. Di daerah tanggerang yang memperkerjakan manusia tampa di gaji dan seperti binatang. Sebaiknya orang yang kaya gini hukumannya adalah. Di jemur di jalan tol. Setelah puas dengan di jemur. Tangannya di ikat lalu di seret sampai habis tubuhnya di makan aspal Tol.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
* * *</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lelaki tampan tubuhnya kekar dan banyak wanita yang tergila-gila padanya. Bukan hanya tampan tapi lelaki ini sangat mahir dalam menggunakan senjata api. Bahkan ilmu bela dirinya seperti Karate dan silat cimande yang sangat mumpuni.</div>
<div>
Gerakanya sangat cekat dalam menjalankan tugas negara. Lelaki ini adalah:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Diktetif Jhon 009</div>
<div>
<br /></div>
<div>
(<a href="http://yenyerrow.blogspot.com/2015/02/diktetif-jhon-009.html" target="_blank"> Baca kisah sebelumnya</a> )</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lelaki ini tampa memakai baju. Hanya sempak merk Codorai, yang Ia pakai untuk menutupi selangkangannya. Mungkin Jhon 009 kerasa gerah hidup di Timur tengah. Cuaca ekstrim sangat panas menyengat membuat bulu kuduk merinding merasakan betapa panasnya. Namun Diktetif Jhon tak ambil pusing. Sudah tugas negara yang harus Ia jalankan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Terdengar suara Ringtone hapenya berdeting</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Halo..di sini Diktetif dengan kode 009," seru Jhon menjawab panggilan itu.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Jhon...Tugas buat buat kamu," Suara itu tidak asing bagi Diktetif Jhon 009. Jendral besar Intelejen Negara Amerika. Lelaki yang sudah paruh baya ini adalah bernama Mr Smith. Sebagai jendral besar di bawah perintah rahasia dari president langsung, tampa melalui departement pertahanan. Bukan hanya di segani oleh President. Tapi beliau di beri jaminan hidup tampa ada batas baik gaji maupun finansial. Semua di jamin oleh Negara.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Saya sudah di Irak Pak," kata Jhon. "Siap menjalankan Tugas dari Negara." Sambung Jhon sambil menyalahkan sebatang rokok. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Apa tugas saya."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Panglima pasukan tempur darat bernama Deadbriant. Akan menyerang para penambang uranium di kawasan perbatasan. Pasukan tempur di beri nama Kodok Bangkong ini sangat canggih dan lihat dalam menyerang di darat. Persenjataan yang mendukung seperti senjata laras panjang dengan sekali klik bisa memuntahkan seratus peluru per detik. Bukan hanya dari senjata. Pengamanan diri pun di utamakan, seperti rompi anti peluru dan helm anti pecah kecuali kelindes truck." ujar Mr Smith menerangkan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Lalu apa tugas saya pak!" jawab Diktetif Jhon 009.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Tugas kamu adalah!? Menyelidiki Mr Jose, dia adalah intelejen yang di tugaskan President untuk menyelidiki para pencari tambang Uranium itu. Terutama pemimpinnya untuk segera di tangkap." seru Mr Smith</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Lalu?" </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Kamu aku tugaskan untuk menyelusup dan menyamar di antara, Panglima tempur Deadbrian, Mr jose dan pemimpim penambang uranium. Nanti saya kirimkan wajah dari pemimpin penambang Uranium itu," Tak lama telepon itu mati. Tuuut...</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Sialan, baru istirahat sudah ada tugas aja," batin Jhon. "Malah gak ada perempuan lagi. Sial!"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Baru berkata begitu tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Jhon segera menuju pintu. Di bukanya pintu itu. Jhon hanya melongok dengan bersembunyi badan. Maklum hanya memakai sempak doang. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Siapa?" kata Jhon.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Aku Salamah tuan!" Terdengar suara wanita yang menjawab. Betapa senangnya hati Jhon ketika Ia sedang membutuhkan wanita ternyata yang datang adalah seorang wanita. Namun Jhon menyeringai. Namanya Salamah, pasti wanita ini adalah wanita pribumi yaitu timur tengah.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Pintu di buka, terdengar suara derik pintu. Benar ternyata yang datang adalah wanita bercadar. Terlihat bodynya yang ramping. Walau belum terlihat paras wajahnya karena tertutup cadar. Namun Jhon sudah mengira kalau wanita ini pasti sangatlah cantik. Jhon memang pengalaman dalam menilai tubuh wanita.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sejenak Jhon terdiam memandang. Diamnya bukan hanya terpana, tapi untuk mengamati, apakah ada yang tersembunyi yang akan membahayakan keselamatannya. "Kamu siapa dan ada apa?" tanya Jhon. Ketika berhadapan dengan wanita itu. Tiba-tiba wanita itu menunduk sambil menutup kedua matanya dengan telapak tangan. "Aw....!" "ada apa hai.?." tanya Jhon bingung.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lalu wanita bercadar itu menunjuk ke arah selangkangan Jhon dengan telunjuk jarinya. Jhon terperanjat kaget, ketika ia melihat ke bawah selangkangannya, ternyata Ia hanya mengenakan sempak. Dengan sigap menutup dengan telapak tangannya sambil cengar-cengir malu. "Sialan malu aku hehehe" batin Jhon. Di susul cekikikan manja wanita bercadar itu.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Setelah Jhon berpakaian, wanita bernama Salamah itu pun masuk. Lalu Ia duduk di sisi tempat tidur Jhon. Sambil memandang lekat-lekat seluruh ruangan. Banyak ornamen ala Arabian. Walau tampak kusam dan banyak yang rusak akibat peperangan antar saudara dan sekte di Negara Irak kini.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Jhon membawakan segelas minuman dingin lalu di sodorkan ke wanita itu. Minuman dingin bersoda dengan alkohol ringan. Lalu Jhon bertanya:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Siapa kamu ini?" tanya Jhon. Ia duduk di sampingnya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Yang di tanya membuka cadarnya. Tercekatlah hati Jhon melihat paras yang begitu anggun nan cantik laksana bidadari gurun pasir. Matanya lentik berwarna biru, hidung mancung dengan lesung pipit di pipi kiri. Wajah tirus menguarkan aroma mewangi dengusan nafasnya. Membuat Jhon meleletkan lidah.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Aku Intelejen Suriya. Di tugaskan untuk menemani kamu selama bertugas." ujar Salamah. Ia tersenyum. "Sekaligus aku akan menemani kamu selama menginap di hotel ini!"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Jhon mengangguk. Ia sudah tahu. Setiap di tugaskan oleh pemerintah pasti di sediakannya wanita yang akan menemaninya dalam mengemban tugas negara. "Apa yang kamu tahu tentang tugasku kali ini."Jhon bertanya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Aku mendapat tugas yang sangat berat," jawab salimah. "bukan hanya menemani kamu. Tapi aku juga harus terlibat dalam penyelidikan ini."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lalu Jhon kembali bertanya: "Kamu sudah menikah?"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Salimah menggeleng pertanda belum menikah. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Sudah pernah melakukan hubungan seks?" Pertanyaan Jhon membuat Salimah menyolotkan mata. Ia merasa di pelecehkan. Karena menurut keyakinan Salamah melakukan hubungan seks tampa menikah adalah dosa besar. Melihat Salamah menyolotkan mata, Jhon tertegun. "Kenapa sayang. Kok kamu menatapku seperti itu. Ada yang salah yah, dalam perkataan ku tadi," ujar Jhon menyeringai.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Ya...adab bangsaku beda dengan adab bangsamu," jawab Salimah. "Bangsamu semua bebas termasuk melakukan hubungan seks di luar nikah. Sedangkan bangsa dan keyakinanku. Itu adalah perbuatan zinah."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Jhon mengangguk. Hatinya merasa malu. Rupanya gadis di depannya bukan gadis-gadis di negeri pamam syam. Semua gadis sudah tidak perawan. Tidak yang muda maupun yang tua, di negaranya doyan yang namanya seks. Walaupun ada ikatan resmi seperti menikah, namun terasa kurang kalau belum melakukan hubungan seks dengan yang lain. Sungguh beda budaya barat dan budaya timur.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Bahkan saking gilanya budaya barat. Sampai-sampai melakukan hubungan seks sama binatang. Bahkan seperti binatang. Yang wanita gemar membuka auratnya. Bukan hanya gemar tapi sangat bangga kalau mempunyai tubuh yang seksi dan terbuka. Kalau bisa kepasar telanjang bulat. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Ya sudah!. Aku akan melakukan persiapan nanti malam untuk menyelidiki ke markas angkatan darat yang di pimpin oleh Deadbriant." Entah apa dengan angkatan darat itu sehingga Jhon harus menyelidikinya. Mungkin panglima tempur itu melakukan korupsi atau pungli sehingga meminta pajak kepada penambang Uranium. Nanti malam Jhon akan menyelidikinya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<span style="color: #990000;"><b>DUA</b></span></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Malam di timur tengah sangat indah. Bintang-bintang bergemelap dengan gugus sangat teratur nan indah. Jhon menatap kelangit dengan mendongakan wajah seraya bergumam di dalam hati, "Salimah sangat cantik. Cuma sayang Ia tidak bisa aku tiduri. 1001 Wanita pernah aku tiduri. Hanya Salimah saja yang membuat hatiku beku untuk merayu mengajaknya tidur. Sungguh kuat kepercayaannya. Tapi apa gerangan Mr Smith mengirimnya untuk menemani ku."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Pikirannya penuh tanda tanya. Menebak-nebak kenapa Mr Smith memilih gadis pribumi dari timur tengah untuk menemaninya. Tak lama kemudian Jhon di kejutkan dengan tangan yang lembut menyentuh pundaknya. Tangan itu sangat putih dan lembut serta bau harum farfum aroma khas dari timur tengah. Baunya seperti minyak nyo-nyong tapi bukan minyak nyo-nyong. Mungkin tepatnya bau aroma farfum non alkohol.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Tuan..kenapa tuan bermuram durja," Suara itu suara dari Salimah. "Bukankah tuan dua jam lagi akan ke markas Jendral Deadbriant," kata Salimah. Lalu Ia berdiri di sampinng Jhon yang sedang asik memandang bintang-bintang di langit. "Benar dua jam lagi aku akan kesana." Jhon menjawab sambil menoleh memandang paras Salimah dengan mata nanar.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Mau kah kita bercinta lebih dulu!" Salimah berkata dengan senyum manis dan manja.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Bagaikan kejatuhan bintang Jhon tercekat. Rupanya gadis itu sama saja dengan gadis-gadis yang lain. Sungguh beruntung Jhon mempunyai wajah yang tampan sehingga setiap wanita di buat klepek-klepek.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Katanya kamu gak boleh melakukan hubungan seks di luar nikah," tukas Jhon. "Emang kamu enggak takut di bilang wanita penzinah. Apakah kamu mau di bilang gadis Jablay seperti di indonesia," ungkap Jhon.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Budayaku memang tidak boleh. Tapi ada sekte yang membolehkan kawin kontrak," jawab Salimah. "Kita kawin kontrak, kamu mau?" kata Salimah lalu ia menyenderkan kepala ke bahu Jhon.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Caranya?!" Jhon terlihat bingung</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Hehehe tanya aja ama penulis. Toh yang mengarang cerita adalah penulis," jawab Salimah menyeringai sambil tersenyum, sehingga tampak giginya yang putih. Tentu membuat Jhon rongga hidungnya menjadi kembang-kempis menahan tawa sekaligus kesal dengan jawaban Salimah. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Baiklah kita serahkan semua pada penulis. Toh dosa yang nangung dia sendiri Wk.. Wk.. Wk.. " Jhon tertawa girang. Kini rasa sangenya akan terbalaskan karena dapat persetujuan dari penulisnya. Sama halnya Salimah, Ia tertawa gelak-gelak melihat wajah Jhon yang tampan menjadi culun seperti Mr Bean.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Akhirnya mereka masuk kamar siap pemanasan dalam berperang. Pemanasan di barengi dengan syahwat bergejolak. Di dalam kamar penginapan itu, Jhon dan Salimah mengambil kuda-kuda.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Tuan saya malu," kata Salimah.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Malu kenapa?"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Malu sama tuhanku, yang selalu mengawasi perbuatan setiap hambanya."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Ehm.." Jhon berdehem lalu diam sejenak. Di hatinya Ia berkata. "Sialan nih cewek. Udah tanggunging malah berhenti. Bukin gue sewot aja." Batin Jhon. Namun apa daya. Mungkin memang benar apa yang di katakan wanita gadis ini. Dia malu, malu terhadap tuhan yang menciptakan keindahan seluruh alam ini.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Baik lah kalau begitu," kata Jhon sambil bangkit dari rebahannya. Dan kembali memakai baju yang sempat ia buka. Kini Jhon galau. Sangenya kembali turun. "Maafkan aku Tuan," kata Salimah, seraya memeluk pinggang Jhon dan bersandar kepala di pundak Jhon dari belakang. "Iya ga papa!" jawab Jhon.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<span style="color: #38761d;">* * *</span></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Pukul 21.00 Jhon bersiap berangkat ke barak tentara angkatan darat. Angkatan yang di beri nama Kesatuan Kodok Bangkong. Di pimpin oleh Jendral panglima Deadbriant itu. Tugas Jhon adalah mengawasi gerak-gerik panglima itu. Walau Jhon sendiri bersasal dari kesatuan tersebut. Sedangkan tugas kali ini untuk menyelidiki kesatuan di mana Jhon pernah bertugas di kesatuan ini. Entah apa dengan kesatuan itu sehingga Jhon harus menyelidiki Kesatuan Kodok Bangkong itu. Kolusilah penyebanya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sementara itu di barak Tentara pasukan Kodok Bangkong yang di pimpin Deadbriant, mempersiapkan penyerangan yang akan di lakukan pada tengah malam. Penyerangan itu di rencanakan sangat matang. Pasukan di bagi dua. Pasukan pertama akan menyerang secara menyusup kedalam markas penyimpanan serta gudang Urannium yang di pimpim Hamed Syiman, lelaki bermuka beringas bersorban dengan jenggot awut-awutan. Sedangkan pasukan kedua akan menyerang apabila terjadi Chos antara pasukan pertama dan anak buah Hamed Syaman. Pasukan ini akan di terjunkan apabila keadaan sudah sangat genting.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sementara Jenderal panglima Deadbriant sedang berbicara dengan rekannya bernama Mr Jose. Orang suruhan Departemen pertahanan Amerika Serikat. Intelejen itu di tugasi untuk mengamati gerak-gerik Hamed Syiman dan anak buahnya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Pak! Dua ratus ton uranium sudah di kumpulkan oleh Hamed!. Sekarang tiba saatnya untuk membunuh Hamed dan mengambil semua Uraniumnya!." Yang berkata itu adalah Mr Jose. "Ini rahasia bersama. Hanya kamu dan aku yang tahu. Jadi jangan sampai bocor rahasia kita."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Baik Pak," tukas Jendral Deadbriant. Lalu Ia keluar dari barak untuk mengecek kembali persiapan para tentara. Dengan penuh wibawa Deadbriant memberi aba-aba. "Pasukan siap!" Lalu lelaki terdepan pemimpin pasukan, mengangkat tangannya ke kening pertanda memberi hormat. "Siap pak!" kata lelaki itu penuh sigap. "Pasukan siap di terjunkan menuju target!" "Berapa batalyon siap menyusup ke arah musuh!" ujar Deadbriant. "Sepuluh orang pak!" jawab lelaki itu. Seraya kembali memberi hormat. "Kalau begitu laksanakan!" "Siap laksanakan!"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lalu lelaki itu memerintahkan prajurit untuk segera berangkat menuju target. Dengan senjata kompelit dan tercanggih siap bergerak. Derap langkah mereka menggetarkan tanah. Suaranya serentak keluar dari sepatu Boat tentara mereka. Mereka seperti mesin bergugus-gugus menjalankan perintah tampa ada yang membantah. Semua patuh terhadap perintah panglima. Dosa besar bagi tentara lari dari tugas. Itulah karakter dari seorang tentara.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Jhon baru saja datang dengan menggunakan mobil anti peluru. Ia keluar dari mobil itu. Di susul dengan seoarang wanita bercadar. Melihat kedatangan Jhon dan wanita bercadar, membuat panglima Deadbriant dan Mr Jose terkejut. Segera Ia mendatangi Jhon.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sebelum Deadbriant menyapa. Jhon terlebih dahulu menguarkan tanda berupa kartu tanda pengenal khusus. Lambang Intelejen rahasia itu sangat di segani di kalangan tentara. Karena siapa yang memiliki kartu itu, berarti orang itu kepercayaan President. Deadbriant mengangkat tangan menaruh telapak tangan di kening pertanda memberi hormat. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mr.Jhose melirik kepada Wanita bercadar itu. Ia tahu pasti wanita itu juga suruhan Departement pertahanan Amerika. Karena Jhose tahu sifat Diktetif Jhon yang mata keranjang dan bermuka sempak. Otaknya selalu mesum. Ia akan hebat kalau di dampingi dengan seorang wanita jika menjalankan tugas negara.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Deadbriant pun menatap tajam kearah wanita bercadar itu. Lalu Ia berbisik kepada Mr Jhose: "Siapa dia pak?!" Jhose menjawab. "Ia teman pendamping Diktetif Jhon." Deadbriant mengangguk. Ada rasa was-was kedatangan dua orang itu. Berarti rahasia antar Dia dan Mr Jhose harus benar-benar tertutup rapi. Karena rahasia ini rahasia yang sangat fatal, jika ketahuan kedua orang itu. Maka terbesit di hati Deadbriant untuk nermain belakang. Namun bagaimana caranya agar jejak untuk menyingkirkan Diktetif Jhon dari misi itu.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sesasaat lamanya Deadbriant berpikir. Akhirnya Ia mendapatkan caranya. Di berilah tugas Diktetif Jhon untuk berangkat menggunakan pesawat, jadi Jhon tidak ikut iring-iringan pasukan darat untuk menyerang penambang Uranium yang di kuasai pemerintah Irak yang korup. Dengan alasan lewat darat lebih bahaya untuk keselamatan Jhon. Karena banyak milisi islam bergerilya di gurun pasir. Terutama Milisi ISIS.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Awalnya Jhon menolak namun dengan paksaan dan bujukan dari rekannya sesama Diktetif yaitu Mr Jose, akhirnya Jhon menurut untuk melalui udara dengan menggunakan Halicopter Puma.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ada keanehan di rasakan Jhon melihat tindak-tanduk gelagat Deadbriant. Kenapa Jhon di suruh melewati udara, sedangkan Ia sendiri melewati darat sungguh perintah yang tidak masuk akal. Namun Jhon mengerti sekarang. Kenapa Ia ditugaskan di Timur-Tengah. Mr Smith memberi tugas padanya untuk menyelidik dan membongkar tentara yang korup, termasuk temannya sendiri yaitu Mr Jose, sesama Diktetif.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Pasukan komando Kodok Bangkong sudah sampai di markas tepatnya gudang penyimpanan uranium yang di pimpin Hamed Syaman. Banyak tentara Hamed Syaman yang berjaga di gudang itu. Mereka di bekali senjata ringan, namun terlatih dalam menggunakan senjata. Tampak lelaki dengan jenggot meranggas keseluruh wajahnya. Memakai ikat kepala sorban. Matanya tajam melihat kesetiap penjuru. Senjata bergantung di lengannya dengan posisi jari telunjuk siap menarik pelatik senjata. Seraya mondar-mandir dengan penuh awas.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sementara itu Tiga Prajurit Deadbriant mengarahkan bidikan senjatanya kearah lelaki itu. Teropong sudah tepat dengan tanda peluru akan bersarang di kepala lelaki itu. "Siap menembak Pak." Seru Prajurit yang di tugaskan membidik itu. Sementara Prajurit sebelahnya siap memberi aba-aba dengan kekeran berukuran kecil. Target siap di lumpuhkan. "Tembak sekarang Pak!" Perintah lelaki itu. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tar..</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Satu peluru meluncur dari rongga laras panjang itu tepat melabrak tubuh lelaki jenggot meranggas itu. Tak ayal tubuhnya terpelanting kebelakang lalu bersandar di tembok belakangnya, lalu tak lama melosoh ke tanah dan tidak bergerak lagi.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Formasi layang-layang. Sayap kanan masuk. Sayap kanan masuk," ujar pemimpin terdepan memberi perintah bagi tentara bagian barat untuk merangsek masuk. "Sayap kiri masuk. Sayap kiri masuk!" Lalu prajurit bagian kiri menyusul masuk dengan sigap dan cekat.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Melihat dua orang penjaga. Salah satu prajurit melempar belati tepat mengenai leher salah satu penjaga itu. "Argkk..." Mendengar kawan sebelahnya berteriak penjaga yang lain terkejut. Segera ia menarik pelatuk senjata. Namun naas, peluru lebih dulu bersarang di kepala. "Argk.." Darah menyembur dari batok kepala. Ia tewas. Tapi orang ini masih sempat menembak sebelum nyawa terlepas, walau tembakannya tak tentu arah.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sementara itu prajurit terdepan tidak ambil waktu lagi. Segera membongkar kotak berukuran peti mayat yang terantai rapi itu berisi Uranium. Gembok pengikat di tembak. Setelah putus, terbukalah rantai pengikatnya. Bahu membahu prajurit pimpinan deadbriant membawa peti itu untuk keluar gudang. Sedangkan pasukan sayap kiri menyambut dari luar gudang dengan kendaraan tak jauh dari pintu gerbang. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sepuluh peti terbawa. Di barengi keluarnya pasukan sayap kanan untuk men-estafet peti Uranium itu untuk di berikan ke pasukan sayap kiri. Deadbriant memberi komando kepada pasukan sayap tengah untuk masuk meyebar untuk memasang dinamit TNT berkekuatan tinggi. Setelah di lihat pasukan sayap kanan dan sayap kiri berhasil keluar gudang, kini giliran pesukan sayap tengah untuk menjalankan tugas. Mereka membawa dinamit untuk di ikatkan ke tiang-tiang penyangga dan siap untuk di ledakan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tapi setengah pekerjaan. Tiba-tiba suara rentetan tembakan terdengar di mana-mana. Prajurit Hamed Syiam mengetahui dan segera memberi perlawanan dengan memuntahkan peluru ke arah pasukan sayap kanan dan sayap kiri. Sehingga membuat hati para tentara itu kebat-kebit. Lalu menembak balik untuk mempertahankan diri. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Bangsat misi ketahuan," ujar komandan tempur. Segera Ia mengambil alat komuniksi semacam HT. "Kodok satu terkepung. Kodok satu terkepung!" seru Komandan itu memberitahu kepada panglima yaitu deadbriant. Deadbriant segera memberi aba-aba kepada Kodok Bangkong melompat. Yaitu pasukan terakhir apabila misi mendapat serangan. Tak lama kemudian Sepuluh orang pasukan khusus penyelamat di terjunkan. Pasukan elite Kodok Bangkong melompat. Dengan berani dan bersenjatakan lengkap, meyerang balik dengan menembak membabi buta kearah tentara Hamed Syimam.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Karena persenjataan Tentara Hamed Syimam kurang canggih, menciutlah hati prajuritnya. Sehingga pasukan itu di buat kucar-kacir. Semua kalang kabut menerima serangan balasan tentara Deadbriant. Sesekali Rudal scot menghantam benteng sehingga menambah tengkuk bergidik bagi yang merasakan ledakannya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sementara itu, mendengar gudang Uranium di serang. Gemetarlah tubuhnya akibat menahan marah. Saat itu Hamed Syaman sedang berada di kota Bagdad. Dengan nada keras Ia menyentak ajudannya. "Kafir iblis barat." Hardik Hamed Syaman, membuat ajudannya terperanjat kaget sambil memegang janggutnya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Ada apa ya syeh!?" tanya ajudannya berseru.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Gudang kita telah di bumi hanguskan oleh si kafir," Kata Jhon sambil menyolotkan matanya. "Cepat kirim pasukan untuk kita serang balik!" </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Bergegas sang ajudan berlari untuk memberitahukan pada yang lain, untuk bersiap melakukan peperangan. Dengan suara lantang Ia berteriak keras. "Pasukaaaan....!" Mendengar suara dari pemimpinya sontak prajurit lainnya berlari untuk mempersiapkan senjatanya masing-masing. Lima tank, mobil pick up lengkap dengan senjatanya berupa senapan berat yang dapat memuntahkan seratus peluru dalam satu menit. Serta prajurit khusus Rudal Scot. "Kita akan berperang. Demi Irak dan Agama kita mari," ujar ajudan itu.</div>
<div>
Pasukan itu pun berangkat.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sementara itu di gudang uraminium sangat genting. Pasukan tentara America yang di pimpin deadbriant terus membantai pasukan tentara Hamed Syamin dengan senjata-senjata berat. Tentara Hamed Syaman banyak yang tewas. Hujan peluru dari pihak musuh membuat formasi pasukan Hamed Syaman kocar-kacir. Banyak mayat bergelimpangan dengan banjir darah. Ada juga mayat yang sudah tidak berbentuk akibat terkena ledakan dasyat dari rudal pihak musuh. Maka saat itu juga pasukan Hamed Syaman mengatakan menyerah. Mereka kehilangan kontrol karena tidak ada komando dari jendral besarnya yaitu Hamed Syaman.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Karena misi berhasil. Deadbriant tertawa menyeringai puas. Dengan bangganya Ia berkata: "Abadilah America. Kayalah Deadbriant." Setelah berkata begitu, Ia teringat Diktetif Jhon 009. "Orang ini harus di singkirkan. Karena dapat merusak rencanaku!" gumam Deadbriant.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ketika itu Diktetif Jhon masih di perjalanan menuju gudang Uramunium yang di maksud. Jhon berada di belakang bangku heli puma itu. Saat Ia sedang asik mengamati gurun pasir yang luas di malam hari, tiba-tiba suara handphonnya berbunyi, lalu di angkatnya. "Jhon..keadaan darurat. Kamu harus melompat dari heli itu." Kata penelpon itu. Suaranya asing bagi Jhon. Namun suara itu seperti pernah di dengarnya. "Ada ap...." Belum saja selesai menjawab telepon itu telah mati. Jhon jadi bingung apa yang harus Ia perbuat dengan disuruh melompat dari Helicopter. Apalagi di mala hari ditengah gurun pasir. Mana mungkin Ia melakukannya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Di balik kebimbangan Jhon tiba-tiba Salamah berkata, "Jhon...Aku di suruh terjun oleh atasanku, bagaimana ini?!" tutur salamah dengan wajah pusat. Mendengar perkataan Salamah, Jhon jadi tertegun, ada apa gerangan?</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tampa pikir panjang Jhon segera mengambil tas terjun payung yang sudah tersedia di samping pintu heli. Degan cepat Ia memakaikan tas terjun payung itu ke tubuh Salamah terlebih dahulu. Setelah itu baru Ia memakainya. "Kita harus siap untuk terjun bebas sayang!" seru Jhon sambil tersenyum getir. Salamah mengangguk dengan mata nanar dan mimik pucat.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tampa sepengetahuan sang Pilot, Jhon menarik tangan Salamah dengan erat dan bersiap untuk terjun. Setelah satu langkah ingin melompat, Salamah menarik kembali tangannya. "Aku tidak bisa menggunakan parasit ini Jhon," kata Salamah. "Bagaimana kalau aku tidak bisa membukanya. Walaupun bisa, aku tidak bisa mengendalikannya Jhon. Aku takut!"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Baiklah. Kita terjun satu payung saja. Biar aku ikat tubuh kamu ketubuhku.," terang Jhon. Lalu segera Salamah di peluknya dengan erat sambil mengikatkan tali melilit ketubuhnya dan tubuh Jhon. "Kamu pintar Jhon," Salamah memuji. Jhon hanya tersenyum. "Malam ini kamu cantik sayang," canda Jhon. "Boleh aku buka cadarmu," pinta Jhon sambil membuka cadar yang menutupi wajah Salamah.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tampaklah wajah Salamah yang cantik jelita di balik cadarnya. Wajahnya membuat Jhon menjadi gemas ingin menciumnya. Tak ayal menahan nafsu. Jhon dengan cepar melumat bibir Salamah. Wanita itu terenyak merasakan bibir Jhon yang terhempas begitu cepat ke bibir yang merah meranum itu. Dengan rakusnya Jhon tak memberi kesempatan untuk memberi nafas kepada Salamah.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Jhoon...oh....Jhoon.." racau Salamah menahan nafas.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Hangat di rasakan menjalar keseluruh tubuh. Baru kali ini Salamah merasakan ciuman dari seorang lelaki. Tubuhnya bergetar tak karuan. Nafasnya megap-megap membuncah. Matanya menjadi sayu. Rupanya Salamah sangat menikmati ciuman dari bibir lelaki itu. Lelaki yang menjadi pathnernya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sekian detik mereka asik berciuman. Jhon mendorong tubuh salamah di ikuti tubuhnya yang terikat pada tubuh Salamah. Tampa aba-aba lagi membuat Salamah terkejut dan melepaskan bibirnya. Betapa ngerinya saat itu di rasakan Salamah. Tubuhnya sudah melayang di udara yang gelap gulita. Entah ide gila apa, yang membuat Ia dan Jhon harus terjun di kegelapan malam sati payung dua tubuh.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Jhon.. aku takut jhoon.." Salamah berteriak kencang. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Tenang sayang!" ucap Jhon dengan nada dingin. "Kita akan mendarat di padang pasir itu." Sambil menunjuk ke arah utara. Angin sangat kencang di atas sana. Kira-kira dua ratus kaki, Jhon melepaskan payungnya. Tubuhnya dan tubuh Salamah berayun-ayun. Salamah hanya berani manatap wajah Jhon. Ia tidak berani memandang kebawah. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Merasa di perhatikan, Jhon menjadi risih. Di tatapnya wajah Salamah, Ia memandang kelopak mata yang indah di hempas semilir angin. Salamah pun begitu. Mereka saling memandang di atas udara yang dingin. Dengan tatapan nanar, Jhon mengecup bibir yang halus dan penuh kelenbutan itu. Dirasakan hangat. Salamah pun menyambut ciuman Jhon. Ia sudah tidak perduli lagi dengan rasa takutnya. Sambil meringis nikmat, "Jhon... Oh...Jhon..Kamu hebat Jhon..ssst eeegh...kamu nakal Jhon." </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Jhon menjawabnya: "Maafkan aku sayang..oh...terpaksa aku menciummu..ea say...egh...ma..ma..maafkan aku say...ooh.."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Kira-kira seratus kaki dari permukaan tanah. Tubuh kereka mulai terhempas kencang. Hempasannya sangat terasa melabrak angin. Jhon punu melepaskan ciumannya. Sedangkan salamah ketika Ia sadar dari kenikmatan sesaat, betapa terkejutnya Ia. Ternyata Dia masih belum lolos dari kematian kalau Jhon gagal mendarat dengan Parasitnya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Jhoon...aku takut.! Seru Salamah menutup mata.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Peluk aku yang erat sayang." kata Jhon. Seraya mau membuka parasut dari tasnya. "Hitungan ketiga, kamu harus lebih kencang memeluk aku. Karena hentakan akan kita rasakan ketika payung terbuka." seru Jhon.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Oke...1..2..3..." Jhon menghitung maju lalu ketika hitungan ke 3 Jhon segera melepaskan pengait kunci parasit itu. "Bleees...." Payung parasit terbuka. Betapa terkejutnya Salamah ketika payung parasut terbuka, tubuhnya terasa terhentak ke atas. Namun tak berapa lama, di rasa seperti melayang. Tidak seperti orang terjun. Tapi seperti sedang terbang melayang mengantung-gantung.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Tahap pertama kita selamat sayang!" kata Jhon. "Kita bersiap-siap untuk tahap kedua.!"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Apa itu tahap kedua Jhon," tanya Salamah dengan hati ngeri. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Kita akan bersiap-siap terhempas ke tanah!" jawab Jhon. "kalau bisa kamu harus bisa mengimbangi tubuh kamu, ketika kaki kamu berpijak pada tanah. Kalau gagal kamu akan terjatuh tersungkur. Maka tubuh kamu akan sakit.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mendengar penuturan Jhon. Salamah kembali kebat-kebit hatinya. Rupanya masih ada lagi jalan maut di depannya. Melihat wajah salamah terlihat ketakutan, Jhon berkata, "Tenang sayang. Kamu peluk aku saja yang kencang. Salamah mengikuti apa yang di perintahkan Jhon, Ia pun segera memeluk Jhon dengan eratnya. Membuat Jhon tersenyum.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tinggal 50 meter lagi kaki sampai ke permukaan tanah. Dengan cekat Jhon mengendalikan laju parasut. Terlihat hanya hamparan pasir yang luas. "Celaka," gumam Jhon. Hatinya menjadi ciut, ketika hamparan pasir sangat luas dan tidak bertepi. "Bisa hidup sendiri di gurun pasir aku!" batin Jhon. "Gak ada persiapan makan dan air lagi." Bingunglah Jhon.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Setan alas," hardik Jhon Kesal sendiri. "Sial mulu aku kalau di kasih tugas."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Jhon...sudah sampai belum," Salamah berkata sambil terus memejamkan matanya. "Iya sayang sebentar lagi!" jawab Jhon. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Antara tanah dan kaki Jhon sekira sepuluh meter, Jhon bersiap untuk mendarat dengan menggunakan kakinya. Ditariknya tali parasut kebawah. Ketika itu juga, parasut menjadi balik keatas. Disitulah Jhon mulai memainkan kakinya ke tanah agar ketika terjatuh, Ia dapat menahannya. Tapi sayang. Karena satu parasut untuk dua orang, jadi keseimbangan menjadi kacau. Apalagi Jhon jarang melakukan terjun payung walau mantan prajurit. Maklum Jhon mengambil angkatan darat. Bukan Udara. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Benar, ketika kaki kanan Jhon sudah sampai menginjak tanah. Tiba-tiba kaki kiri terpelintir, sehingga tubuhnya terhempas ke kiri. Di tambah Jhon menahan tubuh Salamah agar Ia terjatuh tidak menindih tubuhnya. "Ugh...Jhon" Salamah berteriak.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Dan sialnya lagi. Ternyata kedua kaki Jhon amblas, karena di luar perkiraan, termasuk penulis cerita ini. Ia kecele. Di kira jatuh ke tanah yang keras. Tak tahunya bukan tanah tapi gundukan pasir. Namanya juga padang pasir, sudah jelas akan amblas jika kita injak.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Buuk...</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ngeek...</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Aw....</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Jhon meringis kesakitan ketika terjatuh dengan posisi kesamping. Ditambah tubuh Salamah menindihnya. "Sompret..sompret..sompret..." cecar Jhon pada nasibnya sendiri.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
* * *</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Flash back setelah Jhon dan Salamah melompat dari Helicopter puma sekira setengah jam. Helicopter itu meledak dengan sendirinya. Sehingga pilot dan co pilot tewas berkeping-keping bersama helinya. Dan berita meledaknya helicopter puma yang membawa Diktetif Jhon dan Salamah, tersiar telah di tembak oleh Milisi Islam ISIS. Departement pertahanan America mempercayainya berita tersebut.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Termasuk Jendral panglima deadbriant. Dia merasa puas telah membuat laporan bohong. Dan yang terpenting rasa puas telah membunuh Diktetif Jhon 009, yang akan menjadi penghalang untuk berbuat korup. Lalu siapakah yang memberi tahu kepada Jhon, sehingga Ia menyuruh Jhon segera terjun melompat dari Helicopter puma naas tersebut.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lelaki misterius itu sangat pintar. Sehingga Ia pun berhasil menolong kembali Diktetif Jhon kedua kalinya dari kematian. pertolongan pertama yang di lakukan ketika Jhon tertangkap oleh Bandar Narkoba Black Blood (baca kisah pertama) dan kini Ia berhasil menolong Diktetif Jhon dari tipu muslihat Jenderal Deadbriant yang korup.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Jhon sendiri belum tahu siapa gerangan lelaki ini. Ketika Ia menelpon untuk segera Jhon melompat, terasa kenal suaranya. Yaitu seperti suara seorang lelaki bertopeng ketika Diktetif Jhon tertangkap oleh Bandar Narkoba.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mari kita tinggalkan cerita Diktetif Jhon 09 sejenak. Kita menuju ke Gudang Uranium milik Hemed Syaman yang di serang oleh Prajurit yang di pimpin oleh deadbriant. Gudang itu kini rata dengan tanah. Banyak puing-puing berserakan, dan bau misiu menyengat rongga hidung. Pasukan Hamed Sayaman kocar-kacir seperti anak ayam kehilangan induknya. Bahkan ada yang berlari kalang kabut sampai kecepirit di celana dan terkencing-kencing berlari untuk meninggalkan medan perang.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sementara itu Deadbriang melihat kemenangannya. Ia langsung menghubungi Diktetif Jose, "Kita telah berhasil mengambil Uranium itu Pak!" ujar Deadbriant. "Secepat ini kita harus segera menjualnya pak!" </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mr Jose menyetujuinya. Lalu Deadbriant berkata lagi. "Ini rahasia kita berdua pak. Jangan sampai ada yang tahu. Kalau ada yang tahu bahaya lah kita pak." Tukas deadbriant.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Pada siapa kita menjualnya pak?" Mr Jose bertanya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ketua ISIS dari suria pak!" </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Siapa yang jadi pelantara sehingga kita bisa jual."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Hamed Syaman"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Apa!"</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mr Jose terkejut.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Ya pak pemilik Uranium itu sendiri," Ujar deadbriant.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Bagaimana bisa!? Tukas Mr Jose.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Bisa pak. Nanti hasilnya kita bagi sama. Semua hasilnya akan masuk kantong pribadi pak!" </div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Berarti Hamed Syaman berkhianat sendiri pada negaranya." seru Mr Jose.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Ya pak! Dia juga prajurit paling korup di pemerintahan saddam husein dulu ketika irak masih kekuasaannya."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tampa di sadari deadbriant, pembicaraan itu di rekam oleh Mr Jose. Rekamannya langsung tersambung ke istana president. Sementar iti, President mendengarkan pembicaraan iti menjadi geram. Ternyata masih banyak tentara yang korup. Dengan segera President menghubungi gedung Pentagon. Pejabat setempat langsung menanggapinya. Lalu di kirimkannya sinyal ke angkatan laut yang berada di laut lepas di kapal induk milik angkatan laut Amerika serikat. Maka perintah President untuk menangkap tangan deadbriant jika terjadi transaksi.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Di ceritakan di atas, mendengar Uranium di curi dan gudangnya di serang Hamed Syaman murka dan marah, Ia pu mengerahkan pasukannya secara besar-besaran untuk menyerang balik ke gudang penyimpanan Uranium itu. Namun karena jaraknya agak jauh, pasukan Hamed Syaman terlambat. Pasukan Kodok Bangkong sudah pergi setelah menghancurkan seluruh bangunan dan gudang sehingga rata dengan tanah. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Terkejutlah President Irak mendengar laporan itu. Sedangkan Hamed Syaman menanggapi dengan santai. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Perlu di ketahui. Kenapa Hamed Syaman tidak ada di tempat ketika penyerangan itu terjadi?. Kerena memang ada unsur kesengajaan agar Ia selamat dan berpura-pura menyerang ketika serangan sudah selesai dan Uranium sudah di bawa kabur oleh pasukan Kodok Bangkong yang di pimpin oleh Deadbriant. Karena mereka sudah sekongkol untuk melakukan korupsi.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Orang-orang yang terlibat adalah.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Deadbriant </div>
<div>
Mr Jose</div>
<div>
Dan Hemed Syaman</div>
<div>
<br /></div>
<div>
* * *</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Senja hari itu terasa menyilaukan mata. Warnanya merah orange, membuat warna lagit menguning. Lembayung senja sangat indah. Apalagi ketika matahari senja itu hampir tenggelam di ufuk barat. Warnanya sangat indah memerah dan bulat besar, namun perlahan-lahan mengecil dan redup lalu hilang tenggelam dan hari pun berganti malam. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Gema azan magrib terdengar jelas. Di balik sorbannya Hamed Syaman menyimpan senapan kecil yang selalu di bawa kemana Ia pergi. Dengan khusuk Hamed Syaman menjalankan ibadah. Ketika Ia selesai menjalankan solat magrib. Ia pun segera keluar untuk mengontrol, pasukannya. Sepuluh langkah berjalan keluar dari gerbang pintu masjid. Tiba-tiba dari arah selatan sebuah mobil pick up dengan dua orang penumpang menghampirinya. Salah satu orang itu dengan cekat membius dari belakang menggunakan sapu tangan yang sudah di semprotkan dengan zat beracun. Tampa sepengetahuam Hamed Syaman, ia pun saat itu juga jatuh terkulai. Lalu orang itu segera membawanya ke dalam mobil.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tak lama kemudian Hamed pun sadarkan diri. Setelah Ia siuman, Ia bingung entah di mana. Tubuhnya terikat di kursi dengan menggunakan rantai melilit tubuhnya. Tampak seseorang menghampirinya, lalu orang itu berkata, "Kamu panglima yang menguasai pertambangan Uranium." Hamed Syaman di tanya tidak langsung menjawab. Sehinga membuat orang yang bertanya menjadi kesal. Di tamparlah Hamed Syaman begitu kencang sehingga begitu panas di pipinya. "Cepat katakan, apa benar nama kamu Hamed Syaman?!" Karena di hatinya bertanya buat apa berbohong, akhirnya Hamed Syaman mengangguk pertanda iya. "Lalu mau di jual kemana itu Uranium," "Ku serahkan ke negara," katanya bohong. "Terus! Kenapa waktu penyerangan kamu tidak ada di lokasi," Pertanyaan kali ini membuat Hamed Syaman bergetar hatinya. "Saat itu aku sedang mengadakan pertemuan dengan pejabat-pejabat negara. "Kamu bohong!"Orang itu menyentak.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Kamu telah menghianati negara kamu sendiri." Orang ini berujar dengan tatapan dingin. "Kamu telah bersengkongkol dengan tentara kami ya kan!" Katanya dengan neda sedikit tinggi. "Jawab! Kalau kamu bersandiwara dengan pemimpin Pasukan Kodok Bangkong. Hamed Syaman terkejut lalu menundukan wajah. "Sekarang kamu harus jaga rahasia ini. Kamu saya lepaskan. Syaratnya Transaksi dengan Deadbrian tetap berjalan. Buat transaksi sama panglima Deadbriant. Kami intelejen negara akan menangkap tangan atas perbuatan korupsi ini." Kata orang itu. Seraya berbisik pada orang sebelahnya. "Kirim pasukan segera untuk menangkap Deadbriant jika transaksi berlangsung," orang yang di bisik mengangguk.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Keesokan harinya di mana akan di adakan transaksi antara Deadbriant, Hamed Syaman dan kelompok Islam radikal yaitu ISIS, sebagai pembeli untuk senjatanya. Juga Mr Jose, sebagai saksi atas transaksi itu. Ketika mereka mengadakan pertemuan di tempat yang sangat rahasia untuk membahas masalah pembayaran. Namun Mr Jose tau tempat itu. Ia segera memberitahukan kepada pusat. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Serta merta Pasukan pusat mempersiapkan untuk melakukan penggerebekan atas transaksi itu. Serta menangkap Jenderal Deadbriant. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Setelah transaksi berlangsung, Mr Jose segera meninggalkan orang-orang itu. Melihat gelagat Mr Jose ada yang tak lazim, membuat Deadbriant menegurnya; "Mau kemana Mr Jose." Mr Jose menjawab. Aku ada keperluan sebentar. Ada yang harus aku hubungi." ujar Mr Jose.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Baru saja Mr membalikan badan untuk melangkah. Terdengar suara orang menendang pintu. Laku terdengar suara derap sepatu sangat riuh. Deadbrian hatinya tercekat. Benar saja, tak lama beberapa orang masuk keruang pertemuan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Angkat tangan, jangan bergerak."</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Deadbrian terkejut bukan alang kepalang. Yang datang bukan dari pihak musub, tapi dari pihaknya sendiri. Yaitu tentara khusus atau Polisi Militer. Dengan cepat Pasukan ini membekuk deadbrian. Sedangkan Mr Jose tampak tak terlihat. "Kemana Mr Jose?!" batin Deadbriant. Di cari-cari tak terlihat. Polisi Militer itu hanya menangkap dirinya. Sedangkan Mr Nose dan Hamed Syaman tidak di tangkap. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Setelah di giring ke mobil khusus lapis baja. Deadbrian sempat melirik ke arah kanan. Betap terkejutnya Deadbriant, ternyata Mr Jose bersama Diktetif Jhon 009. Ia menyangka kalau Diktetif Jhon sudah tewas dalam Helicopter Puma yang Ia tembak. Sedangkan laporan mengatakan Helicopter Puma yang di tumpangi Diktetif Jhon telah di tembak jatuh oleh pasukan militan islam garis keras. ISIS.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
"Sial aku telah di jebak." kembali Deadbriant membatin. Dia merasa di kelabui, merasa di khianati. Terutama Mr Jose.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Perlu di ketahui. Setelah Diktetif Jhon telontar dari Helicopter puma. Dan mendarat di gurun pasir bersama Salamah. Dua jam kemudian pertolongan datang. Jhon di jemput kembali. Dan Ia selamat kembali yang kedua kalinya dari misi yang di rasa sangat sial kali ini. Sial tidak bisa tidur sama wanita, sial di jebak, dan sial misi tampa target. Sedang kan lelaki bertopeng seperti Judul di atas, lelaki itu adalah:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mr jose Diktetf 008</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Sekian</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-89864199565297215192015-05-19T09:43:00.001+07:002016-01-09T15:20:41.178+07:00Pendekar Kipas Sakti Berotak Mesum #2<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivQt0evOjQ_x4qimUa7xQgQFoideR-YHqlkwHeLpk37AXZwc9GmGqCDvqDNY5uNG2uv6QDnINMsGQBek7ANzsukpjDR30UBsUuU6kNQEa9pm7UMxIGGpmj3plk923DuYBeuuuQw2VKfOk/s1600/pdkr.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivQt0evOjQ_x4qimUa7xQgQFoideR-YHqlkwHeLpk37AXZwc9GmGqCDvqDNY5uNG2uv6QDnINMsGQBek7ANzsukpjDR30UBsUuU6kNQEa9pm7UMxIGGpmj3plk923DuYBeuuuQw2VKfOk/s400/pdkr.jpeg" width="400" /></a></div>
Pagi itu dirasa indah, dengan kicauan burung dan gemuruh suara air melabrak setiap benda yang menghalanginya. Lelaki dengan badan kecil tegap di perkirakan usia remaja sedang termenung. Tatapannya kosong dengan mata berkaca-kaca. Pakaian berwarna hitam dengan ikat pinggang kain selendang. Lelaki ini memakai ikat kepala berwarna merah hati dengan terselip di bajunya sebuah kipas pemberian bundanya. Kipas itu di jadikan sebagai senjata yang hebat, namun senjata berupa kipas itu tidak seberapa hebat di bandingkan yang di miliki bundanya sendiri. Kipas yang akan di wariskan oleh lelaki remaja itu yang bukan lain bernama Arya Welang. <br />
<br />
baca:<a href="http://yenyerrow.blogspot.com/2015/03/pendekar-kipas-sakti-berotak-mesum.html" target="_blank"> Cerita Sebelumnya</a><br />
<br />
Bundanya bernama Ning Warsih seorang pendekar yang sangat di segani di setiap penjuru dunia persilatan golongan hitam. Baca Sebelumnya. Bukan hanya di takuti dan di segani karena kehebatan jurus silatnya serta ilmu tenaga dalam tapi berupa ilmu pemikat sukma, ilmu yang di wariskan dari Eyang Soka seorang pendekar berotak mesum di zamannya. Kini ilmu itu di turunkan oleh Ning Warsih dan kelak akan di turunkan untuk putranya Arya Welang.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Tapi Arya Welang merasa prustasi apa yang di lihat di depan matanya sendiri perbuatan yang sangat menyesakan dadanya. Perbuatan bunda di lihat sedang melakukan hubungan badan tampa ikatan yang sakral, sebagaimana adat istiadat adanya. Apalagi perbuatan itu di lakukan oleh lelaki yang baru saja di bunuhnya pendekar itu adalah pendekar berjuluk Kelabang Kaki Seribu yang jeleknya bukan kepalang. Tubuhnya seperti badut, dengan bokong hitam pekat seperti pantat panci, serta mempunyai rupa dan kelakuan yang buruk. Walaupun pendekar itu telah tewas di tangannya, rasa dendam masih berkecamuk, dendam itu di pelampiaskan kepada bundanya.<br />
<br />
"Arya! Anakku!" <br />
<br />
Terdengar suara wanita yang bukan lain bundanya Ning Warsih. Arya Welang tidak menoleh panggilan itu, wajahnya terus kedepan tajam menatap kosong. Dia tidak perduli panggilan bundanya. Hatinya masih kesal.<br />
<br />
"Sebentar lagi hampir siang," ujar Ning Warsih. "Ibu sudah sediakan makanan untuk kamu. Ibu buatkan semur jengkol balado dengan pedas yang amat sangat, pasti kamu suka!" Arya Welang tetap membisu dan muka membesi. <br />
<br />
"Nak..ayolah kita makan dulu. Pasti kamu sudah lapar." <br />
<br />
Arya Welang tidak menjawab, Ia tetap berdiam diri. <br />
<br />
"Nak!..Kamu marah yah sama ibu mu,?" tanya Ning Warsih, seraya menghampiri lalu duduk di samping Arya Welang di bongkahan batu sangat besar. Kakinya di turunkan mencelup air sangat bening aliran sungai itu. "Maaf kan perbuatan ibu. Ibu khilaf. Seharusnya ibu sudah bertaubat." Ning Warsih menundukan kepala sebelumnya sempat melirik ke wajah Arya Welang yang memerah menahan marah.<br />
<br />
Arya Welang dan Ning Warsih terdiam sejenak. Tak lama kemudian Ning Warsih mulai membuka mulut kembali, "Ibumu yang hina ini ingin sekali mendidik kamu menjadi pendekar tangguh. Semua ilmu ibu akan ibu turunkan kepada kamu sebagai pewaris selanjutnya dari eyang kita yaitu eyang soka." Ning Warsih bercerita.<br />
<br />
"Seharusnya hari ini di bulan purnama tepatnya nanti malam kamu akan aku wariskan berupa senjata sakti yaitu Senjata pusaka Kipas Sakti. Kipas sakti ini sangat di takuti oleh segala golongan dunia persilatan, karena dari itu, banyak yang ingin merebutnya dari tanganku. Kalau kamu tidak pandai menjaganya dan terlepas dari tangan kamu lalu berpindah ke tangan pendekar dari golongan hitam, maka bencanalah bagi dunia persilatan," terang Ning Warsih. "Aku akan mengajarkanmu ilmu Balung Besi Pemikat Dara untuk kau jadikan ilmu sebagai ilmu yang sangat bermanfaat untuk pengobatan alternatif, khususnya untuk pria yang mempunyai penyakit impoten.<br />
<br />
"Selain kamu tangguh dalam bertarung, kamu juga pandai dalam ilmu pengobatan anakku," lanjut Ning Warsih menerangkan. "Apakah kamu mau mempelajarinya?"<br />
<br />
Arya welang tak langsung menjawab. Hatinya masih kesal dengan kelakuan bundanya, walaupun ia ingin sekali mempelajari apa yang di utarakan bundanya, juga menjadi pewaris tunggal senjata pusaka Kipas Sakti yang di maksudkan sang bunda. Seraya hanya menunduk, terkadang melengoskan wajah menatap kesamping tidak mau bertatapan dengan bundanya.<br />
<br />
"Baiklah, mungkin kamu masih kesal sama ibumu. Nanti kalau kamu sudah hilang rasa kesal kamu, temukan ibu. kalau bisa sore ini juga harus sudah kau jawab. Jangan sampai bulan purnama berlalu malam ini." Ning Warsih segera meninggalkan Arya Welang yang masih duduk termangu. Tatapannya kosong kedepan.<br />
<br />
***<br />
<br />
Senja merangkak naik. Surya hampir tenggelam di ufuk barat. Arya Welang pulang dengan wajah masam dan langkah lunglai. Sang Bunda melihat anaknya pulang segera ia menyapanya di depan pemondokan. "Syukurlah kamu sudah pulang nak, ibu khawatir sekali sama kamu, apalagi kamu belum makan sedari pagi, mau ibu sediakan makanan!" ujar Ning Warsih. "ibu bakar ayam kesukaan kamu dengan sambal tomat, pasti kamu lahap memakannya." Ning Warsih mencoba mencairkan kekesalan Arya Welang kepadanya.<br />
<br />
Arya Welang hanya mengangguk petanda mengiyakan. Senang sekali Ning Warsih melihat anaknya kembali mau menyapanya walau hanya anggukan kepala. Disediakannya makanan dan lauk pauknya, serta minuman hangat berupa bandrek. Lahaplah Arya Welang menikmati makanan dan minuman yang di sediakan Ning Warsih. Sebaliknya Ning Warsih pun senang melihat anaknya bisa di bujuk untuk rujuk kepadanya. Malam pun telah tiba. Tiba saatnya Ning Warsih mendengar jawaban dari Arya Welang perihal ritual penyerahan senjata sakti berupa kipas, tepat di malam purnama nanti.<br />
<br />
"Ibu..maafkan aku ibu! Memang tidak sepatutnya Arya marah sama ibu," kata Arya Welang membuka pembicaraan. "Arya siap bu menerima ilmu yang akan di berikan nanti malam!" <br />
<br />
Ning Warsih tersenyum. Tampak wajah sumringah terpancar dari wajah Ning Warsih. Hatinya merasa puas. Dengan langkah cepat ia segera bangkit menuju kamarnya. Entah apa yang akan di lakukannya. Arya Welang hanya menatap ibunya dengan mata sayu. Tak lama kemudian, Ning Warsih berkata dari dalam kamarnya. "Anakku nanti setelah purnama terlihat, kita siap-siap kepuncak gunung merapi, di sanalah aku akan menurunkan ilmu ku dan menyerahkan kipas pusaka itu."<br />
<br />
"Baik bu!" ucap Arya Welang.<br />
<br />
<b><span style="color: #cc0000;">DUA</span></b><br />
Puncak gunung merapi sangat mencekam. Hanya suara gemuruh lahar yang bergejolak menguarkan suara yang mengerikan. Awan kabut berarak memapas pepohonan yang masih bisa tumbuh di puncak gunung merapi. Dua sosok tubuh manusia berjalan sangat cekat sekali, dengan ilmu meringankan tubuh yang sangat tinggi, dua orang itu sudah sampai ke puncak gunung merapi. Dua orang itu bukan lain adalah Ning Warsih dan Arya Welang. Tiba saatnya antara ibu dan anak itu untuk mentransfer kekuatan. Di bawah bulan purnama yang begitu indah tampak memutih bulat di atas kepala. Arya Welang dan bundanya duduk berhadapan bersila di atas sebongkah batu sebesar cukup untuk di duduki dua orang itu. <br />
<br />
Dengan di selimuti hawa dingin dari puncak gunung sangat menggigilkan badan. Tapi rasa dingin ini tidak serta merta di rasakan oleh Ning Warsih dan Arya Welang. Mereka saling bertatapan. Tak lama kemudian Ning Warsih mulai membuka mulut. "Anakku! Di bawah rembulan penuh ini, aku akan mewariskan senjata yang di turunkan oleh Eyang Soka kepadaku, untuk kembali ku serahkan padamu sebagai penganti ibumu. Senjata ini tidak olah-olah hebatnya. Dengan senjata ini kamu dapat menumpas kejahatan di muka bumi dan kamu akan di segani di dunia persilatan di delapan penjuru mata angin, baik dari golongan putih maupun dari golongan hitam. Tapi ibu mohon padamu untuk selalu membela yang benar dan lemah." Ning Warsih menerangkan dengan wajah penuh harap. <br />
<br />
Tak lama kemudian, Ning Warsih membuka pakaian luarnya, kini ia hanya memakai baju Tshirt tipis dan putih, sehingga tampak terlihat buah dada yang besar dengan pentilnya yang seksi. Arya Welang melihat itu, Ia segera menundukan wajahnya, ada rasa malu dan jengah apa yang di lihatnya walau bersama bundanya sendiri.<br />
<br />
Di ambil dari selipan pinggang sebuah benda yang sangat unik dan cantik. Benda itu beruapa Kipas lipat dengan motif bergambar Pedang dan Bunga rose. Warna jingga bahan kainnya dan berbatang dari kayu cendana yang mewangi semerbak harum. Harumnya terasa sangat menyengat hidung, tentu aroma wangi bukan sembarang wangi. Wangi yang sudah di sertai dengan mantra-mantra kesaktian.<br />
<br />
"Anakku! Inilah kipas yang ibu maksud, terimalah sebagai generasi penerus benda pusaka ini." Ning Warsih mengulurkan tangannya dan memberikan Kipas Sakti itu kepada Arya Welang. Lelaki remaja itu segera menerima Kipas Sakti pemberian bundanya dengan senang hati dan kagum. "Terima kasih bunda! Lalu apa yang akan aku lakukan setelah ini," tanya Arya Welang.<br />
<br />
"Anakku..Ada mantera yang aku salurkan kepadamu melalui tenaga dalam. Mantera itulah yang akan membawa kamu menjadi orang tersakti ketika menggunakan Kipas Sakti ini!" ujar Ning Warsih. "Dan mantra ini juga jangan sampai di dengar oleh orang lain yang ingin merebut Kipas Sakti ini. Kamu harus menjaganya dengan baik-baik kipas ini." <br />
<br />
"Aku paham bu!"<br />
<br />
"Baiklah sekarang lepaskan seluruh pakaian kamu, ibu akan melepaskan ilmu ini kepadamu." kata Ning Warsih. Medengar perintah sang bunda, Arya Welang mendongakkan kepala dan menatap bundanya dengan tanda tanya. "Ah ibu..Apakah dengan cara itu ibu mentransfer ilmu kepadaku?" Ning Warsih mengangguk. Lalu kembali berkata: "Kenapa anakku, apakah kamu malu di depan ibu dengan bertelanjang bulat?" Arya Welang tidak menjawab, di hatinya ragu untuk melaksanakan perintah bundanya. <br />
<br />
"Cepat anakku!..Sebentar lagi rembulan hampir redup. Kalau tertinggal, kamu akan menjalani bulan purnama tahun depan." sentak Ning Warsih dengan wajah kebat-kebit. "Baiklah bu..aku turuti perintah ibu, walaupun sebenarnya aku malu bu!" Arya Welang menjawab sambil bangkit dari duduk silanya. Ning Warsih pun mengikuti bangun dari duduk dan berdiri di depan Arya welang.<br />
<br />
Perlahan Arya Welang melepaskan pakaiannya satu persatu, sehingga tampak sehelai benangpun menutupi tubuhnya di malam yang dingin dan berkabut itu. Tubuhnya terlihat sedikit kurus namun berbidang. Melihat anaknya mulai membuka pakaian, Ning warsih sempat merasa jengah, dengan ragu ia membuang pandangannya kejurusan lain. Namun mau gak mau ia pun harus melihat juga penis anaknya. Penis yang mulai di tumbuhi bulu-bulu keriting itu membuat Ning Warsih tak bisa diam. Di hatinya berkata: "Penismu panjang besar juga anakku. Apalagi nanti kalau kamu sudah mempunyai ilmu Balung Besi Pemikat Sukma, dan ramuan untuk memperbesar penis," batin Ning Warsih. "Kamu akan menjadi pendekar yang sakti, bukan hanya di petarungan tapi juga di atas ranjang yang akan membuat wanita-wanitamu merem-melek keenakan."<br />
<br />
"Silahkan ibu! Aku sudah siap menerima ilmu yang ibu berikan." ucap Arya Welang menyeringai dan wajah memerah menahan malu tampa pakaian di depan bundanya. Tak lama kemudian Ning Warsih melepaskan pakaian yang di kenakannya. Tentu membuat Arya Welang terkejut bukan alang kepalang. "Ibu apa yang ibu lakukan dengan melepaskan pakaian juga?" tanya Arya Welang bingung. Ning Warsih hanya tersenyum lalu berkata. "Seharusnya begini anakku cara mentransfernya. Ini pun pernah di lakukan oleh Eyang Soka saat aku mau menerima ilmu ini." ujar Ning Warsih. Kini terlihat jelas tubuh seksi Ning Warsih, walaupun sedikit samar karena gelapnya awan kabut dan malam. Namun kerena malam purnama sehingga dapat menerangi apa yang ada di bawahnya.<br />
<br />
Buah dada masih tampak mengkel seperti pepaya matang dan pentil susu coklat meranum sangat indah di lihat. Uddel pusatnya sangat dalam dengan pinggang yang ramping. Namun tak lebih cantiknya ketika Arya Welang manatap Vagina bundanya sendiri yang tampak tembem dan besar batoknya membuat Arya Welang menyentak. Terasa penisnya berdiri mengacung. baru pertama kali Ia memandang tubuh seorang wanita. Tubuh yang beda dengan bentuk tubuhnya. Dilihat samar bulu-bulu halus mengelilingi di sekitar vagina, sungguh unik bentuknya. Itu baru luarnya, apalagi kalau melihat dalamannya, mungkin akan lebih indah lagi mempesona.<br />
<br />
Melihat penis anaknya mengacung, Ning Warsih membatin, "Rupanya anakku mulai terangsang." Segera ia mengangkat tangan kelangit. Sambil membaca mantra-mantra Ning Warsih tampak bergetar tubuhnya, tanganya kembali diturunkan lalu di rentangkan di dada. Menarik nafas panjang, lalu mengusap dengan telapak tangan keseluruh tubuhnya. Keluarlah sinar putih dari telapak tangannya. Warnanya sangat menyilaukan mata, terang menderanglah puncak gunung merapi akibat pancaran sinar putih yang keluar dari tubuh Ning Warsih.<br />
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lalu sinar itu di hempaskan ke tubuh Arya Welang yang sedang berdiri tegap bugil. Sempat beringsut kebelakang, namun Arya Welang segera menahannya seraya tetap berdiri tegak. Sinar putih itu membalut tubuh Arya Welang dengan berputar-putar mengelilingi tubuhnya. Rasa panas di rasakan seluruh tubuhnya terasa seperti di bakar. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Arrggh....</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Arya welang berteriak perlahan. Di rentangkan kedua tangannya lalu di kibaskan ke langit. Tak lama kemudian sinar putih itu masuk lenyap ke dalam tubuh Arya Welang. "Ups...aahh.." Arya Welang menutup telapak tangannya pertanda dia sudah menerima ilmu maha dasyat dari sang bunda berupa kunci mantra Kipas Sakti.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Melihat Arya Welang berhasil menerima ilmu kanuragan yang di milkinya, senanglah hati Ning Warsih. Tidak sia-sia ia mendidik dan menggembleng Arya Welang selama ini. Namun rasa senang itu hanya sementara, tubuhnya lemas lunglai. Mata kunang-kunang dan kepala terasa berat di rasakan. Tak lama kemudian Ning Warsih jatuh melongsoh pingsan tak sadarkan diri.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Melihat sang bunda jatuh pingsan, tercekatlah Arya Welang. Segera ia mengulurkan tangannya untuk membangunkan bundanya</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ibu..ibu..bangun bu!" Sambil menggoyangkan tubuh Ning Warsih. Arya Welang segera mengalirkan tenaga dalamnya untuk menetralisi tubuh Ning Warsih. "Jajak opat perapatan setu. Welas asih penyakit minggat jeng.. Jeng.. Jeng.. Jengkoreng cuih cuih cuih." Di tiupkanya mantra itu lalu di usapkannya ketubuh Ning Warsih. Kira-kira lima detik mata Ning Warsih terbuka. Ehm..ehm..ehm..Ning Warsih terbatuk ringan, dan ia pun mulai sadarkan diri.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Syukur ibu! Ibu sudah siuman!" ucap Arya Welang lalu tersenyum pada bundanya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ya sudah. Pakai kembali pakaianmu." kata Ning Warsih. Rupanya Arya Welang baru sadar kalau Dia tidak berpakaian. Segera Arya Welang mengambil pakaian yang di tanggalnya. "Ya ibu, ibu juga pakai kembali pakaian ibu," Arya Welang mengulurkan tangan untuk memberi pakaian Ning Warsih sambil wajah melengos ke jurusan lain karena malu melihat aurat bundanya sendiri.<br />
<br />
<span style="color: #e69138;"><b>Tiga</b></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tiga Tahun Kemudian</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Suasana pasar pacitan sangat ramai. Banyak pembeli dan pedagang sibuk dengan tawar menawarnya. Seorang lelaki berbadan besar dengan wajah penuh bawuk merambat lebat di bawah janggutnya sampai ke pipi. Seraya memegang tombak sangat panjang. Dan dari balik bajunya terselip sebuah senjata mirip kujang. Matanya tajam menatap lekat-lekat kesetiap pengunjung pasar. Dengan merangkapkan tangan tampak orang itu sedang mengintai seseorang yang harus segera di bawa ke kota raja.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Pemuda berbaju merah. Dengan ikat kepala warna hijau, wajahnya alay sangat tampan dan keren di pandang. Apalagi banyak wanita tersenyum simpul berhadapan dengannya. Dengan lahapnya pemuda ini menikmati makanan di warung kedai. Seteguk baru saja membasahi tenggorokannya, tiba-tiban di depan pintu kedai itu berdiri lelaki tampang seram, bawuk lebat dan bersenjatakan seperti kujang. Seraya menyentak pemuda yang sedang malan itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hai..Kamu," kata orang itu dengan suara keras. "Aku baru pertama kali melihat kamu di sini. Siapa kamu." Orang itu menunjuk dengan jari telunjuk.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mendengar sentakan, lalu pemuda itu menoleh. Dengan wajah tenang pemuda itu menjawab dengan nada dingin. "Aku. Hanya kebetulan saja lewat pasar ini. Karena perutku lapar akhirnya aku masuk ke kedai ini."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Dari mana kamu?" tanya kembali orang dengan bewok lebat itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aku baru saja turun dari gunung merapi," jawab pemuda itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Apa tujuan kamu sampai kemari."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Kan aku sudah bilang! Aku hanya kebetulan lewat sini! Kepo amat sii." jelas pemuda itu. Sambil menguarkan duit untuk membayar makanan yang di pesannya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Maaf kisanak! Kami prajurit kota raja sedang mencari buronan bernama Santar Ulung." ujar lelaki bawuk itu ternyata prajurit kerajaan. "Dia telah menculik putri Adipati Sukajaya. Apakah kisanak mengenalnya." yang di tanya mengkernyitkan kening.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Santar Ulung adalah sahabatnya sedari kecil. Namun seiring waktu, Arya Welang tidak pernah melihatnya lagi. Kabarnya dia pun telah turun gunung, entah kemana sahabatnya itu. Semenjak Arya Welang menerima Kipas Sakti dia tidak pernah menyambangi sahabatnya itu di Gunung Gede.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Namun kini teringat akan sahabatnya bernama Santar Alung. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hai...pemuda! aku tanya malah melengoskan wajah," sentak prajurit itu. Tetap saja Arya welang tidak menjawabnya. Setelah menghabiskan makanan lalu membayarnya Arya Welang segera berdiri lalu melangkah keluar. Namun ketika Arya Welang di depan pintu kedai, prajurit tadi langsung menghadangnya. "Mau kemana kamu. Pertanyaan aku belum kau jawab!" Dengan wajah garang, mata melotot, prajurit itu mngulurkan senjatanya tepat di leher Arya Welang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Maaf aku sudah selesai makan. Kini aku harus kembali meneruskan perjalananku." Arya Welang menjawab. Tubuhnya tertahan akibat todongan senjata prajurit itu. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tidak boleh meninggalkan desa ini sebelum kau sebutkan siapa kamu dan mau kemana tujuan kami. Serta aku tanya apakah kenal dengan pendekar berjuluk 'Pendekar Halilintar'," cecar prajurit dengan bawuk lebat itu. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aku tidak kenal dengan pendekar Halilintar" jawab Arya Welang dengan nada dingin. Namun di dalam hati Arya Welang bergumam: "Hebat sahabatku dari gunung gede itu. Mempunyai julukan Pendekar Halilintar"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Maaf prajurit lepaskan senjatamu dari leherku," pinta Arya Welang. "Tidak sebelum kau beri keterangan yang jelas." balas prajurit bawuk.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hai..prajurit jangan sampai aku menurunkan tangan jahat padamu," Arya Welang mengancam. "Jangan sampai ada selang seketa antara kita. Arya Welang menyentuh lengan prajurit itu agar mau menurunkan senjatanya dari leher. "Bangsat lancang sekali kamu sama abdi kerajaan." Dengan wajah merah, prajurit bawuk itu segera menyentikan tangan. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak lama kemudian lima orang prajuritnya berhamburan turun dari kuda lalu menghampiri prajurit bewok itu. "Tangkap orang ini dan bawa dia ke kotaraja!" Prajurit bewok itu memberi perintah. Kelima orang berseragam abdi kerajaan segera mengelilingi Arya Welang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Pemuda yang satu ini hanya tenang tampa ada rasa takut di hatinya. Serangan awal datang dari sebelah kiri, sabetan pedang memapas batang lehernya. Arya Welang hanya beringsut mengelak. Hampir saja ujung pedang menyobek, dengan sebat Arya Welang membalas dengan jotosan ke muka. Prajurit itu sempat berpaling ke kanan, tapi kasip jotosan Arya Welang lebih dulu mendarat di wajahnya. Prajurit itu mundur seraya menutupi wajahnya, sambil berteriak kesakitan yang sangat amat.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Melihat serangan anak buahnya berhamburan, prajurit bewok tercekat. "Sialan kowe, berani sama alat kerajaan." Prajurit bawuk itu segera menarik senjatanya. Di kuarkannya sebilah berbentuk kujang. Tercium bau mewangi</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dari senjata milik prajurit bawuk itu. Serta merta di iringi sinar kuning kehijauan keluar dari sarungnya ketika sebilah senjata itu di keluarkan. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Arya Welang segera pasang kuda. Tangannya di usap-usap. Setengah tenaga dalam di aliri ketubuhnya. Dengan mimik wajah tampa ada rasa gentar sedikit pun menghadapi prajurit-prajurit itu. Prajurit Bawuk melompat kemuka. Senjatanya menghunus lurus menghujam perut Arya Welang. Dengan cekat pemuda itu menyamping dengan gerakan ringan. Di saat sabetan kedua yang hampir merobek perut pemuda itu, tiba-tiba hawa panas menguar dari tubuh pemuda itu yang bukan lain Arya Welang. Tampa olah-olah Arya Welang menghantam tepat mengenai dadanya. 'Buuk...' prajurit itu seloyongan kebelakang. Walaupun sempat menahan dengan tangan kiri agar tidak jatuh. Namun dadanya terkena hantaman yang sudah di sertai dengan tenaga dalam, membuat prajurit bawuk ink meringis kesakitan. Dadanya panas, nafasnya tersengal-sengal dan wajah memerah, membuat prajurit bawuk itu menelan ludah malu di hadapan anak buahnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Cuih..." Seraya meludah. "Pemuda semprul, cari mapus kowe." Hardiknya penuh emosi. Lalu Ia mundur ke belakang sekira setengah tombak. Telapak tangannya di buka lebar. Lalu di putar-putar. Dengan menghela nafas lalu menariknya kembali prajurit itu menghentakan tangannya. Sinar hitam bergulung-gulung melesat ke arah Arya Welang. Ketika itu Arya Welang baru saja merenggangkan ototnya. Tiba-tiba angin panas melabrak tubuhnya. Arya Welang terkesiap. Segera ia menguarkan ilmu Benteng Penghalang Badai. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Saat hembusan angin panas yang di semburkan oleh prajurit bawuk itu. Arya Welang segera manangkis dengan ilmu Benteng Penghalang Badai. Olah-olah percikan api mencelat hebat. Suaranya berdentum memecahkan gendang telinga. Semua yang menyaksikan pertempuran itu, bergidik. Tak kecuali Arya Welang seraya bergumam di hati "Gila..hebat juga orang ini." tampa ambil waktu lagi, Arya Welang menguarkan Kipas sakti pemberian bundanya. Pertama kalinya Arya Welang menggunakan kipas sakti itu. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Prajurit bawuk itu meleletkan lidah, kagum dengan pemuda ini. Tenaga dalam yang paling tinggi dapat di tangkisnya. Namun tak kalah kejutnya ketika Arya Welang menguarkan Kipas yang paling di takuti oleh pendekar dari golongan hitam maupun golongan putih.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hai siapa kau pemuda,?" tanya prajurit bawuk. Rupanya kau mempunyai kipas sakti itu, hanya satu orang yang memiliki kipas itu. Dia Ning Warsih. Apakah ada hubungannya sama kisanak," </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Arye Welang menyeringai. "Kenapa kau tanyakan itu. Apa kau mengenal ibuku?" kata Arya Welang bertanya. Karena prajurut berbawuk lebat tidak menyerang, Arya Welang segera menyelipkan kipasnya kembali.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Terkejutlah prajurit bawuk lebat. Ternyata di hadapannya adalah putra dari wanita yang pernah ia tiduri di masa lalu. Ning Warsih memang pendekar wanita berotak mesum. Sehingga banyak lelaki berhasil menidurinya. Sedang kan Arya Welang entah dari bapak yang mana. Berdiam sejenak prajurit bawuk itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Baik lah! Hai pendekar! Aku percaya padamu. Tapi Aku pinta tolong beri tahu kami apabila melihat bajingan yang bernama Santar Ulung.Dia telah menculik seorang putri dari Adipati Sukajaya. Dan sebarkan berita kalau pendekar Halilintar itu sebagai buronan kerajaan." terang prajurit bawuk memberi penjelasan. "Oh yah...bagaimana kabar ibu mu, wahai pendekar muda" pertanyaan penuh tanda tanya di hati Arya Welang. Rupanya nama ibunya sangat tersohor di seantero jagad raya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ada apa urusan antara kamu sama ibu ku." Arya Welang balik bertanya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ibu mu sangat di segani dan paling di cari oleh para pendekar berotak mesum." kata prajurit bawuk sambil tertawa kecil. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Jawaban yang sangat mengejek bagi Arya Welang. Walaupun dia tahu perbuatan ibunya. Tapi dia tidak terima menjadi bahan gunjingann omongan orang-orang. "Jaga mulut bacotmu!" gertak Arya Welang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Yang di gertak malah tertawa. "Hahahaha..maaf kalau aku lancang," Prajurit bawuk gelak-gelak. "Semua pendekar golongan hitam sudah pernah merasakan nikmatnya tubuh ibu mu. Bahkan aku sendiri pernah merasakan enaknya liang memek ibu kamu. Hahahaha" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wajah Arya Welang merah padam. Rahangnya naik turun pertanda marah. "Manusia tengil, akan aku sobek mulutmu." Arya Welang segera melompat kedepan. Tangannya mengulur kedepan menguarkan angin panas tidak olah-olah menerjang tubuh Prajurit bawuk. Ia pun terkesiap ke kiri tapi kasip sinar panas itu mengenai bahu kanan, mengepul asap hitam dari bahu prajurit itu. "Argh..." tubuh terpelanting lalu melosoh kebawah dengan teriakan melengking.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Melihat ketuanya di kalahkan prajurit yang lain sontak menyerang Arya Welang. Namun beberapa jurus saja dua prajurit merwnggang nyawa terkena hantaman ilmu "Benteng Penghalang Badai" dasyatnya tidak olah-olah. Tentu prajurit itu dapat mudah di kalahkan, karena kehebatan ilmunya di bawah prajurit bawuk. Melihat lawannya tangguh tak terkalahkan, kecutlah hati keempat prujurit lainnya. Satu persatu mereka mundur.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sama halnya prajurit yang mempunyai bawuk ranggas dan lebat. Hatinya kebat-kebit dan nyalinya turun. Lalu Ia berkata "Baiklah pemuda aku kalah, jangan kau bunuh aku," pinta prajurit bawuk.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Bicaramu itu yang keren membuatku marah," hardik Arya Welang dengan mata menyolot. "Kau ku maafkan. Tapi ada syartnya." Arya Welang menyilangkan tangan di dada. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Apa itu pemuda gagah!?" jawab prajurit bawuk.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Antarkan aku ke adipati Sukajaya. Aku akan bertemu denganya."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ah pendekar hebat, dengan senang hati." ucap prajurit bawuk. "Mari aku antarkan kamu ke aula Adipati sukajaya. Setelah berkata begitu. Prajurit bawuk dengan langkah gontai akibat masih terasa panas di bahunya akibat terkena sambaran ilmu 'Benteng Penahan Badai yang di semburkan oleh Arya Welang. Seraya segera manaiki kudanya di ikuti ke empat prajuritnya. Lalu Arya Welang menyusul dari belakang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="color: #38761d;"><b>Empat</b></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Baru saja senja turun. Tampak warna jingga mekukis dari ufuk barat. Suasana dingin di bukit penuh bebatuan dan jurang terjal. Di bawah tanah yang terjal, air sunga mengalir dengan deras. Air bah yang turun dari lereng gunung gede menimbulkan suara irama alam yang sangat indah terdengar di telinga. Di balik gundukan tanah tampang sebuah lubang sang kecil seukuran tubuh dewasa. Gua itu sangat gelap. Di tambah matahari akan tenggelam menyinari bumi. Malam akan tiba. Terdengar suara merintih dan menangis dari dalam gua itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Suaranya sangat menyayat hati. Suara dari seorang wanita. Di susul dengan suara gelak tawa seorang lelaki. Suaranya menggema seantero gua itu. "Hahaha..kamu sangat cantik. Tubuhnya indah. Aku suka melihatnya." Suara lelaki itu nanar penuh nafsu. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tunggu dulu. Aku akan menyalahkan obor dulu agar aku bisa menikmati tubuhmu dan jelas melihat vaginamu hahahaha." gelak tawa itu menggema sehingga terdengar sampai keluar goa. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sementara wanita itu terikat di dalam kerangkeng, seperti kerangkeng ayam jago. Posisi duduk dengan kedua kaki dan tangannya terikat. Wanita itu menangis sedu sedan. Tampa raungan lagi. Cukup lelah wanita ini akibat menangis dan ketakutan dengan sangat amat. Tampak pakaiannya terbuka </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Dada, sehingga susu dada yang putih meranum terlihat, walau susana samar di dalam goa itu. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak berapa lama suasana menjadi terang. Sinar obor menerangi seantero dalam goa yang gelap. Tampak lelaki itu mendekati wanita yang tak berdaya. "Aih...cantik sekali wanita ini," gumamnya menyeringai. Dengan tersenyum lelaki ini berkata. "Maafkan aku Wulansari. Terpaksa aku harus menculikmu, karena aku jatuh hati padamu. Namun ayahmu sebagai Adipati sukajaya tidak menyetujui lamaranku. Bahkan dia telah menghinaku." ujar lelaki itu berkata kepada wanita yang terikat di dalam kerangkeng seperti kerangkeng ayam. Wanita itu ternyata bernama Wulansari, anak adipati sukajaya yang di culik oleh Santar Ulung.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lelaki itu bukan lain Santar Ulung, membuka kerangkeng itu. Lalu mendekati Wulansari. "Jangan mendekatiku," Wulansari menyentak dengan mata nanar. Santar Ulung menyeringai cengir. "Sayang..jangan galak-galak ah. Aku hanya ingin memandang wajahmu itu saja." Santar Ulung berujar.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Jangan coba-coba menyentuh tubuhku. Kamu tahu akibatnya jika menculik Abdi Kerajaan. Kamu akan masuk penjara." Wulansari mengancam. Namun lelaki yang di ancam malah memberanikan diri mendekati dan membelai rambut Wulansari. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ayolah sayang...aku hanya ingin mencicipi wajahmu yang indah. Aku suka denganmu Wulan!" Santar Ulung menjulurkan mulutnya. Wulansari menarik wajahnya. Walaupun kerangkeng sudah di buka namun tangan dan kakinya masih terikat. Mencoba beringsur mundur dengan menggunakan bokongnya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Lelaki jadah. Jangan macam-macam padaku!" kembali Wulansari menyentak. Lelaki gemblung kurang ajar kamu!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hahahaha..Wulan, wulan. Semakin kau berontak, semakin kerasa masalah yang kau hadapi. Aku sudah berkata baik-baik padamu dan ayahmu. Tapi kalian balas dengan kata-kata yang menyakitiku. Akan aku jalas rasa sakit hatiku kepada ayahmu." Santar Ulung mengancam. Membuat hati Wulansari kebat-kebit. Apakah keperawanannya akan hilang dengan lelaki jadah ini. Walaupun Santar Ulung cukup tampan dan gagah. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Uhuk.. Uhuk.. Uhuk.. " tangisan wulansari lirih. Seraya merapatkan kedua pahanya lalu di peluknya rapat, sebingga membuat Santar Alung sulit untuk menjamahnya. "Jangan sakiti aku. Jangan...uhuk.. Uhuk.. Uhuk"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Santar alung terdiam sejenak. Wajahnya tampak memandangi dengan lekat. Ada rasa kasihan di hatinya. Namun rasa cinta yang paling dalam terpaksa ia harus melakukan penculikan, hanya untuk melampiaskan rasa cintanya yang tak terbalas. Lalu Santar ulung mengulurkan tangan dan menjamah kedua tangan Wulansari yang masih berlindung di balik kedua pahanya memeluk erat. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Wulan.. Aku hanya ingin malam ini memandang wajahmu. Hanya itu. Kamu tidak akan aku apa-apakan. Aku hanya ingin berbicara saja padamu. Itu maksudku menculikmu. Setelah itu, kamu akan aku antarkan pulang kembali ke rumah orang tuamu."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mendengar pengakuan Santar Ulung dengan perasaan di dalam hati. Membuat Wulansari luruh. Walaupun masih terbesit di dalam hati apakah benar perkataannya bisa di pegang.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak lama kemudian Wulansari mendongakan wajahnya. Goa gelap gulita, namun dengan beberapa penerang obor. Tampak jelas wajah mereka masing-masing. Dengan posisi berjongkok, Santar Alung membelai wajah Wulansari. Di hapusnya air mata yang berderai. Matanya terlihat sembab, serta sedikit mengembung di lingkaran rongga mata akibat banyak menangis. Di sibaknya rambut yang menutupi wajah Wulansari. Kini kecantikan terlihat jelas di pelupuk mata Santar Ulung menatap tajam bibir yang merah merona serta pipi Wulansari yang halus lembut.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sungguh cantik wajah kamu wulan," rayu Santar Alung dengan nada berat.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wulansari membalas menatap nanar. Masih ada kekalutan di hatinya untuk mempercayai lelaki yang menculiknya. Namun mendengar pengakuannya membuat hati Wulansari terenyuh, luluh perasaannya. Sebagai seorang wanita yang belum pernah merasakan cinta dan rayuan dari seorang lelaki.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Santar Ulung masih saja membelai rambut Wulansari sambil menikmati keindahan wajahnya. Pandangan penuh hasrat itu membuat Wulansari tak berani menatap lama wajah Santar Alung seraya menundukan wajah penuh malu. Terkadang jari jemari Santar Alung merabah bibir Wulansari, hingga terasa deguban jantung Wulansari berdetak kencang. Hasrat pun telah bergejolak di dalam goa yang hanya di terangi lampu obor.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Santar Alung menjulurkan bibirnya. Di rasakan aroma mewangi dari hembusan nafas Wulansari. Sangat indah di rasa Santar Alung. Kini dia merasakan detak jantung berpacu cepat, terasa napas mewangi itu menghilangkan akal sehatnya. Pertama hanya ingin memandang wajah Wulansari, kini sudah terlupakan tertutupi gejolak hasrat penuh syahwat membuncah. Semakin dekat bibir Wulansari dengan bibirnya, semakin hangat di rasa.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sama halnya dengan Wulansari. Dengusan napas Santar Alung yang semakin mendekat terasa hangat. Ada rasa ingin menolak, namun seperti daya magnet membuat Wulansari tak sanggup untuk menolaknya. Napasnya berpacu cepat seiring semakin dekat bibir Santar Alung dengan bibirnya. Kini bibir mereka menempel.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Uum...ugh....ssst...eegh..." Wulansari berdesah ketika bibirnya di lumat."Ssst...aah..."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak hanya kehangatan bibir di rasakan Wulansari. Namun sudah menjalar keseluruh tubuh. Entah kenapa membuat Wulansari lupa melindungi buah dadanya. Kini dalam keadan duduk merasakan hangatnya seluruh tubuh, ia pun lupa merapatkan pahanya tampa terasa Ia buka kedua pahanya lebar, sehingga kain uang menutupi kini tersingkap keatas. Tampaklah paha yang putih mulus walau sedikit samar. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Santar Alungpun tampa di sadari mulai bergerak indah. Tangannya mulai leluasa merabah sekenanya. Di rebahkan tubuh Wulansari, sambil terus melumat bibirnya. Wulansari mengikuti irama tubuh Santar Alung. Dengan posisi telentang, Wulansari merangkul punduk Santar Alung. Di dekapnya penuh kehangatan. Di rasakan tubuh Santar Alung sangat panas. Entah karena gejolak syahwat masing-masing sudah membuncah sehingga benturan energi sehingga menimbulkan hawa panas.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Di tengah ciuman Santar Alung yang dasyat. Di rasakan telapak tangan merabah pingiran pahanya. Hangat tapi terasa geli. Di tarik pinggang Santar Alung sehingga menindih tubuhnya. Kain penutup tubuh bawahnya sudah terlepas. Di rasakan tindihan penis Santar Alung terasa padat di rasa menyentuh vaginanya walau masih tertutup celana dalam. Sedangkan Santar Alung masih memakai celana luar. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wulansari mencoba menggoyang-goyangkan pinggul, sambil menyentakan kaki, sehingga makin padat saja di rasa vaginanya menempel bersentuhan dengan penis yang masih terbungkus. Berdenyut. Baru pertama kalinya Wulansari merasakan vaginanya berdenyut gatel. Serasa ingin di usap-usap. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sedangkan Santar Alung merasakan penisnya bergerak. Terasa penat di rasa. Sehingga rasa sakit karena tertahan oleh celananya. Namun bibirnya tidak mau terlepas dari bibir Wulansari. Dia masih ingin melahap abis bibir Wulansari. "Em..em..em.." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Akang..oh..udah kang...ah...Wulan gak bisa napas," racau Wulansari</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Akang udah..." Segera santar Alung menarik bibirnya. Dia tersenyum puas berhasil mendapatkan impiannya melumat bibir seksi Wulansari. Dalam posisi tegak berjongkok, Santar Alung melihat kebawah perut Wulansari. Tampak celana dalam yang di pakainya terlihat basah tepat di belahannya. Santar Alung terpana melihat batok vagina Wulansari tampak tembem dan indah walau masih terbungkus celana dalam. Belahannya menganga lebar, keluar air menjejak di celana dalam Wulansari. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Akang..kenapa di lihatin, aku malu" kata Wulansari sambil merapatkan paha. "Boleh aku pegang sayang" Santar Ulung berucap sambil mencoba membuka paha Wulansari. "Jangan ah! Aku malu kang.!" Wulansari meringis geli, bertahan merapatkan kaki dan pahanya, walaupun di dalam hati ingin selangkangannya di pegang. Vaginanya sedari tadi sudah berdenyut-denyut.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ayo sayaang...sedikit aja buka yah.!" bujuk Santar Alung penuh nafsu. " Dikitiit cuma secuil dah megangnya. Tak lama kemudian, Wulansari melebarkan sedikit pahanya. Saat itu juga, Santar Alung merabah perlahan gumpalan daging terbelah itu. Perlahan-lahan namun membuat Wulansari bergidik terangsang. "Oh...sayang...cantik sayang..oh..cantik...ah.." Santar Alung meracau. Membuat napas Wulansari tersengal-sengal di buatnya. Ada rasa lebih dalam rabahan di vaginanya, tampa disadari Wulansari membuka lebar kedua pahanya sehingga belahan vagina meletek begitu nyata, walau masih terbungkus calana dalam yang sudah ternoda dengan air kenikmatan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ssst...aduuh...geli akang aah...geli.." desahan Wulansari menambah Santar Alung semakin membuncah hebat. Penisnya mulai bergerak-gerak. Ia pun segera melepaskan seluruh pakaiannya. Sehingga bugil bebas dengan penis mengacung panjang. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tampa sepengetahuan Wulansari, Santar Alung sudah keadaan tampa benang sehelaipun, mencoba untuk mencium kembali bibir Wulansari sambil terus mengusap-usap vaginanya dalam posisi menelungkup. "Sayangku wulan! Oh..enak yah memeknya di usap-usap." bisik mesra Santar Alung di telinga Wulansari. "Egh...ssst..ea.." Wulansari hanya berdesah merasakan nikmatnya vagina di elus-elus oleh seoarang laki-laki.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Puas dengan permainan jarinya. Lalu perlahan Santar Alung mambuka celana dalam Wulansari secara cepat. Sehingga melorot kebawah, jelaslas di rasakan vagina Wualansari tampa penghalang lagi. Disentuh kembali vagina itu sambil terus melumat bibir Wulansari. Sedikit demi sedikit jari Santar Alung masuk kedalam vaginanya. "Duh....akang mau apa. Gelii gali kang ah...egh..." racau Wulansari. "Enakkan sayang uh...memek kamu hangat sayang uh...memek kamu hangat...." Santar Alung mengobel lebih dalam vagina Wulansari. Terasa hangat berlendir nikmat. "Kang...enaak...ah ....enak kang...egh..eest..." sambut Wulansari meringis. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Enak ya sayang" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ho.. Ho.."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sesaat Santar Alung melepaskan kobelannya. Lalu meraih tangan Wulansari yang melingkar di pinggang, lalu di tuntun untuk memegang penis yang sedari tadi mengacung keras. Waulansari mengikuti tangan Santar Alung. Alangkah terkejutnya Wulansari ketika dia di suruh oleh Santar Alung untuk memegang penisnya. Ada rasa geli dan ragu. Namun penasaran ingin merasakan bentuk penis lelaki sangat tinggi. Telanjur terangsang, Wulansari memberanikan diri untuk memegangnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Akang Santar..ini punya akang!?." kata Wulansari sambil merabah penis Santar Alung. "Iya sayang..Rasakan oh...terus sayang di kocok di rabah sayang.." Desahan Santar Alung semaki memberanikan diri Wulansari untuk lebih menikmati sensasi di telapak tangannya. "Uh...kontol akang besar banget..uh.." racau Wulansari. "Wulan.. Baru pertama kali akang..megang kontol ohh...sst..kontol akang lembuut.." Wulansari terus merabah penis Santar Alung sambil membalas ciuman Santar Alung. Sedangkan Santar Alung bergelinjang geli merasakan nikmatnya usapan telapak tangan Wulansari.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Akang...kontol akang basah licin .. Uh.. Licin.." ujar Wulansari. "Uh .. Uh .. Uh.. Oh....kontol...oh... Kontol." desahan Wulan terus mengocok penis Santar Alung.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Iya sayang.. Tangan kamu enak sayang.. Oh oh oh.." sambut Santar Alung mengerang." "Ssst...enaak...enak sayang..terus kocokin kontol akang ah.."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mereka saling-silang mencengkram selangkangan masing-masing secara seirama dalam kelembutan malam yang dingin di luar sana. Wulansari masih keadaan telentang, kaki mengangkang di angkat ke atas. Sambil terus melahap bibir Santar Alung penuh nafsu membuncah. Sama halnya dengan Santar Alung dengan ciuman bertubi-tubi mengunyah lahap membuncah.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Akang...oh... Kontol akang makin licin kang..uh..uh..uh" terasa licin penis Santar Alung, Wulansari terus mengocok maju mundur dengan telapak tangannya. Terkadang lobang penis di pilin-pilin dengan ibu jari sehingga menambah lucin dan geli rasakan Santar Alung. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sayang...akang geli.. " kata Santar Alung, "Kamu suka yah, megang kontol aku." "Iya ..eegh...ssst...iya.. Kang..oh...kontol akang besar banget..." Wulansari merasakan sensasi di telapak tangannya. "Uh...kontol..oh..kontol..ah..oh.." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Mereka terus meracau</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ea..sst..memek wulan anget .. Oh .. Memek wulan anget." seru Santar Alung sambil terus mengobel dan mempilin kelentit Wulansari. "Akang..kontol akang hagat licin..oh..egh..kontol oh." desah Wulansari.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Setelah merasa puas dengan sensasi permainan jari. Santar Alung bangkit lalu jongkok. Tal lama kemudian, satu persatu pakaian yang masih menutupi tubuh Wulansari, di bukanya. Sehingga tampak indah tubub Wulansari tampa benang sehelai pun. "Akang..aku malu.!" ucap Wulansari, masih menunduk malu tak berani melihat Santar Alung dalam keadaan bugil. Walaupun ia sempat memegang penis Santar Alung. Namun masih jengah melihat lansung bentuk dan rupanya secara detail.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sayang..coba buka mata kamu. Kita sudah sama-sama bugil. Apakah kamu tidak mau melihat penis aku!" ujar Santar Alung, sambil memegang dagu, lalu mengangkatnya. "Lihat coba kamu lihat wulan, kontol akang gede kan!" Wulansari memberanikan menatap lekat penis Santar Alung. Tampak sangat indah bentuknya. Dengan kepala lancip berwarna putih kusam dan batang berwarna coklat sawo, sungguh benda yang penuh seni dan pleksibel. Bisa endut-endutan pula. Tercengang Wulansark melihat alat kelamin seoarang pria. "Akang...cakep akang..kontol akang cakep.." seru Wulansari sambil mengulurkan tangannya untuk memegang kembali.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Santar Alung tidak mau kalah. Tangn kiri merema buah dada Wulansari yang membesar juga keras. "Sayang.. Oh.. Toket kamu indah banget...besar pula!" kata Santar Alung terus meremas payudara Wulansari. Sedangkan tangan kanan dwngan jari tengah, lanjut mengobel sehingga karam sampai tiga jari sekaligus ke liang Vagina Wulansari yang masih perawan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tiba-tiba Wulansari menjerit. "Aduh akang sakit." keluh Wulansari, sambil memegang tangan Santar Alung lalu mengibaskannya. "Sakit yah say!" Wulansari mengangguk. Di tariklah jari yang sudah karam itu. Tampak lendir yang sangat indah di lihat belumuran di telapak tangan Santar Alung. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sayang..lendir memek kamu sangat indah.!" ucap Santar Alung sambil menunjukan tiga jari telapak tangannya yang berlendir licin karena air senggama Wulansari. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Akang jorok ih." seru Wulansari. " Bau tau kang!!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Enak sayang..sungguh indah.." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Uh akang mah bikin Wulan jijik ih!"</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Tapi suka kan...!?" pedek Santar Alung</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ho.. Ho.."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wulansari mengangguk manja sambil mencubit pipi Santar Alung, lalu memainkan lidahnya dengan mengibaskan kedua bibirnya. Membuat Santar Alung gemas melihatnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Lalu Santar Alung menarik tubuh Wulansari untuk bangkit dari telentangnya. Dengan penis masih mengacung panjang, lalu di sodorkan tepat di depan mulut Wulansari. "Sayang mau ngisap gak?!" kata Santar Alung. "Nih isap." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wulansari menggelengkan kepala. Masih ada jijik untuk mengisap dan memainkan penis dari seoarang lelaki di depannya. "Kamu jijik yah!" ucap Santar Alung. "Ya sudah kalau kamu gak mau!" Santar Alung mengingsutkan kembali penisnya. Namun belum sempat beringsut kebelakang, tiba-tiba Wulansari mengulurkan tangannya cepat meraih penis Santar Alung "Mauuuuu.... " ujar Wulansari manja.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Uh .. Dasar gadis nakal," kata Santar Alung.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Hehehe!" Wulansari tertawa kecil</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Di cubit hidung Wulansari karena keregetan. Lalu Santar Alung mengulurkan kembali penisnya. "Awas hati-hati yang ngulumnya. Bae-bae kena gigi, ntar lecet." ujar Santar Alung menyeringai. Wulansari sunggingkan senyum manja. Lalu dengan menggosok penis Santar Alung secara perlahan, seraya mendekati mulutnya tepat di kepala penis. Penuh perasaan dan penasaran akan rasa penis seorang lelaki, "Em....em..." Wulansari menjulurkan lidahnya. Pertama ada rasa ragu di hatinya. Namun rasa penasaran dan sensasi, Wulansari memberanikan diri menjilati. Kepala penis lalu turun ke batang. "Emm...emm..." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Bagaimana sayang! Enak gak rasanya," tanya Santar Alung dengan tatapan nanar membuncah. "Ssst...enak sayang ohh...jilatan kamu oh...ngilu ..ssst aku ngilu sayang." desahan Santar Alung menggema seantero ruangan goa. "Uh...terus sayang uh..."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Wulansari dengan rakusnya mengusap-ngusap batang penis dengan lidah. Gerakannya sangat lincah. Menari-nari dengan air liur menambah sensasi dan licin penis Santar Alung. Ketika lubang seni Santar Alung di jilati, aroma bau yang menggoda. "Kang...air apa ini, kok licin di lidah wulan." seru Wulan, sambil mempilin-pilin lubang penis dengan jari jempolnya. "Uh...enak gak akang!?" sambung Wulasari. Yang di tanya mendongakkan kepala sambil bergelinjang. "Iyaa...enaakk...enaaak....uh...kamu nakal wulan.." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Puas dengan jilatan. Wulansari mencoba untuk mengkulum penis mengacung itu. Pertama hanya kepala yang kandas ke rongga mulut Wulansari. Setelah bisa menyesuaikan lubang mulut dan kepala penis. Wulansari lebih kedalam lagi kulumannya. Santar Alung bergidik linu juga geli. "Uhhh....uuhh....yeah....eees..." menatap nanar kearah mulut Wulansari yang sedang menyepong penuh nafsu membuncah. "Nyem..nyem..nyem...ssst." Wulansari memandang keatas wajah Santar Alung. Tatapan matanya sayu menggoda. Dengan lincahnya Wulansari menguarkan lalu memasukan kembali penis Santar Alung di mulutnya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Beberapa menit kemudian, ada yang aneh di rasakan Santar Alung. Rasa yang mengganjal di penisnya. Seperti ada yang mau keluar. Urat-uratnya menegang, sambil menggidik tertahan. "Oh...oh...jangan! Jangan! Jangan..oh..." racau seperti ada yang tidak di ingini oleh Santar Alung. Inikah yang di namai klimaks. Inikah yang di namakan orgasme. Sungguh enak di rasa oleh Santar Alung. Baru pertama kali pemuda ini merasakan kenikmatan yang tiada tara. Kenikmatan petala langit dan petala bumi.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak lama kemudian tampa sepengetahuan Wulansari</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Crot..</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Crot..</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Crot..</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Semburan sperma pertama sangat banyak. Membuat Wulansari keselek sperma Santar Alung. ""Uwek..uwek..uwek.." Wulansari membuka mulutnya. Tampak menggumpal putih di dalam rongga mulutnya. "Ugh..ugh..ugh.." Wulansari seperti mau muntah. Benar saja, ketika mulutnya di buka lebar, dan membuangnya kebawah, sperma Santar Alung perlahan keluar dari mulut Wulansari. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Akang... Air apa ini? Kok bau sih," Wulansari bertanya bingung. "Uwekk...ih...gak enak...kentel bau!!" kembalj Wulansari berujar. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Gak tau sayang. Aku juga gak tau." ucap Santar Alung. Tubuhnya merasa lemas dan lunglai. "Rasanya ingin ku tahan. Tapi aku kasip sayang. Keburu keluar duluan. Oh maaf kan aku yah!" Santar Alung melemah. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Sedangkan Wulansari membersihkan sperma yang masih tersisa di pinggiran rongga mulutnya. Rahangnya tampak naik turun, rupanya sedikit tertelan sperma Santar Alung. Dengan suara lembut Wulansari berkata: "Kang baunya aneh. Jarang sekali Wulan mencium aroma seperti itu," unglap Wulansari. "Aku suka dengan aroma baunya akang!" </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Santar Alung tersenyum nyi-nyir menyeringai. Wajahnya yang tertepa cahaya obor tampak tampan di lihat Wulansari. Apalagi dalam keadaan telanjang terlihat dadanya yang bidang. Namun tak kalah indahnya ketika penisnya mengacung. Walupun Wulansari belum merasakan jika penis yang indah itu merobek-robek vaginanya. Mungkin akan lebih nikmat di rasakan oleh Wulansari. Namun sayang, adegan pertama kali di rasakan hanya pada mulutnya. Sungguh di sayangkan betapa cepatnya penis itu menyemburkan cairan aneh yang wangi. Dan membuat yang punya penis itu lemas terkulai. Batin Wulansari</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Hal yang sama di rasakan di dalam hati oleh Santar Alung. Sangat menyesal dia tidak bisa menahan sprotan yang keluar dari penisnya. Alangkah lemahnya dia, tidak bisa membuat puas Wulansari orgasme seperti dirinya. Dengan duduk berpelukan. Mereka berdiam sejenak merasakan kehangatan yang keluar dari tubuh mereka.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Wulan sayang!" bisik Santar Alung lembut. "Aku mencintaimu. Maukah kamu menjadi kekasih ku?" tegas Santar Alung membisikan dengan penuh kelemah lembutan.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ehm.." jawab Wulansari dengan berdehem.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Aku ingin ketegasan kamu. Aku sudah merasakan indahnya tubuhmu. Walau masih remang-remang kurang jelas aku melihatnya. Alangkah bahagianya akau apabila kita bisa mengulangi kembali. Tentu dengan keadaan yang lebih mendukung. Seperti di terangi lampu dan kasur yang empuk. Agar aku bisa melihat jelas memek kamu say. Dan kamu pun bisa melihat kontol aku." ujar Santar Alung.<br />
<br />
Wualansari tersenyum manja lalu Ia berkata. "Akang harus menikah dengan Wualan!"<br />
<br />
"Sudah jelas sayang aku akan menikahi kamu. Sebenarnya aku mencintai kamu semenjak aku datang ke desa Sukajaya dan melihat gadis cantik, yaitu kamu!" Wualansari menyeringai. Tak lama kemudian Ia bangun, lalu segera merapikan pakaiannya. <br />
<br />
"Akang terus kita ngapain?" kata Wulansari. "Aku gak di ikat lagi," Mengejek Wulansari. Santar Alung tersenyum lalu kembali mencium Wulansari, namun kali ini yang di cium adalah keningnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
***<br />
<br />
Pagi itu matahari bersinar dengan malu-malu. Terinya redup, apalagi bila kabut awan memapas sinarnya. Sehingga siang telah datang namun hari terasa masih pagi. Dua Insan sedang berjemur dengan kehangatan yang keluar dari tubuh masing-masing dengan berpelukan.Wulansari bersandar manja di tubuh Santar Alung. Begitupun Santar Alung ia tak akan sedikitpun lalat menyentuh dari salah satu tubuh Wulansari. Jangan kan lalat, tai belek kalau terlihat di pelupuk matanya pasti akan di jentiknya.<br />
<br />
Sekira sepeminum teh. Lamat-lamat terdengar suara derap kuda berarak-arakan. Suaranya terdengar dari jurusan barat. Suaranya bergemuruh berteriak riuh sang penunggangnya, seperti ada perang. Entah maksud apa suara derap kuda itu terdengar. Lalu bagaimana sikap Santar Alung mendengar suara derap kuda, yang jelas-jelas menuju ke arahnya, di mana Ia sembunyikan Wulansari anak dari Adipata Sukajaya.<br />
<br />
Tunggu kisah selanjutnya.<b> <span style="color: magenta;">"Pertarungan di Bukit Cinta"</span></b></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-74152492055322438732015-05-07T14:54:00.001+07:002015-05-07T14:55:45.637+07:00Dancing Juice The end<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhp0kZaD70NDNFiLJnYW-ACRsO4w9JSNmOOjXnVuVZlhMz7ldAxtrEKW2qZsivA_s8W5Xz8QqsGOh1BAoqVF-51j0Ly_RnlfVIRNHF00RRjBhzSX5geVXPLHb8Xrwk-PP0_rwrJhvuQR1U/s1600/op.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhp0kZaD70NDNFiLJnYW-ACRsO4w9JSNmOOjXnVuVZlhMz7ldAxtrEKW2qZsivA_s8W5Xz8QqsGOh1BAoqVF-51j0Ly_RnlfVIRNHF00RRjBhzSX5geVXPLHb8Xrwk-PP0_rwrJhvuQR1U/s1600/op.jpeg" /></a></div>
<div style="text-align: left;">
<a href="http://yenyerrow.blogspot.com/2014/08/dancing-juice-part-3.html" target="_blank">Cerita Sebelumnya</a></div>
<br />
Sekitar pukul 03.30 Rojali segera bergegas menuju di mana kendaraan roda duanya terpakir di ruang bawah hotel itu. Hatinya sedikit senang karena dapat mengelabui Mamih. Baca kisah sebelumnya, sang Mamih masih terikat di dalam kamar tampa sehelai benang pun. Barang-barang berharganya berupa perhiasan dan kartu Atm tentu dengan nomer pin. Sudah di ketahui oleh Rojali. Lelaki itu membutuhkan uang sebesar Sepuluh Juta untuk melunasi hutang-hutangnya kepada Remon teman semeja judinya. <br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Deru kendaraan yang di milikinya melaju dengan cepat, menembus dinginnya malam. Warna lampu-lampu kota menyertai warna yang di rasakan di hati Rojali. Dengan harap Royani gadis pujaannya dapat terlepas dari tangan Remon. Barang yang di rampok dari Mamih, tidak mungkin dapat di cairkan malam ini juga, mana mungkin ada toko permata yang buka di subuh hari. Satu-satunya cara dengan mencari ATM terdekat untuk menguras isi rekening milik Mamih. <br />
<br />
Tak lama kemudian terlihat beberapa meter lampu neon berlogo ATM, segera Rojali kesana. <br />
<br />
Mencoba dan ternyata benar, pin yang di berikan cocok, lalu di cek saldo yang tertera sebanyak enam pulu jutaan, "Uh! Lumayan ada lebihnya. Tak perlu menjual perhiasannya," Rojali membatin dengan wajah sumringah. Dengan berhasilnya menguras isi yang ada di ATM, Rojali tinggal menunggu esok untuk berhadapan dengan Remon dan sekaligus membawa pulang Royani.<br />
<br />
***<br />
<br />
Sementara itu, dari dalam kamar yang di mana Royani di sekap. Tubuh wanita itu yang bukan lain Royani terkulai lemas. Hanya berselimut dengan tumpukan kardus-kardus minuman. Matanya sembab terlalu banyak air mata yang terkuras. Tak sanggup rasanya hidup dengan penderitaan yang di rasakan. Terbesit di hati wanita ini untuk mengakhiri hidupnya. Betapapun jika nanti keluar Ia tak akan sanggup menghadapinya. <br />
<br />
Terdengar suara derik pintu. Lelaki dengan wajah garang yang bukan lain Remon. Lelaki itu berkata. "Besok kekasihmu akan melunasi semua hutangnya padaku." kata lelaki itu dengan mata mendelik-delik karena kantuk masih dirasa. "Aku suka dengan body mu sayang." Lelaki itu merayu. Royani tak memperdulikan, wajahnya melengos membuang tidak akan menatap lagi lelaki itu yang telah memperkosanya dengan cara di gilir. Sungguh biadab memang.<br />
<br />
Suara dering terdengar dari saku lelaki itu. Seraya mengangkat.<br />
<br />
"Halo!" <br />
<br />
"Bos! Mamih sampai saat ini belum juga sampai kerumah. Bahkan di warung pun tidak ada!" Suara dari anak buah Remon yang menghubunginya. Rupanya Mamih sedang di cari oleh Remon, di warung tidak ada di hubungi juga tidak aktif hapenya. Rasa was-was menyelimuti hati Remon di mana sang Istri berada. Mamih pemilik warung remang-remang ternyata Istri dari Remon yang kita ketahui, Mamih pergi bersama Rojali.<br />
<br />
Namun Remon tidak tahu kalau sang Mamih yang Ia kuras harta bendanya adalah seorang Istri dari orang yang bersengketa dengannya. <br />
<br />
Waktu memerah dari ufuk timur petanda pagi hampir tiba. Sebelum meyelesaikan masalah dengan lelaki yang bersengketa dengannya. Rojali menyempatkan diri untuk beristirahat di rumah. Setelah melihat jam hampir menunjukan pukul 06.00, Rojali kembali bergegas, dengan membawa uang yang sudah disiapkan di amplop sebesar Sepuluh Juta. Sedangkan sisa dari uang yang di hasilkan, Lima puluh Juta di simpan. Namun tidak hanya amplop berisi uang, sebilah pisau yang sangat tajam di persiapkan. Untuk kali ini Rojali tidak main-main, Ia akan membabat habis orang-orang yang melecehkan Royani jika terlihat sangat memilukan.<br />
<br />
Dia pun tak mau ambil resiko, di hubungi teman-teman seperjuangan dan sepeminuman. Tiga orang di ajaknya. Tentu dengan persiapan dan berpenampilan garang. Dengan mengenakan jaket kulit hitam dan topi pet, Rojali dan kawan-kawan siap menuju TKP.<br />
<br />
Rumah di ujung jalan sana sudah terlihat. Yang bukan lain rumah kediaman Remon, lelaki yang bersengketa dengan Rojali urusan hutang piutang. Dengan penuh percaya diri dan keyakinan siap menanti apa yang akan terjadi apabila sesuatu yang tidak di inginkan terjadi. Secara bentrok fisik pun siap.<br />
<br />
Klakson di bunyikan. Dua pengendara motor itu yang bukan lain Rojali dan kawan-kawan, berhenti di depan pagar yang cukup tinggi dan rapat. Tak lama kemudian salah satu anak buah dari Remon keluar. Wajahnya garang berkulit hitam seperti orang ambon, dengan mata meyolot cekung dan merah, Ia bertanya "Mau bertemu dengan siapa!" Orang yang di tanya menyerenai Rojali turun dari motornya lalu menjawab, "Gue ingin bertemu dengan bos loe!" <br />
<br />
Orang itu segera memanggil orang yang di maksud Rojali dengan alat komunikasi HT yang ia genggam. "Bos ada yang bertemu dengan bos! katanya. Mungkin sudah tahu orang yang di hubungi ini segera memberi izin tampa bertanya lagi. "Suruh Ia masuk!"<br />
<br />
Di buka pintu gerbang, tampak lelaki yang bertubuh besar gemuk yang bukan lain lelaki itu adalah Remon sudah menunggu di depan pintu. Melihat Rojali membawa rekan-rekannya, lelaki ini menjentikan jarinya memberi isyarat kepada anak buahnya agar memberikan pengamanan kepadanya."Em...Bangsat ini rupanya," batin Rojali memasang wajah seru.<br />
<br />
Baru saja Rojali langkahkan kakinya ke arah Remon yang sedang berdiri. Dengan nada suara mengejek lelaki itu menyentak. "Anjing somplak! cukup di situ saja, dan segera lemparkan uang yang loe bawa," kata Remon mengujar. "Gue lagi ada urusan, jadi gak usah basa-basi lagi. Bayar semua hutang-hutang loe."<br />
<br />
Rojali melempar amplop yang di genggamnya berisi uang. "Tuh setan ambil uang ini." balas Rojali. "Di mana sekarang wanita yang loe sekap?"<br />
<br />
Lelaki yang di tanya malah tertawa. "Ada!..tenang aja." lelaki itu menjawab. "Burhan...Cepat lepaskan wanita itu, ha.. ha.. ha.." Mendengar tertawa gelak-gelak seperti mengejek, Rojali menyentak! "Bangsat..kalau nanti gue lihat terjadi apa-apa dengan wanita itu, apalagi terlihat terluka, akan aku pecahkan kepala loe!" Rojali mengancam. "Gue buat pecah kepala loe seperti pekedel!." <br />
<br />
"Gak usah mengancam bung!. Loe berdiri aja yang manis ha..ha..ha.." Terdengar gelak tawa mengejek menambah mendidih darah Rojali. Dari samping lelaki yang menemaninya berkata: "Sudah bos kita hajar aja, buat apa nunggu lama-lama."<br />
<br />
"Hus.. bisa mampus kita di sini, sama aja mengamuk di sarang macan!" seru Rojali. "Aku mau lihat dulu dia mambawa Royani dengan utuh atau memang??" Rojali mengepalkan jari-jemarinya, mengancam di hatinya apabila terjadi pada Royani Ia tidak sungkan-sungkan akan menggebuk Remon walaupun di sarangnya sendiri. <br />
<br />
Sesaat kemudian. Datang salah satu anak buah remon yang berkulit hitam seperti orang ambon. Dengan menggandeng seorang wanita dengan wajah yang sangat rusuh dan baju tampak awut-awuta. Bahkan tamapak sedikit kurus dan pucat. Wanita itu yang bukan lain adalah Royani, wanita yang selama ini menjadi sandra oleh Remon. Melihat Royani dalam keadaan begitu rupa, geramlah Rojali. Dengan mengembungkan rahang bertanda marah apa yang di lihatnya. Ia segera menarik tangan Royani dengan rasa iba dengan keasaannya, Ia mencium keningnya. "Sayang..Kamu tidak apa-apa!?" Wanita itu hanya mengangguk.<br />
<br />
Tetapi terlihat ada beban yang dirasa. Rojali kembali menoleh ke arah Remon yang tersenyum mengejek. "He.. he.. he..Sudah sana bawa cewek loe dari hadapan gue!" Remon berkata sambil menyalahkan sebatang rokok, lalu di hembuskannya ke udara.<br />
<br />
"Oke..begitu yah," balas remon dengan memberi isyarat kedipan mata kepada kedua rekannya. Saat itu juga kedua rekan Rojali segera menghantam bibir Remon. Lelaki yang kena hantam itu terkejut bukan kepalang. Terasa pecah di bibir. Tangannya menggengam mulut. Alangkah marahnya Ia, ketika di lihat warna merah terbercak di telapak tangannya. "Bangsat!" maki lelaki itu. "Mampusin orang-orang ini!" dengan suara santar lelaki itu yang bukan lain Remon menjentikan tangannya ke arah anak buahnya. Sontak seluruh anak buah remon terdiri Lima orang segera menghambur mengelilingi tiga orang itu, yaitu Rojali.<br />
<br />
Melihat keributan akan terjadi, Rojali berbisik "Bawa wanita ini segera." kepada temannya yang berbadan sedikit pendek. "Baik Bos! Tapi bagaimana dengan bos sendiri?!" khawatir akan rekan nya orang ini berdiam sejenak. " Aku akan hadapi sendiri ini urusanku, bawalah wanita ini pulang!" pesan Rojali dengan serius."Kamu ikut Bohal!" suruh Rojali kepada rekan satunya lagi sambil menunjuk ke arah lelaki yang membawa Royani ternyata bernama Bohal. Tampa ulur waktu kedua lelaki itu segera melarikan diri di mana motor terpakir di depan .<br />
<br />
"Hai! mau kabur kemana!. Sentak Remon. <br />
<br />
"Bangsat!.. kalau berani sekarang kita berduel. Suruh anak buahmu mundur." tantang Rojali dengan wajah garang. "Biarkan anak buah gue membawa wanita yang loe sandra. Sekarang kalau emang loe lelaki jantan mari kita berkelahi dengan cara jantan, tampa senjata dan tampa main keroyokan. Mendapat tantangan dari Rojali. Lelaki yang di tantang menyeringai. "Oke.. Kalau emang mau loe," Remon segera membuka jaketnya. Tubuhnya terlihat kekar walaupun tampak buncit di perut. Lalu ia memberi isyarat kepada anak buahnya untuk segera mundur. "Silahkan kalian mundur dan duduk yang manis untuk menyaksikan pertarungan ini hehehehe." <br />
<br />
Dengan tawa yang mengejek. Rojali menjasi pencongkan mulut. Matanya tajam dengan tangan mengepal siap untuk meninju Remon yang terlihat tengil itu.<br />
<br />
Ketika Remon mendekat, Rojali lebih dulu menjotos kedepan. Remon terkesiap Ia palingkan wajah ke kiri untuk mengelak. Melesetlah pukulan Rojali. Dengan tak terduga pukulan Remon menghantam dadanya, sehingga Rojali terhuyung-huyung ke belakang. Rojali kalah besar dengan badannya. Namun tidak menciutkan nyali Rojali yang sudah diselimuti hawa murka. Ia bangkit dari terjatuh. Tampa di duga lawan sengketanya, Rojali melompat ke atas dengan mengulurkan tendangan tepat ke arah wajah Remon. ' Buk..!' seraya mundur kebelakang. Dengan sigap dan cekat Rojali segera bangkit kembali untuk menghantam dengan pukulan ke arah dada. Tapi telambat Remon lebih dulu menyerang dan menendang dengan tendangan sangat keras ke arah pinggang Rojali. Dengan meringis rasa sakit pada pinggangnya, Rojali bertahan dari pukulan Remon yang telah membabi buta menyerangnya dengan pukulan tak karuan.<br />
<br />
Rupanya Remon tidak memberi kesempatan kepada Rojali untuk membalas seranganya. Dengan pukulan bertub-itubi yang di hadiahkan oleh Remon, Rojali hanya berlindug dengan kedua tangannya. "Gawat..bisa babak belur gue," batin Rojali. <br />
<br />
"Baik lah aku kalah!" seru Rojali dengan berteriak lantang. Saat itu juga Remon menghentikan pukulannya yang membabi buta. Seraya menyerengai dengan mempencongkan muka. "Ha.. ha.. ha..Rupanya menyerah juga loe. <br />
<br />
"Ok..Loe menang, gue mengaku kalah. Sekarang gue mau pulang," Rojali segera balik badan. "Sana netek sama cewek kamu yang sudah abis sama anak buah gue ha..ha..ha." ujar Remon membuat membuat Rojali mendidih darahnya, tapi biarlah yang penting Ia dapat membayar semua hutang-hutangnya. Juga bisa meyelamatkan Wanita yang bari saja Rojali mengenalnya dan mencoba untuk mencintai.<br />
<br />
***<br />
<br />
Sekira beberapa meter Rojali menghilang dari pandangan Remon. Dua orang dengan pakaian seragam kepolisian masuk. Tampak tidak membuat kaget Rojali, takut-takut keributan yang baru saja di lakukannya oleh Rojali terdengar sampai ke telinga polisi, atau Rojali bermain curang melapor kepada pihak yang berwajib atas perbuatannya menculik seorang wanita, apalgi memperkosanya. Tentu akan bertambah panjang urusannya. Tapi di lihat dari dua orang yang berseragam itu masuk sangat santai dan tidak menunjukan suatu yang harus di tangkap segera, membuat Remon berusaha untuk bersifat wajar dan tidak panik.<br />
<br />
"Apakah ini rumah dari Nyonya Maya?" tanya seorang lelaki berbadan tegap walau terlihat sudah tua.<br />
<br />
"Benar pak! Ada pa?" tanya Remon. Wajahnya berubah tegang. Kabar dari seorang polisi tentang istrinya yang tidak terlihat sedari malam dan sampai pagi. Tidak biasanya sang Istri tidak berada di tempat Prosutusi ang ia kelola. Namun ada dua orang dari kepolisian menanyakan alamat dari Mamih Maya yang bukan lain istrinya.<br />
<br />
"Tapi benar ini rumahnya?" <br />
<br />
"Ya pak! Saya suaminya," sambut Remon.<br />
<br />
"Sebelumnya saya minta maaf. Kami dari pihak kepolisian mengkabarkan bahwa istri anda yang berama Maya telah di temukan di kamar hotel sudah tidak bernyawa lagi!" seru lelaki itu dengan pakaian kepolisian.<br />
<br />
"Apa!" Remon tersentak kejut. Wajahnya berubah merah. Bibirnya gemetar, hatinya terenyuh mendengar kabar baru saja di dengarnya. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulut Remon. <br />
"Baik lah, silahkan bapak ke kantor polisi untuk mengurus semuanya. Dan jenazah istri bapak sedang kami otopsi di rumah sakit terdekat. untuk meneruskan penyelidikan kami." ujar lelaki berpakaian seragam kepolisian.<br />
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Baik pak! Saya akan kesana." seru Remon dengan wajah penuh cemas akan keadaan istrinya. Saat itu juga Remon memerintahkan beberapa anak buahnya untuk mengawalnya. Sebagai orang yang berpengaruh di tempat protutusi yang di kelola istrinya yaitu Tante maya, dengan mudah Remon mencari siapa orang terakhir yang memboking Tante maya. Tak berapa lama info itu di dapatkan dari anak buahnya melalui salah satu wanita penghibur bernama Awis. Diterangkannya ciri-ciri lelaki yang membawanya ke hotel Melati. Ciri-ciri yang di sebutkan sama seperti Rojali musuh sengketa hutangnya. Namun Remon belum punya bukti kuat untuk di jadikan laporan kepada pihak yang berwajib. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Senjapun datang. Remon segera melihat jenazah sang istri di dalam ruang jenazah. Polisi akan melakukan otopsi untuk penyelidikan lebih lanjut. "Bapak siapanya wanita ini?" tanya salah satu petugas otopsi. "Saya suaminya pak," jawab Remon dengan suara datar. "Baiklah! Sehabis ini kamu ke kantor untuk di mintakan keterangan!" Petugas itu segera pergi. Remon segera membututinya, untuk memberikan keterangan perihal terakhir istrinya pergi.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
***</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rojali mencium kening Royani dengan kasih sayang dan tidak tega melihat keadaanya yang masih lemas. Badannya terasa panas, mungkin shock berat apa yang sedang di alaminya. "Sayang..Apakah sudah terasa baikan?" tanya Rojali. Royani hanya mengangguk. "Ya sudah kamu istirahat, biar pulih kembali keadaan kamu seperti semula."</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Selesai sudah berurusan dengan Remon. Hatinya sedikit senang, kembalinya wanita yang ia jadikan pertaruhan dengan Remon. Teringat bagaiman ia dengan mudah mencari uang sebesar 10, juta bahkan menghasilkan lebih. Tampak wajah Tante Maya terbayang dalam lamunannya, wanita yang ia sekap di dalam kamar hotel. Hatinya sedikit iba, terbesit untuk kembali ke Hotel di mana Rojali dan Tante Maya menyewa kamar. Tersentak akan janjinya apabila ia berhasil mengambil semua uang yang ada di kartu ATM ia akan kembali lagi untuk melepaskan Tante Maya dalam sekapannya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Setelah berpikir panjang, Rojali segera menuju motornya untuk kembali menemui Tante Maya. Dengan kecepatan tinggi ia melaju melesat seperti kilat dengan roda duanya. Sampailah Rojali di Hotel Melati. Alangkah terkejutnya ia melihat baris Line berwana kuning membatasi ruang kamar hotel yang ia tempati semalam bersama Tante Maya. Banyak orang-orang pengunjung hotel dan pakaian berseragam kepolisian, berkumpul di depan pintu kamar itu. Bergetarlah hati Rojali, rupanya terjadi peristiwa pembunuhan. Ternyaya Tante Maya germo para wanita tuna susila itu tewas akibat perbuatannya semalam.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Kecutlah hatinya, apabila ketahuan ia yang membunuh maka Rojali bersiap untuk hidup di bui. Walaupun dia pernah mengalaminya waktu peristiwa penggerebekan perjudian akhirnya ia tertangkap dan dikurung selama satu tahun.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sial!" Rojali mengerutu di dalam hati. Tampa tunggu ia segera keluar dari hotel itu. Setelah sampai di luar, alangkah terkejutnya Rojali melihat Remon dan anak buahnya sudah sampai di hotel itu. Hatinya bertanya-tanya "Kenapa bajingan itu ada di sini!"<br />
<br />
Mencoba untuk bersembunyi agar tidak bertatap muka. Rojali berlindung dari kerumunan orang-orang. Penasaran ingin melihat apa yang di lakukan Remon di hotel, akhirnya Rojali mengurungkan niatnya untuk keluar dari hotel segera mengintai apa yang di lakukan Remon saat itu. Sambil berusaha memalingkan muka, Rojali meliahat wajah Remon sangat sedih dan lemah. Lalu apa hubungannya dengan Tante Maya yang sudah menjadi jenazah itu. Apakah dia suaminya. Rojali terus bertanya-tanya di dalam hati. Tampak Remon sedang di wancarai salah satu seorang berseragam kepolisian itu. Lalu yak lama Remon pun meninggalkan tempat itu.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rojali masih penasaran apa yang baru saja di lihatnya. Tak sabar ia mencoba bertanua pada seorang pakir di di hotel itu. Menurut keterangan tukang parkir itu, lelaki yang baru saja datang dan di wancarai oleh seorang petugas adalah suami korban. Terkejutlah Rojali mendengar penuturan tukang pasir itu. Rupanya wanita yang ia tiduri dan ia rampok seluruh harta perhiasannya adalah istri dari Remon lawan sengketanya. Kejadian yang tak terduga, gumam Rojali.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Pulang segera untuk menjernihkan pikiran apa selanjutnya yang harus dilakukan. Rojali tidak mau masuk penjara kembali. Dia dia pun tak mau berurusan dengan Remon lagi. Terbesit di dalam pikirannya untuk segera keluar dari pulau jawa bersama Royani. Selamanya dan tidak kembali ketempat di mana sekarang berada. Bersama Royani ia akan hidup bersama. Rojali berjanji akan menikahi dan menyayangi selalu wanita yang telah di renggut kehormatannya oleh Remon dan anak buahnya.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Keesokan harinya Rojali dan Royani segera meninggalkan pulau jawa untuk tinggal bersama di daerah entah daerah mana yang jelas ia harus keluar dari pulau jawa. Pergi membawa uang jutaan hasil merampok seorang germo kelas mujair. Dan peristiwa itu tetap di rahasiakan oleh Rojali walau dia menjadi buronan polisi</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Selesai</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<br />
<br />
<br />
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-62598782165993567432015-04-12T09:52:00.000+07:002015-12-21T10:27:06.947+07:00Ghost Castle<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-qM7_8UUfm7Q/VSImGCTWRFI/AAAAAAAAAGc/uMuIk-xJCYU/s1600/jay.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-qM7_8UUfm7Q/VSImGCTWRFI/AAAAAAAAAGc/uMuIk-xJCYU/s1600/jay.jpeg" width="640" /></a></div>
<b><span style="color: red;">Satu</span><br /><br />Chesy, Rose, Jose</b> dan <b>Brian</b> adalah 4 sekawan di dalam suatu tempat yang terpencil di kota Hauston di Negara bagian texas. Mereka mempunyai hobi yang sama yaitu berpetualang. Chesy gadis remaja yang sangat imut, genit sedikit agresif dan dingin dalam perihal percintaan. Wajahnya yang bulat dan mempunyai lesung pipit di pipi sebelah kanan bawah, menambah manis jika ia tersenyum. Bodynya yang gempal sedikit pendek namun mempunyai bokong yang lumayan besar dan pinggul ramping serasi kalau berjalan membuat mata pria seusianya banyak yang terpesona dengannya.<br />
<a name='more'></a></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tak kecuali dengan Jose, teman lelaki yang mempunyai hobi yang sama yaitu berpetualang. Karena mempunyai hobi yang sama dan saling berdekatan sehingga menimbulkan rasa cinta dan sayang di hati Chesy untuk mencintai Jose. Mereka pun akhirnya menyatakan untuk saling mencinta.<br />
<a href="" name="more"></a><br />
Sedangkan Rose wanita yang mempunyai hobi mengoleksi boneka Berbie. Banyak koleksi boneka Berbie yang terpampang di lemari kaca yang di lapisi dengan ukiran-ukiran bunga di sekitar lemari kaca yang hanya di peruntukan barang-barang koleksi boneka Berbie. Rose mempunyai sifat dan karakter wanita yang selalu dirumah dan kurang bergaul membuat Rose lebih suka untuk menyendiri sambil memainkan Berbie yang menjadi teman Imajinasi untuk mengungkapkan apa yang ada di hatinya. <br />
<br />
Sedangkan lelaki yang mempunyai body cukup gemuk dan terlihat lemak di sekitar rahangnya sangat menonjol apabila sedang menunduk. Aroma tubuh yang berlemak terkadang meguarkan bau aroma yang kurang sedap di cium seperti bau bawag bombay, sehingga banyak orang-orang yang ada di sekitarnya sering menjauh hanya karena tidak suka mencium bau badan yang seperti bawang bombay itu. Lelaki itu bernama Briant. Dia masih sepupuh dari Chesy yang tidak lain kekasih dari Jose temannya sendiri.<br />
<br />
Malam itu di iringi suara angin yang memapas dedaunan sehingga terdengar sangat merdu gemericikan nada-nada yang di timbulkan oleh suara daun-daun itu. Tampak langit agak hitam kelam seperti mau hujan, padahal saat itu adalah musim semi. Rose mencoba untuk merapikan Boneka kesayangannya dengan penuh perhatian dan kehati-hatian agar boneka Berbienya tidak rusak. "Hai ... kamu harus tetap cantik, agar banyak cowok yang suka sama kamu hihihi," Rose berbicara dengan berbienya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Karena sudah malam kamu harus tidur yah ...! Nanti kamu kesiangan bangunnya. Ingat..aku gak suka orang yang suka banyak tidur di pagi hari. nanti rejekinya di patok ayam." </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Rose lalu menuju ke tempat lemari di mana berbie-berbienya di simpan. Di letakannya sejajar dengan boneka Berbie yang lain. Banyak jenis Berbie, dari yang putih cantik sampai yang hitam manis. Semua boneka-boneka Berbie itu di belikan oleh ayahnya sebagai hadiah ulang tahun saat Rose beranjak remaja di usianya yang ke 17 tahun. <br />
<br />
Dering Hape berbunyi di susul dengan getaran yang mengejutkan ketika Rose mau beranjak tidur. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
"Halo.." Rose menjawab tampa melihat lagi siapa yang menelponnya.<br />
<br />
"Rose..apakah kamu sudah tidur?" Suara itu tidak asing lagi bagi Rose, yaitu suara Chesy. "Belum Ches!..Um..kamu sendiri kenapa belum tidur," Rose balik bertanya. <br />
<br />
"Aku belum bisa terpejam rose! Oh yah aku baru saja dapat berita. Dua hari lagi pamanku akan kemari, dan dia mengajakku untuk berlibur kesana, ketempat pamanku," kata Chesy dengan penuh semangat. "Di sana sangat indah, dan konon ada monumen sejarah berupa musium Istana yang cukup meyeramkan, tentu akan mengasikkan apabila kita berpetualangan kesana, siapa tahu ada ilmu yang di ambil." Chesy berujar banyak tentang di mana rumah di tempat pamannya, yang konon banyak di huni oleh mekhluk-makhluk astral.<br />
<br />
"Ih ... kamu mah, ngajak aku masa ke tempat seperti itu!" seru Rose dengan nada kesal. "Kamu aja, aku gak mau ikut! mendingan di rumah bermain dengan berbie ku, hihihihi," Rose menyeringai tertawa. <br />
<br />
"Rose!...ayo dong...aku tahu kamu gak suka dengan pertualangan," ujar Chesy penuh harap. "Gak bosan apa, di rumah melulu," <br />
<br />
"Gak lah! Kan ada berbie-berbie ku yang menjadi teman curhatku he ... he ... he," balas Rose tertawa.<br />
<br />
"Ah dasar, kuper kamu!," sentak Chesy dengan nada kesal. "Pliees ... Kita tidak sendiri kok?! Jose dan Briant sepupuku juga ikut. Emang kamu gak mau ketemu sama Brian sepupuku?" ledek Chesy, membuat Rose tersenyum di dalam hati. Rose sebenarnya suka sama Briant, namun dia malu, sebagai wanita apalagi jarang sekali Rose bertatap muka atau sekedar mengobrol dengan seorang lelaki, tak kecuali Briant, walaupun sudah lama saling kenal, namun Rose sangat dingin dan pemalu apabila berhadapan dengan seorang lelaki.</div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
"Emm..Gimana yah." kata Rose berpikir. "Nanti aku bicara dulu sama ayahku," sambung Rose. "Aku tidak berani tampa persetujuan dari ayahku."<br />
<br />
"Oke dah ... Pliees yah kamu harus ikut, pasti kamu akan suka dengan pertualangan ini," kata Chesy kembali berharap penuh. <br />
<br />
"Iya iya!" balas Rose. Lalu menutup teleponnya. Ia segera menutup tubuhnya yang ramping dengan sehelai selimut. <br />
<br />
Pukul menunjukan jam 03.00, Di dalam tidur lelapnya, tiba-tiba Rose tersentak kaget. Rupanya ia mengalami mimpi buruk. Wajahnya menguarkan guratan ketakutan dengan nanar. Seraya memeluk bantal guling lalu berdiam sejenak. "Ih...seram sekali aku mimpi," ujarnya di dalam hati. "Wanita yang ada di mimpiku mirip sekali dengan boneka Berbieku. Yang membuat aku takut ! Wanita itu tergantung dengan sangat mengenaskan. Tangannya terpotong sebatas urat nadi, dalam keadaan darah segar mengucur ke bawah."<br />
<br />
Rose mengingat-ingat kembali apa yang ada di dalam mimpinya. "Wanita itu tergantung di langit-langit palang kayu, lidahnya menjulur keluar sangat mengerikan serta mata yang melotot penuh luka di sekujur tubuhnya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Tampak sebatas telapak tangan tidak ada. Yah!.. Kedua telapak tangannya kutung tidak terlihat. Lalu apa maksud dari mimpi itu. Dan kemana kedua telapak tangan itu, sedangkan aku ingat-ingat tidak ada di lantai, yang ada hanya bercak-bercak darah yang keluar dari pegelangan tangan yang sudah tidak ber- telapak itu." Rose mengusap tengkuknya. Dingin udara di luar sana menambah malam di rasakan Rose sangat mencekam. Di lihatnya Berbie yang mirip Wanita yang hadir di mimpinya itu. "Ah...Mudah-mudahan hanya bunga tidur semata." <br />
<span style="color: magenta;"><br /><br /><b>Dua</b></span><b><br /></b><br />
"Mamah!..." Teriak Chesy ia terbangun dalam tidurnya. Seraya mengusap-ngusap kedua matanya. Rupanya pagi sungguh sangat indah. Tapi Chesy terasa menggigil di sekujur tubuhnya. Sambil mencengkram selimut yang masih membalut tubuhnya Chesy menatap sayu ke arah jendela. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Syukurlah hanya mimpi," bergumam Chesy lalu beranjak dari tempat tidur. Di lepaskan selimut yang membalut tubuhnya. Tampak Ia tidak mengenakan pakaian tidur. Hanya Celana dalam yang tipis, sangat tipis sehingga terlihat bokong yang menari ke kanan dan ke kiri jika dia berjalan lenggak-lenggok Batas tali celana dalamnya hanya sekedar menutupi lobang vaginanya saja. Sedangkan bahan yang harusnya lebar untuk menutupi bokongnya kini hanya terselip di antara gumpalan pantat bahkan nyaris tidak menutupi lubang anus. Serta BH yang tipis lagi transparan menambah seksi di pandang. Buah dada yang besar lagi dengan puting susu yang mentil genit berwarna coklat matang meranum sangat indah. <br />
<br />
"Persetan dengan mimpi yang aku alami!" batin Chesy.<br />
<br />
'triliing..triling..'<br />
<br />
Terdengar suara bel. Chesy yang akan beranjak ke kamar mandi, kini ia harus melongok keluar. Rupanya sepagi ini ada yang bertamu. Tampak seorang lelaki berbadan cukup bidang walau kecil. Lelaki itu adalah Jose. Chesy sangat gembira hatinya. Jose kekasihnya datang di saat ia dalam keadaan takut yang di alami di dalam mimpi. Sekaligus Chesy akan bercerita tentang mimpinya itu kepada Jose.<br />
<br />
"Hai Jose!" sambut Chesy di depan pintu. <br />
<br />
"Hai Ches.." balas Jose. Ia memandang tubuh Chesy yang hanya mengenakan handuk berbentuk pakaian tidur. "Kamu cantik sayang. Aku kemari mau mengatakan apakah kamu sudah siap untuk ke rumah pamanmu?" tanya Jose berseru.<br />
<br />
"Em...jadilah! Bahkan pamanku sudah menyiapkan segala kebutuhan kita di sana." kata Chesy sambil berbalik badan sebelumnya mempersilahkan masuk. "Semua sudah di atur oleh pamanku sedemikian rupa, sehingga kita tidak akan kesusahan di sana."<br />
<br />
"Oh yah..Kenapa paman kamu serius sekali mengajak kamu untuk bermain kesana," seru Jose kembali. <br />
<br />
"Ia...Dia suka kalau kita berlibur kesana," jawab Chesy. "Dan aku berniat ingin menginap di sebuah bangunan tua yang konon banyak hantunya di sana. Jose apakah kamu mau dan berani untuk pertualangan kita kali ini?" Chesy bertanya dengan wajah serius dan sedikit mimik agar Jose mau mengikuti untuk menginap di Bangunan yang sudah tua itu. <br />
<br />
"Oke sayang..apa sih yang tidak aku turuti permintaan kamu," Rayu Jose, membuat wajah Chesy memerah. "Um ...Ches...pagi ini kamu terlihat sangat cantik, aku makin cinta sama kamu Ches!." <br />
<br />
"Mulai dah rayuan gombal," tukas Chesy. <br />
<br />
Jose duduk di sofa, sedangkan Chesy menuju ke dapur untuk menyiapkan minuman untuk Jhose. Tampa di sadari Chesy, Jhose memandang keindahan tubuhnya dengan tatapan nanar penuh nafsu. Di lihat bokong Chesy begitu sensual dengan goyangan pinggul yang membuat hati Jhose meleleh dan tak berkedip memandangnya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Apalagi ketika Chesy memberikan minuman ke meja, Ia menunduk sehingga payudaranya terlihat jelas tampa menggunakan Bra. Jhose bernafsu, darahnya berdesir cepat menuju penisnya. Terasa ada yang beda dengan tubuh Chesy yang terlihat vulgar. Walaupun Jhose sendiri selama ini belum pernah menyentuh tubuh Chesy. <br />
<br />
"Ah petala setan!.. Pagi-pagi pikiran sudah horny," batin Jhose sambil berusaha menundukan pandangannya. <br />
<br />
Chesy segera duduk di samping Jhose. Belum ada kata-kata yang keluar dari kedua remaja itu yang sedang di landa asmara pertama. Mereka hanya hanyut dalam pikiran masing-masing. Entah apa yang ada di otak Jhose. Sehingga Chesy mengkernyitkan kening untuk menunggu Jose buka pembicaraan. <br />
<br />
"Eh, kok diam aja!" Chesy berkata keras membuat Jhose menoleh kepadanya dengan senyuman khas. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Sayang..aku baru kali ini melihat keindahan tubuh kamu, makanya aku hanya berdiam, aku terpesona dengan lekak-lekuk tubuh mu sayang! ... he ... he ..." Jose menayeringai.<br />
<br />
Tiba-tiba suara handphone Jhose berdering. Di angkat, sebelumnya di lihat di layar Handphone tertera yang menghubunginya adalah Briant sahabatnya dan juga sepupu dari Chesy. <br />
<br />
"Hai Brian! ..." kata Jhose menyambutnya.<br />
<br />
"Hai Jose! Kamu ada di mana, jadi gak kamu ikut ke rumah paman Chesy," kata Brian dengan nada semangat. <br />
<br />
"Jadilah!. Nih sekarang aku lagi berada di rumah Chesy," jawab Jose. "Ya sudah kamu sekalian aja kemari kita kumpul-kumpul sambil membicarakan persiapan untuk kita pergi kesana." tukas Jhose. Membuat Chesy melirik ke wajah Jose, ia tahu kalau yang menelpon Jhose adalah sepupunya yaitu Brian.<br />
<br />
"Oke! Aku kesana," ujar Brian. "Oh yah! Bagaimana dengan Rose, apakah ia mau ikut?."<br />
<br />
"Jhose menatap Chesy untuk meminta jawaban, apakah Rose mau di ajak atau tidak. " Ches!.." seru Jhose. "Rose mau ikut kita?," tanya Jhose serius. <br />
<br />
"Ya!. Tadi aku Call dia, sebelumnya sih gak mau, tapi karna aku memohon padanya, akhirnya dia luluh juga untuk aku ajak, dan dia mau!" Jhose tersenyum puas. Rupanya rencana untuk berpetualang ke Bangunan yang cukup tua dan berpenghuni makhluk astral itu bisa terlaksana dengan ramai. Jhose tidak perlu khawatir, karena banguna itu dekat dengan rumah paman Chesy, jadi tak perlu ada yang di khawatirkan akan tempat dan persedian makanan.<br />
<br />
***<br />
<br />
Brian segera membawa kendaraan dua rodanya. Dengan kecepatan cepat, sehingga setiap kilometernya tak terhitung saking melesat cepat di atas aspal yang hitam dan sedikit licin. Briant tak perduli dengan kendaraan yang menghalang laju roda duanya. Dengan lincah dan gesit, Brian meliak-liuk, salib sana dan salib sini. Namun setiap jarak dengan kendaraan di depannya dapat di perhitungkan dengan cekat, agar tidak terjadi benturan akibat jarak terlalu dekat. Walaupun banyak kendaraan-kendaraan besar seperti Truck di belakang tertera aksara<br />
<br />
<b>JAGA JARAK AMAN.</b><br />
<br />
Mungkin itu satu-satunya peringatan bagi orang yang suka mendahului dengan sembarang dan tidak mengukur waktu dan jarak. <br />
<br />
<br />
Akhirnya Brian sampai juga kerumah sepupunya di mana Jose sudah berada di sana. Pintu gerbang di buka, segera ia melangkah ke daun pintu untuk mengetuk. Namun ketika ia mau mengetuk pintu terdengar suara yang sangat aneh, sehingga Brian menarik kembali tangannya. Dan ia mencoba mendengar dengan menempelkan daun telinganya lebih dekat ke daun pintu. <br />
<br />
"Jose...Oh...Jose...udaah..udah sayang...udah...aku gak kuat, oh..aku geli sayang...oh..." suara itu tidak asing terdengar. Suara itu adalah suara Chesy sepupuhnya. Namun terbesit di hati Brian ada apa dengan Chesy. Apakah mereka berdua sedang???" tanda tanya di pikiran Brian. Walaupun mereka masih remaja, tapi mereka sudah mengerti apa-apa yang di lakukan oleh orang-orang dewasa. Suara itu seperti suara erangan orang-orang dewasa yang melakukan hubungan badan yang sering ia tonton di hape dengan mendownload di salah satu situs berkonten dewasa.<br />
<br />
"Ah mana mungkin Chesy melakukan seperti itu," gumam Brian di dalam hati. Penasaran ingin melihat atau ia langsung saja mengetuk pintu. Akhirnya Brian memutuskan untuk mengetuk pintu. <br />
<br />
Tok.. tok.. tok..<br />
<br />
"Chesy!..Jose!.." panggil Brian sambil mengetuk daun pintu. <br />
<br />
Mendengar ketukan dan panggilan yang terdengar dari luar, yang bukan lain suara itu adalah suara Brian, membuat Chesy dan Jose menghentikan aktifitasnya. "Uh..naggungin banget nih," ucap Jose kepada Chesy. Membuat Chesy juga merasa tanggung, tapi ia beruntung baru kena jilatan belum kena tusukan sate. Sehingga ia selamat dari raibnya seorang perawan.<br />
<br />
"Ah...untung Brian cepat datang.."Gumam di dalam hati Chesy. Seraya melangkah ke daun pintu untuk membukakan pintu. Sebelumnya ia membereskan terlebih dahulu pakaiannya yang telah lecek akibat perbuatan nakal Jose kekasihnya.<br />
<br />
"Hai Brian.." kata Chesy setelah membuka pintu. <br />
<br />
"Hai Chesy.." jawab Brian.<br />
<br />
Chesy pun menuruh Brian untuk masuk. Ia mengekor dari belakang membututi Chesi yang masih memakai handuk dan terlihat jelas paha putih merona dari anak gadis remaja itu. Namun Brian tak mungkin bernafsu dengan sepupunya sendiri. Terlintas dugaan Brian pasti benar, kalau Chesy pasti sudah melakukan hubungan badan dengan Jose. Jhose berdiri menyambut Brian, ia mempersilahkan duduk kepada Brian. <br />
<br />
Brian mengangguk dengan tertawa renyah, tertawa melihat Jhose dengan rambut yang masih awut-awutan. Rupanya Jhose lupa belum merapikan rambutnya. Rambut Jhose yang sempat di acak-acak oleh Chesy akibat bergelinjang nikmat dan geli ketika liang kesuciannya di usap-usap dengan lidah yang harusnya buat mengecap rasa makanan, ini malah untuk mengecap selangkangan Chesy yang masih di segel oleh keperawanannya. Ah dasar anak pergaulan zaman sekarang kurang menganut peradatan.<br />
<br />
<span style="color: red;"><b>Tiga</b></span><br />
<br />
"Baik lah, jadi kapan kita berangkat!," Briant membuka pembicaraan. Jhose dan Chesy saling berpandangan untuk menentukan kapan mereka harus berangkat. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Eh...malah bengong, kapan kita akan berangkat?!" brian menyentak keras melihat mereka saling berpandangan kaya orang dongo. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Eh..! Kapan sayang?" tanya Jhose kepada Chesy. " Bagaimana malam ini juga kita berangkat ke rumah paman, besok pagi kita beristirahat sebentar di rumah paman lalu sorenya kita mulai menginap di istana tua itu!" terang Chesy kepada mereka. Jhose mengangguk juga Brian menyetujui pendapat Chesy sepupunya itu.<br />
<br />
"Oke kalau begitu, trus bagaimana dengan Rose, apakah kita harus bilang pada dia untuk berangkat malam ini!" kata Jhose dengan ragu. " Aku ingin Rose ikut untuk menemani Brian di sana agar ada teman untuk mengobrol." Mendengar ucapan dari Jhose, membuat wajah Brian memerah malu. Tapi benar, Rose harus ikut jadi tidak ganjil dalam berangkat kerumah atau istana yang sudah tua dan tidak berpenghuni itu.<br />
<br />
"Tapi apakah Rose mau di ajak kita ketempat seperti itu?" ucap Brian dengan wajah serius memandang Jhose dan Chesy. "Bagaimana kalau dia tidak mau?! Sedangkan dia wanita rumahan." tukas Brian dengan ragu.<br />
<br />
"Nanti aku Call lagi, aku yakin Rose pasti mau kita ajak!" Chesy menyahuti dengan yakin. Jhose mengangguk.<br />
<br />
***<br />
<br />
Senja hampir merangkak naik. Diruang kamar yang cukup besar dengan penuh hiasan boneka Barbie di lemari kaca, gadis remaja itu hampir tertidur pulas. Rupanya gadis remaja itu lelah seharian memainkan boeka Barbienya. Wanita remaja itu adalah Rose. Dia terkejut, rupanya hari sudah mau gelap. Dengan segera ia harus membersihkan tubuh dan mempersiapkan alat-alat dan perlengkapan untuk pergi bersama Chesy, Jhose dan Brian kerumah paman Chesy. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Walaupun agak ragu akan keberanian untuk menginap di sebuah bangunan yang sudah tua dan rapuk itu. Tapi Rose punya alasan untuk tidak ikut, paling banter ia tinggal bersama pamannya Chesy dan tidak ikut menginap di istana itu.<br />
<br />
Boneka Berbie di simpannya. Dia tidak mau tertinggal Berbie kesayangannya. Walaupun dia dalam keadaan pergi kemana saja, Berbie itu pasti di bawa bersamanya. Itulah karakter Rose, gadis lugu dan manja serta jarang bergaul walaupun dengan teman di sekitar lingkungannya. "Hai...sobat! Malam ini kita pergi! Kamu harus ikut untuk menemaniku," Rose berucap kepada boneka barbienya. <br />
<br />
Dering SMS berbunyi. Rose membukanya lalu membacanya. Ternyata SMS itu dari Chesy, ia mengirim SMS begini: "Hai Rose! sudah siap."<br />
<br />
Rose membalas: "Sudah, kapan kamu jemput aku?"<br />
<br />
Chesy kembali membalas: "Nanti Jhose akan menjemput kamu, lalu menjemput Brian, trus kita berangkat dari rumahku."<br />
<br />
"Oke.." balas akhir sms Rose, dan segera ia mengambil handuk, lalu menuju ruang kamar mandi untuk membersihkan tubuh.<br />
<br />
<br />
***<br />
<br />
Mereka sudah berkumpul dengan suka ria, saling bercanda dan penuh kehangatan di dalam persahabatan yang sangat erat dan selalu berbagi. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Di rumah Chesy terparkir mobil traveling ELF. Siap meluncur menghitung dengan kecepatan standar. Detroit Michigan adalah kota yang akan di tuju. Rumah paman Chesy di sana, terbayang liburan kali ini sangat mengasikan dengan mengunjungi rumah yang konon banyak peristiwa Misterius terutama rumah tua yang berbentuk sebuah Istana, rumah yang sudah tidak di tempati oleh orang yang memiliki rumah tersebut. Banyak kejadian di sana dari peristiwa yang aneh-aneh sampai banyaknya peristiwa pembunuhan secara sadis di Istana tersebut.<br />
<br />
Di dalam kendaraan roda empat yang mereka tumpangi terdengar suara gelak tawa mereka, kecuali Rose, wanita remaja ini hanya berdiam diri sambil memandangi Boneka Barbie. "Hai rose!..Kok diam aja sih," Jose mencoba bertanya agar Rose tidak selalu berdiam diri. <br />
<br />
"Entahlah? sudah di tengah-tengah perjalanan kenapa aku kangen sama ayah dan ibuku?!" jawab Rose. "Terasa ingin balik lagi, seandainya aku tidak malu sama kalian pasti aku minta pulang. Tapi.."<br />
<br />
"Sudah lah Rose! Ayo dong semangat! Uh...lagian perjalanan kita sudah jauh tau.." seru Chesy.<br />
<br />
"Benar! Tenang aja sayang, gak usah takut kan ada aku di sisi mu," Brian membuka mulut membuat yang lainnya tersenyum termasuk Rose, wajah memerah seraya menundukan kepala ketika Brian tersenyum kepadanya.<br />
<br />
"Cie, cie, ada yang pede kata nih," Chesy menceletuk sambil melirik ke arah Rose yang tersipu malu.<br />
<br />
Rose sendiri sebenarnya punya rasa cinta dengan Brian, dan Rose sendiri sebenarnya malas berpergian jauh. Tapi karena ada Brian, dengan diam-diam Rose menyimpan hati padanya sehingga rasa takut untuk berlibur jauh dari rumah. Karena ada Brian lah membuat Rose menjadi berubah pikiran untuk bertamasya dengan berpetualang ke rumah paman Chesy di Detroit Michigan.<br />
<br />
"Sudah, sudah jangan di ledekin dong...nanti Rose nangis tau!" Jose membuka suara. Namun membuat Rose nanar karena perkataan Jose menyindirnya. Dia memang tidak suka kalau di Bully atau di cengin. Rose akan cepat menangis kalau sering di ledek sampai kedalam hatinya sehingga rasa kesalnya menjadikan air mata untuk menghilangkan rasa kesal. <br />
<br />
Chesy mencubit Jose dengan maksud jangan keterlaluan. "Us..Nanti malah nangis beneran tau," Chesy berbisik di telinga Jose. Sedangkan Brian hanya tersenyum, lalu ia mencoba untuk duduk sejajar dengan Rose dengan mengingsut kesamping Rose yang sedang berdiam sambil memandang keluar jendela.<br />
<br />
"Rose!" bisik perlahan memanggil Rose. Rose menoleh dengan mata sayu menunduk. " Apaan!.." jawab Rose<br />
<br />
"Em..Kamu sudah minta izin sama ortu untuk berlibur," Brian mencoba untuk bertanya agar ada bahan obrolan. <br />
<br />
"Sudahlah," jawab Rose. "Mana berani aku pergi tampa izin Orang tua". Brian mengangguk. "Eh lihat ada Bulan itu sangat indah!" Brian menunjuk keluar jendela. Rose ikut menoleh kearah yang ditunjuk Brian. Benar malam itu sangat indah pas di bulan purnama mereka berjalan malam, sehingga terlihat pemandangan malam yang sangat indah walaupun pemandangan di luar sana kurang jelas terlihat. <br />
<br />
Jose berbisik kepada Chesy, "Brian sedang PedeKata." Chesy mengacungkan jari telunjuknya ke depan bibir, agar Jose tidak bersuara keras. Jose mengedipkan mata sambil tersenyum.<br />
<br />
Jarak hampir saja tiba di rumah paman. Sekira beberapa kilometer lagi terlihat sebuah bangunan di mana halaman depan tampak pagar terbuat dari kayu melingkari rumah kecil itu. Rumah yang hanya di tempati dua lansia. Paman George dan Bibi Mely. Chesy senang sekali sudah sampai di rumah paman George. Lampu obor untuk penerang dari halaman depan berkedap-kedip tertiup angin tapi tidak mati. Rumah paman George sangat natural dan minimalis. Kecil di halaman yang luas.<br />
<br />
Deru menggerung terdengar dari kejauhan. Paman George segera keluar. Dia tahu kalau suara gerungan mobil itu adalah Chesy. Alangkah bangganya paman george bisa bertemu lagi dengan keponakan kesayangannya itu. Sudah dua tahun Chesy tidak menyambanginya. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Paman George tahu kalau keponakannya itu suka dengan pertualangan, maka dia mencoba untuk memberitahu kepada Chesy bahwa di daerah itu ada sebuah bangunan tua yang penuh misteri. Paman George ingin keponakannya itu menyelidiki misteri yang ada di bangunan tua itu.<br />
<br />
Senyum sumringah terpancar dari wajah Chesy ketika melihat Paman dan Bibinya menyambut di depan pintu. Ia segera turun terlebih dahulu lalu berlari kecil sambil memanggil Paman George. "Paman..." Lelaki paruh baya itu segera menyambutnya dengan senyuman dan pelukkan. Di belainya rambut Chesy lalu segera menuntun untuk masuk ke dalam rumah beserta ketiga kawannya itu. <br />
<br />
"Paman! Kenalkan ini teman-temanku!' ujar Chesy. Paman George tersenyum kepada tiga kawan Chesy. Jose, Brian dan Rose. "Silahkan pada masuk dan santap makanan yang sudah aku siapkan untuk menyambut kalian," kata Paman George.<br />
<br />
Di dalam ruang makan cukup lumayan bersih walaupun kamar berukuran kecil sehingga ruang itu terasa sesak. Apalagi ketika mereka saling bercanda dan tertawa terbahak-bahak menambah gaduh ruangan itu. Sedangkan jarak antara Rumah Paman George dengan tetangga lainnya sangat jauh, sehingga apa yang mereka suarakan dengan keras tidak akan terdengar oleh orang lain.<br />
<br />
"Paman sebaiknya kami akan segera istirahat untuk meyambut esok hari untuk menyelidiki apa yang ada mitos selama ini apa yang di dengar dari orang-orang di sekitar istana tua itu" ujar Chesy.<br />
<br />
"Baiklah kalian yang lelaki istirahat di ruang belakang, sedangkan Chesy dan Rose di kamar tengah, walaupun kecil tapi cukup untuk menghangatkan tubuh kalian, karena malam ini terasa dingin." kata Paman George sambil melangkah ke dua kamar tersebut. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Chesy! Paman mau bincang-bincang sebentar sama kamu saja. Ada yang mau paman katakan!" Chesy mengangguk. Lalu Paman George dan Chesy menuju ruang tamu. Mereka hanya ingin berbicara empat mata.<br />
<br />
"Chesy!" kata Paman George. "Besok kamu dan kawan-kawan kamu akan menuju istana tua itu. Paman hanya mau menasehati kamu, jangan suka berbicara membesarkan diri ketika berada di sana, apalagi berbicara kotor juga tidak boleh. Karena istana tua itu sudah banyak mengambil korban dengan mati secara mengenaskan. Kamu Paman suruh kesana hanya untuk mencari jawaban dari semua ini. semua yang terjadi di istana tua itu. Tapi ingat jangan bicarakan masalah ini pada teman-temanmu. Bilang pada mereka bahwa istana tua itu hanyalah bangunan tua yang penuh sejarah. Jadi pertualangan kamu berbicara mereka hanya untuk melihat-lihat saja apa yang menjadi sejarah dari istana tua itu. Jangan kamu ceritakan tentang peristiwa-peristiwa yang membuat bulu tengkuk merinding.<br />
<br />
"Baik paman," ucap Chesy mengerti apa yang di maksud Paman George.<br />
<br />
Paman George membelai rambut keponakannya itu dengan belaian kasih sayang. Chesy tersenyum manja. Lalu ia pun segera pamit untuk beristirahat tidur.<br />
<br />
***<br />
<br />
Dengan menggunakan pakaian daster tidur yang sangat tipis, sehingga lekukan body Chesy sangat terlihat seksi. Sepasang mata sedang mengawasinya di saat tertidur pulas. Mata itu menyorot tajam penuh dengan sinar membuncah. Matanya tidak berkesip memandang tubuh wanita itu. </div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
"Ah...indah sekali tubuh wanita itu," seseorang yang memiliki mata itu membatin. Tangannya di ulurkan untuk meraih slot kunci. setelah slot kunci terbuka. Orang itu memberanikan diri untuk masuk ke kamar wanita yang sedang tertidur pulas itu. Wanita itu adalah Chesy.<br />
<br />
Dengan posisi tidur menyamping. Tampak tersingkap daster rajutan tipis itu, sehingga paha putih dan mulus terlihat oleh sepasang mata orang itu. Dengan mata menatap tajam, orang itu merapikan topeng yang di kenakannya. Kini jelas lelaki itu ingin bermaksud kurang baik kepada Chesy. Topeng yang menutupi wajahnya seperti topeng tengkorak. Topeng itu terbuat dari plastik yang hampir meyerupai wajah tengkorak. Serta orang itu memakai baju jubah berwarna hitam. Tentu bertambah seram di lihatnya.<br />
<br />
<span style="color: #38761d;"><b>Empat</b></span><br />
<br />
<br />
Orang bertopeng itu mengulurkan tangannya merabah dan mencermati paha Chesy. Rasa geli di rasakan oleh Chesy. Segera Ia menyapunya, lalu terlelap kembali. Orang bertopeng itu menarik kembali tangannya lalu tak lama kemudian di ulurkannya kembali. Tidak puas dengan hanya memandang paha Chesy, Orang itu mencoba untuk mengisutkan keatas pakaian daster tipis itu, ehingga bertambah jelaslah lah bokong menyamping. Dan yang lebih orang bertopeng itu lebih bernafsu lagi, ketika melihat dengan jelas bokong Chesy terpampang tampa aling-aling alias tidak menggunakan celana dalam. Chesy memang mempunyai kebiasaan buruk, yaitu sering tidak mengenakan celana dalam di saat sedang tidur. <br />
<br />
"Uh!..." desis orang bertopeng itu dengan menatap nanar. "Em...ssst...ah..." orang itu terus berdesis sambil memandang lekat-lekat bokong Chesy yang masih tidur menyamping. Di usapnya gundukan bokong secara perlahan dan orang itu sangat menikmatnya setiap guratan-guratan yang terlintas di paha Chesy yang tersusun sangat indah dari kulit paha sampai ke bokong yang menyembul.<br />
<br />
Tiba-tiba Chesy mengangkat kedua tangannya untuk merenggangkan otot-ototnya. "Egggt..." Kini Chesy posisi telentang. Tampak daster putih transparan di atas pahanya terbuka sedikit sebatas gundukan vagina, sehingga sangat jelas terlihat bulu-bulu tipis meranum di sekitar liang vagina walaupun masih tertutup daster tipis itu.<br />
<br />
Orang bertopeng itu leletkan lidah. Rahangnya tampak naik turun petanda menahan nafsu membuncah. Matanya meyorot tajam. "Ssst...ahh...uh..." Oarang itu berdesis. Kedua tangannya secara perlahan menyingkap daster itu. Kini tampak terlihat gundukan vagina Chesy. Sungguh sangat indah belahan itu walau terlihat di luarnya saja. Tak lama kemudian, tangannya mengusap perlahan gundukan vagina. Dirsakan sangat indah dan hangat rongga belahan gadis remaja ini yang bukan lain keponakan Paman George.<br />
<br />
Rupanya Chesy terasa geli berdesir di sekitar vaginanya. Tapi hanya di rasa lalu ia memejamkan mata kembali dan tidak sempat untuk memecikkan kedua matanya kerena kantuk yang amat sangat. Tak sadar Chesy melebarkan kedua kakinya. Pahanya semula rapat, kini terbelalak lebar. Tak lama lagi kedua lututnya terangkat, lalu kedua lutut itu terjatuh kesamping, tentu posisi Chesy dalam keadaan bekangkang lebar.<br />
<br />
Tampak rongga vagina Chesy mencuar terpeletek melebar sehingga terlihat kelentit yang sangat indah dengan polesan air membesit ke merah-merahan warnanya. Orang bertopeng itu beberapa kali menelan ludah. Matanyanya membuncah. Tampa bertindak, kini vagina gadis remaja itu terbuka sendiri. "ah...Sungguh beruntung aku, tampa susah-sush harus membukanya." orang bertopeng itu bergumam di dalam hati. <br />
<br />
Orang bertopeng tengkorak itu berdiam sejenak. Rupanya ia sedang berpikir. 'apakah harus memperkosanya langsung' Karena memang sudah telanjur horny?! Orang bertopeng itu terbesit di hatinya untuk segera memperkosa gadis itu. Tampa tunggu waktu orang itu menguarkan batang penisnya yang sudah sedari tadi menegang panjang. Tampa membuka seluruh pakaian dan masih mengenakan topengnya. Orang bertopeng itu segera menindih tubuh Chesy. Tentu membuat Chesy terkejut bukan alang kepalang. Mencoba berteriak namun kasip, orang bertopeng itu lebih dulu menutup mulutnya. Lalu tak lama kemudian segera menguarkan sebuah alat berbentuk bulat seperti bola. Dan bola itu mempunyai tali. Dengan cepat Orang bertopeng itu menyumpal dengan segera rongga mulut Chesy menggunakan alat bola bertali itu. Membuat Chesy ketakutan yang amat sangat dengan nafas tersengal-sengal.<br />
<br />
"Argh...argh..." suara itu keluar parau dari rongga chesy. "Argh..argh.." Ia berusaha berteriak, namun sangat sulit, karena suaranya tertahan dengan bola bertali itu yang sengaja di ikatkan melingkar di kepala Chesy. Orang bertopeng tengkorak itu menyeringai. menghentak dan menahan tubuh Chesy agar tidak meronta. Di tekan pegelangan tangan. Paha Chesy yang memang berkangkang terpeletek sedari tadi, membuat orang bertopeng tengkorak itu lebih mudah menindih kedua paha Chesy dengan kakinya, sehingga Chesy tidak bisa meronta dengan cara menendang. Semuanya begitu cepat, tahu-tahu ada yang sakit di vaginanya.<br />
<br />
"Ug..ug...ug..." racau orang bertopeng itu sambil menaik turunkan bokongnya. Penisnya terasa di apit sangat hangat dan nikmat. Terdengar suara erangan dari mulut gadis remaja itu. Perutnya tampak megap-megap tak teratur. Nafas yang pendek-pendek membuncah. Chesy geleng-gelengkan muka menahan rasa entah enak, entah sakit di liang vaginanya. Semakin lama, semakin eneh di rasakan oleh Chesy di liang vaginannya. Rasa aneh pertama kali di rasakan. Vagina berdenyut dengan kencang menahan benda yang menyumpal rongga vaginanya. <br />
<br />
"Ah...ah..ah.." racauan yang hanya terbesit di hati Chesy. Menahan rasa eneh itu, rasa enak di iringi rasa hangat yang menjalar sampai ke atas kepala. Sayang dia dalam keadaan di himpit sangat keras dan mulut yang tersumpal bola bertali itu, membuat erangan nikmat hanya terbesit di hatinya. <br />
<br />
Lalu semakin cepat orang bertopeng itu menggoyangkan bokongnya. Semakin nikmat di rasa oleh Chesy. Di dalam alam bawah sadarnya Chesy mencoba menikmati goyangan dan kocokan berulang-ulang itu dengan penuh rasa takzim dan mempesona, seakan-akan ia terbang sampai keatas langit.<br />
<br />
Di biarkan saja orang ini mempermainkan dengan goyangan bokong yang sangat fantatis. Sungguh tidak bisa di pungkiri nikmat yang sangat luar biasa mengobok-ngobok lubang yang hanya berukuran satu jari itu. Kepalang setan Chesy sangat menikmati peristiwa itu. <br />
<br />
Crot..crot...seer...<br />
<br />
Terasa hangat menyemprot kedalam vaginanya. Chesy tertahan dengan nafas putus-putus. "Ught..." terdengar suara terdengus dari mulut Chesy yang tersumpal bola di rongga mulutnya. Matanya mendelik ke atas langit. Tatapannya kosong Ketika Orang bertopeng itu menarik penisnya tertinggal hanya desiran hangat di sela-sela selangkangan Chesy.<br />
<br />
Tampak orang bertopeng itu mengambil seutas tali tambang. Dia segera mengikat tangan Rose yang sempat memukul dadanya. Sebilah pisau terselib di pinggangnya. Chesy sangat ketakutan melihat orang bertopeng tengkorak itu, kini ia memegang sebilah pisau bertambah rasa takut yang di rasakan Chesy. <br />
<br />
Orang bertopeng itu membuka sumpalan bola. Saat itu juga Chesy berteriak lantang. "Tolong...! Pergi kamu!" sontak Chesy memukul dengan cepat ke dada orang bertopeng itu. Pukulannya cukup membuat orang bertopeng itu terhentak mundur. Lantas ia segera merapikan celananya. Suara menjerit Chesy terdengar seantero ruangan memecah keheningan malam. Gaduh dalam malam membuat isi rumah terbangun termasuk Paman George, ia terkejut ketika mendengar teriakan yang berasal dari kamar keponakannya Chesy. Dengan segera Paman George bangkit dari tempat tidurnya dan segera menuju kamar Chesy dan Rose. <br />
<br />
Mendengar teriakan teman karibnya Rose pun terperanjat kaget. Ia tertegun sejenak melihat Chesy meronta-ronta sambil meminta tolong. Seraya segera membangunkan Chesy yang sedang terbuai gelagapan dalam mimpi buruknya. "Ches...! Chesy...! Bangun, bangun uh..ayo bangun." Rose mencoba membangunkan Chessy sambil menggoyang-goyangkan tubuh Chesy.<br />
<br />
Brak..<br />
<br />
"Chesy ada apa?!" Paman George segera masuk. "Ada apa dengan Chesy!"<br />
<br />
"Rupanya Chesy habis mimpi buruk paman!" kata Rose menerangkan. "Chesy, ayo bangun! Kamu jangan membuat takut kami apa!" Rose sekali lagi membangunkan Chesy dengan mengusap-ngusap wajah Chesy. Tak lama kemudian bangunlah Chesy. Ia segera memeluk sahabatnya itu dengan badan bergemetaran. "Mimpi buruk yah?" tanya Rose. Chesy mengangguk. <br />
<br />
"Ada apa dengan Chesy paman?" tanya Jose dan Brian segera. <br />
<br />
'Ah..Rupanya hanya mimpi buruk," ujar Paman George, sambil menuangkan air minum untuk di berikan kepada Chesy. "Sudah tidak apa-apa. Waktu masih malam, sana kalian tidur kembali." kata Paman George. <br />
<br />
Seterlah di beri minum, Chesy memecikan mata dan memandang kearah Paman George dan ketiga kawannya. .<br />
<br />
"Ah..Syukurlah hanya mimpi buruk," gumam Chesy. Semua berkumpul mengelilingi tempat tidur Chesy. Gadis remaja ini masih takut untuk segera tidur kembali. Mereka sepakat untuk menemani Chesy di kamarnya hingga sampai matahari terbit dari ufuk timur.<br />
<br />
<br />
<b>Menuju<a href="http://yenyerrow.blogspot.co.id/2015/09/blog-post.html" target="_blank"> </a></b><a href="http://yenyerrow.blogspot.co.id/2015/09/blog-post.html" target="_blank">Part 2= </a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3IfUCEyqXEc6HoF9EAV_77c0MtWOMchRaPmk6JSeMkOvpKl9s71IImewabF12D3XZekQOJ3b6GiUKfMvPrh7OWRKfkYoTBEPRIAwViYmKqkX6zhj3D5WewkZM7fUTcBjEF3fI0GqAlTw/s1600/images%252520%2525287%252529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3IfUCEyqXEc6HoF9EAV_77c0MtWOMchRaPmk6JSeMkOvpKl9s71IImewabF12D3XZekQOJ3b6GiUKfMvPrh7OWRKfkYoTBEPRIAwViYmKqkX6zhj3D5WewkZM7fUTcBjEF3fI0GqAlTw/s640/images%252520%2525287%252529.jpg" /> </a> </div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-22891867003187061242015-03-29T14:20:00.002+07:002015-04-12T10:01:19.105+07:00Mamah Ku Seoarng Germo (Cerita akhir)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9-N_BaJcpbs7BTEf22gZIz9uCB9DXfdw1ycgqP7loGsqEIfh4qAeo6jQZyRy-y8nOut9RxOmG7xxIfR8ndcdh5Wi7U5qKr4H8UYsUrx-1GMRb9IaXrF9yavipCBxDNPvGg20UyXiLch0/s1600/yui.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9-N_BaJcpbs7BTEf22gZIz9uCB9DXfdw1ycgqP7loGsqEIfh4qAeo6jQZyRy-y8nOut9RxOmG7xxIfR8ndcdh5Wi7U5qKr4H8UYsUrx-1GMRb9IaXrF9yavipCBxDNPvGg20UyXiLch0/s1600/yui.jpeg" height="239" width="320" /></a></div>
Masih teringang-ingang di telingaku mendengar desahan dan racauan yang membuat darahku berdesir cepat, desahan orang-orang dewasa yang belum aku mengerti arti sebuah desahan kenikmatan. (Baca <a href="http://yenyerrow.blogspot.com/2014/07/belum-berjudul.html#more" target="_blank">cerita sebelumnya</a><a href="http://yenyerrow.blogspot.com/2014/07/belum-berjudul.html#more" target="_blank">)</a>, setelah aku menyaksikan erangan yang sangat memilukan telingaku. Erangan dan racauan yang keluar dari Mamahku sendiri saat Ia di senggama oleh lelaki yang bukan Ayah tiriku. Entah apa yang ada dipikiran mereka.<br />
<br />
***<br />
<br />
"Eh!..Bengong aja," Rian mengejutkan aku. <br />
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Aku, tertawa dingin untuk menutupi apa yang ada di pikiranku.<br />
<br />
"Say..kamu mau kedalam gak, di sini dingin tau," kata ku. <br />
<br />
"Em..gimana yah aku takut kalau kita kedalam, nanti ada yang curiga sama kita." Aku mengerti apa yang Rian maksud, memang Rian lelaki yang cukup dewasa, bisa membaca situasi dan keadaan. "Em..terus kita ngapain, kalau di dalam kan kita bisa nonton tivi," ujarku. "Seterah kamu sih, aku hanya ngajak aja, itu juga kalau kamu mau!"<br />
<br />
"Sepertinya kamu seperti ada pikiran dah!" Rian mencoba menebak-nebak apa yang ada di pikiranku. "Kalau ku lihat, wajah kamu agak sedikit gimana gitu?!.." <br />
<br />
"Ah perasaan kamu aja kali say," ucapku.<br />
<br />
"Cerita dong sayang.." katanya membujukku. "Wajahmu tampak gelisah gitu, apa habis di marahi Mamah kamu sebelum berangkat tadi sama teman cowoknya?." Rian mulai merocos menanyai aku dengan kepo. <br />
<br />
Aku menggeleng kepala, berusaha untuk menyembunyikan apa yang mengganggu di pikiranku ketika aku melihat Mamahku bergumul sama lelaki yang tidak aku kenal, lelaki dari dari teman Mamahku.<br />
<br />
Aku berdiam sejenak. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutku. Rian pun begitu, dia hanya memandang awan yang cerah dengan bintang-bintang bertebaran di angit nan jauh. Aku pun ikut menyaksikan keindahan kelap-kelip bintang itu. Mereka saling bergugus-gugus dengan teraturnya. Sungguh sangat mengesankan di kala aku bersamanya, laksana dunia ini di miliki untuk selamanya dan hanya berdua, "he..he..he.." aku tertawa di dalam hatiku.<br />
<br />
Melihat Rian yang diam dan hanya melongong-longong melihat ke atas langit, membuat ku tertawa cekikikan di dalam hati. Wajahnya yang terlihat pilon dan culun, menambah lucu dan jenaka. Sungguh aku makin cinta sama kamu Rian.. <br />
<br />
Engkau kakak kelasku berpikiran dewasa, gak seperti cowok yang lain yang bisanya hanya mengajak pacaran di tempat yang gelap sekedar hanya ingin mengecup bibir. Tetapi kamu, pintar menepati keadaan, padahal kesempatan banyak untuk berbuat, tapi sungguh ia menjaga etika dan adab, itulah yang membuatku kagum padanya.<br />
<br />
"Eh..jam berapa ini?" Rian membuka suara. Lalu ia melirik jam tangannya. "Sudah jam sembilan lewat, aku rasa cukup untuk kita bermain-main sayang, dan juga kamu sudah terlihat mengantuk." <br />
<br />
"Gak kok..santai aja lagi, abis kamunya sih banyak bengong ngitungin bintang, aku jadi ngantuk dah hehehe," candaku. Rian pun sunggingkan senyum tampak manis di pipi terlihat lesung di pipinya. "Em..jarang sekali cowok mempunyai lesung di pipi," batinku.<br />
<br />
"Ya udah, toh masih ada hari esok," ujarnya. "Aku pulang dulu ya say!" Ia pun berdiri, lalu memandangku dengan mata yang sayu, mungkin pusing kali abis ngitungin bintang hehehe. "Ok..dah sayangku.." aku pun berdiri sambil ku cium telapak tengannya, seperti layaknya suami istri dan wanita baik-baik mencium tangan sang suami kalau ingin berpamitan kerja hehehe jiaaah...<br />
<br />
Ia pun melangkah pulang. Motor yang terpakir di halaman rumahku telah di nyalahkannya. Suara menggerung seperti anak motor atau seperti motor yang kurang di rawat, tentu sangat bising di dengarnya.<br />
<br />
Tak beberapa lama Ia pun melaju dengan roda duanya. Di tikungan ia mulai tak terlihat dari pandanganku. Aku sungguh berbunga-bunga, melihat Rian telah memberanikan diri untuk bermain kerumahku, walaupun desas-desus orang-orang yang ada di sekitar rumahku, memvonis rumah sarang jablay dan aku di beri makan uang lendir.<br />
<br />
***<br />
<br />
Emm...aku masuk kamar, seperti biasa dengan handset yang kupasang di telingaku, lalu aku putar untuk mendengarkan lagu-lagu kesayanganku.Kamar yang sangat indah aku rasakan, walaupun aku jarang sekali tidur di kamarku sendiri. Terkadang aku tidur di rumah teman sesama cewek, hanya untuk menghilangkan suntuk hidup sendiri di kala malam karena tidak ada teman untuk mengobrol karena Mamahku yang selalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai ketua dari wanita-wanita penghibur para lelaki yang mencari kenikmatan malam, itu juga kata orang yang selalu aku dengar dengan menjelek-jelekan keluargaku.<br />
<br />
Mata ku belum terpejam, pikiranku menerawang keatas mengingat kembali apa yang Mamah lakukan di dalam kamarnya bersama om-om itu. Ahh...mereka sungguh gila dan rupa daratan. Kenapa aku harus mengintip Mamahku sendiri, oh sungguh anak yang tak tahu diri. <br />
<br />
Aku gelisah merasa bersalah apa yang aku lakukan. Tubuhku terasa gak nyaman malam ini, rasanya selalu teringat terus saat Mamahku bergelinjang ketika Vaginanya di colok-colok oleh penis om-om itu. "Apa rasanya, jika memekku juga di colok-colok sama punya Rian," batinku. Aku berhayal seandainya tadi aku bermain sama Rian, terus Rian mencolok-colok memekku ooh...pasti aku akan bergelinjang apa yang di lakukan oleh Mamahku, enak kali yah.<br />
<br />
Tampa aku sadari ketika aku berhayal dan ingat kembali apa yang aku lihat perbuatan Mamahku. Tanganku merabah celana yang aku kenakan. Celana yang hanya terbuat dari bahan tenun yang tipis sehingga apabila aku sentuh, jelas sekali batok Memekku. Uh.. yah batok memek yang masih putih dan belum di tumbuhi bulu-bulu ini. Aku mengusap-ngusap dengan perasaan. Semakin lama semakin berdesir darahku. Aku rasakan ada yang beda. Vaginaku terasa cenat-cenut. "Ohh...yeeaah..ssst...sungguh uuh..pantesan Mamahku terlihat menikmati ketika Memeknya di jilati. Ohh...uh...sungguh enaak ssst ahh..." Aku terus mengusap dan membelai vaginaku yang masih tertutup oleh celana rajutan jarang. Karena merasa ada yang lain dalam desiran darah ku. Aku pun memcoba untuk bertelanjang dada. <br />
<br />
Baju kaos yang kau kenakan aku lepaskan. Kini hanya BH yang masih terlihat, serta celana ngetrit yang aku pakai. Ku pandang buah dadaku yang terlihat kecil, gak seperti punya Mamahku yang terlihat besar dan menggandul hehehe. Emm...ku pandangi puting meranum sangat indah, oh.. mungkin ini untuk menetek ketika aku punya beby. Ssst..Aku gak tahan akhirnya aku buka BH yang aku kenakan oh..aku merabahnya, seperti apa yang aku lihat pada Mamahku yang di isap dengan rakus oleh om-om itu, dan di remas-remas dengan rakus. "Emang enak yah!" <br />
<br />
Emm.. Eght.. uh...aku mulai meremas-remas payudaraku. Sttt...eght.. agak berdesir aku rasakan tiba-tiba aku merasakan payudaraku mengembang dan mengeras dengan kencang dan padat. Entah apa yang membuatnya begini aku tidak tahu. Yang aku rasakan bergelinjang seluruh urat-uratku. Sungguh sensasi sangat luar biasa yang aku rasakan pertama kali dalam hidupku. Em...rupanya ini yang membuat Mamahku merasa ketagihan dan terasa nikmat di rasakannya. Oh..Mamah enak mah..sstt..enaaak..<br />
<br />
Tampa aku sadari tangan kanan yang terus meremas-remas payudaraku, aku mencoba untuk turun ke lebih bawah lagi. Aku ganti tangan kiriku untuk merabah buah dada ku, dan tangan kanan aku turun kan untuk merasakan sensasi Memek ku. <br />
<br />
Celana tipis yang aku pakai masih merekat, ku coba merabah gundukan di dalamnya yang bukan lain gundukan memek ku, yeaah..aku merasa geli oh... terasa berdesir masuk ke rongga liang memekku. Oh...sungguh sangat menggidikan bulu kuduk. Yeahh...aku meronta-ronta aku ikuti irama desiran di mana tubuhku klepek-klepek bergelinjang tak tentu arah. <br />
<br />
Terkadang-kadang aku naikan bokongku sambil terus merabah memek ku, lalu aku putar-putar oh.. sunguh sangat nikmat walaupun masih terhalang celana dalamku. em...Mamah inikah yang Mamah rasakan ketika om-om itu mengelus-ngelus memek Mamah. Ssstt...benar-benar enak Mah..<br />
<br />
***<br />
<br />
Sensasi onani ku yang pertama aku rasakan walaupun aku belum berani untuk merabah lebih dalam lagi.<br />
<br />
Tiba-tiba aku di kejutkan dengan suara Hape ku. Rupanya Rian yang menelponku. "Tumben Rian jam segini belum tidur?!" pikrku. Memang gak biasanya Rian menelpon aku jam-jam saat-saat orang-orang sedang terlelap tidur. Dan sebenarnya Rian anak yang penurut sama orang tuanya, dia sangat pandai dalam mengatur waktu belajar, bermain dan tidur. "Haloo.. sayang," jawabku, sebelumnya ia mengucap kan Halo. <br />
<br />
"Kamu belum tidur sayang?" Rian bertanya dengan suara yang agak berat mungkin grogi kalau telponan di malam hari, takut di dengar sama keluarganya jadi suaranya di sembunyikan dengan kecil. <br />
<br />
"Belum," jawabku. "Kamu sendiri kenapa belum tidur, tumben ih!" <br />
<br />
"Ia gak papa kan, aku nelpon kamu!"<br />
<br />
"Sayang..Malah aku senang kebetulan aku memang belum bisa tidur."<br />
<br />
"Kamu lagi apa?" <br />
<br />
Ah..Pertanyaan yang menggoda, kalau aku jujur pasti aku di tertawakan. Tetapi hati ku terbesit untuk bercerita pada kekasih ku Rian. Cuma aku malu sama saja membuka aib Mamahku. <br />
<br />
"Em...coba tebak lagi apa?!" ku coba untuk mengajaknya becanda. <br />
<br />
"Pasti lagi dengar musik kesukaan kamu sambil tidur-tiduran. Benarkan!" <br />
<br />
"Em...mau tahu aja kepo nih hehehe," dia memang membuat aku tertawa, masalahnya aku yang lebih dulu untuk membuka canda dan tawa. Rian jarang sekali untuk membuka suara lebih dulu kalau aku yang lebih dulu membuaka pembicaraan, baru Ia menjawabnya.<br />
<br />
Entah apa yang membuatku melemparkan pertanyaan padanya. "Say tebak aku pakai baju, apa telanjang?"<br />
<br />
"Maksud kamu apa sih," terdengar dengan nada bingung. <br />
<br />
"Ia.. Aku sedang pakai baju apa bugil?" lanjutku memberikan pertanyaan menggoda. <br />
<br />
"Gila kamu bertanya seperti itu!" Rian sedikit membentak aku. <br />
<br />
"Ih... ini kan cuma pertanyaan kok! Kalau gak mau di jawab ya udah gak papa kok!" balasku. Entah apa aku tak memperdulikan tercengangannya saat aku memberikan pertanyaan seperti itu. Aku rasakan ada yang beda pada diriku. Disaat aku dalam keadaan bugil walaupun masih memakai celana sedikit ada rasa ingin memberitahu kepada Rian bahwa apa yang aku lakukan sangat luar biasa nikmatnya. Mungkin Rian belum pernah melakukan apa yang aku lakukan. "Ah.. telanjur Horny aku"<br />
<br />
"Sayang...oh..aku lagi bugil nih," kata ku. "Sstt..sayang tetek ku oh..tetek ku sst.."<br />
<br />
"Et dah!.. Say kamu jangan macam-macam dah!" terdengar Dia bertambah bingung. "Kamu membuat aku binggung tau.." katanya lagi.<br />
<br />
"Kamu mau nenen gak?" godaku. "he..he..he Kamu lagi apa say?" <br />
<br />
"Tau ah," terdengar agak sinis Rian menjawab. Namun aku tidak perdulikan. Aku sambung lagi remasan payudara ku yang sempat tertunda tampa mematikan Hape. Aku sengaja untuk berdesah di telinga Rian. Lalu aku melepaskan celana ku. Uh..kini memek ku terlihat, putih gempal tampa bulu. Aku mengangkang kan kedua kaki ku dan paha terbuka lebar dan aku angkat kedua kaki ku tinggi-tinggi. Uh...seperti apa aku melihatnya gak tahu lah, "Sayang...oh...sayang..."<br />
<br />
"Gila kamu Shinta! Dia menyentakku. <br />
<br />
"Uh...ah..eeght..enak say..enak..sst.." <br />
<br />
Aku terus mengusap-gusap dinding selangkanganku, sambil membayangkan apa yang aku lihat terhadap Mamahku dengan om-om yang tidak aku kenal namanya. Ssstt...berdenyut oh berdenyut liang vaginaku uh...ternyata memainkan selangkangan memang enak. Aku membatin tak memperdulikan Rian, apakah dia masih mendengar desahanku, apa sudah di putus teleponnya. "Rian...sayang..kemana kamu?" tanya ku.<br />
<br />
Aku coba untuk posisi telungkup. Dengan tangan kanan memegang Hape. Sedangkan tangan kiriku menyelusup kebawah perut tentu untuk mengobel-ngobel selangkanganku ssst...gila.. enak oh.. enak..Memek kurasakan sedikit basah, entah kenapa terasa lembab aku rasakan, eegh..bahkan aku mau pipis tapi beda rasanya, tidak seperti pipis sehari-hari. Pipis ini terasa ada yang mengganjal dan seperti tertahan di dalam menunggu aba-aba untu di semprotkan begitu rupa.<br />
<br />
Sela paha aku renggangkan, sedikit di angkat bokongku, menambah mudah aku untuk memainkan vaginaku sambil aku putar-putar dan aku kait seperti ingin mencongkelnya. Mamah uh pantesan Mamah bergelincang dan membuncah disaat om-om itu memainkan vagina Mamah. Ssst ternyata enak mah..oh..enak...ssst..<br />
<br />
***<br />
<br />
"Haloo....hei...Shinta..halo....!?" Rian rupanya ingin menyadarkan aku. Aku tak perduli, uh...bahkan aku menantang Dia untuk mengikuti apa yang aku lakukan. "Sayang..Aku lagi ngobel memek sayang..oh..memek Shinta jadi enak nih!.." <br />
<br />
"Gila.. kamu sungguh gila Shinta.."<br />
<br />
Tiba-tiba aku mendengarka suara Rian berdesis. Entah apa yang di lakukan Rian terdengar suaranya agak berdesis.<br />
<br />
"Sayang.. Kamu lagi apa? tanya ku.<br />
<br />
"Eght.....ah...aku jadi berdiri nih." katanya.<br />
<br />
"Berdiri apanya?" tanyaku lagi. <br />
<br />
"Punya ku sayang..oh punya ku jadi berdiri nih! Ohhh..duh..gara-gara dengar ocehan kamu punya ku jadi tegang nih!" <br />
<br />
"Ssst...oh gitu yah.. ucapku pura-pura gak mengerti. Aku terus memainkan selangkanganku dengan irama cepat. Aku rasakan sebentar lagi aku akan pipis. Ya sst mau pipis ssstt..eght...oh sungguh sensasi yang sangat luar biasa aku rasakan pertama kali aku melakukan seperti ini, apalagi sekaligus aku dengarkan desahanku kepada kekasihku Rian. <br />
<br />
"Sayang.. oh.. aku gaceng sayang.. oh..aku jadi ngocok nih!" terdengar suara polos Rian. Rupanya Dia sedang memainkan penisnya.<br />
<br />
"Sayang..uh..uh..uh sayang..ssst aku mau pipis sayang," kataku <br />
<br />
"Ia...say..aku juga oh..kontolku oh panjang banget sayang..ssst..merah nih sst..." ujar Rian kepadaku, bertambah nikmat aku rasakan ketika Ia juga melakukan apa yang aku lakukan.<br />
<br />
"Diapakan punya kamu sayang?" <br />
<br />
"Eght...aku kocok-kocok say..ssst enak..." kata Rian, "Kalau kamu di apain sayang, sst..memek kamu di apain tuh?..."<br />
<br />
"Aku di kobel nih sst enak say..oh..enak...berdenyut say..memek ku berdenyut nih uh uh uh"<br />
<br />
"Ia sayang..aku juga enak nih sst..eah...enak eah..sst uhh...sst enak..." desah Rian membuat aku membuncah.<br />
<br />
Benar tak lama kemudian vaginaku terasa ada yang ingin keluar. Uh seperti mau keluar dengan tertahan untuk di muncratkan. Eahh....ssst....eah...aku cepatkan kobelanku. Lendir yang melumuri telapak tanganku, licin rasanya memek ku dengan sangat becek dan basah aku rasakan uh uh uh.<br />
<br />
"Oh......say...oh...aku . aku . aku sst...eeght...aku mau pipis sayang. Aku mau pipis nih." desisku.<br />
<br />
"Sama say...ah.. ah..ah..ah aku juga uh uh uh uh keluarin say, kuarin, ssst"<br />
<br />
Tak lama kemudian. <br />
<br />
'Ciiit..ciiit...ciiit'<br />
<br />
Oh.......<br />
<br />
"Aku pipis sayang, aku pipis oh.." ujarku dengan suara parau.<br />
<br />
"Rian..oh..." panggilku.<br />
<br />
"Uh..uh..uh..Aku juga nih uh..uh..uh.. oh..aku ngecret say sst..ah.." ujar Rian. "Tanganku ku jadi lepek nih, ssst.. gila..banjir sayang!"<br />
<br />
Rian berdesis. Aku pun terkulai dengan posisi telungkup dan aku turunkan kembali bokong ku. Uh..aku rasakan kasurku banjir, seperti aku mengompol waktu kecil dulu. Pipis yang sangat enak. Pipis yang sangat sensual sungguh aku baru pertama kali menikmati kelakuan seperti ini.<br />
<br />
***<br />
<br />
Kini aku mengerti apa yang aku lakukan itu adalah Masturbasi atau onani. Mungkin kaum pria semua melakukannya termasuk Rian kekasihku. Semenjak itu aku jadi pecandu Masturbasi. <br />
<br />
Kalau pikiranku sedang membuncah aku melakukannya bersama Rian via Phone. Walaupun Rian sendiri kadang-kadang menasehatiku jangan terlalu keseringan melakukan berbuatan seperti ini. Katanya.<br />
<br />
Tetapi aku punya prinsip dalam hidupku, aku tak akan melakukan hubungan badan sebelum menikah, walaupun bersama Rian sendiri kekasihku. Dan juga aku dan Rian masih menjenjang pendidikan di bangku sekolah. Masih banyak tugas yang harus di kerjakan untuk mencapai masa depan yang lebih baik.<br />
<br />
Dan aku berjanji di dalam hatiku yan paling dalam. Tidak akan mengikuti jejak Mamah ku sebagai seorang Germo. Biarlah sebatas Mamahku mendapat gunjingan dari orang-orang terdekat. Aku tahu Mamahku juga tak mau aku seperti dirinya. Dia ingin aku menjadi wanita yan baik-baik dan bekerja di tempat yang baik-baik pula, agar aku dapat menutupi Aib Mamahku sebagai seorang germo.<br />
<br />
Aku akui, sampai kapanpun aku akan meneruskan pendidikanku sampai kuliah, itu permintaan Mamahku, walaupun uang yang di hasilkan untuk menyekolahkan ku dari hasil menjadi seorang Germo, bahkan terkadang hasil menjual dirinya sendiri. <br />
<br />
Sekian<br />
<br />
Bagian <a href="http://yenyerrow.blogspot.com/2014/07/belum-berjudul.html#more" target="_blank">Awal</a><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7345620624764498087.post-65092655802640442112015-03-11T14:43:00.002+07:002015-03-12T15:23:14.926+07:00Pendekar Kipas Sakti berotak Mesum<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-mV8_RowjmFo/VPF2YzM2cjI/AAAAAAAAAFU/s6UCNzwFKNs/s1600/kio.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-mV8_RowjmFo/VPF2YzM2cjI/AAAAAAAAAFU/s6UCNzwFKNs/s1600/kio.jpeg" height="314" width="400" /></a></div>
<b><span style="color: blue;">SATU</span></b><br />
<br />
<b>Pagi</b> terasa indah. Surya menampakan diri dengan malu-malu. Hembusan angin mengantarkan awan-awan tebal memapas puncak Gunung Merapi. Di puncak Gunung bergulung-gulung dengan kabut awan beriak putih. Serumpun Pohon dengan ranting yang sudah sangat rapuk masih tetap bertengger di kaki gunung sampai di tengahnya.<br />
<br />
Di kaki gunung, terlihat deru debu berterbangan dari kaki kuda yang menghentak tanah dengan keras. Jalannya sangat cepat, seolah-olah ingin ada yang di tuju dengan segera. Menaiki dan melompat dengan menarik kekang tali kuda, orang ini sangat liahy dalam mengendarai binatang yang gagah dengan bulu berwarna putih.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Tubuhnyanya terlihat ramping, pakaian menggelebar-gelebar berwarna ungu. Menggunakan ikat kepala berwarna putih. Orang ini berkuncir buntut kuda. Bisa di katakan orang ini bukanlah lelaki. Apalagi dengan gerakan yang sangat lembut tapi cekat dalam menunggangi seekor kuda. Penunggang kuda itu sudah pasti seorang wanita. <br />
<br />
Penunggang kuda ini menuju pemondokan di sebuah badan gunung yang cukup lebat dengan serumpun pepohonan yang bertengger sejak puluhan tahun yang lalu. Dengan hentakan kaki kuda dan ringkikan kuda berlari dengan cepat. Sampailah di sebuah pemondokan di mana sebuah bangunan yang terbuat dari dahan-dahan pepohononan dengan dinding terbuat dari anyaman bambu serta atap rumah yang hanya di tutup dengan dedaunan kering, namun sangat kuat untuk berteduh dan bertempat tinggal di sana.<br />
<br />
Anak lelaki remaja di perkirakan berusia Lima Belas tahun menjura memberi hormat kepada Penunggang kuda putih itu. <br />
<br />
"Hormatku bunda." kata anak remaja lelaki itu.<br />
<br />
Badannya kecil berkulit putih namun terlihat bidang-bidang di dada. Walaupun mempunyai badan yang sedikit kurus, namun badannya yang bidang terlihat gagah, mungkin seusia remaja ini perkembangan tubuhnya belum terpenuhi untuk pertumbuhannya, butuh pengemblengan sehingga membentuk tubuh yang kekar sebagai seorang Pendekar. <br />
<br />
Wanita berkuncir kuda itu hanya mengangguk. Lalu Ia turun dan segera menuju kepemondokan. Anak remaja itu mengekori dari belakang.<br />
<br />
Di dalam Pemondokan yang penuh dengan hiasan dan lukisan yang mempunyai nilai seni tinggi terpampang di setiap dinding Pemondokan tersebut. Rupanya penghuni Pemondokan tersebut mempunyai rasa seni akan keindahan. Banyak lukisan-lukisan bunga yang penuh warna-warni. Sementara tak kalah indahnya, di ruangan yang di khususkan untuk menjamu tamu. Terpampang sebuah pedang yang sangat indah dengan kepala gagang berbentuk kepala burung merpati berwarna emas. Pedang yang menjadi kebanggaan dan simbol dari pemilik pemondokan yang bukan lain Ia seorang wanita.<br />
<br />
"Anakku! Silahkan kamu duduk bersila di depan ibu!" Wanita itu menyuruh lelaki remaja itu untuk duduk berhadapan dengannya. Di lepas kuncir yang mengikat rambutnya, sehingga terlihat rambutnya terurai sangat indah dan menambah cantik di pandang.<br />
<br />
Anak lelaki remaja itu hanya menundukan wajah. Tidak berani menatap lekat ke arah seorang wanita yang bukan lain adalah Bundanya sendiri. Dengan menjura hormat anak itu berkata: <br />"Ya Ibu! Apa yang harus aku dengarkan!"<br />
<br />
Wanita itu melemparkan senyum masam. Wajahnya seperti ada beban di rasakan. <br />
<br />
"Arya Welang anakku! Usiamu sudah cukup untuk menerima warisan pusaka dari ku,"<br />
<br />
"Warisan pusaka.!" Anak remaja itu mengkernyitkan dahinya, betanda tanya. "Berupa apakah itu Ibu?"<br />
<br />
"Nanti! Ibu rasa, ibu harus mandi dulu!" wanita itu membuka sedikit ikatan yang melingkari pinggangnya. Terlihat terselip sebuah Kipas lipat yang sangat unik. Kipas itu berwarna merah jambu dan dengan batangnya terbuat dari kayu cendana yang menguarkan bau aroma wangi. "Aku mau ke sungai dulu membersihkan tubuh ibu yang penuh debu nak!" Arya Welang menjura kepada Bundanya dengan menganggukan kepala, lalu Ia pun segera bangkit dari duduk silanya untuk mempersiapkan latihan jurus selanjutnya. Jurus yang sempat di buat bingung dengan gerakan yang unik serta ketingkatan yang sangat sulit. <br />
<br />
***<br />
<br />
Sungai cukup deras menguarkan suara menderu akibat hempasan air melabrak sebongkah batu. Ning Warsih berdiri di antara sebongkah batu itu. Tubuhnya yang ramping gempal dengan pinggul yang sangat menggiurkan. Pantaslah banyak lelaki yang ingin selalu tidur dengannya. Namun semenjak mempunyai anak yang terlahir tampa seorang bapak, Ning Wasih mencoba untuk menghilangakan karakter buruknya. Yaitu sering menggoda lelaki apabila nafsu syahwatnya membuncah. <br />
<br />
Arya Welang adalah putra satu-satunya. Ning Warsih berusaha untuk menutupi perbuatannya yang buruk. Dan mencoba menghindar apabila Arya Welang menanyai siapa bapak kandungnya. Ning Warsih berujar kepada Arya Welang bahwa Ia anak pungut yang Ia ambil dari suatu peristiwa yang sangat mengerikan. Perampokan sehingga membunuh kedua Orang Tua Arya Welang. Ning Warsih berbohong dan mengarang cerita, walaupun bulir-buliran air mata membasahi kedua pipinya, hanya untuk menghindari pertanyaan tentang siapa bapak kandungnya.<br />
<br />
Dengan dudukdi atas batu yang berada di tengah sungai. Ning Warsih membersihkan tubuhnya. Wajahnya yang ranum berbentuk oval telur dengan bibir sedikit tebal nan seksi, juga mempunyai mata yang lentik dengan alis sangat tipis, sungguh wanita seperti Ning Wulan menjadi incaran para lelaki yang bermata keranjang.<br />
<br />
Rupanya, mandi dengan penutup kain yang melingkar di tubuhnya di rasa kurang nyaman. Tapi Ning Warsih malu kalau Ia mandi dengan telanjang lepas, walaupun tidak ada orang pun di lereng gunung merapi. Tapi Ia merasa jengah apabila Dia mandi di intip oleh anaknya sendiri, yang bukan lain ialah Arya Welang.<br />
<br />
'Ah!.. mana mungkin Arya Welang mengintip ibunya sendiri!" Ning Warsih membatin. Namun sebagai Pendekar yang mempunyai kepandaian tinggi Ia memasang mata ghaib untuk mengetahui apabila adayang datang ataupun yang mau mengintip Ia mandi.<br />
<br />
Di tanggalkannya kain yang menutupi tubuhnya. Jelaslah postur tubuh yang sangat indah. Dengan lekukan-lekukan yang sangat merangsang. Bokong yang dimiliki Ning Warsih sangat menggoda. Buah dada yang menyembul-nyembul menambah seni yang sangat indah. Sungguh sempurna kelebihan pendekar wanita ini.<br />
<br />
<span style="color: #0b5394;">***</span><br />
Dua puluh lima jurus di gerakan remaja lelaki itu. Tubuhnya yang kecil namun terisi, lambat laun mulai terlihat otot-ototnya sehingga berbentuk bidang. Kerongkongannya terasa kering. Rupanya Ia dahaga setelah melatih jurus-jurus yang Ia dapatkan dari seorang Bunda, yang bukan lain bernama Ning Warsih, pendekar yang paling seksi dan genit di mata para pendekar bergolongan hitam. <br />
<br />
Dengan peluh mengalir deras. Butiran kerngat mebasahi tubuhnya. Arya Welang segera menuju sungai dimana sang bunda mandi di sana. Sekira beberapa meter berjalan, Di balik pohon Arya Welang terhenti langkahnya. Dia terkejut melihat sosok besar di hadapannya. Sosok makhluk yang sangat menyeramkan. Dengan wajah yang penuh bopeng, matanya memancarkan warna merah. Rambutnya yang awut-awutan tak ter-urus. Di tambah tubuh yang sedikit gendut seperti badut, terlihat sangat jelek, menyeramkan pula. Sambil bertolak pinggang makhluik ini berkata:<br /> "Aku ingin bertemu seorang wanita yang bernama Ning Warsih?" dengan wajah kurang sedap di pandang. "Cepat!..di mana wanita itu!" Makhluk menyerengai dengan wajah garang.<br />
<br />
'Kamu siapa hai orang jelek!' tanya balik Arya welang memasang wajah marah. "Ada perlu apa kamu mencari ibu ku!"<br />
<br />
Yang di tanya malah tertawa. ""oh .. hehehe, rupanya wanita itu ibu mu nak!" Melihat gelagat orang ini bukan orang baik-baik, Arya Welang segera memasang kuda-kuda. "Jadah.. tahu dari mana bisa tahu tempat ibuku?"<br />
<br />
"Bocah gemblung! Jaga etika kamu! Berhadapan dengan siapa kamu!" sentak makhluk yang paling jelek itu. "Kamu anak ingusan harus di ajar ilmu adab, agar cara bicaramu punya etika!"<br />
<br />
"Gak usah menggurui! Cepat mau apa kamu bertemu ibu ku?"<br />
<br />
Sebelum Makhluk ini menjawab. Dari jurusan timur terdengar pekikan suara yang sangat santar terdengar, seakan-akan memecah langit. Suara yang sudah di sertai dengan tenaga dalam, walaupun terlihat jauh orang yang menyentak namun terasa dekat di telinga.<br /><br /> "Berhenti berdebat!"<br />
<br />
Rupanya yang menyentak Ning Warsih. "Mau apa kamu eh kelabang kaki seribu!"<br />
<br />
Makhluk buruk rupa itu yang ternyata bernama Kelabang Kaki Seribu.<br />
<br />
"Aku hanya ingin menyambangi kamu," kata Kelabang Kaki Seribu. "sudah lama kita tidak bertemu dengan kamu, aku merindukan saat-saat kita dulu," Kelabang Kaki Seribu menjawab dengan sedikit sunggingkan senyum sumringah.<br />
<br />
"Masih ingat juga makhluk jelek ini," Ning Warsih membatin, seraya mengibas-ngibaskan rambutnya yang masih basah terurai. Kelabang Kaki Seribu yang pernah mencicipi keindahan tubuh Ning Warsih, kini Ia harus menyelet lidah kembali. Matanya membuncah menatap dada Ning Warsih yang menyembul dari balik kainnya. Putih merona Buah dada yang sangat montok walau terlihat setengahnya karena kain yang membalut tubuh Ning Warsih di atas Dadanya.<br />
<br />
"Anakku!..kamu pergi Ibu ada urusan dengan orang ini!" Mendengar perintah dari sang Ibu Arya segera melangkahkan kakinya. "Rupanya orang jelek ini adalah kawan ibu ku." batin Arya welang dan segera menuju sungai untuk membersihkan tubuhnya. <br />
<br />
"Ada apa kamu datang kemari," Ning Warsih berkata, sambil melangkah ke pemondokan bersama Kelabang Kaki Seribu. "Pasti kamu mau bercinta dengan aku kan?" tanya Ning Warsih. Kelabang Kaki seribu geleng-gelengkan kepala. "Tidak!..aku hanya ingin menagih janji kamu untuk memberikan ilmu kepadaku. <br />
<br />
Ning Warsih mengkernyitkan kening. "Ilmu apa kisanak?..Perasaan aku tidak pernah berjanji sama Kisanak?"<br /><br />"Sudah lupa yah," ujar Kelabang Kaki Seribu. "Saat Nyai memberikan tenaga dalam kedalam tubuhku, agar aku dapat bertahan selama bertarung di atas ranjang bersama Nyai?"<br /><br />"Oh.." Ning Warsih mencoba mengingat-ngingat. "Aku ingat yang kau maksud Ilmu:<br /> <br />
<br />
"<b>Balung Besi Pemikat Dara</b>" <br /><br />Ning Warsuh mengungkap<br />
<br />
Kelabang Kaki Seribu memandang wajah Ning Warsih. "Aku saat ini sedang membutuhkan Ilmu itu," kata lelaki itu yang bukan lain Kelabang Kaki seribu.<br />
<br />
Ning Warsih hanya terdiam, lalu Ia melangkah ke dalam kamar untuk segera mengenkan pakaian. "Tunggu di sani! Aku mau berpakaian dulu!" seraya menunjuk ke kursi.<br />
<br />
Kelabang Kaki Seribu mengangkat kedua alisnya sambil menyunggingkan senyum. wajah yang sangat buruk wal jelek tapi kalau tersenyum, orang ini cukup rupawan juga walau dengan bopeng menggerayangi seluruh paras wajahnya. <br />
<br />
Di dalam kamar Ning Warsih bergumam: "Bangsat itu kenapa kembali lagi! Segala minta ilmu leluhurku lagi?" rutuk Ning Warsih. Seraya teringat akan masa lalu bersama orang yang berjuluk Kelabang Kaki Seribu itu. Dia rupanya menginginkan ilmu "Balung Besi Pemikat Sukma" Ilmu yang sangat dasyat dalam bertempur di atas ranjang. Memang ilmu ini hanya di peruntukan untuk lelaki. Tetapi Ning Warsih mempelajarinya dari leluhurnya, hanya untuk agar lawan mainnya di atas ranjang bisa memuaskan Ning Warsih sendiri. Ilmu yang sangat di cari-cari oleh lelaki hidung belang dan lelaki yang Impoten alias tidak bisa berdiri penisnya.<br />
<br />
Kelabang Kaki Seribu menunggu dengan wajah penuh harap, agar Ning Warsih bersedia untuk mengajarkannya. Di saat itu terbesit akan keindahan tubuh Ning Warsih. Di dalam hati lelaki itu dengan julukan Kelabang Kaki Seribu terlintas ingin melihat sekali lagi keindahan tubuh wanita yang berada di dalam bilik kamar yang terbuat dari bambu, yang bukan lain Ning Warsih yang sedang memakai pakaian.<br />
<br />
Dengan berjalan mengendap-ngendap, lelaki itu mencoba mencari lubang bilik. Di lihat lubang yang cukup besar. Dengan mata tak berkedip lelaki buruk rupa itu mendekatkan matanya ke liang yang menganga. "Ah.. ini jelas sekali, pas banget di bokong nya," gumamnya di dalam hati. Ning Warsih saat itu sedang mengeringkan rambutnya dengan kain. Bokongnya yang bohay terlihat. Menyembul-nyembul ke kana dan ke kiri, membuat mata Kelabang Kaki Seribu tak berkedip. Rahangnya naik turun. Bagaimana lidah tak menyelet, ternyata tubuh Ning Warsih masih seksi dan sempal tidak berubah seperti yang dulu.<br />
<br />
"Uh..kamu memang wanita hebat Ning Warsih..oh...seandainya engkau mengulangi seperti yang dulu bersama aku uh..." desis di dalam hati si buruk rupa. 'Ah...aku uh.." Di sasat mata tak berkedip memandang lekat-lekat bokong Ning Warsih, sura sentakan terdengar santar memekik seantero ruangan yang terbuat dari anyaman bambu. "Mata juling berotak mesum! Jangan kira aku tidak tahu kamu mengintip." Yang menyentak dari dalam kamar yang bukan lain Ning Warsih. Suara sentakan yang di sertai dengan tenaga dalam sangat santar. "Sialan.." batin Kelabang Kaki seribu, seraya menjauhkan matanya dari lobang. <br />
<br />
"Hehehehe..maaf Nyai!...abis aku gak ada kerjaan, kamu terlalu lama, jadi aku iseng!" mengujar Kelabang Kaki Seribu. "Mata juling! Bermuka Bopeng.!" hardik Ning Warsih dengan suaranya yang lantang.<br />
<br />
<span style="color: blue;"><b>DUA</b></span><br />
<br />
<b>Ning<br /> </b>Warsih keluar dari peraduannya. Pakaian berwarna merah dengan ikat kepala juga berwarna merah. Lambang bunga dan sebilah kampak tergambar di tengah-tengah ikat kepala itu. Dengan celana nantung dan jubah yang hanya di ikat dengan bahan seperti selendang berwarna ungu. Belahan di dada sedikit terbuka, sehingga Buah Dada yang putih meranum seksi di pandang. Kelabang Kaki Seribu terperangah dengan mata menyolot ketika Ning Warsih keluar dari dalam kamarnya. Rahangnya tertahan, sambil menelan ludah, Dia bergumam di dalam hati: "Bangkee..Besar sekali pepaya Ning warsih." Yang di maksud pepaya adalah, buah dada Ning Warsih yang menyembul keluar dari belahan pakaiannya.<br />
<br />
Tiba-tiba<br />
<br />
"Plok!.."<br />
<br />
Tamparan mendarat ke wajah Kelabang Kaki seribu. Wajahnya memerah panas. Di usap-usap dengan telapak tangannya. Tamparan dengan menggunakan tenaga dalam, sungguh terasa panas di rasakan oleh lelaki buruk rupa itu. "Pelecehan kamu! Jangan samakan aku dengan yang dulu. Aku sudah bertobat kisanak!" ucap Ning Warsih dengan memasang wajah serius. Yang di tampar hanya mengangguk malu sambil melirik tipis ke wajah Ning Warsih lalu kemudian menundukan kepalanya kembali. Hatinya tercekat karena tujuan untuk menyambangi wanita si kucing liar ini, hanya untuk meminta Balung Besi Pemikat Dara. Ilmu untuk membuat si penis tahan lama. Dan dapat menghujam sangat gereget di rasakan Wanita yang menyicipinya.<br />
<br />
"Silakan Kisanak menuturkan maksud kisanak kemari?" tanya Ning Wulan. Sambil mengikat rambutnya dengan kunciran buntut kuda, ciri khas dari pendekar wanita ini.<br />
<br />
"Aku kemari di tugaskan oleh Adipati untuk mempelajari dan menyerap Ilmu?" <br />
<br />
"Stop!" pungkas Ning Warsih memotong perkataan Kelabang Kaki Seribu. "Katanya buat kamu,?"<br />
<br />
Kelabang kaki seribu menundukan wajahnya. Lalu berkata dengan suara datar: "Aku hanya di utus oleh Adipati Ronggo Luwang, karena beliau akan menikahi seorang selir yang masih muda belia, sehingga aku di utus untuk mencarimu, hanya untuk mendapatkan ilmu Balung Besi Pemikat Dara." <br />
<br />
"Lalu!" Ning Warsih berseru.<br />
<br />
"Dengan mendapatkan ilmu itu, aku akan di angkat hulubalang kelas satu." tutur Kelabang Kaki Seribu. Mukanya memerah karena lancang mengintip di saat Ning Warsih sedang mengenakan pakaian. Ia mendongak keatas menatap wajah Ning Warsih. "Sudilah kiranya nyai memberikan ilmu itu kepadaku."<br />
<br />
"Baik..!" kata Ning Warsih. " Karena kamu dulu sebagai sahabatku yang telah menyelamatkan nyawaku. Aku akan memberikan ilmu itu kepadamu. Tapi bukan karena Adipati itu. Karena kamu yang ingin menjadi Hulubalang kelas satu Adipati," Ning Warsih menepuk pundak Kelabang Kaki Seribu. "Kau-lah sahabatku. Aku berutang nyawa padamu."<br />
<br />
"Berdirilah!" Ning Warsih mengangkat tangannya. "Aku akan memberikan ilmu itu padamu!"<br />
<br />
"Terima kasih Nyai," Kelabang Kaki Seribu menjura hormat.<br />
<br />
"Buka bajumu"<br />
<br />
"Apa Nyai!" tertegun Kaki Kelabang Seribu mendengarnya. "Semua Nyai?"<br />
<br />
"Ia semua! Tampa sehelai benang pun!" <br />
<br />
"Gila!" Pikir Kelabang kaki seribu.<br />
<br />
Ada rasa malu di benak hati pendekar yang bejuluk Kelabang Kaki Seribu ini. Walaupun Ia sendiri pernah menikmati keindahan tubuh Ning Warsih. Rasa jengah untuk menerima ilmu Balung Besi Pemikat Dara dengan cara seperti ini. <br />
<br />
"Apakah harus telanjang bulat Nyi!"<br />
<br />
"Sudah lakukan jangan banyak tanya!" sentak Nyi Warsih. "Kalau tidak mau! Yah sudah pulang sana tampa menghasilkan apa-apa." <br />
<br />
"Ba.. baik lah." ucap Kelabang Kaki Seribu dengan terbata-bata. <br />
<br />
Pakaian yang di kenakan Kelabang Kaki Seribu di lepasnya. Kini lelaki itu terlihat jelek sekali. Dalam keadaan bugil, terlihat jelas perutnya yang buncit. Bokongnya yang sudah melesek, entah karena terlalu banyak duduk kali. Atau memang suka bermain dengan wanita lain dengan posisi Women on Top, sehingga pantat lelaki yang berjuluk Kelabang Kaki Seribu toples.<br />
<br />
Ning Warsih memalingkan wajahnya, ketika Kelabang Kaki Seribu membuaka calana dalam yang Ia kenakan. Gandulan yang hitam pekat dan bulu-bulu yang menjela-jela membuat Ning Warsih tertawa cekikikan di dalam hati. Penasaran akhirnya Ning Warsih memberanikan diri untuk melihatnya. Teringat waktu dulu ketika Ia bersetubuh bersama lelaki buruk rupa itu. <br />
<br />
<b><span style="color: red;">TIGA</span></b><br />
<br />
<br />
<b>Kelabang</b> Kaki Seribu menyeringai. Mukanya memerah karena malu. Dia berdiri tegap. Senyuman yang terbesit di bibir yang lembut, siapa lagi yang punya bibir itu adalah Ning Warsih, pendekar yang memiliki ilmu kanuragan pewaris Kipas Sakti dari eyang Soka.<br />
<br />
Dengan wajah manisnya, Ning Warsih menguarkan Kipas Saktinya. Kipas lipat dengan Motif kembang dan buah hati. Batangnya terbuat dari emas. Kipas itu akan menguarkan tenaga dalam yang sangat tinggi, apabila di gunakan mengibas senjata lawan.<br /><br /> "Kamu sudah siap orang jelek!" Ning Warsih berkata. "Siap Nyai" sambut Kelabang Kaki Seribu.<br />
<br />
Kipas di mekarkan. Siap untuk di kibaskan ke arah penis yang menggelantung bebas. Siapa lagi kalau bukan penis Kelabang Kaki Seribu yang akan di a-liri ilmu "Balung Besi Pemikat Dara". Ning Warsih merentangkan tangannya. Dengan menggenggam Kipas sakti itu seraya melambai-lambaikan kipas saktinya dengan perlahan sambil komat-kamit membaca mantra. Saat itu juga, suara angin menderu. Tidak kencang namun hawanya terasa panas. Padahal kipas itu hanya perlahan-lahan mengibaskannya, tapi angin yang di hembuskannya mengandung tenaga dalam yang sangat tinggi. Tidak sembarang orang bisa menggunakan Kipas Sakti itu kalau bukan empunya.<br />
<br />
Banyak yang mengincar Kipas Sakti itu agar jatuh ketangannya. Namun akan sia-sia tidak dapat di gunakan karena Kipas Sakti itu hanya bisa di gunakan orang yang mengerti akan mantra-mantranya. <br />
<br />
Hawa panas menyelimuti tubuh Kelabang Kaki seribu. Matanya terpejam. Karena Ia dalam keadaan bugil, apalagi Ning Warsih di depannya, walaupun malu, namun penisnya tidak punya malu. Dengan sendirinya, penis Kelabang kaki Seribu tegang dan memanjang. <br />
<br />
"Setan! Jangan kau gaceng dulu!" sentak Ning Warsih. Kelabang Kaki Seribu jadi menyeringai malu. <br />
<br />
"Gaceng sendiri Nyai.." ujarnya. "Cepat Nyai aku malu hehehe"<br />
<br />
"Dasar manusia jadah!.."<br />
<br />
Dengan sentakan di sertai dengan tenaga dalam. Ning Warsih mengibaskan Kipas Saktinya. Angin berderu dengan warna hitam lalu berubah menjadi biru. Menderu memapas angin panas yang di timbulkan oleh Kibasan Kipas Sakti itu. Tubuh Kelabang Kaki Seribu terasa terbakar. Ia menjerit tertahan dengan nafas tertumpu pada rongga hidungnya. Darahnya mulai menjalar bergeliat ke bawah penis yang menggantung. Desirannya sangat cepat. Panasnya terasa berjalan dari ujung rambut sampai ke kaki. Cuma panas itu tertahan ketika sampai di penis yang sedari tadi menegang gaceng. "Agrh......!" Kelabang Kaki Seribu berteriak santar. Tubuhnya bergidik. Sinar hitam kebiru-biruan menggulung-gulung di tubuhnya. <br />
<br />
Lalu sinar itu berubah menjadi warna kuning. Hawa panas berubah menjadi dingin. Namun rasa itu hanya terasa di sekujur tubuh kecuali penis Kelabang Kaki Seribu. Menahan rasa panas di penis. Ketika sinar itu menghilang Ia pun kelojotan pingsan, alias taksadarkan diri.<br />
<br />
<span style="color: yellow;">***</span><br />
<br />
<br />
Kira-kira sepeminum teh. Kelabang Kaki Seribu kembali sadar. Kini di rasakan penisnya mulai dingin. Dalam keadaan telanjang, terkulai lemas di suatu pembaringan yang terbuat dari anyaman bambu. "Nyai!" Kelabang Kaki Seribu memanggil Ning Warsih. Di lihat tidak ada Ning Warsih. Ia sendiri di dalam kamar yang hanya di terangi lampu tempel yang terbuat dari bambu, semacam obor kecil. Rupanya waktu telah malam. <br />
<br />
Suara derik pintu terdengar. Sesosok wanita dengan berpakaian hanya menutup dada dan selangkangannya saja. Kelabang Kaki Seribu terperanjat kaget, rupanya yang datang adalah Ning Warsih. Tapi yang membuat Ia lebih terkejut, kedatangan Ning Warsih di pembaringannya, hanya berpakaian setengah telanjang. Wanita yang memberikan ilmu Balung Besi Pemikat Dara itu sunggingkan senyum. Dan berkata menyeringai lontarkan senyum manja: "Sudah dua jam kamu terbaring tidak sadarkan diri Kang Braja!" Wanita itu memanggil lelaki yang buruk itu dengan sebutan nama Kang Braja, yang bukan lain nama asli dari Pendekar yang berjuluk Kelabang Kaki Seribu itu. <br />
<br />
"Rupanya Nyai masih ingat namaku!" ujar Kang Braja alias Kelabang Kaki Seribu. Di saat kesadarannya penuh. Kelabag Kaki Seribu bahwa Ia belum mengenakan pakaian. Penisnya terasa bergerak-gerak berdenyut tegang. Ning Warsih yang terbelalak melihat penis seorang lelaki yang bernama Braja itu alias Kelabang Kaki Seribu. Sudah lama Ia belum pernah merasakan kembali penis seorang lelaki,semenjak melahirkan seorang putra dari berbagai macam lelaki. Putra yang di hasilkan dari berbuat mesum di setiap lelaki yang di jumpainya. Putranya itu bukan lain bernama Arya Welang. <br />
<br />
"Kelabang Kaki Seribu melihat Ning Warsih berpakaian seksi begitu rupa seray bertanya: "Apa maksud Nyai berpakaian seperti itu di hadapanku?"<br />
<br />
Ning Warsih sunggingkan senyum genit.<br />
<br />
"Aku ingin mengetes ilmu yang aku berikan padamu! Apakah sudah menyerap mengalir ilmu Balung Besi Pemikat Dara ke tubuhmu?" kata Ning Warsih. "Aku juga kagum melihat kegagahanmu kakang!" sambil berkata begitu, NIng Warsih melepaskan penutup selangkangan dan dadanya. Sehinga terlihat tubuh yang gempal dan bohai terlihat.<br />
<br />
Kelabang Kaki Seribu menyeletkan lidah. Matanya menyolot tajam. Rahangnya naik turun menelan ludah. Apa yang di intip di kamar Ning Warsih kini menjadi nyata di depan mata. "Oh Nyai...tubuh kamu belum berubah," ungkap Kelabang Kaki Seribu. "Ssstt..bahkan Nyai bertambah seksi."<br />
<br />
"Akang!..Bacakan mantra-mantra yang aku berikan padamu," suruh Ning Warsih. "Lalu tiupan ketelapak tangan akang. Setelah itu usapkan ke penis akang!" Mendengar perintah Ning Warsih, Kelabang Kaki Seribu segera melakukannya, namun sebelumnya bertanya: "Biar apa nyai?"<br />
<br />
"Aku sudah bilang, Aku mau lihat apakah ilmu yang aku berikan kepadamu sudah menjadi mendarah daging!" seru Ning Warsih. "Dan aku juga kangen akang. Ohh..aku kepengen lagi selangkanganku merasakan penis ssst...oh..aku kangen ama kontol lelaki akang..uuh.." Ning Warsi bergelinjang, tubuhnya yang ramping bergeliyat kesana, kemari. Wajahnya yang ranum sayu dengan mata merem melek. Lalu merabah payu daranya yang menyembul sebesar buah pepaya itu, diremas-remas. Puting berwarnya merah ke coklat-coklatan terlihat indah di pandang.<br />
<br />
Kelabang Kaki Seribu bergumam di dalam hati: "Oh..beruntung sekali aku ini! Sudah mendapatkan ilmu yang aku cari, kini aku bisa menikmati tubuh Ning Warsih yang semakin bahenol dan bohay."<br />
<br />
Kepalang setan, mereka sudah kepalang setan. Ya petala Iblis siap memainkan sandiwaranya menggoda umat manusia untuk terjerumus kedalam neraka bersama-samanya.<br />
<br />
<b><span style="color: #990000;">EMPAT</span></b><br />
<br />
<br />
<b>Sementara</b> itu Arya Welang selesai mandi membersihkan tubuhnya, sedari tadi telah kembali dari sungai. Tapi di tengah perjalanan, lelaki remaja ini bertemu dengan teman seumurannya. Sehingga senja sudah berganti malam. Arya Welang belum juga mau pulang. Rupanya Ia asik bercengkrama dengan teman sejawatnya bernama petot santar, anak pendekar dari Gunung Gede.<br />
<br />
Ketika suara burung malam terdengar. Arya Welang tersadar bahwa malam sudah larut, Ia harus sesegera mungkin untuk sampai kerumah menemui Bundanya. Dengan ilmu meringankan tubuh yang sangat tinggi yang di ajarkan oleh bundanya yang bukan lain Ning Warsih, sudah sangat mumpuni menguasai ilmu itu. Secepat kilat Ia berlari. Lompat ke sana, kemari dari dahan yang satu ke dahan lainnya. Dengan sekejab mata sampailah Arya Welang di depan daun pintu pemondokannya.<br />
<br />
Di balik daun pintu Arya Welang mendengar desahan seorang wanita,yang bukan lain suara erang Bundanya. Erangan yang asing di telinga lelaki remaja ini. Suara desahan dan erangan membuat Arya Welang tercekat hatinya. "Ibu! Apa yang Ibu lakukan di kamar." Teringat seorang lelaki buruk rupa yang menemuinya, lalu lelaki itu di ajak oleh ibu ke dalam pemondokan di saat Arya Welang membersihkan tubuhnya di sungai. <br />
<br />
Pintu di bukanya. suara derik pintu terdengar namun tak di dengar oleh dua insan yang sedang mengadu ilmu syahwat di kamar yang hanya terbuat dari anyaman bambu. Dengan hati yang penuh penasaran Arya welang mencoba mengintip ke arah jurusan di mana suara erangan sangat menggetarkan sendi-sendi tubuh.<br />
<br />
Tercengang menyaksikan kedua insan sedang memainkan jurus syahwat membuncah di tempat tidur. Lelaki itu dengan penuh nafsu mengadu-ngadu alat kelamin dengan Bundanya. Sinar yang keluar dari selangkangan masing-masing menimbulkan suara yang sangat aneh, suara itu berbunyi sangat santar memekak telinga. "Plok plok plok" di iringi sinar berwarna hijau dan bau yang sangat aneh keluar dari selangkangan masing-masing. <br />
<br />
Arya Welang tertegun sejenak menyaksikan Bundanya di gagahi oleh lelaki yang sangat jelek, apalagi dalam keadaan telanjang bulat, seperti buntelan kentut. Lalu di lihat lali-laki ini bergaya seperti anjing sedang kencing. sungguh perbuatan samaran tahi. <br />
<br />
Sang Bunda pun tak kalah jeleknya seperti, kerbau yang sedang menungging mau saja di tusuk-tusuk selangkangannya dari belakang, sungguh sangat Jadah di lihatnya.<br />
<br />
Ning Warsih memang mempunyai segudang ilmu di bidang kemesuman. Dari ilmu Balung Besi Pemikat dara, ilmu yang sangat dasyat untuk kaum lelaki. siapa yang memiliki ilmu ini Ia akan bertahan dalam permainan seks nya selama berjam-jam. Sedangkan untuk kaum Wanita yang di milki juga oleh Ning warsih yaitu ilmu;<br />
<br />
<b>Keset Mesem</b><br />
<br />
Ilmu membuat terasa kesat bagi laki-laki yang merasakan vagina wanita ini yang mempunyai ilmu Kesat Mesem, sehingga lelaki itu dapat cepat terpuaskan dikarenakan rasa vagina yang keset dan mengapit, seperti di apit dua gundukan besi baja. Selain itu si wanita merasa vaginannya sangat padat dan berdenyut enak, karena vagina yang kesat dan terasa liangnya sangat sempit seperti perawan. <br />
<br />
* * *<br />
<br />
Tersadar dari tercengangnya, Arya Welang bergumam di dalam hati: "mungkin lelaki itu mempengaruhi Ibu!" Pikirannya kacau, ada rasa aneh apa yang di lihatnya. Maklum Arya Welang baru pertama kali menyaksikan adegan seperti itu. Namun tak lama kemudian, rasa kesal dan cemburu kepada lelaki yang mensetubuhi Bundanya Arya Welang tampa menyentak lagi, segera mendobrak pintu. 'Brak..!'<br />
<br />
Melihat pintu terdobrak dengan keras. Ning Warsih terkejut, hatinya tercekat, apalagi yang di lihat lelaki yang mendobrak pintu adalah putranya sendiri. Kelabang Kaki Seribu tak ayal lagi, Ia segera mencabut penisnya. <br />
<br />
"Setan!..Eh..anak setan!," sentak Kelabang kaki Seribu.<br />
<br />
"Lelaki jadah!.." balas sentakan Arya Welang dengan santar memecah langit. "Tamu gak tahu etika."<br />
<br />
Arya Welang menarik telapak tangan ke dada. Jari jemarinya di lebarkan. Saat itu juga terlihat sinar hitam pekat berputar-putar seperti kitiran di telapak tangan Arya welang. Tenaga dalam di kerahkan dengan kekuatan penuh. Arya Welang menghempaskan tangannya ke muka. Ketika itu juga sinar hitam pekat melesat ke arah Kelabang Kaki Seribu yang masih keadaan bugil. <br />
<br />
Lelaki buruk rupa itu terkesiap. sinarnya hampir melabrak tubuhnya, namun dengan sebat pula lelaki itu menghempaskan tenaga dalamnya ' Tameng Penghancur Tanggul' Maka kedua sinar yang beradu itu, menyuarakan dentuman yang sangat dasyat. Suaranya menggelegar memecah keheningan malam.<br />
<br />
Sementara itu Ning Warsih yang masih keadaan tak berdaya, akibat vaginannya baru ketemu lagi yang namanya penis lelaki kini harus di buang dengan pipis yang amat sangat. Ia segera memakai pakaiannya.<br />
<br />
"Hentiakan!" Ning warsih menyentak. Dengan wajah bermimik galau. Ning Warsih mencoba menengahinya. "Anakku hentikan!"<br />
<br />
Arya Welang tak memperdulikan teriakan Bundanya. Sudah kepalang setan, Arya welang mengamuk dengan membabi buta. Tangannya kembali menghempaskan ilmu dengan sinar yang hitam ekat berputar-putar seperti kitiran. Ilmu itu bernama; <br />
<br />
<b>Badai Penghancur Bukit</b><br />
Ilmu yang di ajarkan oleh bundanya sendiri. Dengan pukulan yang sangat dasyat membuat kulis terkelupas panas lalu terbakar dan menjadi abu, apabila mengenai orang yang yang di tujunya.<br />
<br />
Malam yang gelap menjadi terang menderang dan penuh warna-warni seperti lampu disco. <br />
Suara malam yang tadinya sunyi dan senyap kini menjadi gaduh. Bagus untung di lereng Gunung Merapi masih sepi belum banyak penduduk, jadi tidak ada merasa terganggu dengan suara yang gaduh dan begedebukan tersebut. <br />
<br />
Sinar berkiblat ke arah Kelabang Kaki Seribu, orang itu segera mengelak ke kiri, sehingga terlepas dari maut.<br />
<br />
"Anak gendeng, hentikan serangan kamu!" kata Kelabang Kaki seribu.<br />
<br />
"Sudah nak..hentikan mari kita bicarakan secara baik-baik," sambung Ning Warsih yang mulai menguarkan air mata karena malu. Dengan menangis bombay namun tidak meraung-raung, Ning Warsih masih bisa mengendalikan diri untuk menangkis serangan anaknya yang membabi buta itu. <br />
<br />
"Ibu tega.." teriak Arya welang, merasa sakit hati apa yang di lihatnya. Dengan menggunakan tenaga dalam yang sangat membahayakan keselamatan dirinya sendiri, kkarena baru pertama kali Arya Welang melakukan pertarungan. Tangannya di putar-putar ke langit. Suara gemuruh di ringkup kamar yang terbuat dari anyaman bambu, membuat sobekan yang sangat lebar. Rupanya Arya Welang ingin menguarkan Ilmu "Topan Pembelah Gunung"<br />
<br />
Melihat Bocah ingusan itu tidak main-main dengan gertakannya. Kelabang Kaki Seribu terkesiap mengambil kuda-kuda untuk menangkis serangan yang di lancarkan Arya Welang. Dalam posisi mundur kebelakang dan masih keadaan tampa pakaian alias masih bugil. Kelabang Kaki Seribu terlihat komat-kamit, entah ilmu apa yang akan di keluarkan. Wajahnya yang jelek lagi buruk body, bertambah jelek ketika wajahnya berubah menjadi seperti seekor binatang yang sangat menjijikan. Binatang Hijau dengan kakinya yang banyak. <br />
<br />
Ilmu itu adalah:<br />
<br />
<b>Kelabang Pengisap Liang Darah<br /> </b><br />
<br />
"Awas anakku!" Ning Warsih mencoba memperingati putranya. Dalam keadaan menutupi tubuh dengan sehelai kain, seraya hanya bisa melongo-longo menyaksikan pertarungan kedua lelaki itu. Ingin melerai, tapi Arya Welang sudah gelap mata. <br />
<br />
Arya Welang sudah kepalang tanggung untuk menghajar manusia jelek ini dengan hantaman ilmu yang di ajarkan Bundanya. Sinar biru ke kuning-kuningan keluar dari jari jemarinya, tak berapa lama arya segera menjentikan jarinya ke arah Kelabang Kaki Seribu. <br />
<br />
'Wuut'<br />
<br />
'Wuut'<br />
<br />
Sinar itu berkiblat pada Kelabang Kaiki Seribu. Lelaki itu mengelak kekiri, dengan sigap tampa mengulur waktu, lelaki ini membalasnya dengan pukulan kelabang beracun. Apabila mengenai sasaran, maka yang terkena akan mati mengenaskan dengan seluruh tubuh membiru. <br />
<br />
Ning warsih yang melihat dengan mimik wajah sebat sebit. Teringat akan kesaktian "Kelabang Pengisap Liang Darah" yang di miliki Kelabang Kaki Seribu sangatlah dasyat bukan alang kepalang. Ilmu kanuragan yang di miliki Kelabang Kaki Seribu sangat di takuti di kalangan pendekar dari golongan hitam. Ilmu tidak olah-olah sangat menggidikan tengkuk.<br />
<br />
Tentu apabila di biarkan silang sengketa antara Kelabang Kaki Seribu dengan putarnya yang bukan lain adalah Arya Welang, pasti akan menimbulkan korban dari salah satu. Namun Ia tak akan rela apabila putranya mati secara mengenaskan di tangan Kelabang Kaki Seribu yang sempat tidur dengannya. <br />
<br />
Kipas yang akan di wariskan kepada Arya Welang terpaksa harus di kuarkan. Kipas dengan Motif bunga rose dan pohon kapuk ini serta batangnya terbuat dari perak dengan hulu emas. Kipas sakti ini memiliki kedasyatan yang sangat serba guna dan mematikan. <br />
<br />
"Bum.. bum.. bum.. " Suara berdentum kedua pendekar salig beradu.<br />
<br />
'Anjing kupret! Terima pukulan ku" Arya welang menyentak sambil mengangkat kakinya ke atas, seraya melompat setinggi dua tombak. Dengan menghantam pukulan 'Badai Penghancur Bukit' <br />
<br />
Kelabang Kaki Seribu berdengus: "Bocah lacur, Edan kowe, punya emak lacur, anaknya edan."<br />
<br />
Mendengar penghinaan yang menyobek-nyobek telinga Ning Warsih. Membuat darahnya mendidih. Nafasnya tercekat dengan rahang menggembung petanda marah apa yang baru saja di dengar. <br />
<br />
"Gajah bunting! Kecoa kobun! Berani sekali kamu mengatakan akau pelacur!" sentak Ning Warsih. Wajahnya memerah. "Bangsat enyah kau dari mukaku!" <br />
<br />
Saat itu juga Ning Warsih mengibaskan Kipas Saktinya. Angin menderu dari sisi-sisi kipas yang di kibas-kibaskan. Hawa yang dingin berubah sangat panas. Angin yang dikeluarkan oleh Kipas sakti itu mengandung tenaga dalam yang sangat dasyat. Kelabang Kaki Seribu terkejut. Wajahnya pucat pasi melihat Kipas yang sangat di takuti oleh pendekar delapan penjuru angin. Kipas sakti dari seorang pendekar wanita berotak mesum. Walaupun otak mesum namun Ning Warsih sangat marah kalau di kata seorang wanita pelacur.<br />
<br />
"Akan aku sobek mulut si buaya buduk ini anakku!" Belum sempat sadar dari rasa kejutnya karena melihat Kipas sakti, kini Kelabang kaki Seribu kembali di kejutkan. Kipas sakti itu memapas batang lehernya. Dengan cepat Ia membungkuk, sehingga papasan Kipas yang di kibaskan oleh Ning Warsih, hanya mengenai angi kosong. Melihat serangan Bundanya di elakan. Arya Welang sudah siap sedari tadi dengan memukul jotosan sangat keras tepat di rongga hidung Kelabang Kaki seribu.<br />
<br />
"Buuk!.."<br />
<br />
Kelabang Kaki seribu mencelat kebelakang sekira dua tombak. lalu tubuhnya tersandar di pojok dinding, dan meselosoh kebawah. Belum sempat bangkit dari terjatuhnya. Kibasan Kipas sakti milik Ning warsih tepas mengenai batang lehernya.<br />
<br />
"Craas!.."<br />
<br />
Darah menyembur dari batang leher yang sudah kuntung kepalanya. Menggelinding potongan kepala Kelabang Kaki Seribu ke dalam kolong tempat tidur Ning Warsih. Arya Welang segera mengambil potongan kepala itu. Kepala dari lelaki yang ber juluk Pendekar Kelabang Kaki Seribu. Dengan segera ia melemparkannya keluar. 'Pergilah manusia jelek ke neraka."<br />
<br />
"Sudah anakku!" Ning Warsih berucap lantang. "Sudah, dia sudah tidak bernyawa lagi. Kita kubur tubuh tampa kepala ini." Ning Warsih menolehkan wajahnya, enggan melihat mayat tampa kepala itu. Arya Welang segera menarik badan Kelabang Kaki Seribu ke luar. Di lemparkannya dengan di sertai tenaga dalam. Sehingga tubuh tampa kepala itu telempar sangat jauh, seperti bola bekel di hentakkan lalu kembali memantul membal.<br />
<br />
"Jangan di kubur!, buat apa cape-capein aja!. Biar saja di makan binatang buas." tukas Arya Welang. Lalu segera pergi meninggalkan Bundanya dengan wajah melengos benci terhadap Bundanya yang berotak mesum.<br />
<br />
* * *<br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Sekian. </b></span><br />
<b>Lalu Siapakah Yang Berjuluk Pendekar Kipas Sakti Berotak Mesum.Tunggu kelanjutannya!</b><br />
<b><br /></b>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/15271728965710920309noreply@blogger.com0